Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KAPASITAS EKSISTING SISTEM JARINGAN DRAINASE DI KOTA ENDE DAN

KONSEP PENANGANANNYA
1)
Yohanes Pabi
2)
Jauhari Effendi
2)
Johanis N. Kallau

*Program Pascasarjana Ilmu Lingkungan, Universitas Nusa Cendana Kupang


* Pengajar Program Pascasarjana Ilmu Lingkungan, Universitas Nusa Cendana Kupang

ABSTRAK
Sistem drainase di Kota Ende dibangun dengan pola konvensional yaitu sistem drainase yang dibangun
dengan tujuan agar dapat mengalirkan air agar dapat mencegah terjadinya genangan. Konteksnya adalah air
secepatnya harus dialirkan menunju tempat pembuangan yaitu laut dan Sungai Wolowona. Di satu sisi,
peningkatan jumlah penduduk beserta kegiatan ekonominya akan berimbas pada kebutuhan lahan terutama
untuk pembangunan perumahan. Dengan berbagai spesifikasinya, perumahan merupakan salah satu faktor
yang dapat memicu peningkatan run-off. Semakin besar angka koefisien daerah bangunan (KDB) yang
terjadi semakin besar pula volume run-off. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kemampuan
kapasitas eksisting sistem jaringan drainase di Kota Ende dalam menampung debit limpasan dan
mengetahuiupaya penanggulangan genangan pada sistem drainase di Kota Ende. Analisis data melalui
delineasi batas catchment area, identifikasi sub sistem jaringan drainase dan analisis kapasitas sub sistem
jaringan drainase. Hasil analisis kapasitas drainase di Kecamatan Ende Tengah dan Kelurahan Mautapaga,
Kecamataan Ende Timur, menggambarkan bahwa kapasitas tersebut sangat variatif sesuai dengan besaran
dimensinya. Saluran drainase Bandara Aroebusman dengan kapsitas yang tersedia adalah sebesar 13,395
m3/detik, saluran drainase penerima lainnya adalah saluran drainase PLTD memiliki kapasitas 5,991
m3/detik dan saluran drainase lorong Asri sebesar 6,378 m 3/detik. beberapa konsep penanganan sistem
drainase kota ende yang dapat dilakukan seperti peningkatan kapasitas sistem drainase atau merubah konsep
drainase pola konvensional menjadi ekodrainase

Kata kunci: ende, drainase, banjir, kota, limpasan, debit.

PENDAHULUAN di kota Ende sudah tidak sesuai lagi dengan


perkembangan kota, yang apabila dibiarkan dapat
Latar Belakang menurunkan kualitas lingkungan hidup akibat dari
Pengembangan wilayah perkotaan juga pengelolaan sumber daya air yang buruk.
berdampak pada fungsi drainase, karena lahan Genangan air menyebabkan pencemaran terhadap
yang semula merupakan daerah resapan air telah lingkungan, mengganggu kesehatan masyarakat
berubah menjadi daerah pemukiman, sehingga air akibat bau dan genangan air berpeluang sebagai
hujan terakumulasi melebihi kapasitas drainase tempat berkembangnya jentik-jentik nyamuk
yang ada (Lo Russo, 2009). Perubahan tata guna malaria. Akibat lain yang dapat ditimbulkan dari
lahan menjadikan banyak kawasan rendah yang genangan air adalah terganggunya aktifitas
semula berfungsi sebagai tempat parkir air transportasi yang menimbulkan kerusakan tepi
(retarding pond) dan bantaran sungai kini menjadi jalan.
tempat hunian. Kondisi ini meningkatkan volume Sistem drainase di Kota Ende dibangun
air permukaan yang masuk ke saluran drainase dengan pola konvensional yaitu sistem drainase
dan sungai, yang menimbulkan genangan air atau yang dibangun dengan tujuan agar dapat
bahkan banjir (Anonim, 2015). Oleh karena itu, mengalirkan air agar dapat mencegah terjadinya
perkembangan suatu wilayah harus diikuti dengan genangan. Konteksnya adalah air secepatnya
pengembangan sistem drainase. harus dialirkan menunju tempat pembuangan
Luapan air yang terjadi di Kota Ende yaitu laut dan Sungai Wolowona.
mengindikasikan bahwa sistem drainase yang ada

1
`
Di satu sisi, peningkatan jumlah pengelolaan yang akan dilakukan dapat sesuai
penduduk beserta kegiatan ekonominya akan dengan prioritaskebutuhan yang ada.
berimbas pada kebutuhan lahan terutama untuk Tujuan dari penelitian ini untuk
pembangunan perumahan. Dengan berbagai mengetahui kemampuan kapasitas eksisting
spesifikasinya, perumahan merupakan salah satu sistem jaringan drainase di Kota Ende dalam
faktor yang dapat memicu peningkatan run-off. menampung debit limpasan dan mengetahui
Semakin besar angka koefisien daerah bangunan upaya penanggulangan genangan di beberapa ruas
(KDB) yang terjadi semakin besar pula volume jalan drainase di Kota Ende.
run-off (Suhudi dan Seran S, 2015). Sistem
drainase harus dibangun dengan kelengkapan METODEPENELITIAN
penunjangnya dengan melibatkan berbagai kajian Lokasi dan Waktu
hidrologis dan aplikasi penggunaan materi lain Studi kasus ini dilakukan di wilayah Kota Ende
yang berorientasi pada upaya konservasi. Maka, khususnya Kecamatan Ende Tengah yang
kajian yang mendalam tentang penyebab dilaksanakan 5 (lima) bulan, yaitu mulai bulan
kegagalan sistem drainase berdasarkan Desember 2015 sampai dengan bulan April 2016.
karakteristik lingkungan fisik, sosial budaya,
ekonomi dan perkembangan pembangunan di Metode Penelitian
suatu wilayah sangat dibutuhkan, sehingga upaya Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif

a) Kondisi Umum wilayah studi.


Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data b) Kependudukan.
Pengumpulan Data Primer c) Curah hujan jangka pendek atau curah hujan
Data primer yang digunakan adalah pengukuran harian
dimensi drainase: panjang, lebar, kedalaman d) Luas lahan dan tata guna lahan
saluran drainase sehingga diketahui kondsisi e) Koefisien permeabilitas tanah
eksistingjaringan drainase. f) Peta RBI dan Citra Kota Ende
Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan adalah :

2
`
Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, data kondisi eksisting HASIL DAN PEMBAHASAN
jaringan drainase dipilah berdasarkan sub sistem Gambaran Umum
dan dianalisis untuk mengetahui kondisi eksisting Ruang lingkup wilayah penelitian meliputi
jaringan. Selanjutnya, estimasi terhadap besarnya Kecamatan Ende Tengah terdiri dari Kelurahan
beban limpasan yang masuk dengan periode atau Potulando, Onekore, Kelimutu dan Paupire dan
kala ulang dalam 2, 5, 10, 25 dan 50 tahun Kecamatan Ende Timur yaitu Kelurahan
sehingga diketahui jangka waktu dan kemampuan Mautapaga, sehingga memiliki luas wilayah
kapasitas eksisting dalam menampung beban secara keseluruhan 7,51 km2
limpasan. Data sekunder yang diperoleh
1.76
merupakan materi penunjang dalam analisis 3.20 Mautapaga
pembebanan dan kapasitas jaringan drainase. 0.37 Potulando
Onekore
Analisis Data 1.55 kelimutu
0.62
Dalam penelitian ini teknik analisis data dengan Paupire
menggunakan cara induktif, yaitu dari fakta dan
peristiwa yang diketahuai secara konkrit
kemudian diolah ke dalam suatu kesimpulan yang Luas wilayahkelurahan dalam(km2)
bersifat umum berdasarkan atas fakta-fakta
empiris tentang lokasi penelitian. PenggunaanLahan Wilayah Penelitian
Delineasi Batas Catchment Area Penggunaan lahan wilayah penelitian
Delineasi batas catcthment area menggunakan dikelompokan menurut peruntukannya yaitu bagi
peta topografi dengan bantuan sistem informasi bangunan (permukiman, jalan, sekolah, bandara),
geografis. Delineasi dilakukan menggunakan data vegetasi dantanah lapang. Masing-masing
RBI skala 1:25.000 dan citra resolusi tinggi untuk peruntukan ini dikelompokan berdasarkan
area Kota Ende. Batas ini juga merupakan batas kesamaan nilai koefisien run off (c) yang
wilayah kajian. digunakan dalam menganalisis limpasan
Identifikasi Sub Sistem Jaringan Drainase permukaan dengan metode rasional.
Identifikasi sistem jaringan drainase meliputi
4,28
pengukuran dimensi saluran drainase yaitu tinggi,
lebar dan panjang saluran yang dimaksudkan 3,51
untuk melakukan analisis kapsitas saluran yang 3,15
tersedia. Untuk melengkapi data dalam analisis ini 2,42
maka perlu dilakukan pengukuran ketinggian agar 2005
dapat ditentukan elevasi tertinggi dan terendah
2015
drainase. Identifikasi jaringan yang dilakukan
menggunakan alat meter roll, GPS dan camera. 0,280,32 0,150,11
Analisis Kapasitas Sub Sistem Jaringan
Drainase Jalan Vegetasi Tanah Bangunan
Setelah hasil pengukuran dimensi saluran lapang
drainase di wilayah penelitian, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan analisis untuk Gambar Jenis dan luas penggunaan lahan
mendapatkan luas penampang (A), keliling basah wilayah penelitian (km2)
(P), jari-jari hidrolis drainase (R), kecepatan aliran
(V) dan debit (Q).

3
`
Diagram Alir Pengolahan Data

Geologi
Dalam penelitian ini, data geologi diperlukan
Kondisi Topografi wilayah penelitian untuk menetukan konsep penanganan yang
Korelasi peta topografi dengan analisis kapasitas menggunakan sumur resapan (retensi). Dengan
jaringan ekisting sistem drainase di Kota Ende kondisi geologi yang didominasi tufa pasiran
adalah kesesuaian dimensi saluran yang akan maka konsep sumur resapan perlu diperhitungkan
menyesuaikan dengan kondisi topografi. Selain terutama yang berkaitan dengan konstruksi yang
itu, peta topografi dapat menentukan cathment akan digunakan. Dinding sumur resapan dengan
area (A) dalam perhitungan debit limpasan kondisi geologi tufa pasir sangat rawan terhadap
permukaan dengan menggunakan Metode longsoran sehingga diperlukan pengamanan
Rasional serta dapat menetukan koneksitas arah dengan konstruksi yang sesuai.
aliran limpasan permukaan maupun kapasitas
eksisting yang akan membebani ruas drainase.

4
`
Pembagian Sub Sistem Jaringan Wilayah paling memenuhi syarat untuk dipakai dalam
Penelitian analisis intensitas curah hujan dan debit limpasan.
Sistem drainase eksisting di wilayah kajian
dikategorikan penerima, pengumpul 1 dan Tabel Perbandingan syarat distribusi curah hujan
pengumpul 2. Kategori penerima menerima aliran rencana
dari pengumpul 1, kategori pengumpul 1 Metode Syarat Hasil Kesimpulan
menerima aliran dari kategori pengumpul 2 dan distribusi analisis
kategori pengumpul 2 menerima aliran dari Gumbel Cs 1.1396 0,152 Memenuhi
bagian hulu.
Ck 5.4002 0,473
Log 1,39 Tidak
Analisis Hidrologi Normal 2 Cs 3Cv + (Cv) 2
0,14 = 3 Memenuhi
Analisis Curah Hujan Maksimum Harian Parameter Ck=5.383
Data curah hujan yang akan digunakan adalah Log Person Cs:Bebas 0,0018 Memenuhi
curah hujan harian maksimum selama 10 Type III Ck:Bebas 0,000
(sepuluh) tahun dari beberapa stasiun yang cukup Sumber : Suripin, 2004
relevan dengan wilayah penenelitian yaitu Stasiun Perbandingan antara hasil analisis curah
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi hujan rencana dengan syarat distribusi
Tewejangga (Iya), Stasiun Ndona dan Stasiun Jita curah hujan terlihat bahwa metode
Bewa. Gumbel dan metode Log Person Type III
Data Curah Hujan memenuhi syarat sedangkan metode Log
Normal 2 paramter tidak memenuhi
300,00 persyaratan distribusi. Kedua metode yang
200,00
memenuhi syarat distribusi kemudian akan
diuji konsistensi sebarannya dengan uji chi
100,00 kuadrat dan Kolmogorov Smirnov.
Analisis Sebaran Data Curah Hujan
0,00 1) Uji Chi Kuadrat
2004200520062007200820092010201120122013
Uji Chi Kuadrat hanya effektif bila
Tewejangga Ndona Jita Bewa jumlah data pengamatan besar,
karena sebelum dilakukan
pengujian, data pengamatan akan
Data curah cujan stasiun pengamatan dikelompokan terlebih dahulu. Uji
ini dimaksudkan untuk melihat
Analisis Curah Hujan Rencana perbedaan antara nilai nilai yang
Tujuan analisis frekuensi curah hujan adalah diharapkan atau yang diperoleh
untuk mendapatkan curah hujan dengan beberapa secara teoritis tentang simpangan
periode ulang. Analisis yang digunakan adalah vertikal
analisis dengan kala ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 Tabel pengelompokan datauji chi-kuadrat
tahun, 25 tahun dan 50 tahun. Metode yang akan metodeGumbel
digunakan antara lain metode Gumbel, Log Log
Normal dan Distribusi Log Person Type III. Tahun R(mm/Hr) Tahun Xi Xi
Ketiga metode ini dihitung untuk mendapatkan 2004 177,99 2004 177,99 2,250
angka yang memenuhi syarat dalam perhitungan 2005 128,99 2013 150,91 2,179
debit limpasan.
2006 149,63 2006 149,63 2,175

Mengacu hasil analisis yang telah dilakukan 2007 145,36 2011 148,83 2,173
sebelumnya, maka harga koefisien asimetri (Cs), 2008 136,84 2007 145,36 2,162
Koefisien variasi (Cv) dan Koefisien Kurtosis 2009 139,73 2012 140,23 2,147
(Ck) dibandingkan dengan persyaratan masing- 2010 115,04 2009 139,73 2,145
masing metode dan ditentukan distribusi yang 2011 148,83 2008 136,84 2,136

5
`
Log menggunakan persamaan 2.34 dengan faktor
Tahun R(mm/Hr) Tahun Xi Xi koefisien pengaliran (run off coefisien) pada tabel
2012 140,23 2005 128,99 2,111 2.7, intensitas curah hujan (I) pada lampiran XI
2013 150,91 2013 115,04 2,061 serta luas daerah pengaliran lampiran XII.
Sumber: Hasil analisis, 2016 Analisis debit limpasan dihitung dengan kala
ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun dan 50
tahun dan dalam melakukan analisis tetap
2) Uji Sebaran Smirnov Kolmogorov mengacu pada pembagian sub sistem serta
Uji Smirnov-Kolmogorov dilakukan mempertimbangkan skema pembebanan sistem
untuk mengetahui prosentase drainase yang tertera pada lampiran XIV.
kemencengan maksimum dan Hasil perhitungan debit limpasan air hujan
kemencengan data agar sifat statisik tercatat bahwa debit limpasan yang memberikan
data dapatditerima. beban kepada drainase bandara dengan kategori
. sebagai penerima adalah masing-masing untuk
Waktu Konsentrasi (tc) kala ulang 2 tahun (Q2) sebesar 16,68 m 3/detik,
Waktu konsentrasi dihitung dengan kala ulang 5 tahun (Q5) sebesar 16,81 m3/detik,
menggunakan rumus Kirpich yang kala ulang 10 tahun (Q10) sebesar 16,93 m3/detik,
memperkirakan waktu konsentrasi yaitu kala ulang 25 tahun (Q25) sebesar 17,01 m3/detik
waktu sejak hujan jatuh dan mengalir dan kala ulang 50 tahun (Q50) sebesar 17,09
mulai titik terjauh (to) hingga saat hujan m3/detik. Debit limpasan yang dihasilkan dari
masuk tempat pembuanganakhir (td). analisis ini terdiri dari debit limpasan yang berasal
Analisis Intensitas Curah Hujan dari ruas drainase bandara sendiri, juga menerima
Analisis intensitas curah hujan kiriman dari kategori pengumpul 1 yaitu drainase
menggunakan rumus yang diberikan oleh Kali Mati, ruas drainase Jalan Eltari dan ruas
Dr. Mononobe. Intensitas curah hujan drainase dari Lorong Adinda.
dihitung dengan menggunakan curah Kategori penerima lainnya adalah drainase
hujan rencana hasil analisis metode PLTD yang diketahui dari hasil analisis kala ulang
Gumbel. Intensitas curah hujan sangat 2 tahun (Q2) sebesar 1,98 m3/detik, kala ulang 5
dipengaruhi olehwaktu konsentrasi (tc) tahun (Q5) sebesar 2,00 m3/detik, kala ulang 10
yang dianalisis dengan durasi 24 jam, tahun (Q10) sebesar 2,01 m3/detik, kala ulang 25
sedangkan dalam analisis lanjutan diambil tahun (Q25) sebesar 2,02 m3/detik dan kala ulang
selama 1 - 2 jam. 50 tahun (Q50) sebesar 2,03 m3/detik. Debit
Analisis Debit Limpasan (Q) limpasan ini diperoleh selain ruas drainase PLTD
Debit limpasan (Q) yang membebani juga menerima kiriman limpasan dari pengumpul
sistem drainase di Kota Ende terdiri dari 1 yaitu Jalan Gatot Soebroto 6a dan ruas drainase
limpasan air hujan dan limpasan yang Jalan Anggrek.
berasal dari limbah rumah tangga. Debit Kategori penerima lainnya adalah Lorong
limpasan yang berasal dari kedua sumber Asri yang diketahui dari hasil analisis untuk kala
ini akan dipilah dan dianalisis secara ulang 2 tahun (Q2) sebesar 2,23 m3/detik, kala
tersendiri sesuai pembagian sub sistem ulang 5 tahun (Q5) sebesar 2,25 m3/detik, kala
drainase eksisting. ulang 10 tahun (Q10) sebesar 2,26 m3/detik, kala
ulang 25 tahun (Q25) sebesar 2,27 m3/detik dan
Limpasan air hujan kala ulang 50 tahun (Q50) sebesar 2,28 m 3/detik.
Beban limpasan yang berasal dari air hujan Debit limpasan ini merupakan akumulasi dari ruas
dianalisis dengan menggunakan metode Rasional Lorong Asri sendiri dan menerima limpasan dari
sesuai pembagian sub sistem drainase eksisting. pengumpul 1 yaitu ruas drainase Perumahan
Metode Rasional digunakan dalam perhitungan Mautapaga Permai dan drainase ruas Jalan Gatot
ini didasari oleh luas rata-rata cathment area< 500 Soebroto 6b.
Ha dengan daerah pengaliran yang cukup sempit.
Analisis debit debit limpasan di daerah penelitian

6
`
Air Limbah Rumah Tangga memiliki kapasitas 5,991 m3/detik dan saluran
Analisis kapsitas sistem drainase Kota Ende drainase lorong Asri sebesar 6,378 m3/detik.
ditentukan penggunaan air untuk rumah tangga
sebesar 250 liter/kapita/hari sedangkan jumlah
penduduk yang memanfaatkan saluran drainase di
wilayah studi diasumsikan 25 %atau setara
dengan 9.807 orang dengan luas tangkapan
sebesar 9,1 km2. Kepadatan penduduk wilayah
studi dapat dihitung melalui perbandingan jumlah
penduduk dengan luas daerah tangkapan hujan
sehingga diperoleh hasil 1.078 orang/km2.
Jumlah penduduk = luas tangkapan air x
kepadatan penduduk = 9,1 km2 x 1.078 orang/km2
= 9.807orang.
Sehingga, jumlah limbah rumah tangga rata-rata Gambar Ruas drainase Bandara Aroebusman
yang disalurkan melalui drainase adalah: kategori penerima
= 250 liter/orang/hari
= 250 / (1.000 x 3.600 x 24) Perbandingan antara debit limpasan
= 0,0000029 m3/detik. kumulatif dan kapasitas eksisting
Maka air limbah rumah tangga yang dihasilkan 1. Jika Q kapasitas eksisting > Q limpasan,
adalah sekitar75% dari air rata-rata yang maka kondisi ini dinyatakan sesuai.
disalurkan ke daerah tersebut, sehingga jumlah 2. Jika Q Kapasitas eksisting < Q limpasan,
aliran limbah untuk daerah tersebut adalah maka kondisi ini dinyatakan meluap.
(Qlimbah) = 0,75 x 0,0000029 x 9.807 x Drainase dengan kategori meluap terjadi pada
2,5=0,0711m3/det. ruas drainase bandara, ruas Jalan Gatot Soebroto
1, ruas Jalan Gatot Soebroto 2, Drainase
Kumulatif debit limpasan dan limbah rumah STIPAR, drainase Kalimati, ruas drainase Jalan
tangga. Prof. W.Z Yohanes, drainase Jalan Eltari,
Setelah debit limpasan baik air hujan maupun drainase Jalan Nenas serta drainase Jalan Sam
limbah rumah tangga didapatkan, maka dari hasil Ratulangi
perhitungan keduanya digabungkan untuk
mendapatkan total limpasan yang disalurkan Konsep Penanganan Sistem Drainase Kota
melalui sistem drainase. Dari hasil analisis Ende
kumulatif debit limpasan air hujan dan limbah
rumah tangga diperoleh gambaran bahwa pada 1. Peningkatan kapasitas sistem drainase.
saluran penerima umumnya menerima beban yang Ruas drainase yang tidak dapat
paling besar karena selain menerima beban sendiri menampung debit limpasan dengan
juga menerima kiriman beban secara garfitasi dari periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun,
saluran pengumpul. 25 tahun dan 50 tahun perlu
ditingkatkan kapasitasnya yaitu dengan
Analisis Kapasitas Eksisting Drainase perbaikan dimensi saluran yang ada.
Hasil analisis kapasitas drainase di Kecamatan
Ende Tengah dan Kelurahan Mautapaga,
Kecamataan Ende Timur, menggambarkan bahwa
kapasitas tersebut sangat variatif sesuai dengan
besaran dimensinya. Saluran drainase Bandara
Aroebusman dengan kapsitas yang tersedia adalah
sebesar 13,395 m3/detik, saluran drainase
penerima lainnya adalah saluran drainase PLTD

7
`
Tabel Rekomendasi perbaikan kapasitas saluran
drainase

No. Ruas Saluran Drainase Kondisi Eksisting Rekomendasi Perbaikan

b h Q50 b h Q50
(m) (m) (m3/det.) (m) (m) (m3/det.)
1 Drainase Saluran Bandara 3,990 1,730 13,935 5,500 1,865 22,219
2 Drainase STIPAR 1,220 1,200 3,406 1,575 1,400 5,661
3 Drainase Jln Gatot Soebroto Ruas 1 0,765 0,700 1,530 0,850 0,700 1,900
4 Drainase Jln Gatot Soebroto Ruas 2 1,000 0,580 1,316 1,300 0,580 1,913
5 Drainase Jln Eltari 0,845 1,260 5,809 1,250 1,500 13,328
6 Drainase Jalan Nenas 1,300 1,550 3,974 1,350 1,600 4,720
7 Drainase Jln Prof WZ Yohanes 0,565 1,550 0,992 1,750 1,600 8,561
8 Drainase Jln Sam Ratu Langi 0,490 0,710 1,094 1,750 1,000 5,694

Sumber : Hasil analisis, 2016.


2, drainase Jalan Eltari, drainase Jalan Nenas,
2. Merubah konsep drainase pola drainase Jalan W.Z Yohanes, drainase Jalan
konvensional menjadi ekodrainase Sam Ratulangi dan drainase Lorong STIPAR.
Konsep drainase berwawasan b. Konsep penanganan sistem drainase di Kota
lingkungan di Kota Ende dapat Ende khusus untuk kategori yang meluap
dilakukan dengan sistem peresapan adalah :
(retensi), sistempenampungan (detensi) 1. Peningkatan kapasitas sistem drainase.
dan areal perlindungan air tanah 2. Merubah sistem drainase dari pola
(ground water protection area). konvensional menjadi sistem drainase
yang berwawasan lingkungan
PENUTUP (ekodrainase) yaitu sumur (retensi)
Kesimpulan maupun kolam tampungan (detensi).
a. Kapasitas eksisting sistem drainase di Kota Saran
Ende pada beberapa ruas masih mampu a. Pemerintah Kabupaten Ende dalam
menerima beban limpasan yang masuk implementasi pembangunan di Kota
dengan periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 Ende diharapkan memperhatikan
tahun, 25 tahun dan 50 tahun yaitu drainase arahan Rencana Detil Tata Ruang Kota
ruas lorong Adinda, PLTD, Lorong Asri, Ende.
Jalan Kathedral, Jalan Gatot Soebroto ruas 3, b. Perlupenelitian lanjutan terhadap
Jalan Gatot Soebroto ruas 4, Jalan Gatot sistem drainase di Kota Ende dalam hal
Soebroto ruas 5, Jalan Gatot Soebroto ruas 6, pengelolaan yang berbasis partisipasi
Jalan Durian I, Jalan Durian II, Jalan Baru, masyarakat.
Jalan Kelimutu, Jalan Anggrek, Jalan Melati,
Jalan Unflor, Jalan Nangka, Jalan D.I DAFTARPUSTAKA
Panjaitan, Jalan Udayana Bawah, Jalan Wismarini dan Ningsih, 2010. Analisis Sistem
Kokos Raya, Jalan Diponegoro, Jalan Drainase Kota Semarang
Wirajaya dan Jalan Patimura. Berbasis GIS dalam
Kapasitas eksisting sistem drainase di Kota membantu Pengambilan
Ende yang tidak dapat menampung beban Keputusan bagi Penanganan
limpasan permukaan yaitu saluran drainase Banjir. Jurnal Stikubank.
bandara, Jalan Gatot Soebroto ruas 1 dan ruas Semarang

8
`
Asdak Ch, 2001.Hidrologi dan Pengelolaan Review Master Plan Drainase Kota
Daerah Aliran Sungai.Gajah Surakarta Bagian Utara,2003,
Madah University Press.Bandung SK SNI T 06 1990 F.Tata Cara
Arif S, 2013. Kesehatan Lingkungan. Kencana Perencanaan Teknik Sumur
Prenada Media Group.Jakarta Resapan Air Hujan Untuk Lahan
Arsyad S, 2010. Konservasi Tanah dan Air.IPB Pekarangan
Bogor.Bogor Sunjoto,1987.Sistem Drainase Air Hujan yang
Bappeda Kota Surakarta, Fakultas Teknik Berwawasan Lingkungan.
Universitas Sebelas Maret. Makalah Seminar
Departemen Pekerjaan Umum,1990.Yayasan Suripin, 2004.Sistem Drainase Perkotaan yang
LPMB Bandung.Bandung Berkelanjutan. Penerbit Andi.
Effendi J, 2013.Analisis Permukiman Kumuh Jogyakarta.
Perkotaan. Pohon Cahaya.Kupang Tatas, 2012.Kajian Sistem Drainase Kota Labuan
Hariyadi, 2005.Penetapan Prioritas Bajo di Nusa Tenggara Timur.Jurnal
Rehabilitasi Jaringan Irigasi APLIKASIISSN.1907-753X
Dengan Pendekatan AHP pada Wahyudi A, 2006.Upaya Peningkatan Kinerja
Saluran Induk Colo Timur Di Jaringan Drainase di Perumahan
Wilayah Sragen. Fakultas Teknik Josroyo Indah. Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret. Universitas Sebelas Maret.
Ismiyati, 2004.Statitistika dan Wignyosukarto, Budi, 2001,Pemanfaatan
Aplikasinya.Magister Teknik Sipil Decision Support System Untuk
Universitas Diponegoro. Semarang Perencanaan Sitem Drainase.
Ilmiaty RS, Bahtiar, 2011.Analisis Sistem
Drainase Pada Kawasan
Perumahan Serikat OganPermata
Indah Sub DAS Jakabaring. Unsri
Palembang .Palembang
Mawardi M,2012.Rekayasa Konservasi Tanah
dan Air. Djavadiva
Group.Yogjakarta
Musttaqin A.Y,2006. Kinerja Sistem Drainase
Yang Berkelanjutan Berbasis
Partisipasi Masyarakat.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Pd.T-02-2006, 2006. Perencanaan Sistem
Drainase
Pranoto SA, 2005.Materi Kuliah Operasional
dan Pemeliharaan Sistem
Drainase. Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro Magister
Teknik Sipil.
Standar Nasional Indonesia 03-1733-2004.Tata
cara perencanaan lingkungan
perumahan di perkotaan
SNI , 02-2406-1991, 1997. Tata Cara
Perencanaan Umum Drainase
Perkotaan Master Plan Drainase
Kota Surakarta.Bappeda Kota
Surakarta.

9
`
Kategori Jaringan Drainase Kota Ende

Potensi Luapan Sistem Drainase Kota Ende

10
`

Anda mungkin juga menyukai