PENDAHULUAN
7.000
6.000
Produksi (000 t)
5.000
Pakan (000 t)
4.000
3.000
Produktivitas (kg/ha)
2.000
1.000
Impor (000 t)
0
1962 1965 1968 1971 1974 1977 1980 1983 1986 1989 1992 1995 1998 2001 2002 2003 2004 2005
-1.000
Gambar 1. Perkembangan ekonomi jagung Indonesia, 1960-2005
(Sumber: ERS/USDA/PSD 2007).
3.5
3
Produktivitas (t/ha)
2.5
Jaw a Timur
1.5
Jaw a Tengah
Sumatera Utara
1
Lampung
Sulaw esi Selatan
0.5
NTT
0
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
4.5
4
Jatim minus Madura
3.5
Produktivitas (t/ha)
2.5 Madura
2
1.5
0.5
0
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Gambar 3. Perkembangan produktivitas jagung lokal (Madura) dan Jawa Timur tanpa
Madura (Sumber: BPS Jawa Timur 2007 dan Pusat Data Pertanian 2007).
478
Indonesia.
Sumatera Utara (ha) Lampung (ha) Jawa Tengah (ha) Jawa Timur (ha)
Varietas/
musim tanam 1998 2001 2006 1998 2001 2006 1998 2001 2006 1998 2001 2006
Hibrida
MH 29.670 48.710 50.326 142.000 132.560 134.313 77.830 59.380 136.884 91.080 130.090 201.381
MK I 32.400 48.240 49.118 56.260 69.990 83.233 26.670 23.140 64.334 37.510 51.290 107.319
MK II 42.220 34.390 43.170 44.880 29.840 15.052 51.800 30.010 47.163 110.070 117.770 160.545
To t a l 106.290 131.340 142.614 243.130 232.390 231.598 243.130 112.530 248.381 238.670 301.150 469.245
Komposit
MH 10.090 14.040 21.196 46.940 39.940 20.780 121.650 112.110 77.376 84.070 172.110 137.183
MK I 10.850 14.820 18.837 23.030 30.880 15.247 33.300 55.410 33.057 51.980 66.930 51.167
MK II 14.470 12.620 10.086 18.330 19.510 6.194 87.490 76.540 17.235 105.730 64.890 40.848
To t a l 35.410 41.480 50.119 88.290 90.330 42.221 242.440 244.060 127.668 241.780 302.930 229.198
Lokal
MH 17.230 6.990 1.976 27.030 22.820 30.337 135.170 79.470 62.577 540.220 347.600 298.344
MK I 20.470 11.450 1.459 9.490 17.820 23.610 42.940 40.190 39.733 162.300 90.940 84.376
MK II 16.050 7.450 1.772 6.900 14.900 3.874 71.420 52.650 19.569 165.490 92.230 18.021
To t a l 53.750 25.890 5.207 43.420 55.540 57.821 271.420 172.320 121.879 868.010 530.770 400.741
Total Jagung
MH 56.990 69.740 73.498 215.970 195.320 185.430 334.650 250.960 276.837 715.370 649.800 636.908
MK I 63.720 74.510 69.414 88.780 118.690 121.895 102.910 118.740 124.961 251.790 209.160 174.719
MK II 72.740 54.460 55.028 70.110 64.250 25.120 210.710 159.200 83.967 381.290 274.890 225.111
To t a l 193.450 198.710 197.940 374.860 378.260 332.445 648.270 528.900 497.928 1.348.450 1.133.850 1.099.184
Persentase 17,70/ 26,60/ 42,69/
Jagung hibrida 54,94 66,10 72.05 66,10 61,45 69.60 37,50 21,30 49,88 (26,86*) (39,68*) ( 5 8 . 1 0 * )
Persentase 17,93/ 26,72/ 22,70/
Jagung komposit 18,30 20,87 25.33 23,55 23,88 12.70 37,40 46,15 26,30 (31,86*) (34,10*) (31,42*)
*) Jawa Timur minus Madura, di mana Madura 99,1% adalah jagung lokal, konsumsi.
Sumber: BPS (1999, 2002, 2007) Basis data survei pertanian 1998, 2001, dan 2006 (Diolah).
2.5
1.5
0.5
0
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
1.2
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
Jaw a Timur Jaw a Tengah Sumatera Utara
Lampung NTT Sul. Selatan
Madura
Gambar 5. Perkembangan areal panen jagung di propinsi penghasil utama jagung di
Indonesia 1980-2006 (Sumber: BPS, Pusat Data Pertanian 2007, dan Dinas
Pertanian Jawa Timur).
Pada MT I areal tanam padi sawah di DAS Brantas mencapai 86,2% dari
total areal, jagung 3,5%, dan tebu 3,7%. Pada MT II, areal tanam padi 65,7%
dan jagung 11,3%. Pada MT III, areal tanam padi hanya 4,2% sedangkan
areal tanam jagung meningkat menjadi 26,6%. Indeks pertanaman (IP)
mencapai 262% dan IP padi 156% (Sumaryanto 2006). Adanya areal yang
terpaksa diberakan disebabkan antara lain oleh genangan air yang terlalu
dalam sehingga sulit ditanami, atau areal jauh dari saluran irigasi sehingga
tidak mendapatkan air pada MT II maupun pada MT III. Petani yang menanam
jagung hibrida dan sayuran pada MT II dan MT III banyak yang menggunakan
air pompa untuk mengairi tanaman.
482
2006.
Sumatera Utara (ha) Lampung (ha) Jawa Tengah (ha) Jawa Timur (ha)
Ta h u n / m u s i m
tanam Te g a l a n Sawah Te g a l a n Sawah Te g a l a n Sawah Te g a l a n Sawah
1990
MH 31.100 2.100 109.500 800 234.000 67.070 624.650 80.200
MK I 27.500 4.500 62.400 6.400 89.800 51.700 189.500 129.950
MK II 18.800 1.700 30.700 9.400 81.200 135.100 39.500 160.500
To t a l 77.400 8.300 202.600 16.66 395.000 253.900 853.650 290.650
1995
MH 65.300 2.900 187.400 5.600 271.900 88.200 647.100 65.900
MK I 41.900 1.900 98.100 20.500 101.100 42.800 194.300 124.950
MK II 51.900 1.900 32.700 19.300 69.700 107.400 39.100 193.200
To t a l 158.100 6.700 318.200 45.400 442.700 238.400 880.500 318.150
2001
MH 68.100 1.680 189.590 5.720 216.390 34.600 619.360 30.440
MK I 69.500 5.020 91.840 26.840 83.460 35.300 142.000 55.960
MK II 43.000 11.500 40.840 23.520 66.390 92.800 90.760 184.100
To t a l 180.200 18.200 322.270 55.980 366.240 162.700 852.120 283.700
2006
MH 66.178 7.333 179.254 6.176 235.052 41.785 605.632 31.276
MK I 63.610 7.372 107.944 14.146 107.469 29.655 170.864 71.998
MK II 50.950 4.703 14.350 10.740 22.118 61.849 20.811 198.603
To t a l 180.738 19.408 301.548 31.062 364.639 133.289 797.307 301.877
Tabel 4. Penerimaan petani jagung dan padi pada berbagai musim tanam di DAS Brantas,
1999/2000.
Padi
Penerimaan 5.209,0 5.230,3 4.822,7 5.087,3
Biaya produksi tunai 2.943,8 3.030,9 2.691,3 2.888,7
Pendapatan 2.265,2 2.199,3 2.131,4 2.198,6
Jagung
Penerimaan 4.023,0 4.519,2 4.333.9 4.431,9
Biaya produksi tunai 2.195,2 2.334,8 2.199,5 2.316,0
Pendapatan atas biaya tunai 1.827,8 2.184,4 2.133,9 2.115,9
Penerimaan petani yang menanam jagung dan padi pada setiap musim
tanam disajikan dalam Tabel 5. Data ini merupakan hasil penelitian intensif
yang dilakukan di DAS Brantas selama tahun 1999/2000. Pengumpulan data
dilakukan untuk setiap petak lahan yang diusahakan petani. Untuk lebih
menggambarkan keadaan DAS Brantas, lokasi petani contoh dibagi menurut
hulu, tengah, dan hilir. Perbedaan lokasi menyebabkan perbedaan dalam
penyediaan air irigasi.
Pendapatan petani padi dan petani jagung relatif berimbang. Akan tetapi,
apabila dipilah menurut varietas unggul komposit dan hibrida akan berbeda.
Rata-rata hasil jagung hibrida adalah 6,05 t/ha dan jagung nonhibrida 4,8 t/ha.
Biaya produksi jagung hibrida lebih tinggi, tetapi keuntungan bersih lebih
besar (Sumaryanto 2006). Peningkatan luas panen jagung di Kediri, Blitar,
dan Nganjuk (Kasryno 2005) adalah karena areal tanam jagung hibrida
lebih dominan (>70%) di tiga kabupaten ini. Di samping itu, harga relatif
jagung terhadap padi juga meningkat.
485
3.5
3 Jagung
Kedelai
2.5
Harga (dolar AS/t)
1.5
0.5
0
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Gambar 6. Perkembangan harga relatif jagung dan kedelai terhadap harga beras.
(Sumber: BPS Statistik Indonesia 1984-2006).
Pada Gambar 6 terlihat pula bahwa harga jagung mulai meningkat setelah
tahun 2000, sejalan dengan peningkatan harga jagung di pasar dunia yang
dipacu oleh peningkatan permintaan jagung sebagai bahan baku untuk
industri bahan bakar nonmigas/nabati.
120
80
40
Jan-00 Jan-01 Jan-02 Jan-03 Jan-04 Jan-05 Jan-06 Jan-07 Jan-08
225
200
Jagung
Harga (dolar AS/t)
175
150
Sorgum
125
100
75
Jun-05
Jun-06
Sep-07
Jun-04
Sep-04
Sep-05
Sep-06
Jun-07
Sep-03
Mar-04
Des-04
Des-05
Des-06
Des-03
Mar-05
Mar-06
Mar-07
Tingkat konsumsi daging di Indonesia pada tahun 2005 hanya 3,0 kg/
kapita daging ayam ras, sedangkan di Malaysia telah mencapai 38,1 kg/
kapita, dan Thailand 11,9 kg/kapita/tahun (FAS/ERS/USDA 2007).
Konsumsi (kg/kapita/tahun)
Bahan makanan
1984 1987 1990 1993 1996 1999 2002
250
Daging
200
Konsumsi/kapita/hari
150
Hortikultura
100
Serealia
50
0
1981 1984 1987 1990 1993 1996 1999 2002
Gambar 9. Perkembangan pola konsumsi negara berkembang
(Sumber: World Development Report 2008).
12
10
Penggunaan dalam negeri
8
Milyar bushel
6
Etanol
4
Ekspor
2
0
1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015
Gambar 10. Perkembangan dan perkiraan permintaan jagung Amerika Serikat, 1980-2015
(Sumber: ERS/USDA: Agricultural Projections to 2016, February 2007).
5 Gandum
3 Jagung
2
1
0
1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015
Gambar 11. Perkiraan harga jagung, gandum, dan kedelai Amerika Serikat, 1980-2015
(Sumber: ERS/USDA: Agricultural Projections to 2016. February 2007).
Aquino, P., F. Currion, and R. Calvo. 1999. Selected maize statistics. In World
Maize Facts and Trends 1997 per 1998. CIMMYT, Mexico.
BPS. 1969-1971, 1979-1981, 1989-1991, 1998-2006. Produksi padi dan palawija
di Jawa dan Indonesia. BPS. Jakarta.
BPS. 1999. 2003. Survei sosial ekonomi nasional 1990, 1999, dan 2002. (Data
Base). BPS Jakarta.
BPS. 2000, 2003, dan 2005. Luas lahan pertanian menurut penggunaannya
di Indonesia BPS, Jakarta.
Chainuvati, C. 1997. Seed extension in Thailand. Department of Agricultural
Extension, Ministry of Agriculture and Cooperative of Thailand.
Bangkok.
Delgado, C., M.W. Rosegrant, H. Steinfeld, S. Ehui, and C. Courbois. 1999.
Live-stocks to 2020. The next food revolution. IFPRI, Washington D.C.
Direktorat Jenderal Peternakan. 1998-2004. Statistik Peternakan Indonesia
1998-2004. Dit. Peternakan. Jakarta.
Erwidodo dan Ning Pribadi. 2002. Produksi dan permintaan jagung di
Indonesia: perkembangan dan proyeksi. Badan Ketahanan Pangan,
Departemen Pertanian. Jakarta.
Falvey, L. 2000. Thai agriculture: golden cradle of millenia. Kasetsart Uni.
Press. Bangkok.
Fang, Cheng, and J. Fabiola. 2002. Does the U.S. Midwest have a cost
advantage over China in producing corn, soybeans, and hogs.
MATRIC Research Paper 02-MRP, 4 August 2002. Iowa State Univesity,
Ames Iowa.
FAO. 2001. Review of basic food policies. Rome.
FAO. 2007. Food outlook, June 2007. Rome.
Foreign Agricultural Service. 2007. Production, supply, and demand (PSD).
Data for world agriculture. FAS, USDA,February, 2002. Washington
D.C.
Gonzales, L.A., Faisal Kasryno, N.D. Perez, and M.W. Rosegrant. 1992.
Economic insentives and comparative advantage in Indonesian food
crop production. IFPRI Research Report 93. IFPRI. Washington D.C.
Heisey, P.W. and G.O. Edmeades. 1999. Maize production in drought-stressed
environment. In World Maize Facts and Trends 1997 per 1998. CIMMYT,
Mexico.