Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Mekanisme Dan Gejala Klinik Keracunan Napza

Oleh :

Andi Eva Yuliana Rezki Amalia

Putri Dian Izzati Fhadila Lukman

Rahmatia A.sehe Desi Asriani Ewa

Ariyanto Sumiyati Dedi

PROGRAM STUDI DIII ANALISIS KESEHATAN


STIKES MEGA REZKY MAKASSAR
2013/2014
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini
berjudul mekanisme dan gejala klinik keracunan napza.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, Mei 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

Sampul..........................................................................................................

Kata Pengantar..............................................................................................

Daftar Isi........................................................................................................

Bab I Pendahuluan........................................................................................

A. Latar Belakang...................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................
C. Tujuan...............................................................................................

Bab II Pembahasan.......................................................................................

A. Pengertian NAPZA..........................................................................
B. Mekanisme Kerja NAPZA...............................................................
C. Gejala Klinis Keracunan NAPZA.....................................................

Bab III Kesimpulan.......................................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................................
B. Saran..................................................................................................

Daftar Pustaka................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Narkoba atau NAPZA(singkatan dari Narkotika, Psikotropika danBahan


Adiktif berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh
manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah
pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat
menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis.
Didunia kedokteran dikenal adanya obat-obat tertentu yang dapat
menghilangkan penyakit atau rasa sakit ditubuh, ada pula obat tertentu yang dapat
mempengaruhi sistem saraf yang seringkali menimbulkan perasaan yang
menyenangkan seperti perasaan nikmat yang disebut dengan melayang, aktivitas luar
biasa, rasa mengatuk yang berat sehingga ingin tidur saja, atau bayangan yang
memberi rasa nikmat (Halusinasi). Obat-obat semacam itu disebut dengan Zat-Zat
Psikoaktif yang bermanfaat bagi ilmu kedokteran jiwa untuk mengobati penyakit
mental dan saraf. Akan tetapi bila disalahgunakan dapat menyebabkan terjadinya
masalah serius pada berbagai organ termasuk pada otak.
Pada penyalahgunaan NAPZA dapat mengakibatkan intoksikasi (keracunan),
over dosis (kelebihan dosis) dan sindrom ketergantungan. Bila terjadi intoksikasi
pemakai akan menunjukkan tingkah laku menyimpang (maladaptive) yang terjadi
segera setelah menggunakan NAPZA. Umumnya pada pemeriksaan urinalisis
menunjukkan hasil yang positif (NAPZA masih terdapat dalam tubuh pemakai),
dengan gejala klinis intoksikasi NAPZA tergantung jenis NAPZA, misalnya sebagai
berikut.
Penyalahgunaan NAPZA menyebabkan ketergantungan baik fisik maupun
psikologik (sindrom ketergantungan) bila pemakaiannya terus menerus dan dalam
jumlah yang cukup banyak.
Ketergantungan Fisik diitunjukkan dengan adanya toleransi dan atau gejala
putus zat (withdrawal symdrome). Toleransi adalah menurunnya pengaruh napza
setelah pemakaian berulang sehingga tubuh membutuhkan jumlah/takaran yang lebih
besar lagi agar memperoleh pengaruh atau efek yang sama dari sebelumnya.
Sedangkan Gejala Putus Zat (Withdrawal Syndrome) timbul apabila pemakai
menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA, atau penurunan dosis setelah
penggunaan NAPZA dalam jangka waktu yang lama.
Ketergantungan Psikologis ditunjukkan dengan timbul keinginan/dorongan
yang tak tertahankan (konpulsif) untuk menggunakan NAPZA (adanya perasaan
rindu, kangen, sugesti atau craving/idaman).

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian NAPZA serta jenisnya
2. Jelaskan mekanisme kerja dari NAPSA
3. Jelaskan gejala klinis keracunan NAPZA

C. Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui pengertian dan jenis dari NAPZA
2. Untuk dapat mengetahui mekanisme dari NAPZA
3. Untuk dapat mengetahui gejala klinis akibat keracunan NAPZA
D.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian NAPZA

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain


Narkoba. Istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif.
Semua istilah ini, baik Narkoba ataupun Napza, mengacu pada kelompok
senyawa yang umumnya memiliki resiko kecanduan bagi penggunanya.Menurut
pakar kesehatan, Narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang
biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk
penyakit tertentu.Namun kini persepsi itu disalah artikan akibat pemakaian di luar
peruntukan dan dosis yang semestinya.
Narkoba atau NAPZA(singkatan dari Narkotika, Psikotropika danBahan
Adiktif berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh
manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah
pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat
menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis.
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis
NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan
gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial.
Ketergantungan adalah suatu keadaan dimana telah terjadi ketergantungan
fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah
(toleransi), apabila pemakaiannya dikurangi atau deberhentikan akan timbul gejala
putus zat (withdrawl symtom). Oleh karena itu ia selalu berusaha memperoleh
NAPZA yang dibutuhkannya dengan cara apapun, agar dapat melakukan kegiatannya
sehari-hari secara normal.
NAPZA dibagi dalam 3 jenis :
1. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan
(Undang-Undang No. 35 tahun 2009).Narkotika digolongkan menjadi tiga golongan
sebagaimana tertuang dalam lampiran 1 undang-undang tersebut.Yang termasuk jenis
narkotika adalah Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing,
jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar
ganja.Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-
campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika terdiri dari 3 golongan :
a. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh :
Heroin, Kokain, Ganja.
b. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.
c. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein
2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-
Undang No. 5/1997). Terdapat empat golongan psikotropika menurut undang-undang
tersebut, namun setelah diundangkannya UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika,
maka psikotropika golongan I dan II dimasukkan ke dalam golongan narkotika.
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
a. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Ekstasi.
b. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:
Amphetamine.
c. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: Phenobarbital.
d. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM )

3. Zat adiktif lainnya


Zat Adiktif yaitu zat-zat yang mengakibatkan ketergantungan seperti zat-zat
solvent termasuk inhalansia (aseton, thinner cat, lem).Zat-zat tersebut sangat
berbahaya karena bisa mematikan sel-sel otak.Zat adiktif juga termasuk nikotin
(tembakau) dan kafein (kopi).
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh
psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
a. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh
menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan
manusia sehari hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan
dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu
dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :
Golongan A : kadar etanol 1 5 % ( Bir ).
Golongan B : kadar etanol 5 20 % ( Berbagai minuman anggur )
Golongan C : kadar etanol 20 45 % ( Whisky, Vodca, Manson House,
Johny Walker ).

b. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap
berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan
rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering
disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
c. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat.Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian
rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya
pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk
penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya

B. Mekanisme Kerja NAPZA


Narkoba bekerja di dalam tubuh manusia berbeda-beda tergantung cara
pemakaiannya. Berikut penjelasannya:

1. Melalui Saluran Pernapasan

Narkoba yang bekerja melalui saluran pernapasan biasanya dimasukkan ke


dalam tubuh dengan cara dihirup melalui hidung (shabu) atau dihisap sebagai rokok
(ganja). Narkoba yang masuk ke saluran pernapasan setelah melalui hidung atau
mulut, sampai ke tenggorokan, terus ke bronkus, kemudian masuk ke paru-paru
melalui bronkiolus dan berakhir di alveolus.

Di dalam alveolus, butiran debu narkoba itu diserap oleh pembuluh darah
kapiler, kemudian dibawa melalui pembuluh darah vena ke jantung. Setelah sampai
di jantung, narkoba kemudian disebar ke seluruh tubuh dan akhirnya berakibat pada
rusaknya organ tubuh (hati, ginjal, paru, usus, limpa, otak, dll). Narkoba yang masuk
ke dalam otak merusak sel otak. Kerusakan pada sel otak menyebabkan kelainan
pada tubuh (fisik) dan jiwa (mental dan moral). Kerusakan sel otak menyebabkan
terjadinya perubahan sifat, sikap, dan perilaku.

2. Melalui Saluran Pencernaan

Narkoba yang bekerja melalui saluran pencernaan biasanya dimasukkan ke


dalam tubuh dengan cara dimakan atau diminum (ekstasi, obat-obatan psikotropika).
Cara pemakaian seperti ini mendatangkan reaksi relatif lebih lama karena jalurnya
panjang.Alur masuknya Narkoba melalui saluran pencernaan, yaitu setelah melalui
mulut, diteruskan ke kerongkongan, kemudian masuk ke lambung, dan diteruskan ke
usus.Di dalam usus halus, narkoba dihisap oleh jonjot usus, kemudian diteruskan ke
dalam pembuluh darah kapiler, narkoba lalu masuk ke pembuluh darah balik,
selanjutnya masuk ke hati.Dari hati, narkoba diteruskan melalui pembuluh darah ke
jantung, kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Narkoba yang menyebar ke seluruh
tubuh kemudian merusak organ-organ tubuh(hati, ginjal, paru-paru, usus, limpa,
otak, dll).Terganggu atau rusaknya fungsi hati dan sel otak dapat menyebabkan
kelainan tubuh (fisik) dan jiwa (mental dan moral).

3. Melalui Aliran Darah

Cara pemakaian narkoba malalui aliran darah ini merupakan cara yang
menimbulkan efek tercepat. Narkoba langsung masuk ke pembuluh darah vena, terus
ke jantung kemudian menyebar ke seluruh tubuh dan berakibat pada rusaknya organ
tubuh.

Setiap aktivitas berpikir, emosi dan bertindak akan melibatkan sistem saraf
pusat (SSP) yang terdiri dari otak, medulla spinalis, dan serabut saraf yang
memanjang pada seluruh tubuh. Serabut saraf tersusun atas neuron, suatu sel yang
membuat otak dan medulla spinalis menjadi sangat powerful. Neuron-neuron
tersebut berfungsi mengirim sinyal, berita atau impuls melalui komunikasi satu
dengan yang lainnya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dalam komunikasi, sel
saraf (neuron)menggunakan zat kimia atau transmitter yang disebut
neurotransmitter.

Mekanisme kerja berdasarkan golongan NAPZA

1. Narkotika

a. Opioid (Heroin)

Opioid agonis menimbulkan analgesia akibat berikatan dengan reseptor


spesifik yang berlokasi di otak dan medula spinalis, sehingga mempengaruhi
transmisi dan modulasi nyeri. Terdapat 3 jenis reseptor yang spesifik, yaitu reseptor
(mu), d (delta) dan k (kappa). Di dalam otak terdapat tiga jenis endogeneus peptide
yang aktivitasnya seperti opiat, yitu enkephalin yang berikatan dengan reseptor d ,
endorfin dengan reseptor dandynorpin dengan reseptor k . Reseptor merupakan
reseptor untuk morfin (heroin). Ketiga jenis reseptor ini berhubungan dengan protein
G dan berpasangan dengan adenilsiklase menyebabkan penurunan formasi siklik
AMP sehingga aktivitas pelepasan neurotransmitter terhambat

b. Ganja

Ganja atau kanabis berasal dari tanaman Canabis sativa. Nama lainnya
adalah charas, mariuana, grass, dope, pot, weed, mull, bhang, dan hashish. Efek
psikaktif ganja karena mengandung tetrahidrokanabil atau THC.

THC diserap merlalui paru-paru (atau perut) ke dalam aliran darah dan
dibawa ke otak, tempat zat itu membanjiri reseptor dengan bahan kimia yang
membangkitkan rasa senang di otak. Pada umumnya, mengisap kanabis memberikan
efek santai pada si pengguna. Kanabis juga meningkatkan nafsu makan, dalam
bahasa sehari-hari dikenal dengan sebutan menjadi kelaparan

c. Kokain

Kokain adalah salah satu narkoba yang paling berbahaya yang pernah
diketahui oleh manusia. Telah terbukti bahwa bila seseorang mulai menggunakan
narkoba ini, hampir mustahil untuk bebas dari cengkeraman secara fisik dan mental.
Secara fisik, obat ini merangsang syaraf penerima dalam otak (ujungsyaraf yang
merasakan perubahan dalam tubuh), menciptakan rasa gembira yang luar biasa, yang
selanjutnya meningkatkan toleransi pengguna dengan sangat cepat.

2. Psikotropika
a. Amfetamin

Amfetamin merupakan stimulan yang kuat, jauh lebih kuat dibandingan dengan
nikotin dan kafein. Efek stimulansianya relative sama dengan kokain tetapi durasinya
lebih panjang, lebih mudah diperoleh, dan harganya lebih murah. Speed adalah nama
jalanan untuk zat illegal yang terdapat amfetamin.
Efek amfetamin atau ATS pada umumnya karena kemampuannya dalam
mendorong pelepasan NE dan dopamine dari tempat penyimpanannya di ujung saraf
presinaptik. Efek yang timbul pada sistem saraf perifer kemungkinan hasil dari
peningkatan kadar NE. perubahan perilaku dan peningkatan aktivitas psikomotor
yang muncul karena peningkatan perangsangan reseptor dopamine di sistem
mesolimbik (termasuk nukleous accumbent).
b. Ekstasi

Ekstasi adalah nama umum jalanan untuk Methylene dioxy


methamphetamine (MDMA). Stimulan dalam ekstasi memacu sistem syaraf pusat,
sementara halusinogen pada obat tersebut pada saat yang bersamaan bereaksi
terhadap persepsi. MDMA mengurangi kemampuan untuk mengendalikan diri dan
menyebabkan penggunanya lebih waspada, dibangkitkan afeksinya dan lebih
energetik.

MDMA, adalah zat turunan amphetamine yang memiliki sifat merangsang


SSP (stimulant) maupun mengubah persepsi (hallucinogen). Obat ini
berbentuk tablet dan digunakan melalui cara ditelan. Berbagai tablet yang
disebut Ecstasy seringkali tidak hanya mengandung zat MDMA, tetapi
campuran dari berbagai zat lain seperti methamphetamine,
caffeine, dextromethorphan, ephedrine, and cocaine.

c. LSD (d-lysergic acid)


LSD merupakan halusinogen yang sangat kuat dan paling banyak
disalahgunakan. Beberapa menit setelah pemakaian sebanyak 100-250 mikrogram
akan timbul rasa pusing, rasa lemah, mengantuk, nausea serta penurunan daya
presepsi secara bergelombang. Pada saat itu pemakai menjadi sangat siaga atau
menarik diri, maupun berubah-ubah antara siaga dan menarik diri. Kadang-kadang
timbul rasa takut bahwa sebagian tubuhnya hilang atau berubah maupun terpecah-
pecah.

d. Psilosibin (Magic Mushroom)


Genus Psilocybe, Panaeolus, Copelandia, Gymnopilus, Conocybe dan
Pluteus memproduksi toksin Psilocybin. Racun utama pada jamur Psilocybe yaitu
psilocybin, psilocin, baeocystin, norbaeocystin yang dapat melepaskanefek
neurotoksik mirip dengan LSD (d-lysergic acid) dengan struktur kimia yang
berkaitan erat dengan serotonin, pengaruhnya terutama pada susunan saraf pusat
(halusinasi) selain itu juga melepaskan beberapa efek pada sarafperiferal. Psilocybin
berinteraksi dengan 5-HT (Serotonin) reseptor yang mengikat dengan afinitas tinggi
pada 5-HT2A dan tingkat lebih rendah pada 5-HT1A. Psilocybin, psilocin,
baeocystin, norbaeocystin tidak hilang dengan memasak jamur tersebut
3. Zat adiktif lainnya

a. Alcohol

Alkohol digolongkan sebagai NAPZA karena mempunyai sifat menenangkan


sistem syaraf pusat, mempengaruhi fungsi tubuh maupun perilaku seseorang,
mengubah suasana hati dan perasaan. Alkohol bersifat menenangkan, walaupun juga
dapat merangsang. Alkohol mempengaruhi sistem syaraf pusat sedemikian rupa
sehingga control perilaku berkurang.

Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh


menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia
sehari - hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika
atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia.

Alkohol mengganggu keseimbangan antara eksitantasi dan inhibisi di otak,


ini terjadi karena penghambatan atau penekanan saraf perangsangan. Sejak lama
diduga efek depresi alcohol pada SSP berdasarkan melarutnya lewat membran iipid.
Efek alcohol terhadap berbagai saraf berbeda karena perbedaan distribusi fosfoliid
dan kolesterol di membran tidak seragam

b. Zat pelarut

Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap
berupa senyawa organic (benzil alkohol), yang terdapat pada berbagai barang
keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering
disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin. Penggunaan
inhalansia secara terus-menerus dapat merusak liver, ginjal, darah, sumsum tulang.

C. Gejala Klinis Keracunan NAPZA

Keracunan NAPZA (narkotik, alkohol, psikotropik dan zat aditif) dan


bahan berbahaya lain (pestisida, minyak tanah, bahan korosif, dan lain-lain)
cukup banyak dijumpai di IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya.Data di IRD RSUD
Dr.Soetomo Surabaya menunjukkan bahwa sejak tahun 1997 terdapat perubahan pola
keracunan yang masuk RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Kalau sebelumnya pestisida
senantiasa mendominasi jumlah penderita yang dirawat di sini, sejak tahun 1997,
bahan ini telah digantikan oleh kelompok obat farmakologi,terutama golongan
NAPZA, termasuk alkohol.

Efek Yang Ditimbulkan Napza


Stimulan adalah zat yang merangsang system saraf pusat, sehingga
mempercepat proses-proses yang terjadi didalam tubuh seperti meningkatnya
detak jantung, pernafasan dan tekanan darah.

Depresan menghasilkan aksi yang berkebalikan dengan stimulant. Depresan


menurunkan kesadaran terhadap dunia luar dan berefek
menidurkan.cdepresan memperlambat proses tubuh dan otak seperti
menurunkan tekanan darah,suhu tubuh, detak jantung dan kontraksi otot.

Halusinogen adalah zat yang dapat memepengaruhi system syaraf dan


menyebabkan halusinasi (khayalan). Contohnya adalah LASA (Lyser gic
Acid Amide) dan LSD (Lyser gic Acid Diethylamide).

Gejala klinis keracunan berdasarkan golongan NAPZA

1. Narkotika
a. Heroin

Efek heroin pada dosis normal yaitu perasaan enak dan bahagia (euphoria)
yang dapat timbul pada pemakaian 3-4 kali dengan dosis yang sesuai,
menghilangkan nyeri (analgesik), dan merangsang sistem parasimpatik (kolinergik)
sehingga menimbulkan depresi pernafasan, denyut jantung melemah, hipotensi,
menekan libido, pupil mengecil (miosis), mual, muntah, dan konstipasi. Dosis tinggi
dapat meningkatkan intensitas efek yang timbul pada dosis normal dan disertai
dengan ketidakmampuan berkonsentrasi, tidur yang dalam (fall a sleep), pernapasan
yang dalam dan lambat, berkeringat, gatal, dan jumlah air seni meningkat. Kelebihan
dosis menyebabkan terjadinya penurunan suhu tubuh dan denyut jantung yang tidak
teratur bahkan kematian dikarenakan depresi pernapasan yang berat. Efek seperti ini
juga dpat terjadi pada penggunaan dosisi normal yang dikombinasikan dengan
benzodiazepine atau alkohol.
b. Ganja

Pada dosis normal, setelah 2-3 jam setelah merokok ganja, yaitu berupa rilek,
tenang, kalm, tertawa sendiri, pada awal pemakaian merangsang nafsu makan (the
munchies effect), daya ingat berkurang atau hilang, mata merah, dan tekanan darah
turun. Dosis besar akan menimbulkan efek seperti dosis normal dengan intensitas
ysng lebih tinggi dan masih disertai dingin, kelelahan, euphoria, halusinasi, gelisah,
panik, dan paranoid. Pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan gangguan
saluran pernapasan, hilang motivasi, fungsi otak menurun, gangguan hormon, dan
gangguan sistem saraf.

c. Kokain

Dosis normal kokain dapat menyebabkan efek mengurangi nafsu makan,


meningkatkan denyut jantung, euphoria, pupil melebar dan pandangan kabur, agitasi,
kawaspadaan dan rasa percaya diri meningkat, dan dorongan sek meningkat.Pada
dosis tinggi, selain efek di atas, dapat timbul efek seperti sakit kepala, gelisah,
perilaku agresif, hilang konsentrasi, kehilangan libido, hilang motivasi dan ambisi,
nyeri, dan gangguan jantung. Sedangkan penggunaan jangka panjang dapat
menimbulkan ketergantungan baik psikis maupun fisik atau bahkan gangguan jiwa.
Tanda-tanda sakit jiwa dapat berupa paranoid, agitasi, dan halusinasi. Putus obat
karena kokain dapat menimbulkan depresi yang sangat dalam (berlawanan dengan
efeknya sebagai stimulansia), ingn bunuh diri, muntah, kelelahan, perasaan sangat
lapar, gangguan tidur, nyeri otot, dan craving.
2. Psikotropika
a. Amfetamin

Dosis normal amfetamin dapat menyebabkan efek sebagai berikut:


Menstimulasi sistem saraf simpatik menimbulkan efek peningkatan denyut
jantung, pernafasan cepat, mulut kering, berkeringat,midriasis dan sakit
kepala.
Merasa lebih berenergi dan waspada, banyak bicara dan rahang menegang
(gerakan mengunyah).
Mengurangi nafsu makan.
Respon yang berlebihan terhadap suatu rangsangan.

Dosis tinggi amfetamin menyebabkan kulit pucat, sakit kepala, dizziness,


pandangan kabur,tremor, denyut nadi tidak teratur, kram perut, berkeringat, resah,
napas tidak teratur, dan hilangnya koordinasi (ataksia). Selain itu, amfetamin dosis
tinggi dapat menyebabkan psikosis. Sedangkan efek jangka panjang dapat
menyebabkan malnutrisi, karena amfetamin mengurangi nafsu makan, mudah
terkena infeksi karena penggunaan jangka panjang menyebabkan kurang tidur dan
kurang gizi, berperilaku keras dan kasar, kerusakan otak, dan toleransi dan
ketergantungan.

b. Ekstasi

Ekstasi mulai menunjukkan reaksinya dalam waktu 20 menit setelah


dikonsumsi, yang menghasilkan rasa gembira yang tiba-tiba dan mencapai
puncaknya setelah kurang lebih satu jam. Akibat ini bisa berlangsung sampai delapan
jam, diikuti oleh penurunan yang bisa disertai dengan rasa lelah dan iritasi. Akibat ini
bisa diperparah jika digunakan bersamaan dengan obat-obatan lain, termasuk
alkohol.
Selain itu, dapat pula menyebabkan timbulnya mual dan muntah, suhu tubuh
meningkat, jantung berdebar, ketengan oto terutama rahang, pupil melebar, dan
bingung atau panik. Efek ini timbul segera setelah meminum ekstasi. Dalam jangka
panjang, dapat menyebabkan depresi, gelisah, kelelahan, tidak punya energi, dan
paranoid. Hal ini dikarenakan ekstasi bekerja secara tidak langsung mendorong
pelepasan serotonin sehingga pada saat pengguna sedang tidak menggunakan ekstasi,
kadar serotonin akan lebih rendah dari kadar biasanya (normal).

c. LSD

LSD termasuk halusinogen yaitu zat yang dapat menimbulkan halsinogen.


Halusinasi adalah timbulnya perubahan persepsi pada seseorang yang menyebabkan
adanya sesuatu yang terlihat atau terdengar tetapi sebenarnya tidak ada.
Setelah menggunakan LSD, pengguna akan merasa lemah, mati rasa dan
gemetar, otot terasa mellit (sakit), mual, muntah dan tergoncang-goncang, denyut
jantung dan tekanan darah meningkat,pernapasan cepat dan dalam, dan gangguan
koordinasi.
Halusinasi yang tampak setelah menggunakan LSD adalah warna kelihatan
lebih cerah, suara lebih keras dan tajam, distorsi ruang dan waktu, tubuh terasa
terbang atau merupakan bagian dari benda lain, emosional swing (tiba-tiba berubah
dari gembira ke sedih tanpa ada alasan atau sebaliknya), halusinasi flash back
(merasa mengalami peristiwa lampau) walaupun sudah lama tidak menggunakan
LSD

d. Psilosibin (Magic Mushroom)


Gejala keracunan akan berkembang dalam kurun waktu 10 menit sampai 2
jam setelah tertelan:
10-30 menit pertama akan timbul rasa gelisah, lemah, nyeri otot, dan rasa
tidak nyaman pada perut.
30-60 menit timbul visual efek/halusinasi dan distorsi persepsi,berkeringat,
kemerahan pada wajah, dan ketiadaan koordinasi.
60-120 menit semua gejala diatas menjadi sering muncul.

3. Zat adiktif laiinya


a. Alkohol
Pada penggunaan yang tidak terkontrol akan menimbulkan akibat sebagai
berikut:
- Ketergantungan
- Pola makan tidak teratur
- Peradangan dan pendarahan usus
- Kekurangan vitamin, karena alkohol akan mengurangi nafsu makan dan
menghambat absorpsi beberapa vitamin
- Kekebalan tubuh menurun
- Kerusakan otak, tangan dan kaki gemetar
- Denyut jantung tidak teratur
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi
kejiwaan / psikologi seseorang ( pikiran, perasaan dan perilaku ) serta dapat
menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA
adalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.
Pengaruhnya pada Otak dan susunan saraf pusat secara umum yaitu gangguan
daya ingat, gangguan perhatian / konsentrasi, gangguan bertindak rasional,
gangguan perserpsi sehingga menimbulkan halusinasi, gangguan motivasi,
sehingga malas sekolah atau bekerja, gangguan pengendalian diri, sehingga sulit
membedakan baik / buruk.
Di dalam masyarakat napza / narkoba yang sering disalahgunakan adalah opiada,
kokain, kanabis, amphetamine, sedatif hipnotik ( benzodiazepin ), solvent /
inhalasi, dan alkohol.

B. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan ilmu
mengenai mekanisme dan gejala klinik keracunan napza, apalagi kita sebagai calon
laboratorium harus mengetahui apa pengertian,mekanisme kerja dan gejala klinis
keracunan NAPZA.
DAFTAR PUSTAKA

http://typepedia.blogspot.com/2014/12/makalah-tentang-napza-dan-narkoba.html
http://bnnkepri.com/2014/10/mekanisme-kerja-narkoba-dalam-tubuh/
https://zenc.wordpress.com/2007/06/13/napza-narkotika-psikotropika-dan-zat-aditif/

Anda mungkin juga menyukai