Prosedur Kerja Analisis PDF
Prosedur Kerja Analisis PDF
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada
kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi
malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas
maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia,
kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.
kualitas air akan menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung
dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada akhirnya akan menurunkan
kekayaan sumberdaya alam. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar
tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar
secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula secara
kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.
Salah satu badan air yang merupakan kekayaan sumberdaya air adalah
1
2
sungai. Sungai merupakan sebuah fenomena alam yang terbentuk secara alamiah.
Fungsi sungai adalah sebagai penampung, penyimpan irigasi dan bahan baku air
minum bagi sejumlah kota disepanjang alirannya. Sungai merupakan suatu bentuk
ekositem aquatic yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan
pembuangan limbah, baik padat maupun cair, sebagai hasil dari kegiatan rumah
usaha lainnya. Dengan adanya pembuangan berbagai jenis limbah dan sampah
perairan, baik yang dapat terurai maupun yang tidak dapat terurai akan
menyebabkan semakin berat beban yang diterima oleh sungai tersebut. Jika
beban yang diterima oleh sungai tersebut melampaui ambang batas yang
ditetapkan berdasarkan baku mutu, maka sungai tersebut dikatakan tercemar, baik
lain Tukad Badung, Tukad Mati, Tukad Ayung, Tukad Jinah, Tukad Pakerisan,
Tukad Unda, Tukad Sangsang, Tukad Saba, Tukad Bubuh, dan Tukad Yeh Sungi.
Sungai tersebut masih digunakan sebagai tempat untuk mandi dan kebutuhan lain.
3
(BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), lapisan minyak, phosfat dan lainnya.
seperti usaha pembuatan tempe dan tahu, kegiatan peternakan, sablon dan lainnya
Tukad Yeh Sungi merupakan salah satu sungai dari sepuluh sungai telah
Badung yang pada aliran air di daerah hilir dipergunakan sebagai sumber bahan
melampaui baku mutu yaitu : BOD, COD, Total Fosfat, Total coliform, dan
Faecal coliform.
baku air minum menimbulkan ide untuk mengadakan penelitian di Tukad Yeh
perubahan kualitas air secara fisik, kimia, dan biologi pada hulu,
3. Bagaimana kualitas air Tukad Yeh Sungi secara fisik, kimia, dan
biologi ?
perubahan kualitas air secara fisik, kimia, dan biologi pada tengah dan
Yeh Sungi.
4. Mengetahui kualitas air pada Tukad Yeh Sungi secara fisik, kimia, dan
biologi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat
Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara
keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor (Effendi,
2003). Dari sekitar 1.386 juta km3 air yang ada di bumi, sekitar 1.337 km3
(97,39%) berada di samudera atau lautan dan hanya sekitar 35 juta km3 (25,53%)
berupa air tawar di daratan dan sisanya dalam bentuk gas/uap. Jumlah air tawar
tersebut sebagian besar (69%) berupa gumpalan es dan glasier yang terperangkap
di daerah kutub, sekitar 30% berupa air tanah dan hanya sekitar 1% terdapat
dalam sungai, danau dan waduk (Suripin, 2002). Kuantitas air di alam ini
curah hujan, topografi dan jenis batuan sedangkan kualitas air sangat dipengaruhi
oleh lingkungan sosial seperti kepadatan penduduk dan kepadatan sosial (Hadi
dan Purnomo, 1996 dalam Lutfi, 2006). Air yang memadai bagi konsumsi
manusia hanya 0,003% dari seluruh air yang ada (Effendi, 2003).
5
6
Habitat air tawar menempati daerah yang relatif kecil pada permukaan
bumi dibandingkan habitat laut dan daratan namun habitat ini mempunyai
kepentingan bagi manusia yang jauh lebih berarti karena habitat air tawar
merupakan sumber air yang praktis dan murah untuk berbagai keperluan, baik
rumah tangga, domestik, maupun industri. Selain itu ekosistem air tawar
menawarkan sistem pembuangan yang memadai dan paling murah (Odum, 1996).
Daerah aliran sungai dapat dipandang sebagai sistem alami yang menjadi
hidrologis DAS merupakan proses alami sebagai bagian dari suatu daur hidrologi
atau yang dikenal sebagai siklus air. Kegiatan sosial-ekonomi dan budaya
seperti pengembangan lahan kawasan budidaya. Hal ini tidak lepas dari semakin
meningkatnya tuntutan atas sumberdaya alam (air, tanah, dan hutan) yang
konservasi tanah dan air seringkali mengarah pada kondisi yang kurang
lahan, dan percepatan degradasi lahan. Hasil akhir perubahan ini tidak hanya
berdampak nyata secara biofisik berupa peningkatan luas lahan kritis dan
7
penurunan daya dukung lahan, namun juga secara sosial ekonomi menyebabkan
Oleh karena itu ekosistem DAS perlu ditata pemanfaatannya agar dapat digunakan
2002).
Sungai merupakan perairan mengalir (lotik) yang dicirikan oleh arus yang
searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar 0,1 1,0 m/detik, serta
sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, bentang alam (topografi dan kemiringan),
jenis batuan dasar dan curah hujan. Semakin tinggi tingkat kemiringan, semakin
besar ukuran batuan dasar dan semakin banyak curah hujan, pergerakan air
semakin kuat dan kecepatan arus semakin cepat. Sungai bagian hulu dicirikan
dengan badan sungai yang dangkal dan sempit, tebing curam dan tinggi, berair
jernih dan mengalir cepat. Badan sungai bagian hilir umumnya lebih lebar,
tebingnya curam atau landai badan air dalam, keruh dan aliran air lambat
sekitarnya. Sungai sebagai penampung dan penyalur air yang datang dari daerah
hulu atas, akan sangat terpengaruh oleh tata guna lahan dan luasnya daerah aliran
sungai, sehingga pengaruhnya akan terlihat pada kualitas air sungai (Odum,
1996).
dalam memulihkan diri dari pencemaran tergantung pada ukuran sungai dan laju
aliran air sungai dan volume serta frekuensi limbah yang masuk (Lehler dalam
Miller, 1975).
dipengaruhi oleh (1) laju aliran air sungai, (2) berkaitan dengan jenis bahan
secara masif, atau terjadi magnifikasi biologis pada rantai makanan (Lehler dalam
Miller, 1975).
sepanjang tahun karena hampir semua hulunya terletak di Kecamatan Penebel dan
Kecamatan Baturiti yang merupakan daerah resapan air dan merupakan sungai
dengan sumber mata air dalam jumlah yang banyak. Debit air dari mata air pada
dua Kecamatan tersebut memiliki total debit air paling tinggi di bandingkan
dengan debit air dari mata air di kecamatan lain karena kecamatan ini terletak
pada dataran tinggi dengan perkebunan tanaman tahunan dan berdekatan dengan
Panjang aliran Tukad Yeh Sungi 40,5 km dan luas daerah pengaliran
sungai 39,2 km. Daerah hulu terletak di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan
dan bermuara di wilayah Banjar Nyanyi, Desa Beraban, Kediri, Tabanan. (BLH
Provinsi Bali, 2009). PDAM Kabupaten Tabanan sebagai punyuplai air bersih
di daerah muara Tukad Yeh Sungi sebagai air baku air minum (Kantor
2.4 Pencemaran
oleh perubahan pola pembentukan energi dan materi, tingkatan radiasi, bahan-
bahan fisika, kimia dan jumlah organisme. Perubahan ini dapat mempengaruhi
manusia secara langsung atau tidak langsung melalui hasil pertanian, peternakan,
benda-benda, perilaku dalam apresiasi dan rekreasi di alam bebas (Fardiaz. 1992)
dibagi dalam tiga tingkatan yaitu : (1) gangguan, merupakan bentuk pencemaran
yang paling ringan, (2) pencemaran temporer, berjangka pendek karena alam
(3) pencemaran permanen, bersifat tetap karena alam tidak mampu kembali
pencemaran air adalah suatu keadaan air tersebut telah mengalami penyimpangan
dari keadaan normalnya. Keadaan normal air masih tergantung pada faktor
penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air (Wardhana, 2004).
bertambahnya suatu material atau bahan dan setiap tindakan manusia yang
perubahan lingkungan karena mengubah sumber daya alam menjadi produk baru
Kumar (1977) berpendapat bahwa air dapat tercemar jika kualitas atau
komposisinya baik secara langsung atau tidak langsung berubah oleh aktivitas
manusia sehingga tidak lagi berfungsi sebagai air minum, keperluan rumah
tangga, pertanian, rekreasi atau maksud lain seperti sebelum terkena pencemaran.
Ciri-ciri yang mengalami polusi sangat bervariasi tergantung dari jenis dan
perairan yang sedikit atau tanpa pengolahan sama sekali terlebih dahulu. Hal ini
langsung meliputi effluent yang keluar dari industri, TPA (Tempat Pemrosesan
Akhir Sampah), dan sebagainya. Sumber tidak langsung yaitu kontaminan yang
memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau atmosfer berupa hujan. Tanah dan
air tanah mengandung mengandung sisa dari aktivitas pertanian seperti pupuk
dan pestisida. Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari aktivitas manusia
kebutuhan hidupnya, yaitu limbah yang berasal dari industri, rumah tangga, dan
Davis dan Cornwell, 1991 dalam Effendi (2003), secara ringkas seperti terlihat
Tabel 2.1
Jenis Pencemar dan Sumbernya
2.4.3. Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
sampah, air kakus (black water), dan air buangan dari berbagai aktivitas domestik
Lingkungan Hidup, 2009), limbah didefinisikan sebagai sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan.
Limbah cair adalah air yang membawa sampah (limbah) dari rumah, bisnis
dan industri. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan
13
terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir 0,1% dari
padanya berupa benda-benda padat yang terdiri dari zat organik dan an-organik.
Pelimbahan akan berbeda kekuatan dan komposisinya dari suatu kota ke kota
perkapita. Tidak ada dua jenis sampah yang benar-benar sama. Pelimbahan pada
kota-kota non industri, kebanyakan terdiri dari sampah domestik yang murni
(Mahida, 1986).
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa
yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
2001) antara lain limbah cair domestik (domestic waste water), limbah cair
industri (industrial waste water), rembesan dan luapan (infiltration and inflow).
mengandung susunan senyawa organik, baik itu alami maupun sintetis. Senyawa
ini masuk ke dalam badan air sebagai hasil dari aktivitas manusia. Penyusun
14
setiap tempat dan setiap saat sesuai dengan sumber asalnya. Secara garis besar zat
yang terdapat di dalam air limbah dapat dikelompokkan seperti Gambar 2.1.
Air Limbah
Gambar 2.1
Komposisi dan Persentase Komponen Bahan Organik dalam Limbah (Sugiharto,
1987)
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri patogen.
Pemantauan kualitas air pada sungai perlu disertai dengan pengukuran dan
pencatatan debit air agar analisis hubungan parameter pencemaran air dan debit
- Parameter Fisika
a. Suhu
air. Suhu air buangan kebanyakan lebih tinggi daripada suhu badan air. Hal ini
untuk mengetahui kondisi perairan dan interaksi antara suhu dengan aspek
kesehatan habitat dan biota air lainnya. Kenaikan suhu air akan menimbulkan
beberapa akibat sebagai berikut : (1) jumlah oksigen terlarut di dalam air
menurun. (2) kecepatan reaksi kimia meningkat. (3) kehidupan ikan dan hewan air
lainnya terganggu.(4) jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan
cair untuk menghantarkan arus listrik. Kemampuan ini tergantung keberadaan ion,
total konsentrasi ion, valensi konsentrasi relatif ion dan suhu saat pengukuran.
Makin tinggi konduktivitas dalam air, air akan terasa payau sampai asin. (Mahida,
1986).
c. Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid, TSS) dan Total Padatan
Padatan total adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami
evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu (APHA, 1989). Padatan yang
2.2.
Tabel 2.2
Klasifikasi Padatan di Perairan Berdasarkan Ukuran Diameter
padatan tersuspensi terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik
terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa ke dalam
yang tinggi akan mempengaruhi biota di perairan melalui dua cara. Pertama,
Kedua, secara langsung TDS yang tinggi dapat mengganggu biota perairan seperti
analisis perairan tercemar dan buangan serta dapat digunakan untuk mengevaluasi
Padatan tersuspensi mempengaruhi kekeruhan dan kecerahan air. Oleh karena itu
perairan. Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang
tidak tersaring dengan kertas saring millipore dengan ukuran pori 0,45 m.
Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang terlarut
dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama terjadinya TDS adalah
bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh
air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut
air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian.
dalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang melayang. Kekeruhan perairan
- Parameter Kimia
adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7
bikarbonat dan hidroksida akan menaikkan kebasaan air, sementara adanya asam-
asam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan keasaman suatu perairan.
buangan industri dan rumah tangga dapat mempengaruhi nilai pH perairan. Nilai
renik yang terdapat di perairan, sebagai contoh H2S yang bersifat toksik banyak
dinyatakan dalam mg/l (ppm) (Darsono, 1992). Oksigen bebas dalam air dapat
berkurang bila dalam air dalam terdapat kotoran/limbah organik yang degradable.
Dalam air yang kotor selalu terdapat bakteri, baik yang aerob maupun yang
anaerob. Bakteri ini akan menguraikan zat organik dalam air menjadi
bebas dalam air habis/sangat berkurang jumlahnya maka yang bekerja, tumbuh
Oksigen larut dalam air dan tidak bereaksi dengan air secara kimiawi.
Pada tekanan tertentu, kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu. Faktor
tempat dan plankton yang terdapat di perairan (di udara yang panas, oksigen
terlarut akan turun). Daya larut oksigen lebih rendah dalam air laut jika
dibandingkan dengan daya larutnya dalam air tawar. Daya larut O2 dalam air
limbah kurang dari 95% dibandingkan dengan daya larut dalam air tawar (Setiaji,
1995)
bervariasi antara 7-14 ppm. Kadar oksigen terlarut dalam air pada sore hari > 20
ppm. Besarnya kadar oksigen di dalam air tergantung juga pada aktivitas
fotosintesis organisme di dalam air. Semakin banyak bakteri di dalam air akan
umumnya < 2 ppm. Kalau kadar DO dalam air tinggi maka akan mengakibatkan
instalasi menjadi berkarat, oleh karena itu diusahakan kadar oksigen terlarutnya 0
merupakan salah satu indikator pencemaran organik pada suatu perairan. Perairan
dengan nilai BOD5 tinggi mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar oleh
bahan organik. Bahan organik akan distabilkan secara biologik dengan melibatkan
mikroba melalui sistem oksidasi aerobik dan anaerobik. Oksidasi aerobik dapat
Menurut Mahida (1981) BOD akan semakin tinggi jika derajat pengotoran
menentukan kekuatan atau daya cemar air limbah, sampah industri, atau air yang
telah tercemar. BOD biasanya dihitung dalam 5 hari pada suhu 200C. Nilai BOD
yang tinggi dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut tetapi syarat BOD air
ppm.
kelemahan di antaranya adalah: (1) dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang
disebut juga Intermediate Oxygen Demand, (2) uji BOD membutuhkan waktu
yang cukup lama, yaitu lima hari (3) uji BOD yang dilakukan selama lima hari
masih belum dapat menunjukkan nilai total BOD, melainkan 68 % dari total
BOD, (4) uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat di dalam air
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat
didegradasi secara biologi maupun yang sukar didegradasi menjadi CO2 dan H2O.
didekomposisi secara biologis maupun yang tidak. Uji ini disebut dengan uji
COD, yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
22
tersebut juga menurunkan kualitas air. Bakteri dapat mengoksidasi zat organik
menjadi CO2 dan H2O. Kalium dikromat dapat mengoksidasi lebih banyak lagi,
sehingga menghasilkan nilal COD yang lebih tinggi dari BOD untuk air yang
sama. Di samping itu bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan
mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Sembilan puluh enam
persen hasil uji COD yang selama 10 menit, kira-kira akan setara dengan hasil uji
e. Fosfat (PO4)
berguna di dalam transfer energi di dalam sel misalnya adenosine trifosfate (ATP)
Menurut Peavy et al. (1986), fosfat berasal dari deterjen dalam limbah cair
dan pestisida serta insektisida dari lahan pertanian. Fosfat terdapat dalam air alam
atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat, polifosfat dan fosfat organis. Setiap
senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di
dalam sel organisme dalam air. Di daerah pertanian ortofosfat berasal dari bahan
pupuk yang masuk ke dalam sungai melalui drainase dan aliran air hujan.
Polifosfat dapat memasuki sungai melaui air buangan penduduk dan industri yang
23
pencucian, industri logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat dalam air
Menurut Boyd (1982), kadar fosfat (PO4) yang diperkenankan dalam air
minum adalah 0,2 ppm. Kadar fosfat dalam perairan alami umumnya berkisar
antara 0,005-0,02 ppm. Kadar fosfat melebihi 0,1 ppm, tergolong perairan yang
eutrof.
- Parameter Biologi
tumbuhan dan jasad lain. Salah satu sumber daya air yang dipergunakan untuk
sampah, sehingga air yang terdapat dalam sungai tersebut sering mengandung
bibit penyakit menular seperti disentri, kolera, tipes dan penyakit saluran
air adalah bakteri Escherichia coli, yang merupakan salah satu bakteri yang
tergolong koliform dan hidup normal di dalam kotoran manusia dan hewan
sehingga disebut juga Faecal coliform. Faecal coliform adalah anggota dari
coliform yang mampu memfermentasi laktosa pada suhu 44,50C dan merupakan
24
bagian yang paling dominan (97%) pada tinja manusia dan hewan (Effendi,
2003).
bakteri petunjuk adanya pencemaran tinja yang paling efisien, karena Faecal
coliform hanya dan selalu terdapat dalam tinja manusia. Jika bakteri tersebut
terdapat dalam perairan maka dapat dikatakan perairan tersebut telah tercemar dan
tidak dapat dijadikan sebagai sumber air minum. Bakteri coliform lainnya berasal
dari hewan dan tanaman mati disebut dengan koliform non fecal.
kadar mahluk hidup, zat energi atau komponen yang ada dan/atau unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur
baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat energi atau
komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
Upaya yang dilakukan adalah dengan pengelolaan kualitas air dan pengendalian
Pencemaran Air. Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga
tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjaga agar
dilakukan untuk menjamin kualitas agar sesuai dengan baku mutu air melalui
(Pemerintah Provinsi Bali, 2005). Tindak lanjut dari Peraturan Daerah maka
tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Kerusakan Lingkungan Hidup
Status mutu air adalah kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar
atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan
26
membandingkan terhadap baku mutu air yang ditetapkan. Banyak cara untuk
melakukan penilaian status mutu air pada suatu sumber air, yaitu diantaranya
yang disajikan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115
Penentuan Status Mutu Air, yaitu dengan Metoda Storet dan Metoda Indeks
Pencemaran.
Pengelolaan kualitas air atas dasar Indeks Pencemaran (IP) ini dapat
memberi masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan
air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas
jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar. Metode ini
b) Menghitung harga Ci/Lij untuk tiap parameter pada setiap lokasi pengambilan
cuplikan
c) Menentukan nilai rata rata dan maksimum dari keseluruhan data, masing-
(Ci/Lij) 2M + (Ci/Lij) 2R
PIj = 2
Keterangan :
BAB III
KERANGKA BERFIKIR DAN KONSEP PENELITIAN
pada akhirnya akan memacu peningkatan aktivitas di segala bidang. Kondisi ini
tersebut. Bahan pencemar yang berasal baik dari aktivitas perkotaan (domestik),
industri, pertanian dan sebagainya yang terbawa bersama aliran permukaan (run
off), langsung ataupun tidak langsung akan menyebabkan terjadinya gangguan dan
perubahan kualitas fisik, kimia dan biologi pada perairan sungai tersebut yang
berarti turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu akan menyebabkan air
Kabupaten Tabanan dan Badung. Tukad Yeh Sungi bukan merupakan sungai
yang bermuara di laut, melainkan menjadi satu dengan muara Tukad Yeh Penet,
yang terletak di Banjar Nyanyi, Desa Beraban, Kediri, Tabanan. Aliran air pada
daerah muara dipergunakan sebagai air baku air minum oleh PDAM Kabupaten
Tabanan. Data Status Lingkungan Hidup Provinsi Bali Tahun 2009 (BLH
Provinsi Bali, 2009) menunjukkan bahwa pada Tukad Yeh Sungi terdapat
beberapa parameter pencemar yang telah melampaui baku mutu yaitu : BOD,
COD, Fosfat, Total coliform, dan Faecal coliform. Berdasarkan data tersebut dan
mengetahui tercemar atau tidak tercemarnya badan perairan akibat limbah yang
Analisis Data
1. Hasil Pengukuran Sampel Air Dibandingkan
dengan Baku Mutu Kualitas Air berdasarkan
Pergub Bali Nomor 8 Tahun 2007.
2. Penentuan Status Mutu Air dengan Metode
Indeks Pencemaran
Tercemar / Tidak Tercemar
Gambar 3.1
Kerangka Berpikir Penelitian
sebagai sumber air baku air minum, sumber air sektor industri, untuk pengairan,
untuk badan air penerima berbagai limbah dan lain-lain. Sungai seringkali
30
manusia, yang dapat menambah beban pencemaran (Widyastuti dan Marfa, 2004).
Oleh karena itu, untuk melestarikan sumber daya air diperlukan upaya
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan
untuk menjamin kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya agar tetap
dilakukan untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air melalui
yang berasal dari kegiatan manusia serta penanggulangan pencemaran air serta
pemantauan kualitas air secara rutin dan terstruktur oleh pemerintah sesuai
kualitas air.
dan analisis kualitas air dengan melakukan pengamatan terhadap parameter fisika,
kimia air serta biologi pada Tukad Yeh Sungi dibandingkan dengan baku mutu air
tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan
31
Hidup (Pemerintah Provinsi Bali, 2007). Penentuan status mutu air Tukad Yeh
menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada dalam waktu tertentu dengan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman
Analisis Data
1. Hasil Pengukuran Sampel Air Dibandingkan
dengan Baku Mutu Kualitas Air berdasarkan
Pergub Bali Nomor 8 Tahun 2007.
2. Penentuan Status Mutu Air dengan Metode
Indeks Pencemaran
Tercemar/Tidak tercemar
Rekomendasi
Gambar 3.2
Kerangka Konsep Penelitian
33
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
melaksanakan penelitian agar data dapat dikumpulkan secara efisien, efektif serta
dapat diolah dan dianalisis sesuai tujuan yang ingin dicapai. Manfaat rancangan
penelitian adalah : (1) memberi pegangan yang lebih jelas kepada peneliti dalam
dengan tujuan penelitian, (3) memberi gambaran yang jelas tentang apa yang
Merujuk pada kondisi perairan Tukad Yeh Sungi yang dituangkan dalam
Status Lingkungan Hidup Provinsi Bali tahun 2009, memunculkan ide untuk
maka perlu dilakukan studi kepustakaan mengenai situasi dan kondisi yang
terdapat di Daerah Aliran sungai tersebut. Data sekunder yang diperlukan adalah
peta DAS, aktivitas yang terdapat di sepanjang Tukad Yeh Sungi yang bertujuan
33
34
sehingga diketahui Status Mutu Air Tukad Yeh Sungi. Secara singkat penelitian
ini dilakukan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut : (a) mengumpulkan dan
mempelajari pustaka yang ada kaitannya dengan topik penelitian, (b) orientasi
(e) pengumpulan data primer dan data sekunder seperti : peta, data debit sungai,
aktivitas manusia, data kualitas air, (f) analisis data, (g) hasil dan pembahasan
dan (h) simpulan dan saran. Secara skematis tahapan pelaksanaan penelitian dapat
sangat potensial yaitu dimanfaatkan sebagai sumber air baku bagi PDAM, irigasi
Kabupaten Tabanan dan Badung dengan panjang aliran 40,5 km. Pengambilan
sampel kualitas air dilakukan di titik pantau 1: Br. Palian, Desa Luwus,
(tiga) minggu hal ini dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak stabil serta
14 Oktober 2011 dan minggu III dilaksanakan tanggal 17, 19, 21 Oktober 2011.
Peta Lokasi Tukad Yeh Sungi dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Ide Penelitian
Studi Kepustakaan/
Pengumpulan Data Sekunder
Pelaksanaan Penelitian
Analisis Data
Gambar 4.1
Skema Rancangan Penelitian
36
Lokasi Penelitian
Gambar 4.2
Peta Lokasi Penelitian
(Bappeda Kabupaten Tabanan, 2010)
didominasi oleh areal pertanian dan pemukiman yang relatif cukup jauh dari
37
sungai dan wilayah II yang meliputi daerah tengah hilir yang meliputi
masing wilayah tersebut adalah bahwa karakteristik dan aktivitas pada kedua
kelayakan kualitas parameter sungai yaitu baku mutu air kelas I berdasarkan
Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup dengan alasan bahwa
peruntukan air sungai sebagai air baku bagi PDAM Kabupaten Tabanan.
bersama tim dari UPT Laboratorium Dinas PU Provinsi Bali adalah sampel
gabungan (composite sampel) yaitu dengan cara mengambil sampel air dari
beberapa titik dengan menggunakan alat botol sampel yang terbuat dari plastik
untuk parameter fisika serta kimia dan untuk parameter mikrobiologi dengan botol
kaca yang telah steril pada satu titik pantau kemudian dijadikan satu pada
tangga, limbah pertanian serta limbah usaha dan dari berbagai kegiatan manusia
yang berlangsung di DAS dan dampak yang ditimbulkan pada sungai tersebut
sehingga dapat diketahui kualitas air sebelum memasuki kawasan penelitian dan
perubahan kualitas air yang diakibatkan oleh kegiatan manusia seperti pada
sungai dilakukan pada lokasi dimana air sungai tersebut telah betul-betul
homogen atau tercampur dengan baik. Verifikasi bahwa pada titik sampel tersebut
sudah terjadi percampuran air sungai yang baik maka perlu dilakukan
sepanjang lebar dan kedalaman sungai untuk dianalisis beberapa parameter yang
khas seperti pH dengan alat pH meter, temperatur dengan alat termometer dan
oksigen terlarut dengan metode titrasi langsung dilapangan. Jika hasil yang
diperoleh tidak berbeda secara signifikan maka suatu titik sampling dapat
ditentukan di tengah aliran atau titik lain yang mudah pengambilannya. Bila hasil
analisis berbeda nyata dari satu titik dengan yang lainnya maka perlu diambil
sampel dari beberapa titik yang dilalui aliran dengan ketentuan sebagai berikut :
TUA
LUWUS
PEREAN
C
PETAKA A
Wilayah I U
B
E
SEMBUNG
L
A
Y
U
MARGA
A
BELANWAK
Tengah SABONGAN Y
U
N
S: 08336,65 KUWUM
WERDI A
BUANA N
E:115093,28 KUKUH
DAHA
BERINGKIT
BANJAR
ANYAR
Hilir ABIAN
TUWUNG
MENGWI
GULINGAN
S: 08370,78
KEDIRI
E:115067,78
MENGWI TANI
PANDAK BADUNG
NYITDAH MAMBU
Wilayah II
KABA KABA
PANDAK GEDE
BELALANG BUWIT
CEPAKA
KETERANGAN
Tukad Sungi
CEMAGI
Gambar 4.3
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : data primer dan
data sekunder.
40
a. Data primer
Data primer ini diperoleh dari pengumpulan data dari informan dilakukan
dengan wawancara mendalam mengenai jenis kegiatan dan aktifitas yang terjadi
sepanjang tukad yeh sungi. Data yang diperoleh dari informan dituangkan dalam
tabel aktifitas sumber pencemar (Tabel 4.2). Selain itu, pengumpulan data primer
b. Data sekunder
DAS, buku, situs internet, jurnal - jurnal, skripsi dan tesis serta laporan
penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian perubahan kualitas air sungai
a. Data Primer
b. Data Sekunder
DAS, buku, situs internet, jurnal-jurnal, skripsi dan tesis serta laporan
penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian perubahan kualitas air sungai.
1. Fisika : debit air, suhu, kekeruhan, TDS dan TSS, daya hantar listrik.
oleh aktivitas pertanian dan pemukiman yang disertai dengan peternakan dan
ke perairan sungai dilakukan dengan wawancara dan dari data sekunder. Metode
kualitas air di sungai tersebut. Halhal yang diamati adalah (1) jenis
kegiatan/usaha yang ada, (2) jumlah kegiatan/usaha dan (3) lokasi. Variabel
aktivitas manusia ditampilkan dalam bentuk tabel seperti terlihat pada Tabel 4.2.
42
Tabel 4.1
Parameter Kualitas Air yang Diukur, Metode Analisis dan Alat-alat Pengukuran
I. Fisika
000
Suhu C Pemuaian Thermometer
TSS Gravimetri Timbangan analitik
mg/l
TDS Potensiometri TDS Meter
Daya Hantar Listrik s Potensiometri Conductovitymeter
Kekeruhan NTU Turbidimetri Turbidimeter
II. Kimia
pH - Potensiometri pH meter
DO mg/l Titrimetri winkler Peralatan titrasi
BOD5 mg/l Titrimetrik Peralatan titrasi
COD mg/l Spektrofotometrik Spektrofotometer
Total Phosfat mg/l Spektrofotometrik Spektrofotometer
III. Mikrobiologi
Fecal coliform MPN/100 ml Metode MPN Tabel MPN, filter
Total coliform MPN/100 ml Metode MPN Tabel MPN, filter
Tabel 4 .2
Aktivitas Sumber Pencemar
Jenis Lokasi
No Jumlah
Kegiatan
1 Pemukiman
2 Laundry
3 Pertanian
4 Hotel/Villa
43
seperangkat alat pengambilan sampel kualitas air, meteran, stop watch dan bola
pingpong, GPS, alat dokumentasi, komputer, peta sungai, wadah sampel air, dan
bahan pengawet,
4.7.1.Parameter Fisika
a. Suhu
Alat yang dipergunakan adalah termometer gelas air raksa, pengukuran suhu
Cara Kerja :
termometer presisi atau dengan percobaan titik beku dan titik didih air.
Pengukuran sampel air sungai dilakukan secara in situ. Langkah pertama yang
harus dilakukan sebelum mengukur sampel air adalah dengan mencatat suhu
sampler.
Pengukuran TSS dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui berat atau jumlah
zat-zat yang tersuspensi di dalam 1000 ml air sampel yaitu dengan cara
menimbang berat zat-zat tersuspensi dalam air yang tertinggal pada kertas saring.
44
Metode :yang dipergunakan adalah Gravimetri dan cara kerjanya adalah : (1)
ditimbang dan dicatat berat kertas saring bersih yang dipakai (A gram), (2)
Sebanyak 500 ml sampel air disaring dan disisihkan air yang telah disaring di
dalam gelas piala, (3) kertas saring yang telah dipakai tadi dikeringkan dengan
didiamkan pada suhu kamar, (4) selanjutnya kertas saring beserta padatannya
Perhitungan :
1000 x (B A)
= . gram/Liter.................................(1)
Volume sampel (ml)
Keterangan :
dalam contoh uji dalam satuan mg/l. Alat yang digunakan untuk mengukur TDS
Cara kerja:
Alat dihidupkan dengan menekan tombol mode, kemudian set ditekan untuk
mencari analisis TDS lalu ditunggu hingga pada layar tertera nilai ppm, kemudian
dimasukkan elektrode alat pada sampel yang diukur lalu ditunggu hingga nilai
yang tertera pada layar menunjukkan nilai yang stabil / tidak berubah-ubah dalam
satuan ppm. Nilai yang tertera pada alat merupakan nilai TDS yang terkandung di
dalam sampel yang diukur. Setelah selesai pengukuran eletroda TDS meter
45
diangkat dan dibilas dengan air suling / aquades lalu dikeringkan dengan tisue.
Kemudian alat matikan dengan menekan tombol mode hingga pada layar tidak
muncul nilai.
d. Kekeruhan
di dalam air, misalnya lumpur, alga (ganggang), detritus dan bahan-bahan kotoran
tumbuhan air sehingga suplai oksigen yang diberikan oleh tumbuhan dari proses
fotosintesis berkurang. Bahan-bahan terlarut dalam air juga menyerap panas yang
mengakibatkan suhu air meningkat sehingga jumlah oksigen terlarut dalam air
Pengukuran ini dapat langsung dilakukan di lapangan dan secara otomatis nilai
Metode yang digunakan adalah visual dengan turbidimeter Hellige. Cara uji
adalah dengan membandingkan intensitas cahaya yang melalui contoh air dengan
kekeruhan adalah :
dalam pengukuran.
ditekan dan ditunggu hingga muncul nilai pada layar, nilai tersebut
Daya hantar listrik menunjukkan adanya bahan kimia terlarut seperti NaCl.
Konduktivitas air dapat meningkat dengan adanya ion-ion logam berat yang
dengan cara alat dihidupkan kemudian tombol ditekan. Cara kerja untuk
b. Cara penggunaan
1. Electrode dicelupkan ke dalam wadah yang berisi sampel lalu dilihat pada
nilai yang tertera pada alat, ditunggu hingga nilai pada layar stabil.
a. pH
keseimbangan unsur-unsur kimia dan unsur hara yang bermanfaat bagi kehidupan
organisme yang ada di dalamnya (Odum, 1996). Alat yang dipergunakan adalah
pH meter
Cara Kerja :
ke larutan buffer pH 7, setelah itu Cal ditekan sampai muncul nilai 7 pada layar
Cal ditekan sampai muncul insert buffer pH 4 pada layar monitor, lalu eletroda
layar monitor. Setelah selesai dikalibrasi, alat dapat digunakan dengan cara
sebagai berikut : (1) elektroda dimasukkan ke dalam sampel yang akan di ukur (2)
kemudian tombol read pada alat ditekan, ditunggu hingga nilai pada alat stabil.
Angka yang stabil tersebut merupakan nilai pH pada sampel yang diukur.
b. DO (Dissolved Oxygen)
organik secara aerob (Fardiaz, 1992). Metode yang dipergunakan untuk analisis
- Iodida alkali (perekasi Winkler), H2SO4 pekat, larutan Mangan sulfat/ MnSO4
bagian dalam dari leher botol, kemudian ditutup kembali. Selanjutnya dikocok
hingga endapan larut. Sebanyak 100 ml sampel tersebut diambil, lalu dititrasi
kembali dengan larutan Natrium tiosulfat, dari biru sampai menjadi bening.
Perhitungan :
organik yang ada dalam air secara aerob, pengukuran BOD dilakukan selama lima
hari. Nilai BOD tinggi berarti jumlah bahan buangan yang ada dalam air tinggi
(Wardhana, 1995).
49
Alat : Botol Winkler, pipet tetes, pipet volumetric, Erlenmeyer, buret dan statif
Cara kerja :
sampel air yang telah disaring, diencerkan dengan aquadest 100X dan dimasukkan
kertas karbon atau plastik hitam) dan ditempat yang gelap. Dicatat suhu air dan
Tes COD digunakan untuk menghitung kadar bahan organik yang dapat
dalam air yang dapat dioksidasi secara kimia dengan menggunakan larutan
K2Cr2O7. Angka COD biasanya lebih tinggi dari angka BOD karena lebih banyak
bahan buangan organik yang dapat dioksidasi secara kimia, selain itu waktu untuk
HgSO4), pereaksi asam sulfat (Ag2SO4, H2SO4 pekat), asam sulfamat (NH2SO3H),
Cara Kerja :
50
Sebanyak 2,5 ml volume contoh uji dipipet ke dalam tabung yang telah berisi
larutan pencerna (1,5 ml) dan larutan pereaksi asam sulfat (3,5 ml), tabung ditutup
dan dikocok perlahan sampai homogen, tabung diletakkan pada pemanas yang
telah dipanaskan pada suhu 150oC, dilakukan refluks selama 2 jam. Contoh yang
dibiarkan mengendap dan dipastikan bagian yang diukur benar benar jernih,
2010, absorbansi blanko yang tidak direfluks yang mengandung dikromat diukur,
dengan pereaksi air sebagai contoh uji, lalu dilakukan analisis yang sama untuk
1994).
Penghitungan Bakteri Golongan Koli (Total coliform) dan Bakteri koli Tinja
(Faecal coliform)
Tujuan analisis bakteri golongan koli dan bakteri golongan koli tinja
adalah untuk mengetahui adanya pencemaran dari kotoran manusia dan hewan
berdarah panas pada sungai, saluran air minum, tempat pemandian dan sumur.
Bakteri golongan koli tinja digunakan sebagai indikator adanya pencemaran air
karena bakteri tersebut berasal dari saluran pencernaan manusia atau hewan, dan
besar memberi petunjuk bahwa air telah mengalami pencemaran, disamping itu
karena bakteri golongan koli tinja paling tahan terhadap lingkungan yang kurang
menguntungkan, sehingga apabila bakteri lain sudah mati, bakteri golongan koli
tinja masih bertahan hidup. Penggunaan bakteri golongan koli sebagai indikator
pencemaran masih perlu dilengkapi dengan analisis bakteri golongan koli tinja,
karena sebagian dari spesies golongan koli mempunyai habitat pada tanah
pendahuluan untuk menduga apakah di dalam air terdapat bakteri golongan koli.
Pengujian perkiraan dinyatakan positif jika terbentuk gas pada tabung peragian,
tetapi yang positif pada pengujian ini belum tentu merupakan bakteri golongan
koli sebab banyak bakteri lain yang dapat meragikan laktose dengan
media Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB), jika dalam media cair ini
tujuan untuk untuk meyakinkan terhadap hasil dari pengujian penegasan. Hasil
pengujian tersebut kemudian dapat dilihat pada penentuan MPN (Most Probable
Cara Kerja :
fermentasi laktosa cair dengan mencampur bubuk laktosa dan akuades sampai
homogen lalu dipanaskan sampai larut dengan sempurna. Kemudian dilakukan tes
pH, setelah itu baru dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang di dalamnya berisi
(Brilliant Green Lactose Bile Broth) dibuat dengan mencampur bubuk BGLBB
reaksi yang sudah berisi tabung durham, lalu disterilisasi dengan menggunakan
autoclave pada suhu 121o C selama 15 menit sebelum digunakan (Fardiaz, 1992).
a. Tes Pendugaan
bercampur rata.
dilakukan terhadap gas yang terbentuk di dalam tabung Durham. Tabung yang
53
4. Sesudah 24 jam kemudian diamati gas yang dihasilkan. Apabila dalam tabung
b. Tes Penegasan
Sampel yang mengandung gas, baik dalam jangka waktu 24 jam maupun
dalam jangka waktu 48 jam dilanjutkan dengan tes penegasan, dimana jumlah
tabung yang digunakan sesuai dengan jumlah tabung yang menghasilkan gas
2. Sampel ini dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi media
selama 24 jam dan dilakukan pengamatan gas yang di dalam tabung Durham.
c. Tes Lengkap
Pada tes komplit ini digunakan media padat dan menggunakan cawan petri.
1. Sampel yang diragukan Confirmed Tes diambil dengan loop wire dan
4. Bila bentuk yang diamati dengan koloni counter memberikan warna merah
jambu berbentuk apaque, pinggir mucoid, tidak berinti, maka hal ini
5. Bila masih gagal ( ragu ) dipindahkan sekali lagi ke media Lauril Triptose
6. Pembentukan gas diamati dalam 24 jam bila ada menunjukkan hasil positif.
d. Perhitungan
Cara penghitungan untuk bakteri golongan koli dan bakteri koli tinja adalah
sama. Jumlah tabung yang positif dari pengujian perkiraan, penegasan dan
pengujian lengkap pada pengujian bakteri golongan koli prosedur tabung ganda
merupakan suatu kombinasi dan dinyatakan dengan istilah MPN (Most Probable
dalam beberapa desimal, maka perhitungan jumlah golongan bakteri coli sebagai
berikut :
10
JPT/100 ml = Tabel JPT x .......(4)
Volume sampel yang terbesar di tes
memisahkan bakteri golongan koli tinja (berasal dari usus hewan berdarah panas)
dengan bakteri golongan koli yang tidak berasal dari tinja. Cara ini dapat dipakai
secara langsung untuk memisahkan bakteri golongan koli dalam air, tetapi harus
melalui pengujian perkiraan terlebih dahulu. Pengujian bakteri golongan koli tinja
ini dapat digunakan untuk mengetahui pencemaran sungai, sistim pengolahan air
buangan, air laut dan air pemandian serta untuk monitoring kualitas air pada
umumnya.
yang prosedurnya sama dengan uji jumlah bakteri golongan koli. Terdapat sedikit
pertimbangan kemudahan akses, biaya dan waktu akan tetapi masih tetap
masyarakat serta faktor tekanan dari lingkungan yang mempengaruhi kualitas air
pada wilayah I dan wilayah II digunakan sebagai dasar penetapan status mutu air.
nilai baku mutu berdasarkan Peraturan Gubernur Bali No. 08 Tahun 2007
(Pemerintah Provinsi Bali, 2007), tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan
dalam Baku Mutu suatu Peruntukan Air (j), dan Ci menyatakan konsentrasi
parameter kualitas air (i) yang diperoleh dari hasil analisis cuplikan air pada suatu
lokasi pengambilan cuplikan dari suatu alur sungai, maka PIj adalah Indeks
Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari Ci/Lij. Harga Pij ini
3. Dihitung harga Ci/Lij untuk tiap parameter pada setiap lokasi pengambilan
cuplikan.
maksimum Cim (misal untuk DO, maka Cim merupakan nilai DO jenuh).
Dalam kasus ini nilai Ci/Lij hasil pengukuran digantikan oleh nilai Ci/Lij hasil
perhitungan, yaitu :
Keterangan :
4.c. Keraguan timbul jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1,0,
misal C1/L1j = 0,9 dan C2/L2j = 1,1 atau perbedaan yang sangat besar, misal
C3/L3j = 5,0 dan C4/L4j = 10,0. Dalam contoh ini tingkat kerusakan badan air
(1) Penggunaan nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran kalau nilai ini lebih kecil dari
1,0.
(2) Penggunaan nilai (Ci/Lij) baru jika nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran lebih
(Ci/Lij) 2M + (Ci/Lij) 2R
PIj = (9)
2
Keterangan :
Evaluasi terhadap nilai PI adalah : Ketentuan menentukan status mutu air adalah
sebagai berikut.
BAB V
HASIL PENELITIAN
data sekunder sebagai data pendukung. Hasil identifikasi dibuatkan peta seperti
MEKAR SARI
TUA 2
8
LUWUS
Wilayah I 4
PEREAN
PETAKA
CA
U
BE
LA
Tengah SEMBUNG YU
S: 08336,65 MARGA
E:115093,28 BELANWAK
A
Y
SABONGAN U
N
KUWUM BATAN A
WERDI
N
Wilayah II NYUH 8
BUANA
Hilir
KUKUH
2 DAHA
BERINGKIT
S: 08370,78 BANJAR 6
DAKDAKAN
1
ANYAR
E:115067,78 ABIAN 4
MENGWI
GULINGAN
TUWUNG
KEDIRI
2
MENGWI TANI
2
6 7
PANDAK BADUNG
KETERANGAN GAMBAR
NYITDAH NYAMBU
5 Batas Desa
3
Tukad Sungi
2 KABA KABA
PANDAK GEDE Titik Pengambilan Sampel
2 3 3
BUWIT
1 Perternakan Ayam Boiler
3
BELALANG 4 2 Pemukiman Padat Penduduk
IPA PDAM
CEPAKA 3 Villa
3
8 MUNGGU
4
Pertanian & Perumahan
BERABAN
5 Perumahan Penduduk & Villa
6 Perternakan Ayam Kampung Bali
CEMAGI
7 Bengkel Ganti Oli
8 Pertanian
Gambar 5.1
Peta Hasil Identifikasi Sumber Pencemar pada Tukad Yeh Sungi
60
61
Wilayah I meliputi daerah hulu dan tengah Tukad Yeh Sungi. Karakteristik
pemukiman penduduk letaknya relatif cukup jauh, pada daerah tengah terjadi
(Tabel 5.1 dan Tabel 5.2). Pencemaran diakibatkan oleh pemanfaatan sungai
sebagai tempat pembuangan sampah. Hal ini ditandai dengan adanya tumpukan
Tabel 5.1
Penggunaan Lahan
KECAMAT AN
No Penggunaan Lahan
KEDIRI (Ha) MARGA (Ha) BATURITI (Ha)
2008 2007 Ev 2008 2007 Ev 2008 2007 Ev
-
1 Luas Lahan 5.360 5.360 - 4.479 4.479 - 9.917 9.917
Tabel 5.2.
Kediri (Tabel 5.2). Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan terjadinya alih
fungsi lahan yang dipergunakan sebagai tempat pemukiman oleh masyarakat. Dari
lahan sawah dan permukiman merupakan dua penggunaan lahan yang selalu
mengalami perubahan setiap tahun. Perubahan penggunaan lahan yang lain tidak
tidak terlalu signifikan (Tabel 5.1 dan 5.3). Aktivitas peternakan yang
Tabel 5. 3
Alih Fungsi Lahan
Ke
Subak/tempek/Desa/
No Banjar yang beralih Dari Rumah, bangunan
fungsi dan halaman
sekitarnya (Ha)
Kec. Baturiti
1 Br. Pekarangan Tegal/Kebun 0,1
2 Br. Batusesa Tegal/Kebun 0,2
3 Br. Bukit Catu Tegal/Kebun 0,2
4 Br. Candikuning I Tegal/Kebun 0,3
5 Br. Candikuning II Tegal/Kebun 0,2
6 Br. Kembang Merta Tegal/Kebun 0,2
Kec. Kediri
1 Subak Kediri Lahan sawah 2
2 Subak Nyitdah II Lahan sawah 2
3 Subak Nyitdah III Lahan sawah 3
Jumlah 8,2
Tabel 5.4
Data Jumlah Hewan Ternak menurut Jenis Ternak
Sumber pencemar selanjutnya adalah jasa laundry skala kecil dan aktivitas
cuci motor/mobil. Limbah cair yang dihasilkan pada kegiatan usaha dan jasa
mengandung gugus sulfonat (S) yang berasal dari penggunaan sabun. Limbah
dari hasil kegiatan/usaha cuci motor/mobil tidak diolah melainkan dibuang secara
langsung pada saluran air yang ada di sekitar lokasi. Hasil identifikasi dapat
Tabel 5.5
Jenis Kegiatan / Usaha
Baku mutu kadar COD untuk kualitas air kelas 1 berdasarkan Peraturan
Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 (Pemerintah Provinsi Bali, 2007) adalah
65
memenuhi baku mutu, akan tetapi kandungan COD tanggal 3 Oktober di daerah
tengah sebesar 12 mg/l. Kandungan COD minggu II yang melampaui baku mutu,
sebesar 10,4 mg/l dan 12,2 mg/l. Nilai COD pada minggu III yang melampaui
baku mutu adalah pada saat pengambilan sampel ke 8 dan 9 tanggal 19 dan 21
Oktober di daerah tengah, dengan nilai masing- masing sebesar 10,8 mg/l dan
11,9 mg/l. Nilai COD pada daerah tengah melebihi baku mutu akibat adanya
domestik. Perubahan kadar COD dapat dilihat pada Gambar 5.2 sampai 5.4.
Gambar 5.2
Perubahan Kadar COD pada Minggu I di Tukad Yeh Sungi
Gambar 5.3
Perubahan kadar COD pada Minggu II di Tukad Yeh Sungi
66
Gambar 5.4
Perubahan Kadar COD pada Minggu III di Tukad Yeh Sungi
Baku mutu kadar Fosfat untuk kualitas air kelas 1 berdasarkan Peraturan
Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 (Pemerintah Provinsi Bali, 2007) adalah
sebesar 0,20 mg/l. Kadar Fosfat minggu I di daerah hulu tanggal 3 Oktober
dibawah baku mutu yaitu sebesar 0,11 sedangkan pada tanggal 5 dan 7 Oktober
masing masing sebesar 0,20 mg/l dan 0,61 mg/l. Nilai Fosfat minggu II pada
tanggal 10 Oktober telah melampaui baku mutu pada semua titik pengambilan.
Kadar Fosfat pada tanggal 12 dan 14 Oktober menunjukkan bahwa daerah hulu
masih dibawah baku mutu dengan nilai masing-masing sebesar 0,12 mg/l dan
0,11 mg/l sedangkan pada daerah tengah dan hilir telah melampaui baku mutu.
Pengambilan sampel air minggu III pada tanggal 17, 19 dan 21 didapatkan hasil
bahwa kandungan Fosfat telah melampaui baku mutu air kelas 1 kecuali pada
tanggal 21 Oktober 2011 dimana di daerah hulu kadar Fosfat dalam perairan
sedikit dibawah baku mutu yaitu sebesar 0,17 mg/l. Secara keseluruhan
parameter Fosfat melebihi baku mutu baik pada titik pantau dihulu, tengah dan
hilir hal ini disebabkan oleh adanya pemanfaatan kawasan untuk pertanian dan
67
Fosfat yang terjadi pada minggu I sampai minggu III dapat dilihat pada Gambar
Gambar 5.5
Perubahan kadar Fosfat pada Minggu I di Tukad Yeh Sungi
Gambar 5.6
Perubahan Kadar Fosfat pada Minggu II di Tukad Yeh Sungi
Gambar 5.7
Perubahan Kadar Fosfat pada Minggu III di Tukad Yeh Sungi
68
Baku mutu kadar Faecal coliform untuk kualitas air kelas 1 berdasarkan
Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 (Pemerintah Provinsi Bali, 2007)
adalah sebesar 100/100 ml. Kandungan Faecal coliform pada minggu I tanggal 3,
5 dan 7 Oktober 2011 pada daerah hulu dibawah baku mutu air kelas 1 sedangkan
pada daerah tengah dan hilir telah melampaui baku mutu berkisar antara 150
280/100 ml di daerah tengah sedangkan di hilir berkisar antara 100 280 /100 ml.
melampaui baku mutu dengan nilai berkisar antara 110 150/100 ml sedangkan
pada daerah tengah yang melampaui baku mutu pada tanggal 14 Oktober yaitu
sebesar 140/100 ml. Kandungan Faecal coliform Minggu III pada hulu Tukad
Yeh Sungi masih memenuhi baku mutu dibandingkan dengan daerah tengah dan
hilir yang telah melampaui baku mutu. Parameter Faecal coliform melebihi baku
mutu pada daerah tengah dan hilir disebabkan oleh pemukiman dengan kepadatan
penduduk yang cukup tinggi dan kegiatan peternakan skala rumah tangga.
Perubahan kadar Faecal coliform yang terjadi pada minggu I - minggu III
Gambar 5.8
Perubahan kadar Faecal coliform pada Minggu I
69
Gambar 5.9
Perubahan kadar Faecal coliform Minggu II
Gambar 5.10
Perubahan kadar Faecal coliform pada Minggu III
Baku mutu kadar Total coliform untuk kualitas air kelas 1 berdasarkan
Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 (Pemerintah Provinsi Bali, 2007)
adalah sebesar 1000/1000 ml. Hasil pengukuran kadar Total coliform yang
melampaui baku mutu adalah tanggal 3 Oktober pada bagian tengah yaitu sebesar
2100/1000 ml, dan tanggal 5 Oktober pada bagian tengah dan hilir masing-masing
sebesar 1500/1000 ml dan 2100/1000 ml. Nilai Total coliform minggu II dan III
masih memenuhi baku mutu air kelas 1. Parameter Total coliform melebihi baku
tinggi dan kegiatan peternakan skala rumah tangga serta peningkatan alih fungsi
70
lahan. Perubahan kadar Total coliform yang terjadi pada minggu I - minggu III
Gambar 5.11
Perubahan kadar Total coliform pada Minggu I
Gambar 5.12
Perubahan kadar Total coliform pada Minggu II
Gambar 5.13
Perubahan kadar Total coliform pada Minggu III.
5.2.5 Parameter BOD
Kadar BOD pada hulu, tengah serta hilir Tukad Yeh Sungi untuk minggu I
dan II memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Hasil pengukuran kadar BOD
71
tanggal 19 Oktober dan 21 Oktober pada minggu III telah melampaui baku mutu
yang ditetapkan masing masing sebesar 2,05 mg/l dan sebesar 2,32 mg/l.
Parameter BOD melebihi baku mutu pada daerah tengah diminggu III karena
banyak aktivitas di tengah Tukad Yeh Sungi yang berdampak pada peningkatan
volume limbah cair yang dihasilkan sehingga dapat meningkatkan nilai BOD.
Perubahan kadar BOD yang terjadi pada minggu I - minggu III dapat dilihat pada
Gambar 5.14
Perubahan kadar BOD pada Minggu I di Tukad Yeh Sungi
Gambar 5.15
Perubahan kadar BOD pada Minggu II di Tukad Yeh Sungi
72
Gambar 5.16
Perubahan kadar BOD pada Minggu III di Tukad Yeh Sungi
Persebaran Parameter Fisika, Kimia dan Biologi hasil analisis sampel air
pada 3 titik pantau dapat dilihat pada Gambar 5.17 sampai dengan 5.23.
Oktober 2011 yaitu sebesar 90 mg/l sedangkan nilai terendah adalah sebesar mg/l
pada tanggal 3 Oktober 2011 di daerah hulu sebesar 7 mg/l. Persebaran TSS
Gambar 5.17
Persebaran kadar TSS dibandingkan Baku Mutu Air Kelas 1.
73
Kandungan TDS pada semua titik pantau baik di hulu, tengah dan hilir
Tukad Yeh Sungi masih berada di bawah ambang batas baku mutu air kelas 1.
Baku mutu kadar Total Dissolved Solid untuk kualitas air kelas 1 berdasarkan
Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 (Pemerintah Provinsi Bali, 2007)
adalah sebesar 1000 mg/l. Persebaran kadar TDS (Total Dissolved Solid) terhadap
Gambar 5.18
Persebaran TDS dibandingkan Baku Mutu Kelas 1.
titik yaitu di hulu, tengah dan hilir Tukad Yeh Sungi telah melampaui baku mutu
kelas 1 namun pada tanggal 12, 14, dan 21 Oktober di bagian hulu kadar fosfat
(PO4) memenuhi baku mutu air kelas 1. Kadarnya berkisar antara 0,11 mg/l
sampai dengan 0,17 mg/l. Persebaran fosfat dapat dilihat pada Gambar 5.18.
74
Gambar 5.18
Persebaran Kandungan Fosfat (PO4) dibandingkan Baku Mutu Air Kelas 1
Kandungan DO tertinggi terletak pada bagian hulu tanggal 3 Oktober sebesar 7,30
mg/l. Kandungan DO terendah terletak pada bagian tengah pada tanggal 12 dan
17 Oktober berkisar antara 6,10 mg/l dan 6,20 mg/l. Persebaran kandungan DO
pada masing-masing lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 5.19.
Gambar 5.19
Persebaran Kandungan DO dibandingkan Baku Mutu Air kelas 1
Kandungan BOD tertinggi terletak pada bagian tengah Tukad Yeh Sungi
tanggal 21 Oktober yaitu sebesar 2,32 mg/l. Pada hulu dan hilir Tukad Yeh Sungi
75
kandungan BOD masih di bawah ambang batas baku mutu air kelas 1. Persebaran
kandungan BOD dibandingkan Baku Mutu Air kelas 1 dapat dilihat pada Gambar
5.20.
Gambar 5.20
Persebaran Kandungan BOD dibandingkan Baku Mutu Air kelas 1
Kandungan COD pada bagian tengah telah melampaui baku mutu air kelas
1 yaitu pada tanggal 3, 12, 14, 19 dan 21 Oktober yang berkisar antara 10,4 12,2
mg/l. Kandungan COD pada daerah hulu dan hilir sungai masih berada di bawah
ambang batas mutu air kelas 1. Persebaran Kandungan COD dibandingkan Baku
Gambar 5.21
Persebaran kandungan COD dibandingkan Baku Mutu Air kelas 1.
76
kelas 1.
Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 (Pemerintah Provinsi Bali, 2007) adalah
sebesar 100/100 ml. Kadar Faecal coliform pada daerah hulu masih memenuhi
baku mutu yang ditetapkan sedangkan di tengah dan hilir telah melampaui baku
mutu air kelas 1 sedangkan hasil pengukuran sampel yang dilaksanakan pada
tanggal 10 Oktober dan 21 Oktober masih dibawah baku mutu. hilir Tukad Yeh
Sungi berkisar dari 110 280 jml/100ml. Kandungan Faecal coliform pada
daerah hulu masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Persebaran kandungan
Faecal coliform dibandingkan Baku Mutu Air kelas 1 dapat dilihat pada Gambar
5.22.
Gambar 5.22
Persebaran kandungan Faecal coliform dibandingkan Baku Mutu Air kelas 1.
kelas 1.
Hasil pengukuran Total coliform yang melampaui baku mutu kualitas air
Oktober pada daerah tengah Tukad Yeh Sungi dengan nilai masing-masing 1500
77
jml/1000 ml dan 2100 jml/1000 ml dan di daerah hilir pada tanggal 5 Oktober
dibandingkan Baku Mutu Air kelas 1 dapat dilihat pada Gambar 5.23.
Gambar 5.23
Persebaran Kandungan Total coliform dibandingkan Baku Mutu Air kelas 1.
Penentuan status mutu air pada Tukad Yeh Sungi didasarkan atas Metode
Indeks Pencemaran (IP). Nilai IP pada daerah hulu berkisar antara 0,51 sampai
dengan 1,26 sedangkan daerah tengah berkisar antara 1,52 sampai dengan 2,47
serta di hilir berkisar antara 1,59 sampai dengan 2,56. Hal ini menunjukkan bahwa
di daerah tengah dan hilir Tukad Yeh Sungi tergolong tercemar ringan. Persebaran
nilai indeks Tukad Yeh Sungi dapat dilihat pada Gambar 5.24, sedangkan rincian
hasil perhitungan status mutu air dengan metode Indeks Pencemaran tercantum
pada Tabel 5.6.
Gambar 5.24
Persebaran Nilai Indeks Pencemaran.
78
Tabel 5.6
Nilai Indeks Pencemaran (IP) Air Tukad Yeh Sungi
5.5. Nilai Rata Rata Parameter Fisika, Kimia dan Biologi pada Tukad Yeh
Sungi
Hasil pengukuran suhu air Tukad Yeh Sungi pada minggu I, II dan III
pada masing masing titik pantau menunjukkan bahwa suhu air tetinggi pada
Gambar 5.25
Rata-rata Suhu Air pada Tukad Yeh Sungi
Nilai rata rata kekeruhan di Tukad Yeh Sungi setelah tertinggi terletak
Gambar 5.26
5.5.3 Rata-rata TSS (Total Suspended Solid) pada Tukad Yeh Sungi
Nilai rata-rata TSS (Total Suspended Solid) di Tukad Yeh Sungi tertinggi
5.5.4 Rata-rata TDS (Total Dissolved Solid) pada Tukad Yeh Sungi
Nilai rata rata TDS (Total Dissolved Solid) di Tukad Yeh Sungi
memberikan hasil TDS tertinggi terletak di daerah hilir sungai (Gambar 5.28).
Gambar 5.28
5.5.5 Rata-rata Nilai DHL (Daya Hantar Listrik) pada Tukad Yeh Sungi
Nilai rata rata DHL (Daya Hantar Listrik) Tukad Yeh Sungi tertinggi
Gambar 5.29
(Gambar 5.30).
Gambar 5.30
Total Fosfat pada Tukad Yeh Sungi setelah di rata-rata pada memberikan
hasil bahwa nilai Fosfat tertinggi terletak di daerah hilir sungai (Gambar 5.31).
82
Gambar 5.31
pada minggu I,II dan III. Nilai DO terendah terletak di daerah tengah sungai
(Gambar 5.32).
Gambar 5.32
rata-rata pada minggu I,II dan III. nilai BOD tertinggi terletak di daerah tengah
Gambar 5.33
rata memberikan hasil bahwa nilai Fosfat tertinggi di daerah tengah sungai
(Gambar 5.34).
Gambar 5.34
Hasil analisis Faecal coliform pada Tukad Yeh Sungi setelah di rata-rata
memberikan hasil bahwa nilai Faecal coliform tertinggi terletak pada bagian
Gambar 5.35
Rata-rata Faecal coliform pada Tukad Yeh Sungi
5.5.12 Nilai Rata-rata Total coliform
memberikan hasil bahwa kandungan Total coliform tertinggi terletak pada daerah
Gambar 5.36
Rata-rata Total coliform pada Tukad Yeh Sungi
5.5.13 Nilai Rata-rata Nilai IP (Indeks Pencemaran) pada Tukad Yeh Sungi
Gambar 5.37
Rata-rata IP pada Tukad Yeh Sungi
Nilai IP (Indeks Pencemaran) tertinggi terletak pada daerah hilir sungai
(Gambar 5.37).
85
86
BAB VI
PEMBAHASAN
Sumber pencemar pada wilayah ini adalah adanya kegiatan pertanian yang
masih aktif dan letaknya berbatasan langsung dengan sungai seperti di Br. Palian,
jauh dari daerah aliran sungai akan tetapi tidak menutup kemungkinan limbah
yang dihasilkan dari pemukiman akan terbawa masuk ke sungai jika terjadi hujan
lebat. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat sisa-sisa kegiatan pertanian
dan limbah cair berupa sisa-sisa pupuk yang hanyut terbawa aliran air masuk ke
tempat mandi, cuci, kakus akibat belum semua rumah tangga memiliki jamban
keluarga. Hal ini mengindikasikan masih terjadi aktivitas buang air besar
kesehatan manusia dan kenikmatan hidup. Hal ini perlu diperhatikan karena
85
87
kotoran manusia yang sakit, bahkan juga dari kotoran manusia yang sehat
(Hardjasoemantri, 1986).
Tabel 6.1.
Data Kepemilikan Jamban pada Masing-masing Kecamatan yang Dilalui oleh
Tukad Yeh Sungi
Jumlah RT Jenis Kepemilikan
No Kecamatan
(Unit) Sendiri (Unit) %
penduduk mulai berkurang dan jarak pemukiman dari sungai cukup jauh (dapat
dilihat pada Gambar 6.1), akan tetapi dengan adanya penetapan Br. Nyanyi
sebagai kawasan penyangga Daya Tarik Wisata Tanah Lot berakibat pada
menjamurnya bangunan villa di daerah tersebut dengan jarak yang dekat dengan
daerah aliran sungai. Limbah cair yang dihasilkan dari aktivitas tersebut jika tidak
dikelola dengan baik akan dapat mempengaruhi kualitas air Tukad Yeh Sungi.
Limbah cair yang dihasilkan dari rumah tangga merupakan jenis limbah
alami maupun sintetis. Senyawa ini masuk ke dalam badan air sebagai hasil dari
polipeptida (protein), lemak (fats) dan asam nukleat (nucleic acid). Selain limbah
domestik kualitas air sungai tersebut dipengaruhi oleh adanya jenis kegiatan /
usaha yang cukup beragam seperti pabrik kerajinan logam, penyosohan beras,
villa, laundry, bengkel service dan ganti oli untuk mobil dan motor, pencucian
mobil serta kegiatan pertanian maupun peternakan ayam dan babi dalam skala
mengakibatkan penurunan kualitas air Tukad Yeh Sungi yang ditandai dengan
pencemaran seperti tingginya TSS (Total Suspended Solid), TDS (Total Dissolved
Solid), kekeruhan, kadar Fosfat, Faecal coliform, Total coliform, COD, serta
BOD. Tukad Yeh Sungi pada daerah hulu di dominasi oleh kegiatan pertanian
perkebunan 3.870 Ha, mengakibatkan naiknya kadar fosfat dalam air. Kadar fosfat
di hulu lebih rendah dibandingkan pada bagian tengah maupun hilir, karena pada
kadar Fosfat lebih tinggi akibat dari penggunaan pupuk buatan (N,P,K) dan
yang cukup padat mengakibatkan tingginya kadar TSS, TDS dan kekeruhan.
89
6.2 Hasil Analisis Kualitas Air Tukad Yeh Sungi yang melampaui Baku
kegiatan pertanian dalam arti luas dan kegiatan/usaha yang dilakukan oleh
maupun sampah organik (potongan kayu, sisa daun baik yang disebabkan
kualitas dan kuantitas air sungai. Secara kuantitas jumlah air yang terserap
dapat mempengaruhi nilai sifat fisik, kimia dan biologi air sungai (Lampiran
2)
badan air ditunjukkan oleh hasil analisis pada beberapa parameter kualitas air.
telah melampaui baku mutu yang ditetapkan yaitu kandungan Fosfat dan Faecal
menunjukkan bahwa air tersebut tidak layak digunakan sebagai air baku air
mengoksidasi bahan organik secara kimia, baik yang dapat didegradasi secara
biodegradable) menjadi karbondioksida dan air. Nilai COD untuk air Tukad Yeh
Sungi di hulu pada Minggu I berkisar antara 2,00 8,00 mg/l, di tengah
bagian hilir berkisar antara 2,20 10,00 mg/l. Pada Minggu II di bagian hulu
berkisar antara 0,90 - 2,00 mg/l sementara di bagian tengah meningkat menjadi
8,00 12,20 mg/l kemudian mengalami penurunan pada bagian hilir berkisar
antara 7,30 9,30 mg/l. Minggu III di bagian hulu pada Minggu I berkisar antara
1,90 - 2,00 mg/l sementara di bagian tengah yang telah memasuki Kecamatan
pada bagian hilir berkisar antara 7,30 9,40 mg/l. Karakter sumber pencemar
pada sungai ini adalah limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai dan timbulan
sampah di sempadan sungai. Secara keseluruhan nilai rata rata COD pada
daerah hulu sebesar 3,07 mg/l, daerah tengah 8,36 mg/l sedangkan di daerah hilir
sebesar 8,64 mg/l. Data tersebut menunjukkan bahwa kandungan COD masih
dibawah baku mutu kualitas air kelas 1. Kandungan COD pada bagian tengah dan
hilir lebih tinggi dibandingkan dengan daerah hulu akibat adanya pemukiman
padat penduduk dan aktivitas lain yang menghasilkan limbah domestik. Data
penduduk dimana sebagian besar mata pencahariannya beternak babi serta ayam.
Selain itu di sekitar Desa Abiantuwung terdapat kegiatan usaha dan industri di
antaranya pabrik pengalengan ikan, kerajinan logam, bengkel service dan ganti
oli untuk mobil dan motor serta terdapat tempat pencucian mobil. Aktivitas
92
Menurut Peavy et al. (1986), Fosfat berasal dari deterjen dalam limbah cair
dan pestisida serta insektisida dari lahan pertanian. Fosfat terdapat dalam air alam
atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat, polifosfat dan Fosfat organis.
Menurut Boyd (1982), kadar fosfat (PO4) yang diperkenankan dalam air minum
adalah 0,2 ppm. Kadar fosfat dalam perairan alami umumnya berkisar antara
0,005-0,02 ppm. Kadar fosfat melebihi 0,1 ppm, tergolong perairan yang eutrof.
melampaui baku mutu yang diijinkan untuk kualitas air kelas 1. Kisaran nilai rata
rata Fosfat pada daerah hulu sebesar 0,26 mg/l, tengah sebesar 0,38 mg/l,
sedangkan pada daerah hilir sebesar 0,42 mg/l. Hal ini disebabkan oleh adanya
salah satu zat yang sukar diuraikan secara alamiah dan tidak semua terpakai,
sehingga sebagian akan masuk ke dalam perairan. Hal inilah yang menjadikan
nilai Fosfat pada Tukad Yeh Sungi tinggi dan melampaui baku mutu. Pada bagian
tengah kadar Fosfat melampaui baku mutu dan bahkan kadarnya lebih tinggi
93
daripada di hulu. Hal ini disebabkan karena aliran sungai pada tengah Tukad Yeh
Sungi cenderung lebih tenang sehingga Fosfat (PO4) memiliki konsentrasi yang
Kandungan Fosfat pada bagian hilir memiliki nilai tertinggi. Fosfat (PO4)
berasal dari limpasan daerah pertanian dan daerah pemukiman penduduk dan villa
akibat adanya limbah domestik / pemakaian detergen dan minyak pelumas. Fosfor
(P) membentuk kompleks dengan ion besi dan kalsium pada kondisi aerob,
bersifat tidak larut dan mengendap pada sedimen. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa Tukad Yeh Sungi memiliki tingkat kesuburan yang cukup
tinggi, yang dapat menstimulir pertumbuhan algae di perairan (algae bloom) yang
perairan tersebut tercemar oleh kotoran manusia, yang mungkin juga disertai
dengan cemaran bakteri lain. Kandungan Faecal coliform pada tengah dan hilir di
Faecal coliform terendah pada tanggal 7 Oktober di hulu Tukad Yeh Sungi
karena di daerah hulu sungai tidak banyak dipergunakan untuk kegiatan MCK
cukup jauh akan tetapi masih ada sebagian kecil penduduk memanfaatkan sungai
Kandungan Faecal coliform pada Minggu II pada bagian tengah dan hilir
Tukad Yeh Sungi melebihi baku mutu berkisar antara 90 140/100 ml dan 110
150/100 ml. Hal ini disebabkan oleh adanya pemukiman padat penduduk yaitu di
desa Dakdakan, Desa Nyambu, dan Desa Kaba-Kaba yang letaknya dekat dengan
Tukad Yeh Sungi. Pemukiman penduduk daerah hilir tidak sebanyak pada bagian
(sembilan) unit villa walaupun begitu limbah kotoran manusia yang dihasilkan
Kandungan Faecal coliform Minggu III pada hulu Tukad Yeh Sungi
masih memenuhi baku mutu dibandingkan di tengah dan di hilir yang telah
melebihi baku mutu. Pada daerah hulu Tukad Yeh Sungi dimana penduduk masih
membuang kotoran kecil dan besar. Hal inilah yang menyebabkan Tukad Yeh
Sungi pada bagian hulu telah tercemar bakteri Faecal coliform. Kandungan
Faecal coliform mencapai 90 jml/100ml. Idealnya pada bagian hulu suatu sungai
awal dari bagian sungai yang tidak boleh tercemar oleh bakteri Faecal coliform.
Apabila di hulu suatu sungai telah tercemar maka pada bagian tengah dan hilir
sungai pasti ikut tercemar. Kandungan Faecal coliform bagian tengah pada
Minggu III pada tanggal 19 sebesar 230 jml/100ml telah melampaui baku mutu,
sedangkan di hilir Tukad Yeh Sungi kandungan Faecal coliform tertinggi pada
tanggal 17 dan 19 Oktober sebesar 150 jml/100ml. Hal ini menunjukkan daerah
95
tengah Tukad Yeh Sungi lebih tercemar dari pada di daerah hilir. Hal ini
didapatkan di dalam habitat tanah dan air daripada di dalam usus, umumnya tidak
patogen. Perbedaan antara kedua kelompok ini terletak pada temperatur inkubasi
biokimia lainnya. Kehadiran faeses atau tinja di dalam subtrat atau benda yang
kehadiran materi faecal ini langsung maupun tidak langsung pada suatu subtrat
Kadar Total coliform melebihi baku mutu pada bagian tengah pada
tanggal 3 dan 5 Oktober sedangkan di hilir melebihi baku mutu pada tanggal 3
mutu pada bagian tengah khususnya di desa Dakdakan adalah karena terdapat
pemukiman yang padat penduduk, perternakan ayam, dan kandang babi yang
secara tidak langsung segala kotoran atau feses manusia dan hewan akan dibuang
ke dalam sungai. kandungan Total coliform pada daerah hilir Tukad Yeh Sungi
telah melampaui baku mutu akibat adanya pemukiman penduduk dan kandang
babi. Limbah kotoran yang dihasilkan dari hewan babi dan manusia tidak diolah
96
limbah tersebut akan masuk ke sungai. Kandungan Total coliform pada daerah
hulu masih memenuhi baku mutu sebab sebagian besar kawasan hulu adalah
Kadar Total coliform Minggu II dan III pada hulu, tengah dan hilir masih
memenuhi baku mutu berkisar antara 110 280/1000 ml. Hal ini menunjukkan
bahwa air di Tukad Yeh Sungi masih memenuhi baku mutu lingkungan.
Perubahan kadar Total coliform Minggu III baik di daerah hulu, tengah, dan
hilir Tukad Yeh Sungi masih tetap memenuhi baku mutu, tetapi di tengah terjadi
peningkatan kadar Total coliform yang cukup besar yaitu tanggal 19 Oktober
terlihat pada Gambar 5.12. Hal ini disebabkan oleh adanya kegiatan peternakan
ayam dan babi yang dipelihara oleh penduduk di Desa Nyambu dan Desa
Abiantuwung. Limbah padat dan cair hewan tersebut secara tidak langsung
berasal dari bahan-bahan alam yang menjadi limbah dari berbagai kegiatan
manusia. Pada perairan alami nilai BOD antara 0,5 7,0 ppm. Sedangkan yang
sukar terurai umumnya berasal dari aktivitas pertanian, laundry, bengkel dan
97
kegiatan /industri kecil yang mulai berkembang di Kota Tabanan. Perairan yang
memiliki nilai BOD lebih dari 10 ppm dianggap telah mengalami pencemaran.
Ambang batas baku mutu untuk nilai BOD air Tukad Yeh Sungi untuk
baku mutu kualitas air kelas 1 adalah minimal 2 ppm, sesuai dengan peruntukan
air yang memerlukan persyaratan tersebut, yaitu sebagai kebutuhan untuk air baku
bagi PDAM. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bulan Oktober tahun 2011,
nilai Kadar BOD pada hulu, tengah serta hilir Tukad Yeh Sungi untuk Minggu I
dan II memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Kadar BOD pada hulu Tukad Yeh
Sungi masih rendah karena letaknya yang relatif jauh dengan pemukiman
penduduk. Aktivitas pada daerah dekat hulu sungai di Br. Palian, Desa Luwus
sumber pencemar masih relatif jauh. Kadar BOD pada tengah Tukad Yeh Sungi
yang mengandung bahan organik dan gugus sulfonat (S) dan fosfat (P) dari
terdapat pemukiman dan 9 (sembilan) unit villa. Jarak sungai dengan pencemar
Kadar BOD melampaui Baku Mutu Air kelas 1 terjadi pada Minggu II di
daerah tengah Tukad Yeh Sungi. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan
kandungan bahan organik pada badan air yang disebabkan oleh limbah domestik
dari pemukiman, dan tempat pencucian mobil sumber pencemar juga dari bahan
98
organik yang berasal dari areal persawahan yang luas terdapat di sisi sungai.
Sungai pada area ini banyak dimanfaatkan penduduk untuk membuang sisa-sisa
jarak terdekat 8-30 meter. Kondisi ini menandakan terdapat banyak aktivitas di
tengah Tukad Yeh Sungi yang berdampak pada peningkatan volume limbah cair
Kadar BOD pada daerah hulu dan hilir Minggu III masih memenuhi baku
mutu yang ditetapkan karena aktivitas tidak sepadat di daerah tengah Tukad Yeh
Sungi. Nilai BOD rata rata daerah hulu Tukad Yeh Sungi berkisar 0,96 mg/l,
daerah tengah yang telah memasuki kota kawasan padat pemukiman kandungan
BOD meningkat menjadi 1,47 mg/l kemudian menurun lagi pada bagian hilir
sebesar 1,45 mg/l. Tipikal sumber pencemar dari sungai ini terutama limbah
rumah tangga yang dibuang ke sungai dan timbulan sampah di sempadan sungai
6.3 Hasil Nilai Rata-rata Parameter Fisika, Kimia dan Biologi pada Tukad
Yeh Sungi.
Berdasarkan rata-rata nilai suhu air dari hasil analisis didapatkan bahwa
semakin ke hilir, terjadi peningkatan suhu pada badan air. Hal ini berkaitan
sampel yang dimulai dari bagian hulu menuju bagian tengah dan hilir Tukad Yeh
6.3.2 Nilai Rata-rata Kekeruhan, TSS (Total Suspended Solid), TDS (Total
Titik pantau di daerah tengah pada Tukad Yeh Sungi memiliki rata-rata
nilai kekeruhan tertinggi dibandingkan di bagian hilir dan hulu. Hal ini berkaitan
dengan adanya tingkat aktivitas manusia yang padat pada bagian tengah Tukad
Yeh Sungi seperti mandi, mencuci baju (mck), pertanian dan peternakan.
Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi seperti lempung,
lumpur, zat organik, plankton dan zat halus lainnya. Hal ini ditunjukkan juga pada
rata-rata nilai TSS (Total Suspended Solid) mengalami peningkatan pada bagian
adanya zat tersuspensi. Zat yang tersuspensi tersebut mempunyai efek kurang baik
terhadap kualitas air karena menyebabkan kekeruhan. Untuk rata-rata nilai TDS
(Total Dissolved Solid) berdasarkan hasil analisis tertinggi dibagian hilir Tukad
Yeh Sungi yang kemungkinan disebabkan karena jumlah ion-ion yang terkandung
didalam air bagian hilir cukup banyak dibandingkan pada tengah dan hulu Tukad
Yeh Sungi.
6.3.3 Nilai Rata-rata DHL (Daya Hantar Listrik) pada Tukad Yeh Sungi.
Nilai DHL perairan air tawar sebesar 1000 S. Berdasarkan rata-rata nilai
DHL (Daya Hantar Listrik) didapatkan bahwa nilai DHL dibagian tengah dan hilir
Tukad Yeh Sungi hampir sama tetapi lebih tinggi dibagian tengah karena jumlah
ion ion yang menyebabkan daya hantar listrik lebih tinggi pada bagian tengah
100
sangat banyak. Hal ini ditunjukkan juga pada nilai rata-rata TDS yang tinggi pada
bagian tengah Tukad Yeh Sungi, karena TDS dipengaruhi juga oleh partikel dan
ion-ion didalam air. Apabila kadar DHL semakin tinggi di dalam suatu badan
perairan maka kualitas air tersebut semakin menurun yang dapat mengganggu
kegiatan pertanian.
relatif netral yaitu berkisar 7.03 dan untuk bagian tengah hingga hilir nilai pH
semakin tinggi (sedikit basa) berkisar antara 7,51 7,58. Hal ini disebabkan
karena di bagian tengah sampai hilir banyak limbah domestik artinya sebagian
besar masyarakat di tengah dan hilir sungai sungai memanfaatkan sungai sungi
detergen bersifat basa maka sisa / residu dari detergen sehabis mencuci pakaian
larut bersama air. Daerah hilir Tukad Yeh Sungi juga dimanfaatkan oleh PDAM
yang didalam proses pengolahan air minum menggunakkan bahan kimia PAC
(Poli Alumunium Chlorida) sebagai bahan koagulannya dimana bahan kimia PAC
bersifat basa, hal ini juga mempengaruhi nilai pH pada bagian hilir Tukad Yeh
Sungi.
Berdasarkan rata-rata nilai total Fosfat dari hasil analisis kualitas air pada
Tukad Yeh Sungi didapatkan bahwa nilai Fosfat tertinggi pada bagian hilir
sebesar 0,42 mg/l melampaui baku mutu kualitas air yang telah ditetapkan yaitu
sebesar 0,2 mg/l. Tingginya kadar Fosfat dalam badan air akibat terjadinya
101
akumulasi sisa-sisa pupuk dari aktivitas pertanian di bagian hulu dan tengah
Tukad Yeh Sungi yang tidak dapat diserap 100% oleh tumbuhan akibat
Sungi.
menggambarkan suatu badan perairan semakin baik karena air tersebut masih
murni yang jumlah oksigen terlarut masih tinggi. Nilai minimum DO dalam
perairan sebesar berdasarkan Pergub Bali No 7 Tahun 2008 adalah sebesar 6 mg/l.
didapatkan hasil nilai rata-rata nilai DO (Dissolved Oxygen) dari hasil analisis
didapatkan bahwa nilai DO dibagian hulu dan hilir lebih tinggi dibandingkan
dengan bagian tengah masing masing sebesar 6,82 mg/l pada bagian hulu, 6,67
mg/l pada bagian tengah, 6,64 mg/l pada bagian hilir. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat kesegaran air dibagian hulu dan hilir lebih baik jika dibandingkan dengan
bagian tengah. Hal ini disebabkan oleh karena pada bagian tengah telah
dan COD maka semakin turun kualitas perairan hal ini ditunjukkan pada bagian
tengah nilai BOD dan COD sangat tinggi dibandingkan pada bagian hulu dan hilir
102
Tukad Yeh Sungi. Nilai rata-rata BOD pada masing-masing titik pengambilan
dari hulu, tengah dan hilir secara berturutan adalah sebagai berikut 0,96 mg/l, 1,47
mg/l dan 1,45 mg/l sedangkan untuk kandungan COD pada daerah hulu sebesar
3,07 mg/l, bagian tengah sebesar 8,36 mg/l dan bagian hilir sebesar 8,64 mg/l.
Kandungan COD dalam perairan memiliki kecenderungan nilai yang lebih besar
BAB VII
7.1 Simpulan
bulan Oktober 2011 di Tukad Yeh Sungi dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
Yeh Sungi pada wilayah I adalah kegiatan pertanian, peternakan skala rumah
2. Status Mutu Tukad Yeh Sungi berdasarkan Metode Indeks Pencemaran pada
bagian hulu masih memenuhi kualitas air kelas 1 sedangkan pada bagian
tengah dan hilir tergolong tercemar ringan ditunjukkan oleh persebaran nilai
COD, BOD, TSS, Fosfat dan Faecal coliform telah melampaui baku mutu
3. Nilai rata rata pada masing-masing titik pengambilan sampel tedapat 2 (dua)
parameter kualitas air telah melampaui Baku Mutu Kualitas Air kelas 1 di
102
104
7.2 `Saran
sebagai berikut:
(N,P,K) dan pestidida oleh instansi terkait dalam hal ini Dinas Pertanian
peternakan serta limbah yang dihasilkan oleh instansi terkait yaitu Dinas
kualitas air Tukad Yeh Sungi mengingat fungsinya sebagai penyedia air
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G and S.S. Santika. 1994. Metode Penelitian Air. Penerbit Usaha
Nasional Surabaya
APHA. 1989. Standard methods for the examination of waters and wastewater.
17th ed. American Public Health Association, American Water Works
Association, Water Pollution Control Federation. Washington, D.C. 1467 p.
As-syakur A.R, I. W. Suarna, I. W. S. Adnyana, I W. Rusna, I. A. A Laksmiwati
dan I W. Diara. 2008. Studi Perubahan Penggunaan Lahan di DAS Badung.
Jurnal Bumi Lestari10 (2) : 200-208
Bappeda Kabupaten Tabanan. 2010. Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten
Tabanan Nomor Tahun 2010 tentang Rancangan Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tabanan. Tabanan.
Bappedal Jateng. 2002. Laporan Akhir, Penyusunan Profil Lingkungan DAS
Babon di Jawa Tengah. Semarang.
BLH Provinsi Bali, 2009. Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Bali.
Denpasar.
Boyd, CE. 1982. Water Quality in Warm Water Fish Fond, Auburn University
Agricultural Experimenta. Auburn Alabama.
Cottam, T. 1969. Research for Establishment of Water Quality Criteria for
Aquatic Life. Reprint Transac of the 2nd Seminar on Biology, April 20-24,
Ohio.
Dahuri, R. dan A. Damar. 1994. Metode dan Teknik Analisis Kualitas Air. PPLH,
Lembaga Penelitian IPB-Bogor.
Darsono, V. 1992. Pengantar Ilmu Lingkungan. Penerbit Universitas Atmajaya,
Yogyakarta, hal : 66, 68.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tabanan, 2010.
Laporan Data Statistik Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Tabanan. Tabanan
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hal : 21-
23, 185
Hadi, A. 2007. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Penerbit
PT. Gramedia. Jakarta. Hal : 7-10.
Hardjasoemantri, K. 1986. Hukum Tata Lingkungan. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
104
106
Hasil Pemantauan
BML Rata - rata
No Parameter Satuan 03-Okt-11 05-Okt-11 07-Okt-11
Kelas I
Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir
Temperatur
C
1 Udara 24,00 27,00 25,90 25,63 24,50 28,70 29,70 27,63 26,40 26,44 26,38 27,00
Debit m3/detik 0,33 0,30 0,90 0,51 0,33 0,30 0,90 0,51 0,33 0,58 0,38 0,51
Fisika
C
Suhu Air Deviasi 3 23,50 24,50 26,80 24,93 24,30 25,70 25,70 25,23 24,80 24,71 24,68 25,77
NTU
Kekeruhan 0,15 13,25 13,24 8,88 0,54 9,70 8,18 6,14 0,47 5,74 6,64 7,80
mg/L
TSS 50 7,00 40,00 30,00 25,67 12,00 82,00 60,00 51,33 14,00 30,89 34,44 42,00
mg/L
TDS 1000 131,00 180,00 183,00 164,67 154,00 185,00 184,00 174,33 143,00 159,89 169,44 170,33
S
DHL 256,00 354,00 359,00 323,00 367,00 363,00 361,00 363,67 281,00 313,33 361,56 334,33
Kimia
pH 6-9 6,82 7,45 7,75 7,34 7,00 7,56 7,60 7,39 7,01 7,25 7,28 7,44
mg/L
Total Phosfat 0.2 0,21 0,50 0,61 0,44 0,28 0,53 0,54 0,45 0,24 0,40 0,41 0,46
mg/L
DO Min 6 7,30 6,90 7,10 7,10 7,10 6,90 7,10 7,03 6,70 7,17 7,01 6,90
mg/L
BOD 2 0,99 1,39 1,19 1,19 0,99 1,59 1,19 1,26 1,10 1,12 1,21 1,29
mg/L
COD 10 2,00 12,00 10,00 8,00 2,20 8,30 6,90 5,80 2,20 5,63 6,67 6,83
Biologi
Jml/100ml
Fecal coliform 100 70,00 280,00 200,00 183,33 70,00 200,00 280,00 183,33 40,00 177,78 177,78 146,67
Jml/100ml
Total coliform 1000 110,00 2.100,00 750,00 986,67 140,00 1.500,00 2.100,00 1.246,67 200,00 1.065,56 1.162,22 816,67
111
Hasil Pemantauan
BML Rata - rata
No Parameter Satuan 10-Okt-11 12-Okt-11 14-Okt-11
Kelas I
Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir
1 Temperatur Udara C 27,00 28,90 29,50 26,50 26,00 25,80 27,00 27,30 28,70 26,83 27,40 28,00
Debit m3/detik 0,33 0,30 0,90 0,18 0,17 0,34 0,18 0,17 0,34 0,23 0,21 0,53
Fisika
Suhu Air C Deviasi 3 25,70 26,60 26,80 25,40 25,80 25,80 23,70 25,80 26,20 24,93 26,07 26,27
Kekeruhan NTU 0,71 11,76 14,70 0,48 12,47 17,52 0,94 20,90 9,77 0,71 15,04 14,00
TSS mg/L 50 7,00 10,00 12,00 13,00 42,00 53,00 7,00 42,00 34,00 9,00 31,33 33,00
TDS mg/L 1000 136,00 181,00 177,00 134,00 190,00 196,00 137,00 189,00 187,00 135,67 186,67 186,67
DHL S 270,00 355,00 350,00 264,00 373,00 386,00 269,00 370,00 369,00 267,67 366,00 368,33
Kimia
pH 6-9 7,06 7,50 7,69 7,03 7,63 7,78 7,01 7,51 7,65 7,03 7,55 7,71
Total Phosfat mg/L 0.2 0,27 0,30 0,38 0,12 0,42 0,41 0,11 0,33 0,34 0,17 0,35 0,38
DO mg/L Min 6 6,70 6,50 6,70 6,70 6,10 6,70 6,70 6,30 6,70 6,70 6,30 6,70
BOD mg/L 2 1,15 1,79 1,25 1,37 1,95 1,40 0,84 1,94 1,24 1,12 1,89 1,30
COD mg/L 10 1,90 8,00 8,00 2,00 10,40 7,30 0,90 12,20 9,30 1,60 10,20 8,20
Biologi
Fecal coliform Jml/100ml 100 70,00 90,00 150,00 90,00 110,00 150,00 90,00 140,00 110,00 83,33 113,33 136,67
Total coliform Jml/100ml 1000 110,00 150,00 210,00 150,00 200,00 280,00 110,00 280,00 210,00 123,33 210,00 233,33
Lampiran 6. Data Hasil Pemantauan Kualitas Air Minggu III
112
Hasil Pemantauan
BML Rata - rata
No Parameter Satuan 17-Okt-11 19-Okt-11 21-Okt-11
Kelas I
Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir
Temperatur
C
1 Udara 27,8 29,4 29,9 25,7 29,4 27,9 27,7 28,8 28,9 27,1 29,2 28,9
Debit Aliran
m3/detik
Sungai 0,18 0,17 0,34 0,18 0,17 0,34 0,33 0,3 0,9 0,2 0,2 0,5
Fisika
Suhu Air C Deviasi 3 24,9 27,7 29,9 25,1 27,9 27,5 25,7 27,6 28,5 25,2 27,7 28,6
Kekeruhan NTU 0,25 14,15 12,53 0,6 28,1 10,98 0,61 18,1 10,9 0,5 20,1 11,5
TSS mg/L 50 8 64 58 7 53 35 7 60 51 7,3 59,0 48,0
mg/L
TDS 1000 141 184 192 141 183 196 136 177 192 139,3 181,3 193,3
S
DHL 290 362 377 278 359 386 270 350 376 279,3 357,0 379,7
Kimia 0,0
pH 6-9 7,03 7,53 7,73 7,28 7,63 7,68 7 7,56 7,75 7,1 7,6 7,7
Total Phosfat mg/L 0,2 0,23 0,41 0,44 0,21 0,44 0,46 0,17 0,31 0,36 0,2 0,4 0,4
DO mg/L Min 6 6,5 6,1 6,5 6,4 6,2 6,5 6,9 6,7 7,1 6,60 6,33 6,70
BOD mg/L 2 0,4 1,25 0,85 0,55 2,05 1,44 0,97 2,32 1,26 0,64 1,87 1,18
COD mg/L 10 1,9 9,2 7,3 1,9 10,8 9,4 2,1 11,9 8,7 1,97 10,63 8,47
Biologi
Fecal coliform Jml/100ml 100 70 140 150 90 230 150 70 150 70 76,7 173,3 123,3
Total coliform Jml/100ml 1000 110 200 280 200 750 280 90 210 210 133,3 386,7 256,7
113
Lampiran 7. Data Nilai Rata-rata Maing-masing Parameter pada Tukad Yeh Sungi
Debit i m3/detik 0,58 0,23 0,23 0,35 0,38 0,21 0,53 0,37 0,51 0,21 0,53 0,42
Fisika
Suhu Air C Deviasi 3 24,71 24,93 25,23 24,96 24,68 26,07 26,27 25,67 25,77 27,73 28,63 27,38
Kekeruhan NTU 5,74 0,71 0,49 2,31 6,64 15,04 14,00 11,89 7,80 20,12 11,47 13,13
TSS Mg/L 50 30,89 9,00 7,33 15,74 34,44 31,33 33,00 32,93 42,00 59,00 48,00 49,67
TDS Mg/L 1000 159,89 135,67 139,33 144,96 169,44 186,67 186,67 180,93 170,33 181,33 193,33 181,67
DHL S 313,33 267,67 279,33 286,78 361,56 366,00 368,33 365,30 334,33 357,00 379,67 357,00
Kimia
pH 6-9 7,25 7,03 7,10 7,13 7,28 7,55 7,71 7,51 7,44 7,57 7,72 7,58
Total Phosfat Mg/L 0.2 0,40 0,17 0,20 0,26 0,41 0,35 0,38 0,38 0,46 0,39 0,42 0,42
DO Mg/L Min 6 7,17 6,70 6,60 6,82 7,01 6,30 6,70 6,67 6,90 6,33 6,70 6,64
BOD Mg/L 2 1,12 1,12 0,64 0,96 1,21 1,89 1,30 1,47 1,29 1,87 1,18 1,45
COD Mg/L 10 5,63 1,60 1,97 3,07 6,67 10,20 8,20 8,36 6,83 10,63 8,47 8,64
Biologi
Fecal coliform Jml/100ml 100 177,78 83,33 76,67 112,59 177,78 113,33 136,67 142,59 146,67 173,33 123,33 147,78
Total coliform Jml/100ml 1000 1065,56 123,33 133,33 440,74 1162,22 210,00 233,33 535,19 816,67 386,67 256,67 486,67
1
114
2