Anda di halaman 1dari 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Perendaman dengan Air Gula 40%


Sel Normal Sel Terplasmolisis Keterangan

2. Perendaman dengan Air Garam 40 %

Sel Normal Sel Terplasmolisis Keterangan

3. Perendaman dengan Air Gula 30%

Sel Normal Sel Terplasmolisis Keterangan

4. Perendaman dengan Air Garam 30%

Sel Normal Sel Terplasmolisis Keterangan


5. Perendaman dengan Air Gula 20%

Sel Normal Sel Terplasmolisis Keterangan

6. Perendaman dengan Air Garam 20%

Sel Normal Sel Terplasmolisis Keterangan

Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil yaitu pada perlakuan
dimana sayatan epidermis Rhoeo discolor yang diamati langsung dibawah mikroskop
menunjukkan sel berada dalam keadaan normal, dimana dinding sel tidak mengalami
pengkerutan dan sel memiliki banyak pigmen antosianin. Antosianin adalah senyawa yang dapat
terkandung dalam tanaman yang berwarna merah, ungu, dan biru (Andrawulan dan Farailla,
2012).
Setelah melakukan perendaman dengan air gula dengan konsentrasi masing-masing 40%,
30%, 20% selama 10 menit sel-sel pada daun Rhoeo discolor mengalami plasmolisis. Hal ini
ditandai dengan banyaknya sel yang kehilangan pigmen antosianin seperti yang terlihat pada
gambar pengamatan 1. Hal yang sama juga ditunjukkan pada hasil perendaman dengan
menggunakan air garam dengan konsentrasi masing-masing 40%, 30%, 20%.
Menurut Campbell (2010), jika sel tumbuhan direndam dalam lingkungan hipertonik
maka sel tumbuhan akan kehilangan air ke lingkungan dan menyusut. Ketika sel tumbuhan
mengerut, membran plasmanya akan terlepas dari dinding selnya. Menurut Tjitrosomo (1987)
jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air ditentukan oleh perbedaan nilai
potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan
bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya,
artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan
bahwa volume sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh
ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel.
Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.
Ketika Rhoeo discolor dalam keadaan normal, terlihat bagian-bagian sel berbentuk
rongga segi enam dengan sitoplasma berwarna ungu memenuhi dinding sel. Pada saat sayatan
daun Rhoeo discolor direndam dengan larutan garam dan larutan gula, lingkungan yang
terbentuk di luar sel-sel daun adalah hipertonik, dan hipotonik pada bagian dalam sel. Sesuai
dengan prinsip osmosis, yakni perpindahan pelarut melalui selaput semi-permeabel dari
konsentrasi pelarut tinggi (hipotonik) menuju konsentrasi rendah (hipertonik), air akan mengalir
keluar dari vakuola menuju luar sel karena adanya tekanan osmosis. Proses plasmolisis ini
terutama didorong oleh vakuola (Lang et al, 2014). Akibatnya sel daun Rhoeo discolor
kehilangan air sehingga sitoplasma yang berwarna ungu mengkerut dan menjauhi dinding sel
seolah-olah keluar dan pecah dari sel. Lama-kelamaan sitoplasma memudar menjadi bercak-
bercak berwarna ungu. Hal ini terjadi karena larutan garam yang diteteskan berperan sebagai
larutan hipertonik, yakni larutan yang konsentrasinya lebih rendah daripada cairan di dalam sel.
Menurut (Rostika, 2007) durasi yang lebih lama akan memperparah tingkat plasmolisis sel.
Durasi rendam selama 45 menit ternyata dapat menyebabkan penurunan daya hidup kultur
hingga 30% sehingga perlakuan tersebut tidak direkomendasikan. Perlakuan yang optimal adalah
durasi rendam 30 menit, akan tetapi karena keterbatasan waktu praktikan hanya menggunakan
waktu selama 10 menit saja. Larutan yang digunakan juga hanya terbatas pada larutan gula dan
garam dengan konsentrasi 40%, 30%, 20%, namun kelompok kami sendiri hanya melakukan
percobaan dengan larutan gula dan garam 40%. Pada perendaman dengan air garam 30% terlihat
bahwa stomata dapat menutup setelah terjadinya plasmolisis. Mekanisme membuka dan
menutuonya stoma kiranya dipengaruhi oleh tekanan tugor dan kedua sel penutup. Antara difusi,
osmosi,dan tugor ketiganya erat kaitanya dengan kelangsungan proses metabolisme
(Sumarjan,2007:42).

Plasmolisis yang terjadi pada sel tumbuhan dapat menyebabkan tumbuhan menjadi layu
dan dapat menyebabkan tumbuhan mati.

Daftar Pustaka
Andrawulan, Nuri, dan R.H.F.Farailla.2012. Pewarna Alami Untuk Pangan. SEAFAST Center
IPB. Bogor, Indonesia.
Campbell, Nail. A. 2010. Biologi Edisi 8 Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Lang, Ingeborg., Sassmann, Stefan., Schmidt, Brigitte., Komis, George. 2014. Plasmolysis: Loss
of Turgor and Beyond. Plants 2014, 3, 583-593 (1). Vienna.
Rostika. 2007. Kriopreservasi Tanaman Purwoceng (Pimpinella Pruatjan Molk.) dengan Teknik
Vitrifikasi. Berita Biologi 8(6). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi
dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor
Sumarjan. 2007. Asistensi Biologi Umum. Mataram: Universitas Mataram.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1987. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai