ARGENTOMETRI
ARGENTOMETRI
A. TUJUAN
Tujuan dari percobaan Argentometri adalah untuk menentukan
B. LANDASAN TEORI
Titrasi adalah suatu proses dalam analisis volumetrik dimana suatu titran
atau larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya diteteskan melalui buret
kedalam larutan lain yang belum diketahui konsentrasinya. Zat yang akan
ditentukan kadarnya disebut titran dan zat yang sudah diketahui kadarnya tersebut
umumnya adalah senyawa yang berwarna, dimana senyawa tersebut akan berubah
kelebihan titran dengan adanya perubahan warna. Indikator berubah warna karena
nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode ini disebut juga metode
relatif tidak larut atau endapan. Reaksi yang mendasari titrasi argentometri yaitu :
sedikit basa menggunakan kalium kromat sebagai indikator dengan standar perak
nitrat sebagai titer. Besi ditentukan dengan kolorimetri. Metode menggunakan
Cl, asam nitrat digunakan untuk keasaman larutan dan argentum nitrat digunakan
pengotor, yang kadarnya tidak boleh lebih dari 10 ppm. Bila kandungan unsur
khlorida dalam bahan bakar nuklir (pellet sinter UO2 ) lebih dari 10 ppm, maka
sangat mempengaruhi reaksi inti dalam teras reactor. Argentometri adalah titrasi
a) AgNO3 0,1 N
b) Air sumur
c) Air PAM
d) Air galon
e) K2Cr2O7
D. PROSEDUR KERJA
Air Sumur -
Air PAM Diambil 10 Airmlgalon
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- Ditambahkan larutan K2Cr2O7 5 tetes
- Dititrasi dengan AgNO3 0,1 N
- Diamati perubahan yang terjadi
Hasil Pengamatan ?
E. HASIL PENGAMATAN
Perlakuan Hasil
Sampel air sumur 10 ml + 5 tetes indikator Larutan berwarna
K2CrO4 + dititrasi dengan larutan AgNO3 kuning + endapan
sebanyak 4,5 ml merah
Sampel air PAM 10 ml + 5 tetes indikator Larutan berwarna
K2CrO4 + dititrasi dengan larutan AgNO3 merah bata
sebanyak 1 ml
Sampel air galon 10 ml + 5 tetes indikator Larutan berwarna
K2CrO4 + dititrasi dengan larutan AgNO3 merah bata
sebanyak 1 ml
2. Perhitungan
M AgNO3 = 0,1 M
V Air Sumur = 10 ml
4,5 ml x 0,1 M = 10 ml x M2
0,45 Mml = 10M2 ml
M2 = = 0,045 M
Dik : V AgNO3 = 1 ml
M AgNO3 = 0,1 M
V PAM = 10 ml
1 ml x 0,1 M = 10 ml x M2
M2 = = 0,01 M
Dik : V AgNO3 = 1 ml
M AgNO3 = 0,1 M
V Air galon = 10 ml
1 ml x 0,1 M = 10 ml x M2
0,1 Mml = 10 M2 ml
M2 = = 0,01 M
3. Reaksi
Ag+ + Cl- AgCl
F. PEMBAHASAN
Titrasi argentometri ialah titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai
titran di mana akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Metode argentometri
senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada
suasana tertentu. Metode argentometri yang lebih luas lagi digunakan adalah
yang mengandung ion klorida atau bromida. Sisa AgNO 3 selanjutnya ditirasi
besi(III) ammonium sulfat. Reaksi yang terjadi pada penentuan ion klorida dengan
bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO 3 dan penambahan
K2CrO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana
netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 9,0. Dalam suasana asam, perak
kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk
endapan perak hidroksida. Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat
ditentukan dengan cara titrasi dengan larutan standar perak nitrat. Endapan putih
perak klorida akan terbentuk selama proses titrasi berlangsung dan digunakan
indikator larutan kalium kromat encer. Setelah semua ion klorida mengendap
maka kelebihan ion Ag+ pada saat titik akhir titrasi dicapai akan bereaksi dengan
AgNO3 sebagai larutan standard dan larutan K2CrO4 sebagai indikator. Tujuan kita
mentitrasi ketiga larutan yang berbeda dengan metode Mohr adalah untuk
mengetahui apakah larutan mengandung unsur halogenida atau tidak dalam hal ini
klorida.
Pada awal sebelum dilakukan titrasi, ketiga yang sudah dicampur K2CrO4
berwarna kuning. Namun setelah dititrasi dengan AgNO3 , ketiga larutan berubah
kuning dengan endapan merah, sedangkan air PAM dan air galon menghasilkan
larutan warna merah bata dengan membentuk endapan merah. Endapan Ag2CrO4
mulai terbentuk setelah semua Cl- diendapkan sebagai AgCl, dan terjadi
perubahan warna endapan dari putih menjadi merah bata. Titrasi dilakukan dalam
suasana netral atau basa lemah (pH 7 10). Jika suasana larutan terlalu asam akan
endapan AgOH atau Ag2O sebelum terbentuk endapan Ag 2CrO4. Dalam suasana
asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan
Ag+ dari AgNO3 dengan Cl- akan bereaksi membentuk endapan AgCl yang
berwarna putih. Setelah ion Cl- telah bereaksi semua, maka ion Ag+ akan bereaksi
dengan ion CrO42- dari K2CrO4 (indikator) yang ditandai dengan perubahan warna,
dari kuning menjadi merah bata. Saat itulah yaitu saat AgNO 3 tepat habis bereaksi
dengan Cl. Keadaan tersebut dinamakan titik ekuivalen dimana jumlah mol grek
Volume AgNO3 yang terpakai berbeda tiap larutan. Untuk sampel air
sumur diperoleh 4,5 ml larutan AgNO 3 yang terpakai, Untuk sampel air PAM
diperoleh 1 ml larutan AgNO3 yang terpakai dan pada sampel air galon diperoleh
1 ml larutan AgNO3 yang terpakai. Hal ini menunjukkan semakin banyak larutan
AgNO3 yang terpakai maka semakin banyak kandunga Cl larutan. Hal ini
menentukan kadar senyawa obat atau zat aktif seperti ammonium klorida,
konsentrasi air sumur sebesar 0,045 M, konsentrasi air PAM sebesar 0,01 M, dan
Gandjar, I.G dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Ika, Dani. 2009. Alat Otomatisasi Pengukur Kadar Vitamin C Dengan Metode
Titrasi Asam Basa. Jurnal neutrino. Vol. 1, No 2.