Anda di halaman 1dari 11

ARGENTOMETRI

A. TUJUAN
Tujuan dari percobaan Argentometri adalah untuk menentukan

konsentrasi ion Cl pada sampel.

B. LANDASAN TEORI
Titrasi adalah suatu proses dalam analisis volumetrik dimana suatu titran

atau larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya diteteskan melalui buret

kedalam larutan lain yang belum diketahui konsentrasinya. Zat yang akan

ditentukan kadarnya disebut titran dan zat yang sudah diketahui kadarnya tersebut

disebut titer (Ika, 2009).


Pada analisis titrimetri atau volumetrik, untuk mengetahui saat reaksi

sempurna dapat dipergunakan suatu zat yang disebut indikator. Indikator

umumnya adalah senyawa yang berwarna, dimana senyawa tersebut akan berubah

warnanya dengan adanya perubahan pH. Indikator dapat menanggapi munculnya

kelebihan titran dengan adanya perubahan warna. Indikator berubah warna karena

system kromofornya diubah oleh reaksi asam basa (Suirta, 2010).


Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar

halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak

nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode ini disebut juga metode

pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang

relatif tidak larut atau endapan. Reaksi yang mendasari titrasi argentometri yaitu :

AgNO3 + Cl- AgCl (s) + NO3 (Gandjar, 2007).

Klorida ditentukan dengan metode argentometri dalam larutan netral atau

sedikit basa menggunakan kalium kromat sebagai indikator dengan standar perak
nitrat sebagai titer. Besi ditentukan dengan kolorimetri. Metode menggunakan

1,10-fenantrolin sebagai chelating agen. Mangan ditentukan oleh kolorimetri.

Metode oksidasi per-sulfat. dalam kolorimetri, metode Shimadzu, Model-1800

UV-Vis spektrofotometer digunakan. Seng, tembaga, timah, kadmium, kobalt,

nikel dan kromium yang ditentukan oleh Varian Model-AA240FS cepat

berurutan spektrofotometer serapan atom ( Ahmed, 2010).

Telah dilakukan percobaan analisis khlorida didalam serbuk dengan

teknik titrasi potensiometrik. Sodium khlorida digunakan sebagai sumber standar

Cl, asam nitrat digunakan untuk keasaman larutan dan argentum nitrat digunakan

sebagai titran. Analisis Cl secara keseluruhan ditentukan oleh titrasi standar

Argentum nitrat menggunakan teknik titrasi potensiometrikk dengan elektrode

perak. Keasaman dan kandungan uranium didalam larutan berpengaruh terhadap

analisis khlorida. Unsur khlorida di dalam serbuk UO2 merupakan unsur

pengotor, yang kadarnya tidak boleh lebih dari 10 ppm. Bila kandungan unsur

khlorida dalam bahan bakar nuklir (pellet sinter UO2 ) lebih dari 10 ppm, maka

sangat mempengaruhi reaksi inti dalam teras reactor. Argentometri adalah titrasi

dengan menggunakan larutan AgNo3. Argentometri dibedakan menjadi dua

golongan, yaitu argentometri pemebentukan endapan dan Argentometri

pembentukan kompleks ( Yudhi, 1998).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
a) Buret
b) Corong
c) Erlenmeyer
d) Pipet tetes
e) Pipet Volume
f) Statif dan klem
2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah

a) AgNO3 0,1 N
b) Air sumur
c) Air PAM
d) Air galon
e) K2Cr2O7

D. PROSEDUR KERJA

Air Sumur -
Air PAM Diambil 10 Airmlgalon
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- Ditambahkan larutan K2Cr2O7 5 tetes
- Dititrasi dengan AgNO3 0,1 N
- Diamati perubahan yang terjadi

Hasil Pengamatan ?
E. HASIL PENGAMATAN

1. Tabel hasil pengamatan

Perlakuan Hasil
Sampel air sumur 10 ml + 5 tetes indikator Larutan berwarna
K2CrO4 + dititrasi dengan larutan AgNO3 kuning + endapan
sebanyak 4,5 ml merah
Sampel air PAM 10 ml + 5 tetes indikator Larutan berwarna
K2CrO4 + dititrasi dengan larutan AgNO3 merah bata
sebanyak 1 ml
Sampel air galon 10 ml + 5 tetes indikator Larutan berwarna
K2CrO4 + dititrasi dengan larutan AgNO3 merah bata
sebanyak 1 ml

2. Perhitungan

a. Konsentrasi Air Sumur

Dik : V AgNO3 = 4,5 ml

M AgNO3 = 0,1 M

V Air Sumur = 10 ml

Dit : M Air Sumur = ?

Peny : V1M 1 = V2M2

4,5 ml x 0,1 M = 10 ml x M2
0,45 Mml = 10M2 ml

M2 = = 0,045 M

b. Konsentrasi Air PAM

Dik : V AgNO3 = 1 ml

M AgNO3 = 0,1 M

V PAM = 10 ml

Dit : M Air PAM = ?

Peny : V1M 1 = V2M2

1 ml x 0,1 M = 10 ml x M2

0,1 Mml = 10M2 ml

M2 = = 0,01 M

c. Konsentrasi Air Galon

Dik : V AgNO3 = 1 ml

M AgNO3 = 0,1 M

V Air galon = 10 ml

Dit : M Air galon = ?

Peny : V1M 1 = V2M2

1 ml x 0,1 M = 10 ml x M2

0,1 Mml = 10 M2 ml

M2 = = 0,01 M

3. Reaksi
Ag+ + Cl- AgCl

Ag+ + CrO 42- Ag2CrO4

F. PEMBAHASAN
Titrasi argentometri ialah titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai

titran di mana akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Metode argentometri

disebut juga sebagai metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan

pembentukan senyawa yang relative tidak larut atau endapan. Argentometri

merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa-

senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada

suasana tertentu. Metode argentometri yang lebih luas lagi digunakan adalah

metode titrasi kembali. Perak nitrat (AgNO3) berlebihan ditambahkan ke sampel

yang mengandung ion klorida atau bromida. Sisa AgNO 3 selanjutnya ditirasi

kembali dengan menggunakan ammonium tiosianat menggunakan indikator

besi(III) ammonium sulfat. Reaksi yang terjadi pada penentuan ion klorida dengan

cara titrasi kembali adalah sebagai berikut :


AgNO3 berlebih + Cl- ----------> gCl(s) + NO3-
Sisa AgNO3 + NH4SCN ----------> AgSCN(s) + NH4NO3
3NH4SCN + FeNH4(SO4)2 ----------> Fe(SCN)3 merah + 2(NH4)2SO4
Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan

bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO 3 dan penambahan

K2CrO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana

netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 9,0. Dalam suasana asam, perak

kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk
endapan perak hidroksida. Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat

ditentukan dengan cara titrasi dengan larutan standar perak nitrat. Endapan putih

perak klorida akan terbentuk selama proses titrasi berlangsung dan digunakan

indikator larutan kalium kromat encer. Setelah semua ion klorida mengendap

maka kelebihan ion Ag+ pada saat titik akhir titrasi dicapai akan bereaksi dengan

indikator membentuk endapan coklat kemerahan Ag2CrO4.


Percobaan ini mengunakan sampel air sumur, air PAM, air galon, larutan

AgNO3 sebagai larutan standard dan larutan K2CrO4 sebagai indikator. Tujuan kita

mentitrasi ketiga larutan yang berbeda dengan metode Mohr adalah untuk

mengetahui apakah larutan mengandung unsur halogenida atau tidak dalam hal ini

klorida.
Pada awal sebelum dilakukan titrasi, ketiga yang sudah dicampur K2CrO4

berwarna kuning. Namun setelah dititrasi dengan AgNO3 , ketiga larutan berubah

warnanya dan menghasilkan endapan. Air sumur menghasilkan larutan warna

kuning dengan endapan merah, sedangkan air PAM dan air galon menghasilkan

larutan warna merah bata dengan membentuk endapan merah. Endapan Ag2CrO4

mulai terbentuk setelah semua Cl- diendapkan sebagai AgCl, dan terjadi

perubahan warna endapan dari putih menjadi merah bata. Titrasi dilakukan dalam

suasana netral atau basa lemah (pH 7 10). Jika suasana larutan terlalu asam akan

mengurangi kepekaan indikator, sedangkan jika terlalu basa akan terbentuk

endapan AgOH atau Ag2O sebelum terbentuk endapan Ag 2CrO4. Dalam suasana

asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan

terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah :


Asam : 2CrO42- + 2H- CrO72- + H2O
Basa : 2 Ag+ + 2 OH- 2 AgOH

2AgOH Ag2O + H2O

Ag+ + CrO 42- Ag2CrO4.

Ag+ dari AgNO3 dengan Cl- akan bereaksi membentuk endapan AgCl yang

berwarna putih. Setelah ion Cl- telah bereaksi semua, maka ion Ag+ akan bereaksi

dengan ion CrO42- dari K2CrO4 (indikator) yang ditandai dengan perubahan warna,

dari kuning menjadi merah bata. Saat itulah yaitu saat AgNO 3 tepat habis bereaksi

dengan Cl. Keadaan tersebut dinamakan titik ekuivalen dimana jumlah mol grek

AgNO3 sama dengan jumlah mol grek pada ketiga larutan.

Volume AgNO3 yang terpakai berbeda tiap larutan. Untuk sampel air

sumur diperoleh 4,5 ml larutan AgNO 3 yang terpakai, Untuk sampel air PAM

diperoleh 1 ml larutan AgNO3 yang terpakai dan pada sampel air galon diperoleh

1 ml larutan AgNO3 yang terpakai. Hal ini menunjukkan semakin banyak larutan

AgNO3 yang terpakai maka semakin banyak kandunga Cl larutan. Hal ini

disebabkan karena jika semakin banyak kandungan Cl yang terkandung maka

semakin banyak Ag yang diperlukan untuk mengikat Cl.

Dalam dunia farmasi, titrasi argentometri dapat digunakan untuk

menentukan kadar senyawa obat atau zat aktif seperti ammonium klorida,

feneterol hidrobromida, kalium klorida, klorbutanol, meflalan, metenamin

mandelat. Untuk sediaan tablet seperti natriun klorida, natrium nitroprusida,

sistein hidroklorida dan tiamfenikol.


G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

konsentrasi air sumur sebesar 0,045 M, konsentrasi air PAM sebesar 0,01 M, dan

konsentrasi air galon sebesar 0,01 M


DAFTAR PUSTAKA

Ahmed M. J., M. R. H., A. Ahsan, S. Siraj, M. H. R. Bhuiyan, S. C. B. dan S.


Islam, 2010, Physicochemical Assessment of Surface and Groundwater
Quality of the Greater Chittagong Region of Bangladesh, Pak. J. Anal.
Environ. Chem. Vol. 11, No. 2.

Gandjar, I.G dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

Ika, Dani. 2009. Alat Otomatisasi Pengukur Kadar Vitamin C Dengan Metode
Titrasi Asam Basa. Jurnal neutrino. Vol. 1, No 2.

Suirta. 2010. Sintesis Senyawa orto-Fenilazo-2-Naftol sebagai Indikator dalam


Titrasi. Jurnal Kimia. Vol . 1, No. 4.

Yudhi N, Aminhar L, 1998, Analisis Khlorida Di Dalam Serbuk Uo Dengan


Teknik Titrasi Potensiometrik, Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan
Bakar Nuklir VI.

Anda mungkin juga menyukai