1 Makalah Belerang Dan Asam Sulfat
1 Makalah Belerang Dan Asam Sulfat
DISUSUN OLEH :
Nama : Dwi Okta Larassakti 061540421940
Novia Sundari 061540421946
Ricki Noufal Hadi 061540421951
Kelas : 3 KIB
Dosen Pembimbing : Ir. Erwana Dewi, M.Eng
PALEMBANG
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................................1
Daftar Isi............................................................................................................................2
BAB I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang....3
1.2. Rumusan Masalah...3
1.3. Tujuan 4
1.4. Manfat4
DAFTAR PUSTAKA...24
2
I. PENDAHULUAN
3
4. Bagaimanakah karakteristik produk dari industri asam sulfat?
5. Berapa kapasitas produk yang dihasilkan pada industri asam sulfat di Indonesia?
6. Apa manfaat dan bahaya produk yang dihasilkan industri asam sulfat?
II. PEMBAHASAN
4
kemudian diikuti oleh absorpsi sulfur trioksida di dalam asam sulfat 98,5 % sampai 99
%.
Pada tahun 1889, diketahui bahwa proses kontak dapat ditingkatkan dengan
menggunakan oksigen secara berlebihan di dalam campuran gas reaksi. Dalam periode
1900 sampai 1925, banyak pabrik asam kontak yang dibangun dengan menggunakan
platina sebagai katalis. Pada tahun 1930, proses kontak ini telah dapat bersaing dengan
proses bilik timbal pada segala konsentrasi asam yang dihasilkan. Sejak pertengahan
tahun 1920-an, kebanyakan fasilitas yang baru dibangun dengan menggunakan proses
kontak dengan katalis vanadium. Berbagai penyempurnaan telah dilakukan, baik
terhadap peralatan maupun terhadap katalis.
Proses kontak sekarang telah banyak mengalami penyempurnaan dan dewasa ini
telah menjadi suatu proses industri yang murah, kontinu dan dikendalikan secara
otomatis. Semua pabrik asam sulfat yang baru menggunakan proses kontak.
Salah satu kelemahan proses kamar yang menyebabkan orang tidak memakainya
lagi adalah karena proses ini hanya mampu menghasilkan asam sulfat dengan
konsentrasi sampai 78% saja. Pemekatannya merupakan suatu operasi yang mahal,
sehingga pada tahun 1980, hanya tinggal satu pabrik saja yang menggunakan proses
kamar yang masih beroperasi di Amerika Serikat.
Belerang terdapat dalam keadaan unsur bebas ataupun dalam senyawa sulfida Bahan baku
utama pembuatan asam sulfat adalah sulfur atau belerang, yang berwarna kuning. Belerang
di alam terdapat di kulit bumi meliputi kira-kira 0,1% dari massa kulit bumi. Belerang
dalam keadaan unsur bebas terdapat di alam (daerah gunung berapi dan dalam tanah).
Dalam bentuk senyawa, belerang terdapat pada bijih-bijih seperti pyrit (FeS 2), sfalerit
(ZnS), kalkoprit (CuFeS2), galena (PbS), atau pada garam-garam sulfat seperti gips CaSO4,
barium sulfat (BaSO4), maupun magnesium sulfat (MgSO4). Sekitar 56% belerang
diperoleh dengan penambangan dari sulfur alam, 19% diperoleh dari senyawa-senyawa
sulfur seperti pyrite atau batuan sulfida/ sulfat lainnya, dan dari gas buangan industri
minyak bumi/ batu bara (H2S, SO2) 25%.
Penyebaran penambangan endapan belerang di Indonesia saat ini baru diketahui terdapat
dienam propinsi, dengan total cadangan sekitar 5,4 juta. Untuk belerang tipe sublimasi,
karena proses terjadinya didasarkan kepada aktivitas gunung berapi, maka selama gunung
5
berapi aktif, belerang tipe ini dapat diproduksi. Dengan demikian sumber daya belerang
sublimasi dapat dianggap tidak terbatas. Saat ini belerang termurah dihasilkan dari China
dan India.
Dari total jumlah sulfur yang diproduksi tersebut, sekitar 70-85% digunakan untuk
pembuatan asam sulfat. Sedangkan asam sulfat banyak digunakan untuk industri pupuk
(37%), industri bahan kimia (18%), industri bahan warna (8%), pulp dan kertas (7%), besi
baja, serat sintetis, minyak bumi dan lain-lain.
pupuk
Refining minyak bumi
Proses kontak Asam fosfat
Sulfur alam pyrite SO2 H2SO4 Alumunium sulfat
Proses bilik Rayon dan serat
timbal Pulp
Bahan warna dan lain-lain
Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan asam sulfat adalah belerang,
oksigen, air dan katalis vanadium pentaoksida sebagai bahan pembantu. Dimana belerang dan
vanadium pentaoksida di impor langsung dari Singapura, sedangkan oksigen di dapat dari udara
bebas. Untuk air yang digunakan didapat dari sumur bor yang melalui tahap pengolahan. Adapun
sifat fisik dari bahan baku pembuatan asam sulfat yaitu:
6
3. Vanadium Pentaoksida Padatan Kuning - 1750 800
4. Air Cairan - - 100 -
Sumber : Perrys Chemical Engineerings Hand Book, 1998
BM
No. Komponen (gr/mol) Spgr Kelarutan
1. Belerang 32,06 2,046 Hygroskopis
2. Oksigen 32 1,14 -
3. Vanadium Pentaoksida 181,9 3,357 Larut dalam asam dan alkali
4. Air 18 1,004 Berfungsi sebagai pelarut
Sumber : Perrys Chemical Engineerings Hand Book, 1998
1. Sulfur Melter
2. Pompa Sulfur
7
3. Main Blower
4. Drying Tower
Fungsinya sebagai unit proses tempat
terjadinya pengeringan udara oleh
sirkulasi asam sulfat (minimal 93%)
dari DT Pump Tank. Drying Tower
yang dipakai adalah tipe packed
column dengan tinggi 8,254 m,
diameter dalam 2,62 m dan diameter
luar 2,86 m.
5. DT Pump Tank
Fungsinya sebagai tangki
penampungan sirkulasi asam sulfat
yang dari atau ke Absorbing Tower.
DT pump tank yang digunakan
mempunyai tinggi 1,8 m, diameter
dalam 2,76 m, diameter luar 3 m dan
kapasitas 8,8 m3/menit.
6. AT Pump Tank
Fungsinya sebagai tangki m3/menit.
penampungan sirkulasi asam sulfat
yang dari atau ke absorbing tower
dan juga sebagai tangki produksi,
yaitu pengenceran (hidrasi) dengan
air. AT Pump Tank yang digunakan
mempunyai tinggi 1,8 m, diameter
dalam 2,76 m, diameter luar 3m, dan
kapasitas 8,8
8
7. Furnace
Fungsinya sebagai tempat
berlangsungnya proses pembakaran
belerang cair dengan udara menjadi
gas SO2. Furnace yang dipakai
berbentuk silinder mendatar dengan
panjang 7,02 m, diameter luar 2,04
m dan diameter ruang bakar 1,65 m.
8. Boiler
Fungsinya sebagai tempat
memproduksi steam. Boiler yang
digunakan berbentuk silinder
mendatar dengan dapur dan pipa-
pipa api (fire tube). Boiler ini
mempunyai panjang 4,6 m dan
tekanan operasi 4 kg/cm2.
9. Absorbing tower
Fungsinya sebagai unit proses
terjadinya proses penyerapan gas
SO3 oleh sirkulasi asam sulfat
(98,3%-99%) Absorbing Tower yang
digunakan adalah tipe packed
column dengan tinggi 8,875 m,
diameter dalam 2,62 m dan diameter
luar 2,86 m.
10. AT Pump
Fungsinya sebagai alat untuk
memompakan sirkulasi asam sulfat
dari AT Pump Tank ke Absorbing
Tower. AT Pump yang digunakan
mempunyai kecepatan putar 1450
Rpm dan kapasitas 1,2 m3/menit.
11. DT Pump
9
Fungsinya sebagai alat untuk
memompakan sirkulasi asam sulfat
dari DT Pump Tank ke Drying
Tower. DT Pump yang digunakan
mempunyai kapasitas 1,2 m3/menit.
12. Plug Valve
Fungsinya sebagai pengatur aliran
gas dari furnace dan boiler.
15. Converter
Fungsinya sebagai unit proses berlangsungnya proses perubahan gas SO 2 menjadi gas
SO3 dengan bantuan katalis vanadium pentaoksida. Converter yang digunakan
mempunyai jumlah bed 4 buah, tinggi 8,5 m, diameter dalam 2,76 m dan diameter luar
3,002 m.
16. 1st
and 2nd Heat exchanger
Fungsinya sebagai tempat
mendinginkan aliran gas yang keluar
dari converter khususnya dari bed I
dan bed II. Tipe yang digunakan
adalah tipe shell and tube.
10
17. SO3 Cooler
Fungsinya sebagai tempat pendingin
aliran gas SO3 yang akan masuk ke
Absorbing Tower. Cooler yang
dipakai adalah tipe shell and tube
dengan tinggi 1,78 m.
18. Distributor
Fungsinya sebagai alat untuk
menyebarkan aliran asam sulfat di
dalam absorbing tower dan drying
tower.
19. Coolingtower
Fungsinya sebagai tempat pendingin
air yang keluar dari acid cooler.
11
Fungsinya sebagai alat untuk
memompakan sirkulasi pendingin
dari cooling water pit ke acid cooler.
a. Proses kontak
Salah satu cara pembuatan asam sulfat melalui proses industri dengan produk yang
cukup besar adalah dengan proses kontak.
Prinsip proses kontak adalah reaksi oksidasi gas SO2 dengan oksigen dari udara
dengan memakai katalis padat dilanjutkan dengan absorpsi gas SO3 yang dihasilkan
untuk membentuk asam sulfat.
Reaksi Utama :
Pt merupakan katalis yang mula-mula dipakai karena katalis ini aktif pada suhu di
atas 4000C. Reaksinya merupakan reaksi keseimbangan dan ekoterm sehingga
digunakan sejumlah konverter adiakat yang dipasang secara seri dan dipasang
pendingin di antara masing-masing konverter untuk mendapatkan konversi sampai
95%. Konversi reaksi harus tinggi karena SO2 yang tak bereaksi menimbulkan
polusi udara.
Proses Kontak dengan Absorpsi Tunggal
12
Bila menggunakan bahan baku seperti bijih sulfida, asam bekas pakai atau
lumpur asam, diperlukan pemurnian gas yang cukup ekstensif. Kalor yang
dilepas pada waktu reaksi katalitik dimanfaatkan untuk memanaskan gas SO 2
di dalam penukar kalor sebelum masuk konversi katalitik. Kalor yang keluar
dalam pemanggangan bijih atau dalam pembakaran asam bekas biasanya
dipulihkan dalam bentuk uap bertekanan rendah.
Bahan yang digunakan pada proses ini adalah belerang dan melalui proses
berikut.
Berikut ini adalah diagram alir pabrik asam sulfat kontak yang
menggunakan pembakaran belerang dan absorpsi tunggal.
13
Gambar 6. Diagram alir proses kontak absorpsi tunggal
Dalam konfigurasi aliran ini, gas yang keluar dari menara absorpsi pertama
dipanaskan lagi melalui pertukaran kalor dengan gas konverter bawah dan
masuk kembali dalam tahap akhir konverter itu. Oleh karena itu, kadar sulfur
trioksidanya rendah, reaksinya:
SO2(g) + O2(g) SO3(g)
Reaksi dapat berlangsung lebih jauh pada arah yang dihendaki dan pemulihan
dapat lebih tinggi dan mencapai 99,7%.
Berikut ini adalah diagram alir pabrik asam sulfat kontak yang menggunakan
pembakaran belerang dan absorpsi tunggal.
14
Gambar 7. Diagram alir asam sulfat dengan menggunakan absorpsi ganda
Reaksi di Furnace
Sulfur yang berasal dari melter sulfur akan mengalami proses pembakaran dengan
O2 dimana O2 dihasilkan dari blower. Udara ini telah mengalami pengeringan di Driying
Tower. Pengeringan ini dilakukan guna mencegah terjadinya korosi oleh gas saat
pembakaran. Pembakaran sulfur di Furnace menggunakan temperature 750-770 0C,
dimana reaksi yang berlangsung yaitu: S(l) + O2 (g) SO2 (g)
Dari Furnace SO2 akan dialirkan ke boiler. Sebagian gas diambil panasnya di
boiler guna steam untuk proses di sulfur melter. Sebagian gas lagi dengan gas yang telah
diambil panasnya kemudian dialirkan ke Heat Exchanger untuk didinginkan, lalu
dialirkan ke Hot Gas Filter guna penyaringan dan penstabilan suhu.
Reaksi di Converter
Dari hot gas filter, SO2 akan dialirkan ke coverter dimana converter yang
digunakan yaitu converter 4 bed katalis. Gas akan dialirkan ke setiap bed dengan
15
temperature 425-4400C. di converter akan terjadi proses katalisis dengan bantuan
katalisator Venidium Pentaoksida (V2O5). Reaksi yang terjadi merupakan reaksi eksoterm
dimana terjadi proses pelepasan panas disetiap katalis. Reaksi yang terjadi yaitu :
SO2 (g) + O2 (g) SO3 (g)
Gas pada bed I dan II akan dialirkan ke 1st and 2nd heat exchanger untuk
mengalami proses pendinginan . sedangkan gas pada bed III akan langsung dialirkan ke
bed IV karena perbedaan temperature antara keduanya sudah sangat kecil. Dari Heat
exchanger gas-gas ini akan didinginkan dengan cooler 1 dan selanjutnya cooler 2 untuk
pendinginan lebih lanjut.
Reaksi di Absorber
Dari cooler SO3 akan dialirkan ke absorber I dan sebagiannya lagi akan dialirkan
ke absorber II. Absorber I digunakan untuk menghasilkan Oleum (asam sulfat dengan
kadar sulfur teroksida yang tinggi). SO3 akan diserap dengan sirkulasi H2SO4 98%. SO3
yang tertangkap akan mengalir bersamaan dengan H2SO4 keluar absorber menuju ke
storage Oleum. Adapun reakis yang terjadi yaitu :
SO3 (g) + H2SO4 (l) H2S2O7 (l)
Sedangkan SO3 yang tidak tertangkap di absorber I akan dialirkan ke absorber II.
Pada absorber II, SO3 akan diserap oleh sirkulasi H2SO4 sehingga menghasilkan
cairan Oleum. Cairan akan keluar dari absorber II dan akan direkasikan dengan
H2O sehingga menghasilkan H2SO4 98%. Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
SO3 (g) + H2SO4 (l) H2SO4.SO3 (l)
H2SO4.SO3 (l) + H2O (l) H2SO4 (l)
Pada tahun 1736, Joshua Ward mengambil langkah penting berikutnya dengan
mengganti bejana tanah liat tempat sulfur dibakar dengan botol kaca besar yang
disusun berseri, untuk mempercepat proses.
16
Pengembangan bilik-timbal (lead chamber) berukuran kamar, yang digunakan
pertama kali oleh John Roebuck pada tahun 1746, secara dramatis memperluas
manufaktur asam sulfat. Produk dari bejana tanah liat yang kuno itu hanya beberapa
gram, dan botol kaca Ward dapat menghasilkan beberapa kilogram. Sebaliknya,
bilik-timbal dapat memproduk asam sulfat dalam jumlah ratusan pound hingga
berton-ton, menurunkan harga produk karena skalanya yang besar serta
menurunkan biaya tenaga kerja. Dalam proses bilik-timbal, campuran sulfur dan
kalium nitrat diletakan dalam cedok (ladle) dan dibakar di dalam bilik besar yang
dilapisi timbal, lantainya digenangi dengan air. Gas mengembun pada dinding dan
diabsorpsi oleh air. Sesudah proses ini diulang beberapa kali, asam sulfat encer
diambil dan dididihkan untuk memekatkannya lebih lanjut. Pengembangan terakhir
meliputi penghembusan uap air untuk mempercepat reaksi dengan air dan
menyebarkan gas serta memisahkan bilik pembakar dari bilik absorpsi.
Joseph Gay Lussac mengambil langkah maju yang nyata pada tahun 1835 ketika ia
membangun menara untuk mengambil kembali NO yang sebelumnya telah
dihembuskan keluar dan dan mengkonversinya kembali menjadi NO2 melalui reaksi
dengan oksigen. Tepatnya, dalam menara Gay Lussac, NO dikonversikan menjadi
asam Nitrit (HNO2) yang dilarutkan dalam asam sulfat berair;
Asam nitrit kemudian direaksikan dalam menara kedua yang diberi nama sesuai
dengan pengembangannya, John Glover untuk mengoksidasi sulfur dioksida :
Pendaur ulangan oksida nitrogen sangat mengurangi konsumsi natrium nitrat atau
kalium nitrat, yang hanya sekarang diperlukan untuk menggantikan dalam
kehilangan dalam proses. Disamping itu, menara Glover memproduksi asam sulfat
yang lebih pekat 75 sampai 85 persen H2SO4 berdasar massa dibandingkan 60
sampai 70 persen yang diperoleh dengan metode terdahulu. Berikut adalah proses
mendapatkan asam sulfat dengan cara bilik timbal.
17
Asam encer dapat dipekatkan menjadi asam dengan konsentrasi yang agak lebih
tinggi dengan mencelupkan gelungan uap pemanas yang terbuat dari timbal, di
dalam tangki timbal atau tangki yang berlapis timbal dan bata.
Berdasarkan gambar konsentrator dengan tiupan uap seperti gambar dibawah ini.
Gas panas pada suhu sekitar 680oC diperoleh dari pembakaran minyak atau gas
bahan bakar. Gas pembakaran yang panas ini ditiupkan dari arah yang berlawanan
terhadap asam sulfat itu di dalam kompartemen pada drum pemekat dan air keluar
bersama gelembung-gelembung gas dari asam. Gas keluar paada suhu 230 oC
sampai 250oC dari kompartemen pertama drum itu, masuk ke dalam kompartemen
kedua, bersama dengan sebagaian gas panas dari tanur pembakaran. Kemudian gas
yang dihasilkan ini akan keluar pada suhu 170oC sampai 180oC, dan masuk ke
dalam drum pendingin gas, dimana gas tersebut didinginkan lagi menjadi 100 oC
sampai 125oC sambil menaikkans uhu asam encer ke titik didihnya. Oleh karena
sebagian asam sulfat itu terbawa ikut sebagai kabut, gas panas dilewatkan melalui
pembasuh venture dan separator siklon, kemudian dicuci dengan asam umpan dan
air untuk menyingkirkan kabut asam, sebelum dibuang ke udara. Cara ini dapat
menurunkan kabut asam sampai sekitar 35 mg/m3 dengan biaya investor yang lebih
rendah dari pada bila menggunakan prisipitator-kabut elektrostatik. Prosedur ini
akan menghasilkan asam dengan konsentrasi akhir 93%.
18
2.5. Produk dalam Industri Asam Sulfat
Produk asam sulfat yang dihasilkan oleh PT. Dunia Kimia Utama memiliki konsentrasi
98,5%. Sifat fisik asam sulfat yang dihasilkan yaitu:
1. Bentuk Cairan
2. Warna Jernih
3. Bau Menyengat
4. Titik Didih 340oC
5. Titik Leleh 10,49oC
Perbandingan produksi dengan menggunakan proses kontak dengan proses bilik timbal.
1 Tekanan 1 atm -
19
SO2 menjadi SO3) 78%
2.6. Manfaat Dan Bahaya Produk yang dihasilkan dalam Industri Asam Sulfat
20
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh mengenai Industri asam sulfat antara lain sebagai
berikut:
1. Bahan baku yang digunakan dalam industri asam sulfat adalah belerang.
2. Proses industri asam sulfat terdiri dari proses kontak (absorpsi tunggal dan ganda) dan
proses bilik timbal.
3. PT. Dunia Kimia Utama yang terletak di Palembang menggunakan proses kontak.
4. Proses kontak dan bilik timbal memakai bahan dasar SO2 dari pembakaran belerang.
5. Asam sulfat dianggap tidak beracun selain bahaya korosifnya. Resiko utama asam
sulfat adalah kontak dengan kulit yang menyebabkan luka bakar dan penghirupan
aerosol asap.
6. Kegunaan asam sulfat adalah untuk pembuatan aluminium sulfat.
21
DAFTAR PUSTAKA
Austin, George T. 1996. Industri Proses Kimia Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Diawati, Chansyanah. 2010. Diktat Kimia Industri. Bandar Lampung : Universitas Lampung.
Oxtoby, David W. 2003. Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
22