Anda di halaman 1dari 13

Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Difusi-Osmosis Dan Penyerapan Zat

Topik : Dapatkah air ber-osmosis menembus membran sel jaringan tumbuhan?


Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita berhadapan dengan peristiwa difusi dan
osmosis, baik kita sadari maupun tidak kita sadari. Contohmya pada saat kita menyeduh teh
celup dalam kemasan kantong, warna dari teh tersebut akan menyebar. Hal ini disebabkan
oleh konsentrasi teh dalam gelas lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi teh yang ada
di dalam kantong teh tersebut. Sirup yang kental dan konsentrasinya tinggi akan menyebar ke
bagian bagian air lainnya sehingga konsentrasinya menjadi lebih rendah dan homogen di
setiap tempat. Peristiwa tersebut sering kita sebut sebagai difusi. Begitu pula pada tumbuhan,
yang menyerap air dan zat hara yang diperlukan dari lingkungan melalui proses difusi,
osmosis, maupun imbibisi. Peristiwa tersebut dapat berlangsung dengan baik jika terdapat
perbedaan tekanan potensial air yang sangat besar antara larutan di luar sel tumbuhan dengan
larutan di dalam sel tumbuhan tersebut.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah air dapat ber-osmosis menembus
sel jaringan tumbuhan dengan menemukan fakta mengenai gejala difusi dan osmosis serta
mengamati konsentrasi larutan terhadap kecepatan difusi, selain itu praktikan juga diharapkan
dapat menunjukkan arah gerakan air pada peristiwa difusi osmosis serta pada akhirnya dapat
mendeskripsikan pengertian difusi osmosis.
Tujuan :
1. Menemukan fakta mengenai gejala difusi osmosis.
2. Mengamati efek konsentrasi larutan terhadap kecepatan difusi.
3. Menunjukkan arah gerakan air pada peristiwa difusi osmosis.
4. Mendeskripsikan pengertian difusi osmosis.
Tinjauan Pustaka
Sel merupakan unit dasar struktural dan fungsional bagi semua organisme hidup. Sel
memiliki sistem organisasi molekuler dan biokimiawi yang mampu menyimpan informasi,

menerjemahkan informasi untuk mensintesis molekul sel, serta menggunakan sumber energi
untuk melakukan kegiatan(Yoni Suryani, 2004:5).
Sel yang hidup bebas, dan sel organisme multiseluler dikelompokkan lagi menjadi dua
golongan utama, yaitu eukariot dan prokariot. Pada eukariot, unsur pokok inti sel dibungkus
oleh membran inti, terpisah dari sitoplasma. Pada prokariot unsur pokok inti tidak dibungkus
oleh membran inti. Pada dasarnya sel hewan dan sel tumbuhan termasuk eukariot, sedangkan
sel prokariot meliputi bakteria, ganggang biru-hijau (Sianobakteria), dan Pleuropneumonia
Like Organism (PPLO) atau mikoplasma(Yoni Suryani, 2004:5).
Seperti telah dibicarakan di depan, maka isi sel yang hidup itu merupakan suatu larutan
dan sistem koloid juga. Dinding sel yang umumnya terdiri atas selulosa itu sifatnya
permeabel, sedangkan ektoplas (periplas atau plasmoplas) itu sifatnya semipermeabel.
Demikian pula tonoplas yang menyelubungi vakuol, itu semipermeabel juga. Protoplas
sendiri sifatnya juga semipermeabel, meskipun semipermeabilitas dari protoplasma itu ada
lain daripada semipermeabilitasnya plasmolema dan sebagainya (Prof. Dr. D. Dwijoseputro,
1980:67-68).
Alat dan bahan
a. Alat
1. Pipa kaca berskala

b. Bahan
1. Larutan gula pekat (0.50 dan

2. Karet pengikat rambut


3. Cawan petri

100%)
2. Karet penymbat berlubang 1

4. Pipet tetes mulut panjang

(untuk memasukkan pipa kaca

5. Pisau tajam, pelubang gabus

berskala)
3. Kulit katak

Cara Kerja
1. Dengan membran kentang
a. Membuat potongan kentang berukuran 3x3x3 cm
b. Pada ptongan kentang tersebut dibuat sumuran berukuran 2x2 cm
c. Mengisi sumuran dengan air gula sampai setengah bagian sumuran

d. Menutup lubang sumuran menggunakan karet penyumbat yang telah diberi pipa
kaca berskala
e. Tempatkan kentang pada cawan petri yang telah diberi sedikit air
f. Mengamati perubahan ketinggian permukaan air gula

2. Dengan membran kulit katak


a. Pada posisi terbalik ujung osmometer ditutup menggunakan ujung jari
b. Mengisi osmometer dengan larutan gula dengan kadar tertentu
c. Menutup mulut osmometer menggunakan kulit katak yang diikat menggunakan
karet
d. Membalikkan posisi osmometer kemudian memasukkannya ke dalam botol jam
berisi air
e. Menggunakan statip sebagai penyangga dan mengatur agar ketinggian larutan
gula sejajar permukaan air
f. Mengamati perubahan yang terjadi tiap 5 menit.
g. Mencatat hasil percobaan yang dilakukan.
Skema Alat
1. Dengan membran kentang
Pipa kaca
berskala
sumbat
Larutan
gula
sumuran
kentang

air

2. Dengan kulit katak


statip

osmometer

Air gula
sumuran

Kulit
katak

air

Hasil Percobaan
KELOMPOK 2
a. Kenaikan larutan gula pada pipa gelas berskala (ml) ( Kentang )
Pengamatan 5 menit ke-

Pertambahan volume cairan dalam pipa kaca berskala


Sukrosa 0%

Sukrosa 50%

awal
1

0,01 ml

0 ml

0,02 ml

0,04 ml

0,02 ml

0,06 ml

Seperti terlihat dalam tabel, pada pipa berskala yang berisi larutan sukrosa 0% terjadi
penurunan pada setiap 5 menitnya. Pada pipa berskala yang berisi larutan sukrosa 50% juga terjadi
penurunan volume pada tiap menitnya. Hal yang membedakan adalah penurunan pada pipa
berskala dengan sukrosa 50% lebih banyak dari pada penurunan pada pipa berskala dengan sukrosa
0 % pada interval waktu yang sama.
Penurunan cairan dalam pipa berskala menandakan bahwa air yang berada didalam pipa
mengalir ke luar melewati kentang menuju cawan petri yang berisi air. Konsentrasi cairan sukrosa
lebih tinggi dibandingkan dengan air dan dibatasi oleh kentang . Osmosis adalah gerakan pelarut dari
suatu larutan lemah/larutan murni ke larutan kuat jika kedua larutan dipisahkan oleh selaput semi
permiabel ( Dahlia, 2001 : 64). Kebanyakan zat terlarut tidak dapat berdifusi langsung melewati
membran fosfolipid bilayer, mereka harus melalui protein transfor yang ada pada membran.
Transpor aktif memerlukan energi agar berfungsi, tidak seperti pada transpor pasif (Cambell,
2008:276). Karena glukosa zat terlarut maka glukosa tidak dapat keluar akan tetapi air lah yang
masuk ke dalam, atau osmosis . Jadi membran sel tumbuhan bersifat permeabel terhadap air tetapi
tidak terhadap glukosa maka seharusnya molekul air bergerak dari cawan petri menuju ke pipa
berskala yang berisi cairan sukrosa dengan cara melewati sel sel kentang, dengan kata lain terjadi
osmosis. Akan tetapi hasil praktikum tidak sesuai dengan teori ini, cairan didalam pipa mengalir
keluar menuju cawan petri. Hal ini disebabkan karena lubang yang dibuat untuk memasukkan pipa
berskala terlalu besar, sehingga masih menyisakan ruang dan membuat ruang kehilangan tekanan
sehingga osmosis terjadi tidak sempurna.
b. Kenaikan larutan gula ( skala atau cm) dalam pipa osmometer ( Kulit Katak)

Pengamatan 5 menit ke-

Pertambahan volume cairan dalam pipa kaca berskala


Cairan sukrosa 100%

awal

+ 0,01 ml

+ 0,005 ml

+ 0,01 ml

Seperti terlihat dalam tabel, terjadi kenaikan pada osmometer dengan cairan sukrosa 100%
pada setiap 5 menitnya meskipun tidak konsisten besarnya. Seperti halnya sel tumbuhan sel hewan
juga memiliki struktur membran yang sama, yang membedakan adalah adanya dinding sel pada
tumbuhan. Saat sel berada di larutan hipotonis sel hewan akan lisis sedangkan sel tumbuhan akan
turgid karena adanya dinding sel ini. Dengan struktur membran yang sama, pada praktikum
menggunakan sel kulit katak ini secara teori akan

terjadi peristiwa difusi air atau osmosis.

Berdasarkan data, hasil praktikum sudah sesuai teori yang menyebutkan akan adanya osmosis air ke
dalam osmometer . Hal ini ditandai dengan naiknya skala pada osmometer.
KELOMPOK 1
a. Kenaikan larutan gula pada pipa gelas berskala (ml) ( Kentang )
Pengamatan 5 menit ke-

Pertambahan volume cairan dalam pipa kaca berskala


Sukrosa 0%

Sukrosa 5%

awal

0,02ml

0,005 ml

0,001 ml

Berdasarkan tabel terlihat bahwa pada pipa berskala dengan sukrosa 0% tidak mengalami
kenaikan maupun penurunan dalam tiap 5 menit pengamatan. Pada pipa berskala dengan cairan
sukrosa 5 % mengalami penurunan pada tiap 5 menitnya, akan tetapi volume penurunan semakin
sedikit pada tiap 5 menitnya. Seperti yang dijelaskan diatas, seharusnya terjadi peristiwa osmosi
akan tetapi hasil praktikum tidak menunjukkan demikian. Hal ini dapat disebabkan karena potongan
pada kentang terlalu besar sehingga ada ruang dan menyebabkan air tidak dapat melakukan osmosis
dengan sempurna.
b. Kenaikan larutan gula ( skala atau cm) dalam pipa osmometer ( Kulit Katak)

Pengamatan 5 menit ke-

Pertambahan volume cairan dalam pipa kaca berskala


Cairan sukrosa 0 %

awal

0,005 ml

0,015 ml

Berdasarkan tabel tersebut hasil praktikum menggunkan kulit katak mengalami penurunan
cairan sukrosa pada tiap 5 menitnya. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada, seharusnya terjadi
kenaikan skala pada osmometer karena adanya peristiwa osmosis. Ketidakberhasilan ini dapat
disebabkan karena penalian kulit katak ke osmometer yang terlalu longgar sehingga permukaan
cairan sukrosa turun, dan adanya gelembung gelembung didalam pipa osmometer. Adanya
gelembung akan menggangu pengamatan karena naiknya cairan menjadi tidak jelas untuk dilihat
tandanya.

Kelompok 6
a. Kenaikan larutan gula pada pipa gelas berskala (ml) ( Kentang )
Pengamatan 5 menit ke-

Pertambahan volume cairan dalam pipa kaca berskala


Sukrosa 50 %

awal

Sukrosa 100 %

0,14 ml

+ 0,03 ml

0,24 ml

+ 0,05 ml

0,31 ml

+ 0,07 ml

b. Kenaikan larutan gula ( skala atau cm) dalam pipa osmometer ( Kulit Katak)
Pengamatan 5 menit ke-

Pertambahan volume cairan dalam pipa kaca berskala


Cairan sukrosa 0 %

awal

+ 0,03 ml

+ 0,04 ml

+ 0,08 ml

Kelompok 5
a. Kenaikan larutan gula pada pipa gelas berskala (ml) ( Kentang )
Pengamatan 5 menit ke-

Pertambahan volume cairan dalam pipa kaca berskala


Sukrosa 50 %

Sukrosa 100 %

awal

b. Kenaikan larutan gula ( skala atau cm) dalam pipa osmometer ( Kulit Katak)
Pengamatan 5 menit ke-

Pertambahan volume cairan dalam pipa kaca berskala


Cairan sukrosa 0 %

awal

+ 0,03 ml

+ 0,01 ml

+ 0,04 ml

Pada percobaan kali ini menggunakan media kentang dan kulit katak. Selain itu juga
digunakan larutan A,B, dimana larutan tersebut adalah.A larutan gula pekat 50% dan B
adalah larutan gula pekat 100%.Setelah diberi perlakuan dengan cara di diamkan selama 3

kali 5 menit maka di dapatkan hasil percobaan pada media kentang dalm konsentrasi gula
pekat 50% dari kelompok 6 mengalami penurunan sedangkan pada konsentrasi 100%
mengalami kenaikan. Sementara percobaan kelompok 5 pada media kentang mengalami
kegagalan sehingga tidak didapati hasil percobaan yang dilakukan.

Sedangkan hasil

percobaan dengan menggunakan media kulit katak pada larutan gula pekat konsentrasi 50%
dan 100% sama-sama mengalami kenaikan. Pada larutan gula pekat berkonsentrasi 50%
mengalami penurunan sebesar 0,10 mL dan 0,7 mL. Hal ini merupakan salah satu contoh
osmosis karena pada peristiwa ini konsentrasi pelarut (air) pada larutan sukrosa yang di
dalam osmometer lebih rendah daripada konsentrasi pelarut di sekitarnya, sehingga air akan
bergerak melalui membran sel dari konsentrasi tinggi ke konsentarasi rendah. Selain
menunjukan peristiwa osmosis pada percobaan osmometer kentang ini juga dilakukan
percobaan dengan menggunakan konsentrasi sukrosa yang berbeda, yaitu larutan gula pekat
(sukrosa) 100% dan larutan sukrosa 50%.
Pada larutan sukrosa 100%, kenaikan volume larutan naik 0,02 mL setiap 5 menit.
Kenaikan volume larutan sukrosa 100% menunjukkan adanya aliran air dari tempat sekitar
kentang ke pipa osmometer melalui membrane semipermeable kentang. Hal ini merupakan
peristiwa osmosis karena terjadi aliran pelarut berkonsentrasi tinggi ke larutan berkonsentrasi
pelarut rendah. Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang
menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Sejumlah besar
volume air akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume yang sedikit, dibawah
kondisi yang sama. Energi bebas suatu zat per unit jumlah, terutama per berat gram molekul
(energi bebas mol-1) disebut potensial kimia. Potensial kimia zat terlarut kurang lebih
sebanding dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk
bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menuju daerah yang potensial
kimianya lebih kecil (Sasmitamihardja, 1996).
Sedangkan pada osmometer yang menggunakan larutan sukrosa berkonsen-trasi 50%
terjadi penurunan volume larutan. Hal ini dikarenakan menurut ( Tjitrosomo, 1987 ), jika sel
dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai
potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan
bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi
sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada
kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat
mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Apabila larutan gula dibuat makin

pekat, konsentrasinya semakin besar, maka kekurangan berat yang dialami oleh potongan
kentang itu akan semakin besar dan cepat karena perbedaan konsentrasi zat semakin besar.
Hal tersebut mengakibatkan air semakin cepat berpindah dari konsentrasi rendah ke
konsentrasi tinggi.
Pada percobaan dengan perlakuan larutan sukrosa 5% dan 100% yang dilakukan oleh
kelompok 5 terjadi kesalahan, sehingga gagal dalam percobaan. Dapat diindikasikan
kegagalan percobaan tersebut terjadi karena ukuran kentang tidak sesuai dengan ukuran yang
harus dibuat yaitu 3x3x3 cm sehingga membuat larutan sukrosa kurang termampatkan. Selain
itu juga dapat dikarenakan pelubangan yang tidak pas sehingga membuat larutan sukrosa
tidak bisa mengalir dengan baik.
Sedangkan pada percobaan pada membran kulit katak dengan konsentrasi sukrosa
50% dan 100% pada kedua kelompok mengalami kenaikan pada skalanya. Kenaikan skala
pada pipa osmometer yang pangkalnya ditutup dengan kulit katak merupakan salah satu
contoh osmosis karena pada peristiwa ini konsentrasi pelarut (air) pada larutan sukrosa yang
di dalam pipa osmometer lebih rendah daripada konsentrasi pelarut di sekitarnya, sehingga
air akan bergerak melalui membran sel dari konsentrasi tinggi ke konsentarasi rendah. Pada
percobaan dengan menggunakan larutan sukrosa 50% saat 5 menit pertama didapati
pertambahan sebesar 0,03 mL dan pada 5 menit kedua pertambahannya sebesar 0,01 mL dan
pada 5 menit ketiga terjadi penambahan 0,04 mL. Disamping itu pada percobaan dengan
menggunakan larutan sukrosa 100% diperoleh data bahwa setiap 5 menit terjadi pertambahan
tinggi larutan sukrosa di dalam pipa osmometer. Pada 5 menit pertama terjadi pertambahan
sebesar 0,03 mL. Pada 5 menit kedua terjadi penambahan 0,04 mL dan pada 5 menit ketiga
terjadi penambahan sebesar 0,08 mL. Dari percobaan ini dapat dilihat bahwa konsentrasi
larutan sukrosa 100% (konsentrasi air 0%) lebih rendah daripada konsentrasi air. Sehingga
terjadi terjadi aliran air dari konsentrasi tinggi (air di dasar tabung) ke larutan sukrosa 100%
di dalam osmometer melalui kulit katak.
Dari percobaan dengan menggunakan dua jenis konsentrasi larutan sukrosa, dapat
diketahui bahwa konsentrasi pelarut (air) mempengaruhi kecepatan osmosis. Semakin tinggi
perbedaan konsentrasi, maka akan semakin cepat osmosis terjadi. Percobaan ini sesuai
dengan teori yang menyebutkan bahwa makin besar perbedaan konsentrasi air pada kedua
dinding selaput, makin besar kecenderungan terjadinya osmosis, dan dengan demikian
semakin besar tekanan osmosis. (Kimball, 1998: 124).

Pengamatan
5 menit ke-

Pertambahan volume cairan dalam pipa kaca berskala


Sukrosa 0%

Sukrosa 5%

Sukrosa 50%

Sukrosa 100%

1
0

0,02ml

0,005 ml

0,001 ml

Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Gejala difusi osmotik dapat diamati dengan kenaikan volume larutan dalam osmometer
yang menunjukkan aliran pelarut (air) dari tempat berkon-sentrasi pelarut tinggi ke
konsentrasi rendah melalui membrane semipermeable.
2. Faktor yang mempengaruhi osmosis adalah perbedaan konsentrasi larutan
3. Prinsip dasar arah aliran air pada peristiwa osmosis adalah dari tempat berkonsentrasi air
lebih tinggi ke tempat berkonsentrasi air rendah.

1. Pada gejala difusi terdapat pergerakan molekul dari konsentrasi tinggi menuju
konsentrasi rendah, pada gejala osmosis air bergerak melewati membran
semipermeabel menuju larutan gula dan menurunkan konsentrasi larutan gula didalam
osmometer.
2. Semakin pekat konsentrasi suatu larutan maka kecepatan difusinya akan semakin
menurun terutama saat larutan mulai menjadi homogen
3. Pada peristiwa difusi yang disebabkan oleh energi kinetis, maka sumber gerakan
molekul-molekul itu ada di tempat yang konsentrasinya pekat. Dengan demikian, arah
gerakan difusi adalan menuju ke tempat yang berkonsentrasi rendah. Sedangkan pada
peristiwa osmosis molekul bergerak dari tempat yang berkonsentrasi rendah menuju
ke tempat berkonsentrasi tinggi melalui suatu membran.
4. Difusi merupakan peristiwa berpindahnya molekul dari tempat berkonsentrasi tinggi
menuju ke tempat berkonsentrasi rendah.

Osmosis merupakan peristiwa berpindahnya molekul dari tempat konsentrai rendah


menuju ke tempat berkonsentrasi tinggi dengan melalui membran.
Daftar pustaka
Tjitrosomo. 1987. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa.
Kimball, John W.1998. Biologi Edisi Ke-4 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sasmitamihardja, Dardjat, dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Yoni suryani
Dwijosaputro
Salisbury
Campbell 2008 8th ed

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN


DIFUSI DAN OSMOSIS

Oleh :
Yosi Titriasari A (13304244014)
Mahardika Himas N (13304241047)
Artika Anindiyani N (13304241051)
Anes Devy Anggraeni (13304241056)

International Biology Education


Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai