Saudaraku, siapa di antara kita yang tidak mengenal musik? Dan di antara orang yang mengenal musik,
siapa dari mereka yang menyukainya? Mungkin ada di antara kita yang mengangkat tangan dan ada
yang tidak. Sebagian kita ada yang menyukai musik dan ada yang tidak. Karena hal ini disebabkan oleh
adanya pro dan kontra akan hukum musik itu sendiri dan juga karena ketidaktahuan kita akan manfaat
dan bahaya musik itu sendiri.
Pada kesempatan kali ini, mari kita simak bersama, apa sih sebenarnya hukum musik itu sendiri?
Terkhusus lagi, jika musik itu dinisbatkan kepada Islam. Sebelum kita membahas bersama, ada
kesepakatan yang harus kita patuhi. Karena kita adalah orang Islam, tentunya kita mengimani
bahwasanya Allah Subhanahu wa taala adalah Tuhan kita dan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam
adalah Nabi dan panutan kita. Maka konsekuensi dari itu, kita harus meyakini kebenaran yang datang
dari firman Allah dan sabda Rasul-Nya. Bukankah begitu, wahai saudaraku? Oke, mari kita simak dan
renungkan bersama pembahasan kali ini.
2. Ketika pernikahan
Hal ini berdasarkan hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang menceritakan tentang anak
kecil yang menabuh rebana dan bernyanyi dalam acara pernikahannya Rubayyi bintu Muawwidz yang
pada waktu itu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak mengingkari adanya hal tersebut.
Dan juga berdasarkan dari sebuah hadis, bahwasanya beliau pernah bersabda, Pembeda antara yang
halal dan yang haram adalah menabuh rebana dan suara dalam pernikahan.9
Jadi, telah jelas bukan, bahwa keadaan yang diperbolehkan untuk bernyanyi dan bermain alat musik
hanyalah ketika hari raya dan pernikahan. Dan alat musik yang diperbolehkan hanyalah duff (rebana)
yang hanya dimainkan oleh wanita.
:
Tidak akan masuk ke dalam surga seseorang yang di dalam hatinya ada setitik kesombongan. Lalu
ada seorang laki-laki bertanya pada beliau, Sesungguhnya manusia itu menyukai baju yang indah dan
sandal yang bagus. Lalu beliau menjawab, Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan.
Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. 11
Semoga Allah Subhanahu wa Taala senantiasa memberikan kita taufik dan kekuatan untuk bisa
melakukan segala apa yang Dia perintahkan dan menjauhi segala apa yang Dia larang. Sesungguhnya
Allah Taala-lah yang Maha Pemberi taufik dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali hanyalah milik
Allah semata. Wallahu waliyyut taufiq.
Catatan kaki :
1. Lihat Tafsir Ibnu Katsir, hal. 556/3
2. Idem
3. Idem
4. Lihat Ighatsatul Lahafan karya Ibnul Qayyim, hal. 239
5. HR. Bukhari, no. 5590
6. HR. Hakim 4/40, Baihaqi 4/69
7. Lihat penjelasan lebih lengkapnya di at Tahrim atau Ighatsatul Lahafan
8. HR. Bukhari, no. 949, dan lain-lain
9. HR. At Tirmidzi, no. 1080, dihasankan oleh Syekh Al-Albani
10. Lihat At-Tahrim, hal. 151
11. HR. Muslim, no. 275
Referensi :
1. Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Quranil Adzim. 2008. Mesir, Daarul Aqidah.
2. Ibnu Qayyim al Jauziyyah, Ighatsatul Lahfaan. Maktabah syamilah
3. Nashiruddin Al Albani, Tahriim Aalaatit Tharbi. Maktabah syamilah
Penulis: Winning Son Ashari
Pemurajaah: Ust. Sanusin Muhammad, M.A