Anda di halaman 1dari 2

Pendahuluan ke-1 (Mengukur potensial osmotik dengan cara Plasmolisis)

Peristiwa terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena sel berada dalam larutan
hipertonik disebut plasmolisis. Plasmolisis dapat memberikan gambaran untuk menentukan
besarnya nilai osmosis sebuah sel. Jika sel tumbuhan ditempatkan dalam larutan yang
hipertonik terhadap cairan selnya, maka air akan keluar dari sel tersebut sehingga plasma
akan menyusut. Bila hal ini berlangsung terus menerus, maka plasma akan terlepas dari
dinding sel (Kimball, 1994).
Plasmolisis secara nyata menunjukkan bahwa pada sel, sebagai unit terkecil
kehidupan, terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat. Adanya sirkulasi ini menjelaskan bahwa
sel dinamis dengan lingkungannya. Jika memerlukan materi dari luar maka sel harus
mengambil materi itu dengan segala cara, misalnya dengan mengatur tekanan agar terjadi
perbedaan tekanan sehinggga materi dari luar bisa masuk. Plasmolisis biasanya terjadi pada
kondisi yang ekstrim, dan jarang terjadi di alam. Ataupun terjadi secara sengaja di
laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi ataupun larutan gula
untuk menyebabkan eksosmosis (Buana dkk, 20011).
Menurut Didik Indradewa dan Eka Tarwaca SP. (2009) bahwa tanda-tanda sel yang
mengalami plasmolisis adalah menghilangnya pigmen warna yang ada di dalam sel dan
mengerutnya pinggiran membrane sel ke arah dalam. Prinsip yang digunakan dalam peristiwa
ini adalah karena terjadinya peristiwa osmosis sebagai akibat adanya perbedaan konsentrasi
zat terlarut dalam medium air di banding zat terlarut yang ada di dalam protoplasma sel atau
dapat diartikan sebagai dampak perbedaan potensial air antara dua tempat air yang dibatasi
oleh membrane sel tersebut. Kondisi sel yang terplasmolisis tersebut dapat dikembalikan ke
kondisi semula. Proses pengembalian dari kondisi terplasmolisis ke kondisi semula ini
dikenal dengan istilah deplasmolisis.
Prinsip kerja dari deplasmolisis ini hampir sama dengan plasmolisis. Tapi konsentrasi
larutan medium dibuat hipotonis, sehingga yang terjadi adalah cairan yang memenuhi ruang
antara dinding sel dengan membrane sel bergerak ke luar, sedangkan air yang berada di luar
bergerak masuk ke dalam dan dapat menembus membrane sel karena membrane sel
mengijinkan molekul-molekul air untuk masuk ke dalam. Masuknya molekul-molekul air
tersebut mengakibatkan ruang sitoplasma terisi kembali dengan cairan sehingga membrane
sel kembali terdesak kearah luar sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi
dan adhesi air yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan semula.
Bertahan hidupnya sel tergantung pada keseimbangan penyerapan air dan pelepasan air
(Dwidjoseputro, 1995).

Daftar pustaka

Buana, eqi, dkk. 2011. Struktur dan inti sel Rhoeo discolor saat normal dan Plasmolisis.
Bogor: Regina.
Dwidjoseputro, D. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Kimball, J.W.1994. Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai