Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PABRIK ASAM SULFAT

PT. DUNIA KIMIA UTAMA

DISUSUN OLEH :
Nama : Dwi Okta Larassakti 061540421940
Novia Sundari 061540421946
Ricki Noufal Hadi 061540421951
Kelas : 3 KIB
Dosen Pembimbing : Ir. Erwana Dewi, M.Eng

JURUSAN TEKNIK KIMIA

PRODI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG

Tahun Akademik 2016/2017

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................................................1
Daftar Isi............................................................................................................................2

BAB I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang....3
1.2. Rumusan Masalah...3
1.3. Tujuan 4
1.4. Manfat4

BAB II. PembahasanSejarah


2.1 Sejarah Perkembangan Industri Asam Sulfat5
2.2 Bahan Baku Industri Asam Sulfat.6
2.3 Alat dalam Industri Asam Sulfat...8
2.4 Proses Industri Asam Sulfat..13
2.5 Produk dalam Industri Asam Sulfat..20
2.6 Manfaat dan Bahaya Produk yang dihasilkan...21

BAB III. Penutup


3.1. Kesimpulan...23

DAFTAR PUSTAKA...24

2
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang S dan nomor atom 16. Belerang ditemukan dalam meteorit. R.W. Wood
mengusulkan bahwa terdapat simpanan belerang pada daerah gelap di kawah Aristarchus.
Belerang terjadi secara alamiah di sekitar daerah pegunungan dan hutan tropis. Sulfir
tersebar di alam sebagai pirit, galena, sinabar, stibnite, gipsum, garam epsom, selestit, barit
dan lain-lain. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa, tak berbau dan multivalent.
Belerang dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam belerang
dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral- mineral sulfide dan sulfate. Ia
adalah unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino. Penggunaan
komersilnya terutama dalam fertilizer namun juga dalam bubuk mesiu, korek api,
insektisida dan fungisida. Belerang dikenal masyarakat (khususnya para petani) adalah
sejenis bahan untuk digunakan pembasmi tikus. Dengan alat khusus, belerang diubah untuk
menjadi asap yang dimasukkan pada lubang-lubang tikus di persawahan, sehingga tikus
dibuatnya semaput. Manfaat belerang padahal cukup banyak khususnya untuk dunia
industri.
Asam sulfat adalah suatu bahan penting untuk berbagai proses produksi, antara
lain industri pupuk, bahan kimia maupun untuk analisa labotarorium. Asam sulfat
merupakan asam anorganik yang bisa diproduksi secara massal dan dalam kapasitas besar.
Pada umumnya setiap pabrik memiliki unit pabrik pengolahan asam sulfat agar
mengurangi biaya pembelian bahan baku. Oleh karena itu, agar kita lebih memahami
mengenai industri belerang dan asam sulfat, maka makalah ini akan membahas mengenai
industri belerang dan asam sulfat.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana sejarah perkembangan asam sulfat?
2. Apa karakteristik bahan baku yang digunakan dalam industri asam sulfat?
3. Bagaimana proses industri asam sulfat?

3
4. Bagaimanakah karakteristik produk dari industri asam sulfat?
5. Berapa kapasitas produk yang dihasilkan pada industri asam sulfat di Indonesia?
6. Apa manfaat dan bahaya produk yang dihasilkan industri asam sulfat?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui sejarah perkembangan industri asam sulfat.
2. Mengetahui karakteristik bahan baku yang digunakan dalam industri asam sulfat.
3. Memahami proses industri asam sulfat.
4. Mengetahui produk dalam industri asam sulfat
5. Mengetahui kapasitas produk yang dihasilkan pada industri asam sulfat.
6. Memahami manfaat dan bahaya produk yang dihasilkan dalam industri asam sulfat.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat:
1. Mengetahui sejarah perkembangan industri asam sulfat.
2. Mengetahui karakteristik bahan baku yang digunakan dalam industri asam sulfat.
3. Memahami proses industri asam sulfat.
4. Mengetahui produk dalam industri asam sulfat
5. Mengetahui kapasitas produk yang dihasilkan pada industri asam sulfat.
6. Memahami manfaat produk yang dihasilkan dalam industri asam sulfat.

II. PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Perkembangan Industri asam sulfat


1. Asam Sulfat
Asam sulfat pertama kali ditemukan di Iran oleh Al-Razi pada abad ke-9.
Pembuatannya melalui pembakaran belerang dengan saltpeter, pertama kali dijelaskan
oleh Valentinus pada abad kelima belas. Pada tahun 1746, Roebuck dari Birmingham
(Inggris) memperkenalkan proses kamar timbal. Proses yang menarik, namun sekarang
sudah kuno.
Proses kontak pertama kali ditemukan pada tahun 1831 oleh Phillips, seorang
Inggris, yang patennya mencakup aspek aspek penting dari proses kontak yang
modern, yaitu dengan melewatkan campuran sulfur dioksida dan udara melalui katalis,

4
kemudian diikuti oleh absorpsi sulfur trioksida di dalam asam sulfat 98,5 % sampai 99
%.
Pada tahun 1889, diketahui bahwa proses kontak dapat ditingkatkan dengan
menggunakan oksigen secara berlebihan di dalam campuran gas reaksi. Dalam periode
1900 sampai 1925, banyak pabrik asam kontak yang dibangun dengan menggunakan
platina sebagai katalis. Pada tahun 1930, proses kontak ini telah dapat bersaing dengan
proses bilik timbal pada segala konsentrasi asam yang dihasilkan. Sejak pertengahan
tahun 1920-an, kebanyakan fasilitas yang baru dibangun dengan menggunakan proses
kontak dengan katalis vanadium. Berbagai penyempurnaan telah dilakukan, baik
terhadap peralatan maupun terhadap katalis.
Proses kontak sekarang telah banyak mengalami penyempurnaan dan dewasa ini
telah menjadi suatu proses industri yang murah, kontinu dan dikendalikan secara
otomatis. Semua pabrik asam sulfat yang baru menggunakan proses kontak.
Salah satu kelemahan proses kamar yang menyebabkan orang tidak memakainya
lagi adalah karena proses ini hanya mampu menghasilkan asam sulfat dengan
konsentrasi sampai 78% saja. Pemekatannya merupakan suatu operasi yang mahal,
sehingga pada tahun 1980, hanya tinggal satu pabrik saja yang menggunakan proses
kamar yang masih beroperasi di Amerika Serikat.

2.2. Bahan Baku Industri Asam Sulfat

Belerang terdapat dalam keadaan unsur bebas ataupun dalam senyawa sulfida Bahan baku
utama pembuatan asam sulfat adalah sulfur atau belerang, yang berwarna kuning. Belerang
di alam terdapat di kulit bumi meliputi kira-kira 0,1% dari massa kulit bumi. Belerang
dalam keadaan unsur bebas terdapat di alam (daerah gunung berapi dan dalam tanah).
Dalam bentuk senyawa, belerang terdapat pada bijih-bijih seperti pyrit (FeS 2), sfalerit
(ZnS), kalkoprit (CuFeS2), galena (PbS), atau pada garam-garam sulfat seperti gips CaSO4,
barium sulfat (BaSO4), maupun magnesium sulfat (MgSO4). Sekitar 56% belerang
diperoleh dengan penambangan dari sulfur alam, 19% diperoleh dari senyawa-senyawa
sulfur seperti pyrite atau batuan sulfida/ sulfat lainnya, dan dari gas buangan industri
minyak bumi/ batu bara (H2S, SO2) 25%.

Penyebaran penambangan endapan belerang di Indonesia saat ini baru diketahui terdapat
dienam propinsi, dengan total cadangan sekitar 5,4 juta. Untuk belerang tipe sublimasi,
karena proses terjadinya didasarkan kepada aktivitas gunung berapi, maka selama gunung

5
berapi aktif, belerang tipe ini dapat diproduksi. Dengan demikian sumber daya belerang
sublimasi dapat dianggap tidak terbatas. Saat ini belerang termurah dihasilkan dari China
dan India.

Berikut daerah yang memiliki sumber belerang, antara lain:

1. Jawa barat : Gunung Tangkuban perahu, Danau Putri,


Galunggung, Ceremai, Telaga bodas
2. Jawa tengah : Gunung Dieng
3. Jawa timur : Gunung Arjuno, Gunung Welirang, kawah Ijen.
4. Sumatera utara : Gunung Namora
5. Sulawesi utara : Gunung Mahawu, Soputan
6. Maluku : Pulau Damar

Dari total jumlah sulfur yang diproduksi tersebut, sekitar 70-85% digunakan untuk
pembuatan asam sulfat. Sedangkan asam sulfat banyak digunakan untuk industri pupuk
(37%), industri bahan kimia (18%), industri bahan warna (8%), pulp dan kertas (7%), besi
baja, serat sintetis, minyak bumi dan lain-lain.

pupuk
Refining minyak bumi
Proses kontak Asam fosfat
Sulfur alam pyrite SO2 H2SO4 Alumunium sulfat
Proses bilik Rayon dan serat
timbal Pulp
Bahan warna dan lain-lain

Gambar 1. Skema bahan baku dan penggunaan asam sulfat

Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan asam sulfat adalah belerang,
oksigen, air dan katalis vanadium pentaoksida sebagai bahan pembantu. Dimana belerang dan
vanadium pentaoksida di impor langsung dari Singapura, sedangkan oksigen di dapat dari udara
bebas. Untuk air yang digunakan didapat dari sumur bor yang melalui tahap pengolahan. Adapun
sifat fisik dari bahan baku pembuatan asam sulfat yaitu:

Titik didih Titik Leleh


No. Komponen Bentuk Warna Bau (oC) (oC)
1. Belerang Padatan Kuning Menyengat 444,6 120
2. Oksigen Gas - - -183 -218,4

6
3. Vanadium Pentaoksida Padatan Kuning - 1750 800
4. Air Cairan - - 100 -
Sumber : Perrys Chemical Engineerings Hand Book, 1998

Sifat kimia dari bahan baku pembuatan asam sulfat yaitu:

BM
No. Komponen (gr/mol) Spgr Kelarutan
1. Belerang 32,06 2,046 Hygroskopis
2. Oksigen 32 1,14 -
3. Vanadium Pentaoksida 181,9 3,357 Larut dalam asam dan alkali
4. Air 18 1,004 Berfungsi sebagai pelarut
Sumber : Perrys Chemical Engineerings Hand Book, 1998

2.3. Alat dalam Industri Asam Sulfat

1. Sulfur Melter

Fungsinya sebagai tempat pencairan


atau peleburan belerang dengan
bantuan panas steam pada coil.

2. Pompa Sulfur

Fungsinya sebagai pengalir sulfur


cair ke furnace. Pompa ini
mempunyai pipa-pipa penyaluran
luar bermantel uap, sehingga
belerang tidak menjadi dingin dan
membeku, karena titik lebur belerang
adalah 115oC.

7
3. Main Blower

Fungsinya sebagai penyuplai udara


untuk proses pembakaran ke furnace.
Main blower yang digunakan adalah
tipe turbo fun dengan kapasitas 117
m3/menit dan tekanan operasi 1800
mmHg.

4. Drying Tower
Fungsinya sebagai unit proses tempat
terjadinya pengeringan udara oleh
sirkulasi asam sulfat (minimal 93%)
dari DT Pump Tank. Drying Tower
yang dipakai adalah tipe packed
column dengan tinggi 8,254 m,
diameter dalam 2,62 m dan diameter
luar 2,86 m.

5. DT Pump Tank
Fungsinya sebagai tangki
penampungan sirkulasi asam sulfat
yang dari atau ke Absorbing Tower.
DT pump tank yang digunakan
mempunyai tinggi 1,8 m, diameter
dalam 2,76 m, diameter luar 3 m dan
kapasitas 8,8 m3/menit.

6. AT Pump Tank
Fungsinya sebagai tangki m3/menit.
penampungan sirkulasi asam sulfat
yang dari atau ke absorbing tower
dan juga sebagai tangki produksi,
yaitu pengenceran (hidrasi) dengan
air. AT Pump Tank yang digunakan
mempunyai tinggi 1,8 m, diameter
dalam 2,76 m, diameter luar 3m, dan
kapasitas 8,8

8
7. Furnace
Fungsinya sebagai tempat
berlangsungnya proses pembakaran
belerang cair dengan udara menjadi
gas SO2. Furnace yang dipakai
berbentuk silinder mendatar dengan
panjang 7,02 m, diameter luar 2,04
m dan diameter ruang bakar 1,65 m.

8. Boiler
Fungsinya sebagai tempat
memproduksi steam. Boiler yang
digunakan berbentuk silinder
mendatar dengan dapur dan pipa-
pipa api (fire tube). Boiler ini
mempunyai panjang 4,6 m dan
tekanan operasi 4 kg/cm2.

9. Absorbing tower
Fungsinya sebagai unit proses
terjadinya proses penyerapan gas
SO3 oleh sirkulasi asam sulfat
(98,3%-99%) Absorbing Tower yang
digunakan adalah tipe packed
column dengan tinggi 8,875 m,
diameter dalam 2,62 m dan diameter
luar 2,86 m.

10. AT Pump
Fungsinya sebagai alat untuk
memompakan sirkulasi asam sulfat
dari AT Pump Tank ke Absorbing
Tower. AT Pump yang digunakan
mempunyai kecepatan putar 1450
Rpm dan kapasitas 1,2 m3/menit.

11. DT Pump

9
Fungsinya sebagai alat untuk
memompakan sirkulasi asam sulfat
dari DT Pump Tank ke Drying
Tower. DT Pump yang digunakan
mempunyai kapasitas 1,2 m3/menit.
12. Plug Valve
Fungsinya sebagai pengatur aliran
gas dari furnace dan boiler.

13. Heatexchanger (on gas filter)


Fungsinya sebagai alat untuk
mendinginkan aliran gas dari furnace
dan boiler yang akan masuk ke
converter. Heat exchanger yang
digunakan adalah tipe shell and tube
dengan jumlah tube 109 buah dan
panjang tube 2,47 m. Heat exchanger
mempunyai tinggi 3 m dan diameter
1,40 m.

14. Gas filter


Fungsinya sebagai alat penyaring
untuk aliran gas yang akan masuk ke
converter. Gas filter mempunyai
tinggi 1,53 m dan diameter 3,448 m.

15. Converter
Fungsinya sebagai unit proses berlangsungnya proses perubahan gas SO 2 menjadi gas
SO3 dengan bantuan katalis vanadium pentaoksida. Converter yang digunakan
mempunyai jumlah bed 4 buah, tinggi 8,5 m, diameter dalam 2,76 m dan diameter luar
3,002 m.

16. 1st
and 2nd Heat exchanger
Fungsinya sebagai tempat
mendinginkan aliran gas yang keluar
dari converter khususnya dari bed I
dan bed II. Tipe yang digunakan
adalah tipe shell and tube.

10
17. SO3 Cooler
Fungsinya sebagai tempat pendingin
aliran gas SO3 yang akan masuk ke
Absorbing Tower. Cooler yang
dipakai adalah tipe shell and tube
dengan tinggi 1,78 m.

18. Distributor
Fungsinya sebagai alat untuk
menyebarkan aliran asam sulfat di
dalam absorbing tower dan drying
tower.

19. Coolingtower
Fungsinya sebagai tempat pendingin
air yang keluar dari acid cooler.

20. Cooling water pump

11
Fungsinya sebagai alat untuk
memompakan sirkulasi pendingin
dari cooling water pit ke acid cooler.

21. PlateHeat exchanger (acid cooler)


Fungsinya sebagai unit
mendinginkan sirkulasi asam sulfat
dari AT/DT Pump Tank ke AT/DT.
Plate heat exchanger (acid cooler)
yang digunakan adalah tipe plate
dengan tekanan operasi 5 kg/cm2.

2.4. Proses Industri Asam Sulfat

a. Proses kontak
Salah satu cara pembuatan asam sulfat melalui proses industri dengan produk yang
cukup besar adalah dengan proses kontak.
Prinsip proses kontak adalah reaksi oksidasi gas SO2 dengan oksigen dari udara
dengan memakai katalis padat dilanjutkan dengan absorpsi gas SO3 yang dihasilkan
untuk membentuk asam sulfat.
Reaksi Utama :

S(s) + O2(g) SO2(g) -70,9 kcal

SO2(g) + O2(g) SO3(g) -23,0 kcal

Pt merupakan katalis yang mula-mula dipakai karena katalis ini aktif pada suhu di
atas 4000C. Reaksinya merupakan reaksi keseimbangan dan ekoterm sehingga
digunakan sejumlah konverter adiakat yang dipasang secara seri dan dipasang
pendingin di antara masing-masing konverter untuk mendapatkan konversi sampai
95%. Konversi reaksi harus tinggi karena SO2 yang tak bereaksi menimbulkan
polusi udara.
Proses Kontak dengan Absorpsi Tunggal

12
Bila menggunakan bahan baku seperti bijih sulfida, asam bekas pakai atau
lumpur asam, diperlukan pemurnian gas yang cukup ekstensif. Kalor yang
dilepas pada waktu reaksi katalitik dimanfaatkan untuk memanaskan gas SO 2
di dalam penukar kalor sebelum masuk konversi katalitik. Kalor yang keluar
dalam pemanggangan bijih atau dalam pembakaran asam bekas biasanya
dipulihkan dalam bentuk uap bertekanan rendah.

Bahan yang digunakan pada proses ini adalah belerang dan melalui proses
berikut.

a. Belerang dibakar di udara, sehingga bereaksi dengan oksigen dan


menghasilkan gas belerang dioksida.

b. Belerang dioksida direaksikan dengan oksigen dan dihasilkan belerang


trioksida.

Reaksi ini berlangsung lambat, maka dipercepat dengan katalis vanadium


pentaoksida (V2O5) pada suhu 450 C.
c. SO3 yang dihasilkan, kemudian dipisahkan, dan direaksikan dengan air
untuk menghasilkan asam sulfat.

d. Reaksi tersebut berlangsung hebat sekali dan menghasilkan asam sulfat


yang sangat korosif. Untuk mengatasi hal ini, gas SO 3 dialirkan melalui
menara yang di dalamnya terdapat aliran H2SO4 pekat, sehingga terbentuk
asam pirosulfat (H2S2O7) atau disebut oleum. Asam pirosulfat direaksikan
dengan air sehingga menghasilkan asam sulfat dengan kadar 98%.

Berikut ini adalah diagram alir pabrik asam sulfat kontak yang
menggunakan pembakaran belerang dan absorpsi tunggal.

13
Gambar 6. Diagram alir proses kontak absorpsi tunggal

Proses Kontak dengan Absorpsi Ganda


Proses kontak kemudian mengalami modifikasi secara berangsur-angsur dan
menggunakan absorpsi ganda (juga disebut katalis ganda), sehingga hasilnya
lebih tinggi dan emisi SO2 yang belum terkonversi dari cerobong asap
berkurang.

Dalam konfigurasi aliran ini, gas yang keluar dari menara absorpsi pertama
dipanaskan lagi melalui pertukaran kalor dengan gas konverter bawah dan
masuk kembali dalam tahap akhir konverter itu. Oleh karena itu, kadar sulfur
trioksidanya rendah, reaksinya:
SO2(g) + O2(g) SO3(g)
Reaksi dapat berlangsung lebih jauh pada arah yang dihendaki dan pemulihan
dapat lebih tinggi dan mencapai 99,7%.
Berikut ini adalah diagram alir pabrik asam sulfat kontak yang menggunakan
pembakaran belerang dan absorpsi tunggal.

14
Gambar 7. Diagram alir asam sulfat dengan menggunakan absorpsi ganda

Reaksi di Melter Sulfur


Sulfur akan dilelehkan dengan steam yang teralir ke melter sulfur, dimana suhu
yang digunakan yaitu 120-1400C dengan tekanan 4kg/cm2. Dari melter sulfur, sulfur leleh
akan dialirkan menuju ke Furnace

Reaksi di Furnace
Sulfur yang berasal dari melter sulfur akan mengalami proses pembakaran dengan
O2 dimana O2 dihasilkan dari blower. Udara ini telah mengalami pengeringan di Driying
Tower. Pengeringan ini dilakukan guna mencegah terjadinya korosi oleh gas saat
pembakaran. Pembakaran sulfur di Furnace menggunakan temperature 750-770 0C,
dimana reaksi yang berlangsung yaitu: S(l) + O2 (g) SO2 (g)
Dari Furnace SO2 akan dialirkan ke boiler. Sebagian gas diambil panasnya di
boiler guna steam untuk proses di sulfur melter. Sebagian gas lagi dengan gas yang telah
diambil panasnya kemudian dialirkan ke Heat Exchanger untuk didinginkan, lalu
dialirkan ke Hot Gas Filter guna penyaringan dan penstabilan suhu.

Reaksi di Converter
Dari hot gas filter, SO2 akan dialirkan ke coverter dimana converter yang
digunakan yaitu converter 4 bed katalis. Gas akan dialirkan ke setiap bed dengan

15
temperature 425-4400C. di converter akan terjadi proses katalisis dengan bantuan
katalisator Venidium Pentaoksida (V2O5). Reaksi yang terjadi merupakan reaksi eksoterm
dimana terjadi proses pelepasan panas disetiap katalis. Reaksi yang terjadi yaitu :
SO2 (g) + O2 (g) SO3 (g)
Gas pada bed I dan II akan dialirkan ke 1st and 2nd heat exchanger untuk
mengalami proses pendinginan . sedangkan gas pada bed III akan langsung dialirkan ke
bed IV karena perbedaan temperature antara keduanya sudah sangat kecil. Dari Heat
exchanger gas-gas ini akan didinginkan dengan cooler 1 dan selanjutnya cooler 2 untuk
pendinginan lebih lanjut.

Reaksi di Absorber
Dari cooler SO3 akan dialirkan ke absorber I dan sebagiannya lagi akan dialirkan
ke absorber II. Absorber I digunakan untuk menghasilkan Oleum (asam sulfat dengan
kadar sulfur teroksida yang tinggi). SO3 akan diserap dengan sirkulasi H2SO4 98%. SO3
yang tertangkap akan mengalir bersamaan dengan H2SO4 keluar absorber menuju ke
storage Oleum. Adapun reakis yang terjadi yaitu :
SO3 (g) + H2SO4 (l) H2S2O7 (l)
Sedangkan SO3 yang tidak tertangkap di absorber I akan dialirkan ke absorber II.
Pada absorber II, SO3 akan diserap oleh sirkulasi H2SO4 sehingga menghasilkan
cairan Oleum. Cairan akan keluar dari absorber II dan akan direkasikan dengan
H2O sehingga menghasilkan H2SO4 98%. Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
SO3 (g) + H2SO4 (l) H2SO4.SO3 (l)
H2SO4.SO3 (l) + H2O (l) H2SO4 (l)

b. Proses Bilik Timbal


Proses bilik timbal yang dikembangkan pada pertengahan kedua abad ke-18,
membakar sulfur dalam bejana tanah liat. Sejumlah kecil SO 3 yang dihasilkan
(bersamaan dengan SO2 yang menjadi produk utamanya) diembunkan dan
dimasukan ke dalam air untuk membuat asam sulfat. Suatu penemuan yang tak
sengaja mengungkapkan bahwa penambahan natrium nitrat dan kalium nitrat
meningkatkan rendemen SO3. Garam-garam ini terurai untuk menghasilkan
nitrogen dioksida yang bereaksi dengan SO2 dan menghasilkan SO3 :
SO2(g) + NO2(g) SO3(g) + NO(g)

Pada tahun 1736, Joshua Ward mengambil langkah penting berikutnya dengan
mengganti bejana tanah liat tempat sulfur dibakar dengan botol kaca besar yang
disusun berseri, untuk mempercepat proses.

16
Pengembangan bilik-timbal (lead chamber) berukuran kamar, yang digunakan
pertama kali oleh John Roebuck pada tahun 1746, secara dramatis memperluas
manufaktur asam sulfat. Produk dari bejana tanah liat yang kuno itu hanya beberapa
gram, dan botol kaca Ward dapat menghasilkan beberapa kilogram. Sebaliknya,
bilik-timbal dapat memproduk asam sulfat dalam jumlah ratusan pound hingga
berton-ton, menurunkan harga produk karena skalanya yang besar serta
menurunkan biaya tenaga kerja. Dalam proses bilik-timbal, campuran sulfur dan
kalium nitrat diletakan dalam cedok (ladle) dan dibakar di dalam bilik besar yang
dilapisi timbal, lantainya digenangi dengan air. Gas mengembun pada dinding dan
diabsorpsi oleh air. Sesudah proses ini diulang beberapa kali, asam sulfat encer
diambil dan dididihkan untuk memekatkannya lebih lanjut. Pengembangan terakhir
meliputi penghembusan uap air untuk mempercepat reaksi dengan air dan
menyebarkan gas serta memisahkan bilik pembakar dari bilik absorpsi.

Joseph Gay Lussac mengambil langkah maju yang nyata pada tahun 1835 ketika ia
membangun menara untuk mengambil kembali NO yang sebelumnya telah
dihembuskan keluar dan dan mengkonversinya kembali menjadi NO2 melalui reaksi
dengan oksigen. Tepatnya, dalam menara Gay Lussac, NO dikonversikan menjadi
asam Nitrit (HNO2) yang dilarutkan dalam asam sulfat berair;

2NO(g) + O2(g) + H2O(l) 2HNO2(aq)

Asam nitrit kemudian direaksikan dalam menara kedua yang diberi nama sesuai
dengan pengembangannya, John Glover untuk mengoksidasi sulfur dioksida :

2HNO2(aq) + SO2(g) H2SO4(g) + 2NO(g)

Reaksi keseluruhan langkah-langkah ini ternyata :


SO2(g) + O2(g) + H2O(l) H2SO4(aq)

Pendaur ulangan oksida nitrogen sangat mengurangi konsumsi natrium nitrat atau
kalium nitrat, yang hanya sekarang diperlukan untuk menggantikan dalam
kehilangan dalam proses. Disamping itu, menara Glover memproduksi asam sulfat
yang lebih pekat 75 sampai 85 persen H2SO4 berdasar massa dibandingkan 60
sampai 70 persen yang diperoleh dengan metode terdahulu. Berikut adalah proses
mendapatkan asam sulfat dengan cara bilik timbal.

17

Gambar 8. Proses Bilik Timbal


c. Proses Pemekatan Asam Sulfat

Asam encer dapat dipekatkan menjadi asam dengan konsentrasi yang agak lebih
tinggi dengan mencelupkan gelungan uap pemanas yang terbuat dari timbal, di
dalam tangki timbal atau tangki yang berlapis timbal dan bata.

Berdasarkan gambar konsentrator dengan tiupan uap seperti gambar dibawah ini.
Gas panas pada suhu sekitar 680oC diperoleh dari pembakaran minyak atau gas
bahan bakar. Gas pembakaran yang panas ini ditiupkan dari arah yang berlawanan
terhadap asam sulfat itu di dalam kompartemen pada drum pemekat dan air keluar
bersama gelembung-gelembung gas dari asam. Gas keluar paada suhu 230 oC
sampai 250oC dari kompartemen pertama drum itu, masuk ke dalam kompartemen
kedua, bersama dengan sebagaian gas panas dari tanur pembakaran. Kemudian gas
yang dihasilkan ini akan keluar pada suhu 170oC sampai 180oC, dan masuk ke
dalam drum pendingin gas, dimana gas tersebut didinginkan lagi menjadi 100 oC
sampai 125oC sambil menaikkans uhu asam encer ke titik didihnya. Oleh karena
sebagian asam sulfat itu terbawa ikut sebagai kabut, gas panas dilewatkan melalui
pembasuh venture dan separator siklon, kemudian dicuci dengan asam umpan dan
air untuk menyingkirkan kabut asam, sebelum dibuang ke udara. Cara ini dapat
menurunkan kabut asam sampai sekitar 35 mg/m3 dengan biaya investor yang lebih
rendah dari pada bila menggunakan prisipitator-kabut elektrostatik. Prosedur ini
akan menghasilkan asam dengan konsentrasi akhir 93%.

18
2.5. Produk dalam Industri Asam Sulfat

Produk asam sulfat yang dihasilkan oleh PT. Dunia Kimia Utama memiliki konsentrasi
98,5%. Sifat fisik asam sulfat yang dihasilkan yaitu:

No. Parameter Sifat Fisik Produk

1. Bentuk Cairan
2. Warna Jernih
3. Bau Menyengat
4. Titik Didih 340oC
5. Titik Leleh 10,49oC

Sedangkan sifat kimia asam sulfat yang dihasilkan yaitu:

No. Parameter Sifat Kimia Produk

1. Rumus Molekul H2SO4


2. BM 98,08 gr/mol
3. Densitas 1,84 g/cm3
4. Spgr 1,834
5. Kelarutan Larut dalam air dengan semua
perbandingan
6. Viskositas
26,7 cP (20 C)

Perbandingan produksi dengan menggunakan proses kontak dengan proses bilik timbal.

No Karakteristik Proses Kontak Proses Bilik Timbal

1 Tekanan 1 atm -

2 Suhu 450-5000C 400-6000C

3 Konversi Mencapai 99,5% (dari Konversi mencapai

19
SO2 menjadi SO3) 78%

4 Harga Rendah, karena dalam Tinggi, karena dengan


satu kali proses kondisi yang hampir
meningkatkan sama hanya bisa
konsentrasi asam. menghasilkan konversi
yang rendah.

5 Katalis V2O5 NO2

2.6. Manfaat Dan Bahaya Produk yang dihasilkan dalam Industri Asam Sulfat

Manfaat produk yang dihasilkan, yaitu :


Kegunaan asam sulfat adalah untuk pembuatan aluminium sulfat. Alumunium sulfat
dapat bereaksi dengan sejumlah kecil sabun pada serat pulp kertas untuk menghasilkan
aluminium karboksilat yang membantu mengentalkan serat pulp menjadi permukaan
kertas yang keras. Aluminium sulfat juga digunakan untuk membuat aluminium
hidroksida.
Asam sulfat juga memiliki berbagai kegunaan di industri kimia. Sebagai contoh, asam
sulfat merupakan katalis asam yang umumnya digunakan untuk mengubah
sikloheksanonoksim menjadi kaprolaktam, yang digunakan untuk membuat nilon. Ia
juga digunakan untuk membuat asam klorida dari garam melalui proses Mannheim.
Banyak H2SO4 digunakan dalam pengilangan minyak bumi, contohnya sebagai katalis
untuk reaksi isobutana dengan isobutilena yang menghasilkan isooktana.

Bahaya dari produk yang dihasilkan, yaitu :


Asam sulfat dianggap tidak beracun selain bahaya korosifnya. Resiko utama asam
sulfat adalah kontak dengan kulit yang menyebabkan luka bakar dan penghirupan
aerosol asap. Paparan dengan aerosol asam pada konsentrasi tinggi akan
menyebabkan iritasi mata, saluran pernafasan, dan membran mukosa yang parah.
Iritasi akan mereda dengan cepat setelah paparan, walaupun terdapat risiko edema
paru apabila kerusakan jaringan lebih parah. Pada konsentrasi rendah, simtom-
simtom akibat paparan kronis aerosol asam sulfat yang paling umumnya dilaporkan
adalah pengikisan gigi.

20
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh mengenai Industri asam sulfat antara lain sebagai
berikut:
1. Bahan baku yang digunakan dalam industri asam sulfat adalah belerang.
2. Proses industri asam sulfat terdiri dari proses kontak (absorpsi tunggal dan ganda) dan
proses bilik timbal.
3. PT. Dunia Kimia Utama yang terletak di Palembang menggunakan proses kontak.
4. Proses kontak dan bilik timbal memakai bahan dasar SO2 dari pembakaran belerang.
5. Asam sulfat dianggap tidak beracun selain bahaya korosifnya. Resiko utama asam
sulfat adalah kontak dengan kulit yang menyebabkan luka bakar dan penghirupan
aerosol asap.
6. Kegunaan asam sulfat adalah untuk pembuatan aluminium sulfat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Austin, George T. 1996. Industri Proses Kimia Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Diawati, Chansyanah. 2010. Diktat Kimia Industri. Bandar Lampung : Universitas Lampung.
Oxtoby, David W. 2003. Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

22

Anda mungkin juga menyukai