Tanaman ini termasuk kedalam famili apocynacea yang banyak di temukan di negara mana
pun termasuk di Indonesia, dapat di temukan di wilayah bali. Namun secara sistematis
morfologi, klasifikasi dan anatomi tanaman kamboja ini adalah antara lain.
1. Keterangan Gambar
A. Tarsus
B. Antena
C. Torax
D. Mata
E. Sayap
3. Morfologi
Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm, berwarna hitam keabu-abuan
dengan empat garis memanjang pada bagian punggung. Mata lalat betina mempunyai celah
lebih lebar dibandingkan lalat jantan (lihat Gambar 1). Antenanya terdiri atas 3 ruas, ruas
terakhir paling besar, berbentuk silinder dan memiliki bulu pada bagian atas dan bawah
Bagian mulut atau probosis lalat seperti paruh yang menjulur digunakan untuk menusuk dan
menghisap makanan berupa cairan atau sedikit lembek. Bagian ujung probosis terdiri atas
sepasang labella berbentuk oval yang dilengkapi dengan saluran halus disebut pseudotrakhea
tempat cairan makanan diserap. Sayapnya mempunyai empat garis (strep) yang melengkung
ke arah kosta/rangka sayap mendekati garis ketiga. Garis (strep) pada sayap merupakan ciri
pada lalat rumah dan merupakan pembeda dengan musca jenis lainnya. Pada ketiga pasang
kaki lalat ini ujungnya mempunyai sepasang kuku dan sepasang. Bantalan disebut pulvilus
yang berisi kelenjar rambut. Pulvilus tersebut memungkinkan lalat menempel atau
mengambil kotoran pada permukaan halus kotoran ketika hinggap di sampah dan tempat
kotor lainnya.
Klasifikasi dan Struktur (Morfologi) Hewan Kalajengking
1. KLASIFIKASI
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Sub Filum : Chelicerata
Upafilum : Chelicerata
Kelas : Arachnida
Upakelas : Dromopoda
Ordo : Scorpiones
Genus : Buthus
Spesies : Buthus tumulus/spionida sp
Kalajengking merupakan salah satu jenis arthropoda atau hewan yang berkaki
delapan, kalajengking masuk dalam kelas Arachida dan termasuk dalam ordo Scorpiones.
Perlu diketahui bahwa seluruh spesies kalajengking mempunyai bisa. Pada
umumnya, bisa kalajengking termasuk sebagai neurotoxin. Suatu pengecualian adalah
Hemiscorpius lepturus yang memiliki bisa cytotoxic.
Komposisi dari neurotoxin terdiri dari protein kecil, juga sodium dan potassium,
yang berguna untuk mengganggu transmisi neuro sang korban. Kalajengking menggunakan
bisanya untuk membunuh atau melumpuhkan mangsa mereka agar mudah dimakan.
2. MORFOLOGI
Morfologi kalajengking (Buthus tumulus) adalah sebagai berikut:
1) Mempunyai sepasang umbai-umbai yang kuat dan cakar bentuk penjepit (pedipalpus)
yang terletak tepat di depan 4 pasang kaki.
2) Kaki disesuaikan untuk berjalan, cephalothorax tidak bersegmen dan tertutup oleh
selembar lempeng kitin tebal yang disebut dengan carapace.
3) Terdapat 2-12 buah mata ocelli, abdomen bersegmen 12 buah, yang 7 segmen disebut
mesosoma besar dan 5 segmen terminal (metasoma) sangat menyempit.
4) Pada ujung ekor terdapat telson yang berpangkal pada sepasang sisir pada sisi ventral
segmen II abdomen. Pemanjangan pada ujung abdomen berbentuk seperti ekor sebagai
alat sengat (telson) yang mengandung kelenjar toksin.
5) Alat nafas berupa 4 pasang paru-paru terletak sebelah ventral di antara segmen III dan
XV abdomen
6) Bernafas dengan paru-paru buku.
7) Tidak mempunyai antenna
8) Kaki 4 pasang untuk berjalan yang keluar dari cephalothorax
9) Cephalothorax tidak bersegmen.
Sebagaimana Arachnida, kalajengking mempunyai mulut yang disebut khelisera,
sepasang pedipalpi, dan empat pasang tungkai. Pedipalpi seperti capit terutama digunakan
untuk menangkap mangsa dan alat pertahanan, tetapi juga dilengkapi dengan berbagai tipe
rambut sensor. Tubuhnya dibagi menjadi dua bagian yaitu sefalotoraks dan abdomen.
Sefalotoraks ditutup oleh karapas atau pelindung kepala yang biasanya mempunyai sepasang
mata median dan 2-5 pasang mata lateral di depan ujung depan. Beberapa kalajengking yang
hidup di guwa dan di literI sekitar permukiman tidak mempunyai mata.
Abdomen terdiri atas 12 ruas yang jelas, dengan bagian lima ruas terakhir membentuk
ruas metasoma yang oleh kebanyakan orang menyebutnya ekor. Ujung abdomen disebut
telson, yang bentuknya bulat mengandung kelenjar racun (venom). Alat penyengat berbentuk
lancip tempat mengalirkan venom. Padabagian ventral, kalajengking mempunyai sepasang
organ sensorisy ang bentuknya seperti sisir unik disebut pektin. Pektin ini biasanya lebih
besar dan mempunyai gigi lebih banyak pada yang jantan dan digunakan sebagai sensor
terhadap permukaan tekstur dan vibrasi. Pektin juga bekerja sebagai kemoreseptor (sensor
kimia) untuk mendeteksi feromon (komunikasi kimia).
Klasifikasi dan Struktur (Morfologi) Tanaman Teratai
2. Morfologi
Secara umum teratai (Nymphae sp.) memiliki struktur morfologi sebagai berikut:
Teratai (Nymphae sp.) adalah tanaman yang beradaptasi dengan lingkungan yang
memiliki ketersediaan air yang melimpah dan kelembapan yang tinggi. Nymphae sp.
Nymphae sp. hidup di kolam atau danau.
Nymphae sp. memiliki daun yang lebar dengan bentuk yang melingkar, dan tepi daun
bergerigi. Sebagian besar daun-daun ini mengapung di atas air agar dapat mengambil
oksigen yang ada di udara. Daun dapat mengapung karena adanya ruang udara yang
berkembang dengan baik.
Pada permukaan adaksial atau atas, daun Nymphae sp. berwarna hijau dan stomata
banyak ditemukan pada bagian ini sedangkan pada bagian abaksial atau bawah,
daun Nymphae sp. berwarna keunguan dan terdapat tulang daun besar serta tulang daun
kecil. Pada daun bagian abaksial biasanya tidak di temukan adanya stomata.
Nymphae sp. memiliki batang yang berfungsi untuk menyangga daun mengapung di atas
air. Batang sebagian besar tenggelam di dalam air, namun ada beberapa yang muncul di
atas permukaan air. Batang memiliki ruang udara yang berkembang dengan baik.
Selain berfungsi sebagai penyokong dari daun, batang juga berfungsi untuk mengasorbsi
nutrisi yang dibutuhkan oleh Nymphae sp..
Sistem akar pada hidrofi seperti Nymphae sp. kurang berkembang dengan baik dan tidak
memiliki bulu akar maupun tudung akar. Akar pada Nymphae sp. memiliki fungsi utama
sebagai jangkar, pelekat atau pencengkeram. Absorbsi lebih Ban yak dilakukan oleh
batang dan daun.