Anda di halaman 1dari 55

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan UU RI No. 36 Thn 2009 pasal 1 ayat 11 pengertian upaya


kesehatan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
terpadu, terintegrasi, dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan penyakit,
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau
sebagian wilayah kecamatan. Sebagai unit pelaksanan teknis kesehatan
kabupaten/kota, puskesmas berperan meyelenggarakan sebagian dari tugas teknis
operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat
pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia (Depkes RI : 2004)
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. (Trihono : 2005)
Berdasarkan kurikulum di Fakultas Kedokteran Unswagati Cirebon,
mahasiswa semester III diterjunkan langsung ke beberapa Puskesmas yang ada di
Kota Cirebon. Tujuannya adalah untuk melatih keterampilan klinik dan keterampilan
komunikasi yang telah diterima mahasiswa di Skills Lab, agar terbentuk lulusan
dokter yang dapat bekerja secara profesional pada Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) pada strata pertama.

Pada kesempatan ini, kelompok kami ditempatkan di UPTD Puskesmas


Kalitanjung yang berlokasi di jln.Kalitanjung No.20 Cirebon.
UPTD Puskesmas Kalitanjung adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kota Cirebon yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah
2

kerjanya. Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk


meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk
agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Dengan demikian puskesmas
berfungsi sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat kesehatan strata pertama yang
memberikan pelayanan dasar yang bersifat Preventif, Promotif, dan Kuratif.
Puskesmas Kalitanjung merupakan salah satu Puskesmas yang berada di
wilayah Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon khususnya di Kelurahan Harjamukti.
Jumlah penduduk Kelurahan Harjamukti Kota Cirebon mengalami peningkatan dari
19.102 jiwa pada tahun 2014 menjadi 24.030 pada tahun 2015 dengan komposisi
12.224 jiwa laki-laki dan 11.806 jiwa perempuan. Dengan demikian jumlah penduduk
laki-laki lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan.

1.2 Tujuan

1. Menambah pengalaman bagi kami tentang keterampilan klinik

2. Memberi pengalaman bagi kami sehingga kami mampu bermasyarakat


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.I Landasan Teori


II.I.I Anamnesis
Anamnesis atau wawancara riwayat kesehatan adalah percakapan dengan pasien
yang memiliki tujuan utama meningkatkan kesejahteraan atau kesehatan pasien
Tujuan anamnesis adalah :
1. Membina hubungan saling percaya dan
saling mendukung.
2. Mengumpulkan informasi.
3. Memberi informasi atau penjelasan.
Proses anamnesis membutuhkan pengetahuan tentang informasi yang ingin
didapatkan, kemempuan mengumpulkan informasi yang akurat dan lengkap dan
keterampilan interpersonal yang dapat merespon perasaan pasien dan mendorong pasien
untuk bercerita dengan kata- katanya sendiri. Mulailah dengan pertanyaan terbuka (open-
ended) yang memungkinkan pasien untuk merespon dengan bebas sesuai dengan persepsi
mereka, misalnya "Masalah apa yang membuat bapak/ibu datang kemari?". Pertanyaan
tersebut meningkatkan hubungan dengan pasien dan membantu membentuk sikap,
perhatian dan pengertian pasien dengan memberikan kesempatan pada pasien untuk
menceritakan masalahnya dengan apa adanya. Bila sebagian besar keluhan/masalah
pasien telah dipahami dan pertanyaan-pertanyaan terbuka (open-ended) sudah tidak dapat
lagi memberikan informasi penting, maka pertanyaan yang diajukan selanjutnya adalah
pertanyaan tertutup (closed question) untuk memperjelas informasi yang telah diberikan
sebelumnya, misalnya "Kapan rasa sakit mulai timbul?" Mintalah ijin pada pasien untuk
menanyakan masalah- masalah yang sensitif misalnya masalah seksual pertengkaran
pribadi suami istri terlalu banyak pada.Hindari memberikan pertanyaan yang pasien
dalam suatu anamnesis, berilah kesempatan pada pasien untuk merespon setiap
pertanyaan yang diajukan.
4

Komponen Riwayat Kesehatan


I. Data informasi statistik
Tanggal :
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Status keluarga :
Alamat :
Suku bangsa :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :
Orang yang dapat dihubungi :

II. Keluhan Utama


Keluhan utama adalah satu atau lebih gejala yang menyebabkan pasien datang
mencari pertolongan untuk mengatasi masalah kesehatannya tersebut. Keluhan utama
merupakan dasar yang penting untuk mengevaluasi masalah pasien. Kebanyakan keluhan
utama ditandai dengan nyeri, gangguan fungsi atau perubahan dari keadaan normal
sebelumnya.
Bantu pasien untuk mengungkapkan masalah dengan menggunakan pertanyaan
open-ended dan memakai kata- katanya sendiri, jangan langsung untuk meminta
penjelasan. Anjurkalnlah pasien untuk melanjutkan keterangannya dengan isyarat-isyarat
yang membesarkan hati pasien seperti menganggukkan kepala atau instruksi instruksi
sederhana untuk melanjutkan keterangannya Bila pasien telah selesai menyampaikan
buatlah ringkasan tentang keterangan yang telah disampaikan dan dicatat dalam rekam
medis.
III. Riwayat Penyakit Sekarang
Bagian anamnesis ini merupakan uraian yang lengkap, jelas dan kronologis
mengenai berbagai permasalahan yang mendorong pasien untuk mendapatkan
perawatan. Menjelaskan tentang keluhan utama gambaran bagaimana perkembangan
setiap gejala dengan menggunakan tujuh ciri/ karakteristik dari keluhan utama. Keluhan
utama harus diterangkan secara jelas dengan menyebutkan tujuh ciri/karakteristik :
5

1. Lokasi
2. Kualitas
3. Kuantitas atau intensitas
4. Waktu, termasuk awitan, durasi, dan frekuensi
5. Situasi ketika gejala tersebut timbul
6. Faktor yang memperberat atau memperingan gejala
7. Manifestasi yang menyertainya
Ketujuh ciri ini sangat penting untuk memahami semua gejala pasien. Dari
beberapa bagian dalam riwayat sistem yang berhubungan dengan keluhan utama juga
dimasukkan dalam bagian ini.Unsur-unsur tersebut menunjukan ada tidaknya gejala yang
relevan yang mengacu kepada diagnosis yang paling besar kemungkinannya untuk
menjelaskan keadaan pasien. Sering kali informasi lainnya juga relevan, seperti faktor
resiko penyakit koroner pada pasien dengan keluhan nyeri dada, atau obat-obat yang baru
saja diminum pada pasien yang mengalami sinkop.
Keadaan sakit sekarang harus mengungkapkan respon pasien terhadap gejala yang
dikemukakannya dan efek yang ditimbulkan oleh sakit tersebut terhadap hidup pasien.
Selalu ingat bahwata-data akan mengalir secara spontan dari pasien tetapi tugas
mengelola data-data in merupakan tanggung jawab anda sebagai dokter.
Perhatikan pemakaian tembakauyang mencakup jumlah pemakaian perhari. Jika
pasien telah merokok, catatlah sudah berapa lama akaian alkohol dan narkoba harus
selalu ditanyakan, (perhatian bahwa pemakaian tembakau alkohol dan narkoba dapat
dimasukkan dalam riwayat personal dan sosial; namun banyak klinisi yang menganggap
semua kebiasaan ini berhubungan dengan keadaan sakit yang sekarang).

IV. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit dahulu adalah suatu usaha untuk menemukan gejala-gejala
penyakit terdahulu. Tanyakanlah tentang sifat penyakit tersebut, siapa yang
mengobatinya, kapan, bagaimana dan di mana penyakit tersebut diobati. Tanyakanlah
apakah pasien pernah menderita dua atau tiga penyakit umum yang menyerang tiap
sistem tubuh. Imunisasi, reaksi terhadap obat dan alergen, perawatan. kesehatan dan
catatan kondisi fisik juga harus diperiksa dan dicatat.
Penyakit pada usia kanak-kanak seperti campak (morbili), rubella, parotitis (gondongan),
pertusis (batuk rejan), cacar air (varisela), demam rematikdan polio dimasukkan kedalam
6

riwayat dahulu. Penyakit yang dialami saat dewasa lengkap dengan waktunya yang
sedikitnya mencakup empat kategori yaitu medis, pembedahan, obstetrik/ginekilogik dan
psikiatrik.

V. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluarga adalah riwayat medis dimasa lalu dari anggota keluarga yang
mempunyai hubungan darah. Pada riwayat keluarga, buat garis atau diagram mengenai
usia serta status kesehatan atau mengenai usia dan penyebab kematian setiap sanak
keluarga dekat (meliputi orang tua, kakek/ nenek, saudara sekandung, anak, dan cucu).
Lakukan telaah terhadap setiap keadaan berikut ini dan catat jika keadaan tersebut
terdapat atau tidak terdapat dalam keluarga; keadaan tersebut meliputi hipertensi,
penyakit arteri koroner, kenaikan kadar kolesterol, stroke, diabetes, penyakit tyroid atau
renal kanker (sebutkan tipenya), atrtitis, tuberkulosis, asma, atau penyakit paru, sakit
kepala, kelainan kejang, penyakit jiwa, riwayat bunuh diri, kecanduan alkohol atau adiksi
obat/ narkoba dan riwayat alergi serta gejala yang dilaporkan oleh pasien.

VI. Riwayat Pribadi dan Sosial


Sebagai dokter perlu untuk mengetahui ciri-ciri lingkungan pasien dan cara pasien
bereaksi terhadap lingkungannya. Latar belakang pendidikan, keadaan keuangan, catatan
pekerjaan, status perkawinan situasi rumah dan orang terdekat lainnya, sumber stress baik
saat ini maupun dimasa lalu, pengalaman hidup yang penting, kelompok keagamaan dan
aktivitas sehari-hari (ADL, Activitis Of Daily Living). Riwayat pribadi dan sosial juga
meliputi kepribadian serta minat pasien, sumber-sumber dukungan, cara pasien mengatasi
persoalan kekuatan dan ketakutannya, aktivitas diwaktu senggang. Riwayat personal dan
sosial juga mencakup kebiasaan gaya hidup yang dapat meningkatkan status kesehatan
atau membawa resiko seperti frekuensi olah raga dan asupan makanan setiap hari,
suplemen makanan atau pembatasan makanan, minum kopi, teh, serta mengandung
kafein lainnya.

VII. Tinjauan Sistem Tubuh


Pemeriksaan sistem tubuh merupakan usaha untuk menemukan gejala-gejala yang
belum disadari sebagai gejala oleh pasien dan gejala-gejala yang telah dilupakannya atau
dianggapnya tidak penting.
7

Pemahaman dan penggunaan pertanyaan-pertanyaan pada bagian tinjauan sistem tubuh


seringkali menjadi persoalaan yang penuh tantangan bagi para mahasiswa pemula.
Pikirkanlah mengenai serangkaian pertanyaan yang menyangkut persoalan mulai dari
puncak hingga ujung jari kaki. Jika pasien ingat adanya penyakit penting ketika anda
mengajukan pertanyaan pada bagian tinjauan sistem tubuh, anda harus mencatat
informasi tersebut sebagai bagian dalam riwayat penyakit sekarang atau riwayat penyakit
dahulu. Mulailah dengan pertanyaan-pertanyaan yang cukup umum ketika anda bertanya
tentang berbagai sistem tubuh. Tindakan ini memfokuskan perhatian pasien dan
memungkinkan anda untuk pindah pada pertanyaan yang lebih spesifik mengenai sistem
tubuh yang mungkin jadi sumber masalah.
Contoh-contoh memulai pertanyaan adalah :
1. Bagaimana keadaan telinga dan pendengaran anda?"
2. Bagaimana paru-paru dan pernafasan anda?"
3. Apakah ada masalah dengan jantung anda?"
4. Bagaimana pencernaan anda?"
5. Bagaimana buang air besar anda?"
Beberapa klinisi menyusun tinjauan sistem tubuh pada saat melakukan
pemeriksaan fisik. Sebagai contoh, mereka bertanya tentang telinga pada saat melakukan
pemeriksaan telinga. Jika pasien hanya memiliki beberapa keluhan, cara penggabungan
ini mungkin cukup efisien. Akan tetapi, jika gejalanya cukup banyak aliran informasi
baik mengenai riwayat medis maupun hasil pemeriksaan bisa terputus dan pencatatan
informasi yang penting dapat menjadi tindakan yang janggal. Setelah anda makin
berpengalaman, pertanyaan dengan jawaban "iya atau tidak" yang ditempatkan pada akhir
anamnesis hanya memerlukan waktu yang tidak lebih dari beberapa menit.

Pertanyaan-pertanyaan yang merupakan rangkaian baku pertanyaan tentang tinjauan


sistem tubuh.
1. Umum.
Perubahan berat yang terjadi baru-baru ini, pakaian yang menjadi lebih ketat atau lebih
sebelumnya. Kelemahan, perasaan mudah lemah demam.
2. Kulit.
Ruam, benjolan,luka-luka, perasaan gatal, kekeringan perubahan warna, perubahan pada
rambut
8

3. Kepala, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan


a. Kepala : sakit kepala, trauma kepala, pening/ pusing.
kepala terasa ringan.
b. Mata : penglihatan pemakaian kaca mata atau lensa
kontak, pemeriksaan mata terakhir, rasa nyeri,
kemerahan, pengeluaran air mata yang berlebihan
penglihatan ganda, penglihatan yang kabur, bintik-
bintik, bercak, silau, glaucoma, katarak.
c. Telinga : pendengaran, tinitus, vertigo, nyeri telinga,
pengeluaran sekret. Jika pendengaran berkurang,
tanyakan apakah pasien menggunakan alat bantu
pendengaran atau tidak.
d. Hidung dan sinus : pilek yang sering, hidung yang
tersumbat atau gatal pada hidung, mimisan
(epistaksis), masalah pada sinus.
e. Mulut, faring dan tenggorokan : keadaan gigi,
perdarahan gusi, gigi palsu jika ada dan apakah gigi
palsu itu terasa pas, pemeriksaan gigi yang radang
lidah yang luka-luka dan mulut kering, tenggorokan,
suara serak. gondok

4. Leher.
Benjolan, kelenjar limfe yang membengkak, gondok (goiter), nyeri atau perasaan kaku
pada leher.
5. Payudara.
Benjolan, nyeri atau perasaan pengeluaran sekret dari puting susu, pemeriksaan payudara
sendiri.
6. Respiratorius.
Batuk, sputum (warna, jumlahnya), dispnea sesak napas), (mengi), pleuritis, hasil foto
toraks terakhir, penyakit asma, bronkritis, emfisema, pneumonia, dan tuberkulosis.
9

7. Kardiovaskuler.
Permasalahan jantung, tekanan darah tinggi, demam rematik, bising jantung (murmur),
nyeri dada atau perasaan tidak enak pada dada, palpitasi, dispnea, orthopnea, paroxymal
nocturnal dispnea, edema pemeriksaan EKG yang lampau atau hasil tesjantung lainnya
8. Traktus Gastrointestinal.
Kesulitan menelan, heartburn, selera makan, mual, fungsi defekasi, warna dan ukuran
feses, perubahan pada defekasi, perdarahan rektal atau feses yang berwarna hitam atau
petis, hemorhoid (wa konstipasi, diare. Nyeri abdomen, intoleransi makanan, sendawa
atau flatus yang berlebihan. Ikterus, permasalahan pada hati atau kandung empedu,
hepatitis

9. Traktus Urinarius.
Frekuensi buang air kencing poliuria, nokturia, urgency, perasaan terbakar atau nyeri
pada saat buang air kecil, hematuria, infeksi urinarius, batu ginjal, inkontensia; pada
pasien pada laki-laki, berkurangnya kaliber atau kekuatan pancaran urin, hesitancy,
kencing yang menetes
10. Genitalia.
a. Pria : Hernia, pengeluaran sekret dari penis atau
luka luka pada penis, nyeri atau masa pada testis,
riwayat penyakit menular seksual dan
pengobatannya Kebiasaan seksual, minat seksual,
fungsi seksual, pemuasan seksual, metode
keluarga berencana, pemakaian kondom dan
permasalahan seksual yang ada. Kontak dengan
infeksi HIV
b. Wanita : usia menarche, keteraturan, frekuensi
dan lamanya haid, banyaknya darah hadi
perdarahan antar periode haid atau perdarahan
pascasanggama, periode haid terakhir, dismenore,
premenstrual tension usia pada saat menopause,
gejala menopause pendarahan paska menopause
Pengeluaran sekret dari vagina (keputihan),
perasaan luka-luka, benjolan, penyakit menular
10

seksual dan pengobatannya.Jumlah kehamilan,


jumlah dan jenis persalinan, jumlah abortus
(spontan dan diinduksi); komplikasi kehamilan;
metode keluarga berencana.Minat seksual, fungsi
seksual, pemuasan seksual, setiap mpermasalahan
seksual termasuk dis pareunia. Kontak dengan
infeksi HIV

11. Vascular Perifer.


Klaudikasio intermiten, kram tungkai, vena varikosa, riwayat bekuan darah dalam
pembunuh vena.
12. Musculoskeletal.
Nyeri otot atau sendi, kekuatan, arthritis, gout dan nyeri punggung. Jika ada, jelaskan
lokasi sendi atau otot yang terkena, adanyapembengkakan, kemerahan, rasa nyeri, nyeri
tekan, kekakuan, kelemahan atauketerbatasan gerakan atau aktivitas, meliputi pula saat
timbulnya gejala (misalnya, pada pagi hari atau malam hari), lamanya dan setiap riwayat
trauma.
13. Neurologi.
Perasaan mau pingsan, penglihatan yang mendadak gelap, kejang, kelemahan,
kelumpuhan (paralisis) matirasa atau kehilangan sensibilitas, perasaan kesemutan ,tremor
atau gerakan involunter lainnya
14. Hematologi.
Anemia keadaan mudah memar atau mudah berdarah, riwayat transfusi dimasa lalu
dan/atau riwayat reaksi tranfusi
15. Endokrin.
Permasalahan tiroid,intoleransi terhadap udara panas atau dingin, pengeluaran keringat
yang berlebihan, rasa haus atau lapar yang berlebihan, poliuria, perubahan pada ukuran
sarung tangan atau sepatu.
16. Psikatri.
Kegelisahan, tegang, emosional termasuk depresi, perubahan daya ingat, upaya bunuh
diri jika semua riwayat ini memiliki relevansi.
VIII. Mengakhiri Anamnesis.
11

Berikanlah ringkasan tentang riwayat penyakit dari amnesis yang telah dilakukan.
Akhirilah anamnesis dengan meminta pasien untuk memberikan keterangan tambahan
atau rincian yang mungkin terlewatkan.
Berikanlah penjelasan pada pasien mengenai pemeriksaan fisik yang akan dilakukan dan
mintalah kerjasama pasien. Dengan melakukan hal ini anda meminta ijin untuk memasuki
kawasan pribadinya selama pemeriksaan fisik dilakukan.

II.I.II Pemeriksaan Vital Sign


Ketrampilan pemeriksaan vital sign yang meliputi, pemeriksaan suhu, nadi,
tekanan darah dan frekuensi pernapasan merupakan suatu pemeriksaan yang harus
dilakukan oleh seorang dokter dalam melakukan pemeriksaan terhadap pasien.
Pemeriksaan ini sangat penting karena kita dapat membandingkan keluhan pasien dengan
hasil pemeriksaan vital sign yang telah dilakukan. Selain itu juga pemeriksaan ini, sangat
berperan dalam penegakan diagnosis dan pemberian terapi.
I. Suhu badan
Suhu badan diperiksa dengan termometer badan, dapat berupa termometer air raksa atau
termometer elektrik. 10 Pemeriksaan dapat dilaku-kan pada mulut, aksila atau rektum.
Pengukuran suhu melalui mulut biasanya lebih mudah dan hasilnya lebih tepat
dibandingkan melalui rektum, tetapi termometer air raksa dengan kaca tidak seyogyanya
dipakai untuk mulut, dan pada penderita yang tidak sadar, gelisah, atau tidak dapat
menutup mulutnya. Pemeriksaan secara rektum biasanya memberikan hasil pemeriksaan
yang lebih tinggi sebesar 0,4-0,5 derajat dibandingkan lewat mulut.
Jenis termometer
a. Termometer air raksa.
b. Termometer digital
c. Termometer Inframerah

II. Denyut Nadi


Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh oleh ventrikel kiri, dan paru oleh
ventrikel kanan. Melalui diteruskan ke disemburkan darah ke aorta dan kemudian arteri
di seluruh tubuh. Sebagai akibatnya timbullah suatu gelombang tekanan yang bergerak
cepat pada arteri dan dapat dirasakan sebagai denyut nadi. Dengan menghitung frekuensi
denyut nadi, dapat diketahui frekuensi denyut jantung dalam satu menit.
12

III. Tekanan Darah


a. Darah pada sistim arteri bervariasi sesuai dengan siklus jantung,
yaitu memuncak pada waktu sistol dan sedikit menurun pada waktu
diastol. Beda antara tekanan sistol dan diastole disebut tekanan nadi.
b. Pada waktu ventrikel berkontraksi, darah akan dipompakan ke
seluruh tubuh. Keadaan ini disebut keadaan sistole, dan tekanan
aliran darah pada saat itu disebut tekanan darah sistole.
c. Pada saat ventrikel sedang rileks, darah dari atrium masuk ke
ventrikel, tekanan aliran darah pada waktu ventrikel sedang relaks
tersebut disebut tekanan darah diastole.
d. Tingginya tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor,
misalnya aktivitas fisik, keadaan emosi rasa sakit, suhu sekitar,
penggunaan kopi, tembakau, dll.
Untuk mengukur tekanan darah digunakan alat tensimeter. Ada beberapa macam jenis
tensimeter yaitu:
1. Tensimeter raksa
2. Tensimeter jarum
3. Tensimeter digital
Stetoskop terdiri dari diafragma, chestpiece, bel, pi karet plastik, earpiece. Di bagian
chestpiece ini terdiri dari dua sisi yang dapat ditempatkan pada klien untuk
mendengarkan suara, yaitu sebuah diafragma (bagian plastik bundar) dan bel. Jika
diafragma atau bel diletakkan di klien, suara tubuh menggetarkan diafragma,
menciptakan gelombang tekanan akustik yang berjalan ke atas pipa menuju telinga
pendengar. Bel mentransmisikan suara frekuensi rendah, sedangkan fragma
mentransmisikan suara dengan frekuensi yang lebih tinggi.
IV. Pernafasan
1. Bernafas adalah suatu tindakan yang tidak disadari, diatur oleh
batang otak dan dilakukan dengan bantuan otot-otot pernafasan.
2. Pada waktu inspirasi dan otot-otot interkostalis berkontraksi,
memperluas rongga to dan memekarkan paru-paru. Dindin dada kan
bergerak ke atas, ke depan, dan ke lateral, seda bergerak ke bawah.
Setelah inspirasi berhenti paru-paru akan mengkerut, diafragma
13

akan naik secara pasif dan dinding dada akan kembali ke posisi
semula.

Cara pemeriksaan
I. Pemeriksaan Suhu Badan.
1. Kibaskan termometer sampai permukaan air raksa menunjuk di
bawah 35C.
2. Tempatkan ujung termometer yang berisi air raksa pada apex fossa
axillaris kiri dengan sendi bahu addu maksimal
3. Tunggu sampai 3-5 menit, kemudian dilakuka pembacaan
4. Nilai normal: 0,5 derajat celcius lebih rendah dari suhu oral

II. Pemeriksaan Frekuensi Nadi


1. Penderita dapat dalam posisi duduk ataupun berbaring.
2. Lengan dalam posisi bebas perhiasan dan jam tangan dilepas.
3. Periksalah denyut nadi pergelangan tangan pada arteri radialis
dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan anda,
pada sisi fleksor bagian lateral dari tangan penderita.
4. Hitunglah berapa denyutan dalam satu menit dengan cara
menghitung denyutan dalam 15 detik, kemudian hasilnya dikalikan
dengan empat.
5. Perhatikan pula irama, isi, frekuensi denyutannya.
6. Catalan hasil pemeriksaan dari lengan kanan dan kiri.
7. Nilai normal: 60-100x/menit
Takikardi: >100x/menit
Bradikardi: <60x/menit

III. Pemeriksaan Frekuensi Nafas


1. Penderita diminta membuka baju.
2. Secara inspeksi, perhatikan secara menyeluruh gerakan
3. Kadang ini tanpa mempengaruhi psikis penderita). diperlukan cara
palpasi, untuk sekalian mendapatkan perbandingan antara kanan
dan kiri
14

4. Pada inspirasi, perhatikanlah gerakan ke amping iga, pelebaran


sudut epigastrium dan penambahan besarnya ukuran antero
posterior dada.
5. Pada ekspirasi, perhatikanlah masuknya kembali iga penyempitan
sudut epigastrium, dan penurunan. besarnya ukuran antero
posterior dada.
6. Perhatikan pula adanya penggunaan otot pernafasan pembantu.
7. Catatlah irama, frekuensi dan adanya kelainan gerakan
8. Nilai normal: 16-20 x/menit

IV. Pemeriksaan Tekanan Darah


1. Siapkan tensimeter dan stetoskop
2. Penderita dapat dalam keadaan duduk atau berbaring.
3. Tempatkan lengan penderita sedemikian dalam keadaan relaks,
siku dalam keadaan sedikit fleksi dan bebaskan dari tekanan
karena pakaian
4. Pasang manset sedemikian rupa sehingga melingkari lengan atas
secara rapi dan tidak terlalu ketat, kira-kira 2,5 5 cm di atas siku
fossa cubiti
5. Carilah arteri brachialis, biasanya terletak di sebelah medial tendo
biseps
6. Dengan satu jari meraba a. brachialis, pastikan kunci tensimeter air
raksa dalam keadaan terbuka. pompa manset dengan cepat sampai
kira-kira 30 mmHg di atas tekanan ketika pulsasi a. brachialis
menghilang
7. Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai denyutan a.
brachialis teraba kembali. Inilah tekanan sistolik palpatoir corong
bel
8. Sekarang ambillah stetoskop, pasangkan stetoskop pada a.
brachialis.
9. Pompa manset kembali, sampai kurang lebih 30 mmHg di atas
tekanan sistolik palpatoir
15

10. Kemudian secara pelahan turunkan tekanan manset dengan


kecepatan kira-kira 2-3 mmHg perdetik Perhatikan saat di mana
denyutan a. brachialis terdengar. Inilah tekanan sistolik
11. Lanjutkanlah penurunan tekanan manset sampai suara denyutan
melemah dan kemudian menghilang Tekanan pada saat itu adalah
tekanan diastolik. Apabila menggunakan tensimeter air raksa,
usahakan agar posisi manometer selalu vertikal, dan pada waktu
membaca hasilnya mata harus berada segaris horisontal dengan
level air raksa. Pengurangan pengukuran dilakukan setetah
menunggu beberapa menit setetah pengukuran pertama.

II.I.III Pemeriksaan Fisik Mulut dan Faring


Gangguan pada rongga mulut dan tenggorokan akan salah satu keluhan yang
disampaikan oleh pasien saat berkunjung ke dokter. tersebut bisa disebabkan oleh
penyakit setempat atau mungkin merupakan manifestasi dini suatu penyakit sistemik.
Rongga mulut terdiri dari :
1. Mukosa bukal
2. Bibir
3. Lidah
4. Palatum durum dan mole
5. Gigi
6. Kelenjar ludah
Rongga mulut terbentang mulai dari permukaan dalam gigi sampai orofaring.
Atap mulut dibentuk oleh palatum durum dan mole. Di bagian posterio palatum mole
berakhir pada uvula. Lidah membentuk dasar mulut. Pada bagian paling posterior dari
rongga mulut terletak tonsil di antara kolumna anterior dan posterior. Gigi terdiri dari
beberapa jaringan email, dentin, pulpa dan semen. melapisi gigi dan merupakan jaringan
tubuh yang paling kalsifikasi. Bagian terbesar gigi dibentuk oleh k. Dibawah dentin
terdapat pulpa, yang mengandung cabang-cabang N. Trigeminus dan pembuluh darah.
Semen melapisi akar gigi dan melekatkannya ke tulang. Faring sebagai jalan udara dari
hidung menuju laring maupun sebagai jalan makanan dari mulut menuju oesophagus
terdiri menjadi 3 yaitu naso faring orofaring dan hipofaring. Pada orofaring terdapat
tonsil dan uvula.
16

Orofaring berperan dalam proses :


1. Respirasi
2. Deglutisi (menelan)
3. Proteksiterhadapinfeksi
4. Produksisuara
5. Persepsi rasa
Laring mempunyai beberapa fungsi diantaranya:
1. Produksi suara, karena adanya pita suara yang bergetar.
2. Respirasi, sebagai pintu masuk udara pernafasan.
3. Proteksi, dengan mekanisme menutup glottis maupun dengan reflex
batuk
Pemeriksaan fisik rongga mulut mencakup inspeksi dan palpasi dari :
1. Bibir
2. Mukosa pipi
3. Gigi dan gusi
4. Kelenjar ludah
5. Palatum
6. Dasar mulut
7. Lidah
Pasien pemeriksa duduk atau berdiri berhadapan langsung. Wajah pasien harus
mendapat pencahayaan yang cukup. Pemeriksaan dilakukan secara sistematis dari depan
ke belakang agar tidak ada daerah yang terlewat. Pemeriksaan harus memakai sarung
tangan sewaktu melakukan palpasi setiap struktur di dalam rongga mulut. Alat yang
dibutuhkan adalah senter kecil, tongue spatel, dan sarung tangan.
Cara pemeriksaan :
1. Melakukan inspeksi pada bibir
2. Meminta penderita untuk membuka mulut
3. Melakukan inspeksi mukosa bukal dengan bantu lampu senter dan
spatula lidah
4. Melakukan pemeriksaan gusi dan gigi
5. Melakukan pemeriksaan atap mulut
6. Melakukan pemeriksaan lidah
17

a. Inspeksi
- Dorsum lidah.
- Meminta pasien untuk menjulurkan lidah
- Melakukan inspeksi sisi samping lidah bersamaan
dengan sisi bawah lidah dan dasar mulut
b. Palpasi
- Menjelaskan pada pasien maksud pemeriksaan.
Memakai sarung tangan
- Memegang ujung lidah penderita dengan dialasi
kain kassa
- Menggerakkan lidah ke kanan dan ke kiri sambil
mempalpasi sisi lidah dengan tangan kiri
Pemeriksaan Orofaring
1. Meminta penderita untuk membuka mulut (tanpa menjulurkan
lidah)
2. Menekan bagian lidah yang melendung dengan spatula lidah, pada
linea mediana
3. Orofaring dapat terlihat, tanpa menimbulkan reflex muntah
4. Meminta penderita untuk mengatakan "aahh"
5. Menyingkirkan spatula yang sudah dipakai untuk dicuci dan
disterilkan.

II.I.IV Pemeriksaan Leher


Masalah pada daerah leher secara anatomis meliputi kelenjar limfe, pembuluh
limfe, pembuluh darah dari kepala dan leher esofagus, trakea dan vertebra servikalis.
Pemeriksaan leher terdiri dari inspeksi. palpasi dan auskultasi. Pemeriksaan dilakukan
secara berurutan terhadap 4 struktur: anatomi muskuloskeletal, trakea dan jaringan dari
limfatik. Pemeriksaan dimulai depan ke belakang, dan dari garis n bagian anterior ke
garis tengah bagian posterior.

Cara Pemeriksaan leher


1. Inspeksi
18

Perhatikan simetris atau tidaknya, ada massa atau luka,pembesaran kelenjar par otis dan
submandibula, thyroid atau pembesaran noduli limfatisi (nnll)
2. Palpasi
- Trakhea
Untuk orientasi carilah tiroid dan kartilago cricoid, trakea terletak di bawahnya.
Perhatikan adanya deviasi dari garis tengah, kemudian rasakan dengan meletakkan jari
sepanjang satu sisi dari trakea lalu perhatikan ruang antara trakea dan sternomastoid,
bandingkan dengan sisi satunya, harus simetris
- Palpasi kelenjar limfe leher
Lakukan palnasi untuk setiap kelenjar limfe yang ada di daerah leher
- Kelenjar Tiroid
Tengadahkan kepala pasien ke belakang, gunakan cahaya tangensial yang diarahkan ke
bawah dari ujung dagu pasien, inspeksi daerah di bawah cricoid untuk memeriksa
kelenjar
- Palpasi Kelenjar Tiroid
a. Posisikan pemeriksa dibelakang penderita
b. Letakkan tangan pemeriksa setinggi kartilago tiroid
c. Rasakan bagian-bagian kelenjar tiroid, simetrisitas, apakah
terdapa nodu pembesaran, nyeri
d. Apabila didapatkan pembesaran, untuk memastikan apakah
pembesaranitu berasal dari kelenjar tiroid mintalah pasien
untuk menelan. Apabila pembesaran mengikuti gerakan tiroid
maka pembesaran tersebut berasal dari kelenjar tiroid

II.I.V Pemeriksaan Fisik Thoraks

Anatomi dan fisiologi thoraks


Sistem Respirasi Dalam mendiskripsi hasil pemeriksaan toraks, anda perlu dapat
menghitung costae beserta spatium (SIC) dengan benar. Angulus sternalis (Angulus
Ludovici adalah petunjuk yang baik.
Untuk menemukannya, dahulu fossa suprasternalis, kemudian gerakan jari anda
ke bawah kurang lebih 5 cm, untuk sampai pada tonjolan tulang horizontal yang
menghubungkan antara manubrium sterni dengan corpus sterni.
19

Kemudian gerakan jari anda ke lateral untuk menemukan costae kedua, dengan
menggunakan dua jari anda dapat menyelusuri costae ke bawah secara miring ke lateral.
Pada dinding posterior dada, vertebra-vertebra dipakai sebagai titik pedoman, dimana VC
7 yang menonjol dan SIC 7 yang terletak tepat di bawah ujung skapula berfungsi sebagai
pedoman. Angulus inferior scapulae biasanya terletak pada level yang sama dengan
prosesus spinosus dari vertebrae. Pada waktu seseorang menundukkan kepala, maka
prosesus spinosus yang paling menonjol adalah processus spinalis vertebrae cervicalis ke
7.
Untuk menentukan lokasi di seputar lingkar dada, gunakan rangkaian vertikal.
Linea midsternalis vertebralis merupakan garis yang tepat, garis lainnya merupakan garis
perkiraan. Linea midklavicula berjalan dari titik tengah os klavikula. Linea aksilaris
anterior dan posterior berjalan vertikal ke bawah dari plika aksilaris anterior dan
posterior. Linea midaksila berjalan ke bawah dari apeks miring aksila.

Paru, Fisura dan Lobus


Pada waktu pemeriksaan toraks, ingatlah akan paru-paru beserta lobus-lobusnya.
Paru dan fisura serta lobusnya dapat digambarkan secara imajiner pada dinding dada
Lokasi ini dapat di proyeksikan terletak pada antara lain :
1. Apex paru terletak kurang lebih 2-4 cm di atas sepertiga
medial clavicula
2. Batas bawah paru menyilang costae ke-6 pada linea
midclavicula, dan menyilang costae ke-8 pada linea
midaksilaris
3. Pada dinding belakang, batas bawah adalah pada level
prosesus spinosis VTh X. Batas ini dapat turun sampai ke V
Th XII pada inspirasi dalam.
4. Tiap paru secara garis besar dibagi dua oleh fissure yang
obliq (fissure oblique) kira-kira sesuai dengan garis obliq
ang ditarik pada prosesus spinosus VTh III ke iga ke 6 pada
linea midkalvikularis. Paru kanan dibagi oleh fissure
horizontal. Di sebelah anterior, fisura ini berjalan dekat iga
ke-4 dan bertemu dengan fisura oblique pada linea midaksi
laris di dekat iga ke-5. Dengan demikian paru kanan dibagi
20

menjadi lobus superiror, medius dan inferior. Paru kiri


hanya memilki dua lobus yaitu lobus sunerior dan inferior.

Trachea dan bronkus utama


Bunyi pernafasan di daerah trakhea dan bronkus memiliki kualitas yang berbeda
dengan bunyi pernafasan pada parenkim paru. Trakhea mengalami bifurcatio menjadi dua
buah bronkus utama setinggi angulus sterni di sebelah anterior dan prosesus VTh IV di
sebelah posterior.

Pleura
Pleura merupakan membran serosa yang menutupi Permukaan luar tiap tiap paru
yaitu pleura visceralis dan juga melapisi permukaan dalam rib cage, serta melapisi
permukaan atas diafragma yaitu pleura parietalis.
Pernapasan
Sebagian besar merupakan gerakan otomatis yang kendalinya berada di dalam
batang otak dan oleh otot-otot pernapasan. Diafragma merupakan otot pernapasan yang
utama. Ketika berkontraksi, diafragma bergerak turun dan memperbesar rongga toraks.
Pada saat yang sam diafragma akan menekan isi abdomen dengan mendorong dinding
abdomen ke luar pada rib cage dan leher mengekspansikan torax pada saat inspirasi.
Pada saat inspirasi tekanan intratorakal menurun. sehingga udara terisap masuk
dan mengembangkan paru- paru. Oksigen berdifusi ke dalam darah sedangkan karbon
dioksida berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Setelah upaya inspirasi berhenti, fase
ekspirasi dimulai. Dinding dada dan paru mengempis kembali, diafragma relaksasi serta
bergerak naik secara pasif, udara dalam paru mengalir ke luar, dada serta abdomen
kembali ke posisi istirahatnya. Suara nafas berasal dari saluran nafas besar, yang melalui
paru diteruskan ke dinding dada, sehingga anda dapat mendengarkan dengan stetoskop.
Jaringan yang dilalui udara pernafasan, meredam dan menyaring suara nafas ini.
Sehingga yang anda dengar pada waktu pemeriksaan auskultasi adalah suara lembut
dengan frekuensi rendah pada waktu inspirasi, dan akan melemah kemudian menghilang
pada awal ekspirasi. Suara seperti ini disebut suara vesikuler. Dengarkanlah suara ini
pada dada anda atau teman anda di daerah dada bagian bawah pada linea midaksilaris
atau sedikit lebih ke belakang. Walaupun suara ekspirasi terdengar pendek, pada
kenyataannya ekspirasi berlangsung lebih lama dari pada yang terdengar. Apabila anda
21

mendengarkan suara nafas di dekat trachea (misalnya di atas manubrium atau di antara
scapula) stetoskop anda dekat dengan sumber bunyi pernafasan sehingga peredamnya
sedikit. Akibatnya suara terdengar akan lebih keras dan bernada lebih tinggi. Perbedaan
suara ini akan lebih jelas pada waktu ekspirasi. Suara ekspirasi dapat berlangsung sama
lamanya dengan suara inspirasi bahkan dapat lebih lama. Suara ini disebut suara nafas
bronchial. Apabila suara ini terdengar di daerah terletak jauh dari sumber nafas maka
merupakan suatu kelainan. Sifat-sifat dari kedua jenis suara pernafasan tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini. Perhatikan bahwa dalam menilai kualitas suara nafas, kita
harus memperhatikan durasi, nada, dan intensitasnya.

Sistem Kardiovaskular
Pehamanan tentang anatomi dan fisiologi jantung merupakan syarat penting
pemeriksaan kardiovaskular. Belajarlah untuk memvisualisasikan struktur jantung di
balik dino ng dada ketika anda memeriksa dada bag anterior.

Ruang, Katup dan Sirkulasi jantung


Jantung bekerja sebagai sebuah pompa muskuler berbagai tekanan ketika ruang
jantung mengadakan kontraksi Sistol merupakan period ventrikel. Pada waktu ventrikel
tekanan di dalamnya dengan tiba-tiba meningkat melebihi Katup sehingga menyebabkan
katup mitral tertutup mitral menutup mencegah pengaliran balik (regurgitasi) darah ke
dalam atrium kiri. Penutup katup mitral ini yang meyebabkan suara jantung pertama (SI)
Pada saat sistole katup aorta membuka sehingga terjadi ejeksi darah dari ventrikel kiri ke
dalam aorta. Diastol merupakan periode relaksasi ventrikel. Pada waktu ventrikel
memompakan sebagaian besar darahnya, tekanan ventrikel menjadi turun. Pada waktu
tekanan ventrikel berada di bawah tekanan aorta, katup aorta menutup yang mencegah
pengaliran balik (regurgitasi) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri. Menutupnya katup
aorta ini menyebabkan timbulnya suara jantung kedua (S2). Katup mitral akan membuka
sehingga darah dapat mengalir dari atrium kiri ke dalam ventrikel kiri yang berada dalam
keadaan relaksasi. Hubungan antara tekanan didalam ke-3 ruangan tersebut (atrium kiri,
ventrikel kiri, dan aorta) bersama dengan posisi dan gerakan dari katup-katup merupakan
hal yang paling penting untuk memahami suara jantung.
Periode berikutnya adalah pengisian darah mengalir dari atrium ke ventrikel
dengan cepat pada waktu diastol awal dimana darah mengalir dari atrium ke ventrikel.
22

Hubungan Hasil Auskultasi pada Dinding Dada


Lokasi pada dinding dada yang menjadi tempat mendengar bunyi jantung akan
membantu mengenali katup atau ruang jantung yang merupakan asal bunyi tersebut.
Biasanya bunyi yang berasal dari katup terdengar paling jelas pada apeks kordis. Bunyi
yang berasal dari katup terdengar paling jelas pada tepi kiri bawah sternum. Bunyi yang
berasal dari katup pulmonal terdengar paling jelas pada SIC ke-2 dan 3 kiri dekat os
sternum. Sementara itu bunyi yang berasal dari katup aorta dapat didengar di daerah SIC
ke-2 kanan hingga apeks kordis.
Denyut dan Tekanan Vena jugularis Tekanan dalam vena jugularis mencerminkan
tekanan atrium kanan dan merupakan indikator penting secara klinis mengenai fungsi
jantung serta hemodinamika jantung kanan. Estimasi JVP yang paling baik dapat
diperoleh dari vena jugularis dan biasanya pada sisi kanan karena vena aris interna
memiliki saluran anatomis langsung dengan atrium kanan.

Pemeriksaan Dada Thorax


Tujuan :Mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dada dan alat- alat dalam yang ada di
dalam dada dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Alat dan Bahan :


1. Kertas folio bergaris
2. Bolpoin
3. Stetoskop
4. Tensimeter
5. Termometer
6. Penggaris
7. Handsanitizer
Persiapan pemeriksaan :
1. Berikan penerangan kepada penderita apa yang akan anda lakukan
2. Penderita diminta menanggalkan baju
3. Posisi penderita dapat duduk, berdiri atau berbaring sesuai pemeriksaan
yang akan dilakukan
23

4. Pemeriksaan dilakukan didepan, samping atau belakang


5. Pemeriksaan meliputi: Dinding dada, Paru dan pernafasan serta Jantung

Toraks Anterior
Inspeksi :
1. Perhatikan bentuk dada (iga sternum, dan kolumna vertebralis). Pemeriksa
memeriksa dari ujung kaki penderita.
2. Cari adanya deviasi/ kelainan bentuk dada.
3. Perhatikan gerakan napas
-Perhatikan ruang interkosta (SIC) mencembung, aim" mencekung, atau adanya retraksi
pada saat inspirasi
-Frekuensi, irama, kedalaman dan upaya bernapas.
-Kontraksi inspirasi sternomastoideus s Dengarkan pernapasan pasien untuk mengetahui
frekuensi dan irama pernapasan, stridor dan mengi
Pemeriksa berada di sebelah kanan penderita dan cari adanya pulsasi iktus kordis,
identifikasi lokasinya.

Palpasi :
Palpasi dada untuk mengetahui:
1. Nyeri tekan.
2. Pengkajian terhadap abnormalas yang dapat dilihat.
3. Ekspansi pernapasan.
4. Fremitus taktil
5. Mencari krepitasi
6. Identifikasi iktus kordis, menentukan letak, amplitudo (kuat angkat) dan
thrill.

Tehnik Pemeriksaan palpasi :


1. Letakkan kedua telapak tangan pada bagian belakang dada dan bandingkan
pernafasan antara kanan dan kiri (fremitus taktil)
2. Ukuran lingkar dada pada saat inspirasi kuat dan ekspirasi kuat.
24

Perkusi:
Perkusi Bertujuan untuk mendapatkan informasi batas-batas, ukuran, posisi dan
kualitas jaringan atau alat (paru, jantung) yang berada didalamnya. Dengan perkusi kita
dapat mengetahui apakah organ yang kita perkusi berisi udara, cairan, atau masa padat.

Paru bagian depan :


1. Bandingkan kanan dan kiri.
2. Perkusi secara sistematis dari atas ke bawah.
3. Perhatikan posisi jantung, dan bandingkan hasil perkusinya.
4. Tentukan garis tepi hati (liver).

Menentukan batas paru hati lakukan perkusi:


1. Penderita tetap berbaring,
2. Di daerah yang merupakan batas paru dan hati suara sonor akan berubah
menjadi pekak Berilah tanda batas tersebut, pada orang normal sehat.
3. batas ini terletak antara 5 dan ke-6 -Perkusi daerah jantung.
Pekak jantung sering menempati daerah yang luas. Dengan memulainya dari sisi
sebelah kiri dada, lakukan perkusi mulai dari bunyi sonor paru ke arah pekak jantung.
Batas-batas jantung yaitu Pinggang jantung SIC ke-3 linea para sisnistra , Apeks SIC ke-
52 cm medial linea midklavikula sinistra dan atas kanan SIC ke-4 linea para sternalis
dekstra.

Auskultasi:
Auskultasi daerah paru Auskultasi paru merupakan tehnik pemeriksaan paling
penting dalam menilai aliran udara melalui percabangan trakeobronkial. Auskultasi akan
membantu menilai keadaan paru dan rongga pleura di sekitar tempat auskultasi.

Tehnik pemeriksaan:
1. Penderita diminta untuk menarik napas pelan-pelan dengan mulut terbuka.
2. Lakukan auskultasi secara sistematis. Dengarkanlah setiap kali secara lengkap
satu periode inspirasi dan ekspirasi.
3. Bandingkan kanan dan kiri.
4. Mulailah di daerah depan di atas klavikula.
25

5. Setelah mendengarkan daerah ini, teruskan auskultasi ke sisi dinding.


6. Perhatikanlah apabila ada perubahan suara, dan tentukan secara lokasinya.
7. Catat suara-suara yang didapatkan pada waktu auskultasi

Pemeriksaan vocal fremitus


a. Letakkan stetoscope pada bagian dada depan.
b. Penderita diminta menarik nafas.
c. dengarkan gerakan nafas, bandingkan gerakan nafas kanan dan kiri
d. Penderita diminta untuk mengatakan angka 77 (tujuh tujuh).

Auskultasi daerah jantung:


1. Penderita dalam posisi berbaring terlentang dengan sudut
30.
2. Penderita diminta bernapas biasa dan suasana rileks
3. Pusatkan perhatian pertama pada suara uasar Jantung baru
perhatikan adanya suara tambahan.
4. Mulailah auskultasi pada beberapa tempat
a. Di daerah apeks (dengan bell stethoscope)
b. Di ICS 2 kiri ke arah sternum (dengan membran)
c. Di ICS 4 dan 5 kiri ke arah sternum (dengan bell
stethoscope)
5. Perhatikan irama dan frekwensi suara jantung.
6. Usahakan mendapatkan kesan intensitas suara jantung.
7. Gabungkan auskultasi dengan kualitas pulsasi (denyut nadi)
8. Catat hasil auskultasi.

Toraks Posterior
Inspeksi:
1. Penderita diminta duduk tegak/berdiri.
2. Perhatikan letak dan bentuk scapula.
3. Perhatikan jalan dan bentuk kolumna vertebralis adanya kifosis, scoliosis dan
lordosis).
26

Palpasi :
Ketika melakukan palpasi dada, fokuskan perhatian terhadap nyeri tekan, abnormalitas
pada kulit, ekspansi dan fremitus. Kenali daerah-daerah yang nyeri saat ditekan.
Tes ekspansi dada 1. Letakkan ibu jari kedua tanga i sekitar ketinggian costae X dengan
jari-jari yang memegang secara longgar dinding dada (rib cage) sebelah lateral dan sejajar
dengan dinding tersebut. 2. Minta pasien untuk menarik napas yang dalam. 3. Amati jarak
antara kedua ibu jari tangan ketika kedua nya bergerak saling menjauh pada saat
inspirasi, dan rasakan luasnya serta kesimetrisan rib pada saat dinding dada mengembang
dan berkontraksi.

Tes fremitus taktil:


Fremitus merupakan getaran atau vibrasi yang ditransmisikan melalui
percabangan bronkopulmonaris ke dinding dada dan dapat dengan alpasi ketika pasien
berbicara. Untuk mendeteksi fremitus, gunakan permukaan ventral atau permukaan ulnar
tangan. Minta pasien untuk mengulang perkataan tujuh-tujuh. Perkusi : Perkusi dada
menggunakan dinding dada serta jaringan di bawahnya sebagai landasan ketukan agar
menghasilkan bunyi yang dapat didengar dan getaran yang dapat dirasakan.
Membandingkan antara dua daerah, gunakan tehnik per usi yang sama pada kedua daerah
tersebut. Lakukan perkusi sebanyak dua kali pada setiap lokasi. Mengenali peranjakan
(ekskursi) diafragma dengan menentukan jarak antara ketinggian bunyi redup pada
ekspirasi penuh dan ketinggian bunyi redup pada inspirasi penuh, normalnya sekitar 5
atau 6 cm.

Tehnik pemeriksaan:
1. Mulailah lakukan perkusi dari atas ke bawah
secara sistematis
2. Bandingkan kanan dan kiri (biasanya daerah
perkusi paru kanan lebih tinggi hilangnya dari
daerah kiri, karena adanya hati)
3. Tepi bawah paru umumnya didapatkan pada
setinggi prosesus VTh X atau VTh XI 4.
Tentunya pula gerakan pernapasan.
27

Auskultasi:
1. Penderita diminta untuk menarik napas dengan mulut terbuka.
2. Lakukan auskultasi secara sistematis,
3. Dengarkanlah setiap kali secara lengkap satu priode inspirasi dan ekspirasi
Bandingkan kanan dan kiri.
4. Perhatikanlah apabila ada perubahan suara dan tentukan secara pasti lokasinva
5. Catat suara-suara yang didapatkan pada waktu auskultasi.
6. Pemeriksaan vocal fremitus
a. Letakkan stetoscope pada bagian dada belakang
b. Penderita diminta menarik nafas
c. Dengarkan suara nafas bandingkan suara nafas kanan kiri
d. Penderita diminta untuk mengatakan angka 88 atau 77.

Tehnik Pemeriksaan JVP :


1. Upayakan agar pasien merasa nyaman. Tinggikan sedikit kepala pasien
dengan menaruh bantal di bawahnya sehingga otot-otot stemomastoideusnya
rileks.
2. Tinggikan kepala ranjang hingga sudut 10 Miringkan kepala pasien sedikit
menjauhi sisi leher yang akan diperiksa.
3. Periksa kedua sisi leher, kenali venajugularis eksterna pada setiap sisi,
kemudian temukan pulsasi vena jugularis interna.
4. Kenali titik pulsasi tertinggi pada vena jugularis interna kanan.
5. Bentangkan benda berbentuk persegi secara horisontal dari titik ini dan
kemudian letakkan sebuah penggaris secara vertikal pada angulus sterni
sehingga terbentuk sudut.
6. Ukur jarak vertikel dalam satuan sentimeter diatas angulus sterni.

II.I.VI Pemeriksaan Fisik Abdomen


Anatomi dan fisioligi dinding abdomen
Muscukus rectus abnominis dapat ditemukan apabila seseorang dalam posisi
tentang mengangkat kepala dan bahunya. Untuk tujuan deskripsi, biasanya abdomen
dibagi menjadi 4kuadran menurut dua garis imajiner yang saling tegak lurus dan
berpotongan di umbilicus: kanan atas, kanan bawah, kiri atas, dan kiri bawah Tetapi
28

kadang-kadang, digunakan sistem pembagian yang lain membagi abdomen menjadi 9


bagian. Tiga sebutan yang biasa digunakan pada sistem ini adalah epigastrik, umbilicus,
dan hypogastrik atau suprapubik. Identifikasi kwadran abdomen dan proyeksi alat/ organ
dalam abdomen.
Bila kita memeriksa abdomen, beberapa struktur organ normal dalam abdomen
dapat diidentifikasi. Kolon sigmoid dapat diraba seperti tabung di kwadran kiri bawah
sedangkan caecum dan bahagian dari kolon asenden seperti tabung yang lunak dan lebih
lebar pada kwadrant kanan bawah. Kolon tranversum dan kolon desenden juga mungkin
dapat diraba. Pada waktu memeriksa abdomen, dapat teraba beberapa organ yang normal.
Kolon sigmoid dapat teraba sebagai suatu saluran sempit yang agak keras pada kuadran
kiri bawah, sedangkan coecum dan sebagian dari colon ascenden membentuk suatu tube
yang lebih lunak dan lebih besar di kuadran kanan bawah.
Bagian dari colon transversum dan kolon descenden dapat pula diraba. Walaupun
tepi bawah hepar normal terletak lebih rendah dari pada batas bawah kosta kanan, karena
konsistennya yang lunak kadang- kadang normal sulit untuk diraba. Bagian bawah dari
ginjal kanan, kadang-kadang dapat juga diraba pada kuadran kanan atas, tetapi pada
daerah yang lebih dalam terutama pada wanita yang kurus, dengan dinding abdomen
yang betul-betul relaks. Pulsasi dari aorta abdominalis dapat terlihat dan biasanya teraba
dibagian atas abdomen, sedangkan pulsasi arteri iliaka kadang-kadang teraba di kuadran
bawah. Kandung kemih yang penuh dan teregang dan uterus dalam kehamilan dapat
teraba di atas symphisis pubis.
Pada orang kurus dengan dinding abdomen yang relaks, beberapa sentimeter di
bawah umbilicus, kadang-kadang teraba promontorium sacralis atau tepi ertebra sacralis
pertama. Pada pemeriksaan yang belum suatu tonjolan yang keras seperti ini, kadang-
kadang menyakahartikan sebagai suatu tumor. Processus xyphoideus juga artikan
dirasakan dan disalah artikan menyalah yang kadang-kadang suatu tonjolan sebagai oleh
pasien. bawah diaphragma Cavum abdomen meluas mulai dari daerah di ini, terletak
yang terlindung oleh kosta.
Di daerah yang terlindung sebagian besar dari hepar, ventrikulus, dan seluruh
bagian dari lien norma organ-organ pada daerah terlindung tersebut tidak dapat diraba
(dipalpasi), tetapi dengan perkusi dapat diperkiraan adanya organ-organ tersebut.
Sebagian besar dari kandung empedu normal terletak disebelah dalam hepar, sehingga
hampir tidak dapat dibedakan.
29

Duodenum dan pancreas terletak dibagian dalam kuadran atas abdomen, sehingga
dalam keadaan normal tidak teraba. Ginjal adalah organ yang terletak di daerah posterior
terlindung oleh tulang rusu sudut costovertebral (sudut yang entuk oleh batas bawah
kosta ke-12 dengan proccesus transversus vertebra lumbalis)merupakan daerah untuk
menentukan ada tidaknya nyeri ginjal.

Alat dan Bahan :


1. Kertas folio bergaris
2. Bolpoin
3. Stetoskop
4. Tensimeter
5. Termometer
6. Penggaris
7. Handsanitizer
8. Tissue

Cara Periksaan
Syarat-syarat pemeriksaan abdomen yang baik ;
1. Penerangan ruang yang memadai.
2. Penderita dalam keadaan relaks.
3. Daerah abdomen mulai dari atas sampai symphisis pubis harus terbuka.

Untuk memudahkan relaksasi:


1. kandung kencing dalam keadaan kosong.
2. Penderita berbaring terlentang dengan bantal kepalanya dan di bawah
lututnya.
3. Kedua lengan diletakkan disamping badan, atau diletakkan menyilang
padadada. Tangan yang diletakkan di atas kepala akan membuat dinding
abdomen teregang dan mengeras, sehingga menyulitkan palpasi.
4. Gunakan tangan yang hangat, permukaan stetoskop yang hangat, dan kuku
yang dipotong pendek. Menggosokkan kedua tangan akan membantu
menghangatkan taangan anda.
30

5. Mintalah penderita untuk menunjukkan daerah yang terasa sakit dan


memeriksa daerah tersebut terakhir.
6. Lakukan pemeriksaan dengan perlahan hindarkan gerakan yang cepat dan
tiba-tiba.
7. Apabila perlu. ajaklah penderita berbicara.
8. Apabila penderita amat ketakutan atau kegelian, mulailah pemeriksaan
dengan menggenggam kedua tangannya di kemudian pelan-pelan bergeser
untuk melakukan palpasi.
9. Perhatikan muka ekspresi penderita pada saat pemeriksaan Biasakanlah
untuk mengetahui keadaan ditiap bagian yang anda periksa. Pemeriksaan
dilakukan dari sebelah kanan penderita, dengan urutan inspeksi,
auskultasi, perkusi dan palpasi.

Inspeksi:
Bila akan memeriksa kontur abdomen dan gerakan peristaltik, sebaiknya
dilakukan dengan duduk, atau agak membungkuk sehingga dapat melihat dinding
abdomen secara tangensial,Perhatikanlah :
1. Apakah kulitada sikatriks. striae atau vena yang melebar. Secara Kulit apakah
melihat vena-vena kecil. Stria yang berwarna ungu terdapat pada sindroma
Cushing dan vena yang melebar terlihat pada cirrhosishepatis atau bendungan
vena cava inferior. Perhatikan pula apakah ada rash atau lesi-lesi kulit lainnya.
2. Umbilicalis, perhatikanlah bentuk dan lokasinya, dan apakah ada tanda-tanda
inflamasi atau hernia.
3. Perhatikanlah bentuk permukaan (contour) abdomen termasuk daerah inguinal
femoral: datar, bulat, protuberant, atau hoid Bentuk yang melendung mungkin
disebabkan oleh sites penonjolan supra-pubik karena kehamilan atau kandung
kencing ang penuh. Tonjolan asimetri mungkin terjadi karena pembesaran
organ setempat atau masa.
4. Simetrisitas dindingabdomen.
5. Pembesaran organ: mintalah penderita untuk bernafas, perhatikan apakah
nampak adanya hepar atau lien yang menonjol di bawah arcus costa
6. Massa
31

7. Peristaltik. Amatilah peristaltik selama beberapa menit. Pada orang yang


kurus, kadang-kadang peristaltik normal dapat terlihat.
8. Pulsasi. Pulsasi aorta yang normal kadang-kadang dapat terlihat didaerah
epigastrium

Auskultasi :
Pemeriksaan auskultasi abdomen berguna untuk memperkirakan gerakanuusdan
kemungkinan adanya gangguan waskuler.Auskultasi abdomen dilakukan sebelum perkusi
dan palpasi, karena kedua pemeriksaan tersebut dapat mempengaruhi frekuensi suara
usus Letakkan diagfragma dari stetoskop anda dengan lembut pada abdomen.
Dengarkanlah suara usus, dan perhatikanlah frekuensi dan karakternya, suara yang
normal terdiri dari click dan gurgles, dengan frekuensi kira-kira 5-35 x menit. Kadang-
kadang anda dapat mendengarkan borborgmi, yaitu gurgles yang panjang. Karena usus
akan disebarkan ke seluruh abdomen, maka mendengarkannya pada suatu tempat saja,
misalnya kuadran kanan bawah, sudah memadai. Suara usus ini dapat berubah pada
biasanya mencret, sumbatan usus, ileum paralitikus dan perintonitis. Pada penderita
dengan hipertensi, periksalah daerah epigastrium dan daerah kuadran kanan dan kiri atas
apakah ada bising. Bising pada sistole dan diastole pada penderita hipertensi menunjuka
adanya stenosis arteria renalis. Sedangkan bising sistole saja pada epigastrium dapat
terdapat pada orang normal Apabila dicurigai adanya influemiarteripadatungkai,
penksalah adanya bising sistolik dan diastolic pada arteria illaca dan femoralis.

Perkusi :
Perkusi berguna untuk orientasi abdomen, untuk memperkirakan ukuran hepar,
dan kadang-kadang lien, menemukan ascites. mengetahui apakah suatu massa padat atau
kistik, dan untuk mengetahui adanya udara pada lambung dan usus.
1. Orientasi
a. Lakukanlah perkusi pada keempat kuadran untuk memperkirakan
distribusi suara timpani dan Biasanya suara timpanilah yang dominan
karena adanya gas disalurangastrointestinal, tetapi cairan dan faeces
menghasilkan suara redup. Periksalah daerah suprapubik untuk
mengetahui adanya kandung kencing yang teregang atau uterus yang
membesar.
32

b. Perkusilah dada bagian bawah, antara paru dan arkus costa, anda akan
mendengar suara redup hepar disebelah kanan, dan suara timpani di
sebelah kiri karena gelembung udara pada lambung dan fleksura
splenikus colon
c. suara redup pada kedua sisi abdomen mungkin menunjukan adanya
asites.

Palpasi:
Palpasi ringan (superfisial) berguna beberapa adanya ketegangan otot, nyeri tekan
abdomen, dan bawah dan massa superficial. Dengan posisi tangan dan lengan, telapak
tangan ujung jari-jari horizontal, menekan yang lembut, dan lakukanlah gerakan
perlahan, rasakan. Hindarkan suatu gerakan tiba-tiba.
Dengan semua kuadran, Carilah adanya massa suatu organ, daerah tekan atau
daerah yang tegangan ototnya lebih tinggi (spasme). Apabila terdapat tegangan, carilah
apakah ini disadari atau tidak dengan mencoba merelaksasi penderita, dan melakukan
palpasi pada waktu ekspirasi. Untuk memeriksa massa Palpasi dalam biasanya diperlukan
jari, lakukan di abdomen.Dengan menggunakan palmar dari ujung terasa palpasi dalam
mengetahui adanya massa, apakah ukurannya, bentuknya, konsistensinya, mobilitasnya,
nyeri pada tekanan.
Gunakan dua tangan, satu di atas yang lain Massa di abdomen dapat menjadi beberapa
jenis:
a. Fisiologis (uterus dalam kehamilan)
b. Inflamasi (diverticu atau pseudocyst Vasku (aneurismaaota) kolon,
atau
c. Neoplastik (uterus yang miomatosa, karsinoma ovarium)
d. Obstruktif (kandung kencing yang teregang).

Nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen, lebih-lebih biladisertai spasme otot,
menunjukkan adanya inflamasi dari peritoneum periatal. Temukanlah daerah setepatnya.
Sebelum melakukan palpasi mintalah penderita untuk batuk, dan temukanlah letak rasa
sakitnya Kemudian, lakukanlah palpasi secara lembut dengan satu jari untuk menentukan
daerahnyeri Atau lakukanlah pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri tekan lepas.
Tekan jari anda pelan-pelan dengan kuat, kemudian tiba-tiba lepaskan tekanan anda.
33

Apabila pada pelepasan tekanan juga timbul rasa sakit (tidak hanya pada penekanan),
dikatakan bahwa nyeri tekan lepas positif. Aorta. sedikit kesebelah kiri linea. Tekanlah
kuat abdomen bagian atas. mediana, rasakan adanya pulsasi aorta.
Pada penderita di atas 50 tahun, cobalah untuk memperkirakan lebar aorta dengan
menekankan kedua tangan pada kedua sisi.

Pemeriksaan Hepar
Cara pemeriksaan perkusi hepar :
a. Lakukanlah perkusi pada garis midklavikula kanan, mulai bawah
umbilikus (di daerah timpani) ke atas, sampai terdengar suara redup
yang merupakan batas bawah hepar.
b. Kemudian, lakukanlah perkusi dari daerah paru ke bawah untuk
menentukan batas atas hepar.
c. Sekarang ukurlah berapa sentimeter tinggi daerah redup hepar
tersebut. Ukuran ini pada orang yang tinggi,lebih besar dari pada
orang yang pendek dan biasanya pria lebih besar dari wanita. Pada
penderita penyakit obstruksi paru kronik (PPOK). batas bawah
hepar dapat lebih ke bawah, tetapi jarak daerah redup hepar tidak
berubah.
d. Apabila hepar tampaknya membesar. perkusilah daerah lain untuk
mengetahui garis batas bawah hepar. Perkusi hepar untuk
menentukan batas paru hepar.

Cara meriksaan palpasi hepar


1. Tangan andaberada di belakang penderita, menyangga kiri letakkan tangan
posisi sejajar pada costa. hepar ke ke-11 dan ke-12 dengan cara mendorong,
2. Mintalah penderita untuk relaks. Di sebelah depan, hepar akan lebih mudah
teraba dari penderita,
3. Ujung jari tangan kanan ujung jari ditempatkan kanan sebelah lateral rektus,
dengan otot di bawah batas bawah daerah redup hepar.
4. Dengan posisi jari tangan menunjukkan ke atas atau tekanlah dengan ke arah
ke atas lembut 5. Mintalah penderita untuk berafas dalam-dalam. Cobalah
34

merasakan sentuhan pada jari anda pada waktu hepar bergerak ke bawah, dan
hepar Apabilaanda merasakannya jari anda, menyentuh jari anda. meluncur
dibawah jari anda sehingga dapat dan anda dapat meraba permukaan anterior
hepar penderita.
Apabila anda dapat merasakannya, batas hepar normal adalah lunak, tegas tidak
berbenjol-benjol. abdomen pada pemeriksaan dan dinding abdominis. Apabila Besarnya
tekanan pada otot rectus lebih hepartergantung pada tebal tipisnya yang anda susah
merabanya, pindahlah palpasi pada daerah dekat kearcus costa. teknik mengait
Pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan erdirilah di sebelah kanan penderita, letaklah
kedua tangan kanan anda bersebelahan di bawah batas bawah redup hepar. Mintalah
penderita untuk bernafas dalam-dalam dengan nafas perut, sehingga pada inspirasi hepar
dan juga lien dan ginjal akan berada pada posisi teraba.

Pemeriksaan Lien
Lien yang normal terletak pada lengkung diagfragma, disebelah posterior garis
midaksiler. Suatu daerah kecil suara redup dapat ditemukan diantara suara sonorparu dan
suara timpani, tetapi mencari suara reduplien ini tidak banyak gunanya. Perkusi lien
hanya bergiuna kalau dicurigai atau didapatkan splenomegali.Apabila membesar, lien
akan membesar ke arah depan, ke bawah dan ke medial mengganti suara timpani dari
lambungdan kolon, menjadi suara redup.
Apabila anda mencurigai splenomegali. cobalah pemeriksaan pemeriksaan berikut
Perkusilah daerah spatium intercosta terbawah di garis aksilaris anterior kiri. Daer ini
biasanya timpani Keemtdi penderita untuk menarik nafa panjang dan lakukanlah perkusi
lagi. Apabila lien tidak membesar, suara pe timpani Apabila suara menjadi redup pada
inspirasi, berarti ada pembesaran lien. Walaupun demikian, kadang-kadang terdapat juga
suara redup pada lien normal (falsely positive splenic percussion sign).
Perkusilah daerah redup lien dari berbagai arah. Apabila ditemukan daerah redup yang
luas. berarti terdapat pembesaran lien. Pemeriksaan perkusi untuk mengetahui adanya
pembesaran lien, dapat terganggu oleh isi lambung dan kolon, tetapi pemeriksaan ini
dapat menunjukkan adanya pembesaran lien sebelum lien teraba pada palpasi.
35

Cara pemeriksaan palpasi lien;


1. Letakkan tangan kiri untuk menyangga dan mengangkat costa bagian
bawah kiri penderita.
2. Dengan tangan kanan diletakkan di bawah arkus costa, lakukanlah tekanan
kearah lien. Mulailah palpasi di daerah yangeukup renda untuk dapat
meraba lien yang membesar.
3. Mintalah penderita untuk menarik nafas dalam-dalam dan cobalah untuk
merasakan sentuhan lien pada ujung jari. Lien yang membesar dapat
terlewat pada pemeriksaan (tidak teraba) bila pemeriksaan dimulai dari
daerah yang terlalu ke atas.
4. Perhatikan adakah nyeri tekan, permukaan dan perkirakan jarak antara lien
dengan batas terendah dari costa XII sinistra
5. Ulangi pemeriksaan dengan posisi penderita miring ke kanan tungkai
dengan posisi fleksi pada paha dan lutut. Pada posisi ini ya gravitasi a
menyebabkan lien terdorong ke depan dan tekanan sehingga mudah teraba
6. Lakukan penilaian pembesaran lien dengan mengunakan teknik schuffner
Palpasi dimulai dari region illiaca kanan, melewati umbilicus di garis
tengah abdomen, menuju ke lengkung iga kiri. Pembesaran limpa diukur
dengan menggunakan garis schuffner, yaitu garis yang dimulai dan
diteruskan sampai di spina illiaca anterior superior (SIAS) kanan Garis
tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama.

Pemeriksaan Ginjal
Ginjal kanan:
1. Letakkan tangan kiri di belakang penderita, sejajar costa xll dengan ujung
jari menyentuh sudut costovertebrae.
2. Angkat dan cobalah mendorong ginjal kanan kedepan. Letakkan tangan
kanan dengan lembut pada kuadran kanan atas di sebelah lateral dan
sejajar terhadap otot rectus.
3. Mintalah penderita untuk bernafas dalam. Pada waktu puncak inspirasi
tekanlah tangan kanan dalam-dalam ke kuadran kanan atas. di bawah
arkus costa dan mintalah penderita untuk membuang nafas perlahan
kemudian menahan nafas.
36

4. Lepaskan tekanan tangan kanan perlahan danrasakan bagaimana ginjal


akan kembali ke posisi pada waktu ekspirasi.
5. Apabila ginjal teraba tentukanlah ukurannya, rasa nyeri pada saat ditekan.

Ginjal kiri
Untuk meraba ginjal kiri pemeriksa pindah kesisi kiri penderita. Gunakan tangan
kanan untuk menyangga dan mengangkat dari belakang dan tangan kiri untuk meraba
daerah kuadran kiri atas. Lakukan pemeriksaan seperti pada ginjal kanan. Ginjal kiri
normalnya jarang teraba.

Nyeri ketok ginjal


Nyeri tekan ginjal mungkin dapat timbul pada pemeriksaan palpasi tapi periksa
juga daerah sudut costovertebrae. Kadang-kadang tekanan ujung jari dapat menimbulkan
nyeri tapi seringkali harus menggunakan kepalan tangan untuk menstimulasi nyeri ketok
pada ginjal.

II.I.VII Pemeriksaan Traktus Urinarius


Ginjal
Ginjal adalah organ yang terletak di daerah posterior, tulang rusuk, sudut
costovertebral (sudut yang dibentuk oleh batas bawah kosta ke-12 dengan proccesus
transversus vertebra lumbalis) merupakan daerah untuk menentukan ada tidaknya nyeri
ginjal.

Kandung kemih (Vesica urinaria)


Merupakan organ yang berfungsi untuk menampung urine sampai kurang lebih
230-300 ml. organ ini dapat mengecil atau membesar sesuai isi urine yang ada. Letak
kandung kencing di dalam rongga panggul (pelvis major) berada di depan organ pelvis
lainnya dan tepat di belakang simfisis pubis, pada bayi letaknya lebih tinggi. Tiga buah
saluran bersambung dengan organ ini yaitu ureter yang berjalan oblik menembus basis
dan bermuara di kandung kencing sebagai ostium ureteris dan uretra yang ke luar dari
kandung kencing di sebelah depan pada bangunan orificium uretra internurn
Orificiumuretra internurndikelilingi oleh serabut otot yang berasal baik dari M. Detrussor
dan M. Trigonalis dan membentuk M. Sphincter Vesicae. Pada perempuan kandung
37

kencing terletak diantara simfisis dan uterus-vagina. Normalnya kandung kemih tidak
dapat diperiksa kecuali jika terjadi distensi kandung kemih hingga di atas simfisis pubis.
Pada palpasi kubah kandungkemih yang mengalami distensi akan teraba licin dan bulat.
Periksa adanya nyeri tekan. Lakukan perkusi untuk mengecek keredupan dan
menentukan berapa tinggi kandung kemih berada di atas simpisis pubis.

Urethra
Urethra Laki-laki
Saluran berbentuk pipa, panjang 17-22,5 cm, sebagai saluran pengeluaran urine
yang telah ditampung di dalam vesica urinaria kandung kencing) dan saluran semen
Saluran tersebut dimulai dari orificium urethra interna yang berada pada cervix ve segera
masuk lewat di dalam prostat, kemudian menembus diafragma urogenitale (trigonum
urogenitale), berlanjut berjalan di dalam corpus cavernosum urethrae dan berakhir pada
lubang luar pada ujung penis (orificium uretraekstemum/OUE.Dengan demikian urethra
laki-laki menurut tempat yang dilewati dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu 1. Pars
prostatica (3-4 cm) 2. Pars mernbranosa (1 cm). 3. Pars spongiosa urethrae (12-18 cm).
Urethra perempuan
Pipa saluran ini mempunyai panjang 3 4 cm yang hanya berfungsi untuk
pengeluaran urine, dimulai dari orificium urethra internum dengan M. Sphincter vesicae
dan berakhir pada ostium urethra eksternum yang bermuara di sebelah ventrocaudal dari
vestibulum vaginae di linea mediana. Introitusvaginae (ostiumvaginae) terletak tepat
ventrocranial dari frenulum labiorum Saluran urethra perempuan pada posisi tidur
(supine) mempunyai kedudukan mendekati sudut lurus dari vestibulum vagina ke vesicae
urinaria.

Alat Dan Bahan Yang Diperlukan :


1. Kertas Folio
2. Bolpoin
3. Stetoskop
4. Tensimeter
5. Termometer
6. Lampu senter
7. Hands coon
38

Cara Pemeriksaan Ginjal


a. Ginjal kanan:
1. Letakkan tangan kiri di belakang penderita, sejajar costa xii dengan ujung
jari menyentuh sudut costovertebrae.
2. Angkat dan cobalah mendorong ginjal kanan kedepan. Letakkan tangan
kanan dengan lembut pada kuadran kanan atas, di sebelah lateral dan
sejajar terhadap otot rectus.
3. Mintalah penderita untuk bernafas dalam. Pada waktu puncak inspirasi,
tekanlah tang kanan dalam-dalam kekuadran kanan atas, di bawah arkus
costa dan mintalah penderita untuk membuang nafas perlahan kemudian
menahan nafas.
4. Lepaskan tekanan tangan kanan perlahan dan rasakan bagaimana ginjal
akan kembali ke posisi pada waktu ekspirasi.
5. Apabila ginjal teraba tentukanlah ukurannya, rasa nyeri pada saat
ditekan.

b. Ginjal kiri
Untuk meraba ginjal kiri pemeriksa pindah ke sisi kiri penderita. Gunakan tangan
kanan untuk menyangga dan mengangkat dari belakang, dan tangan kiri untuk meraba
daerah kuadran kiri atas. Lakukan pemeriksaan seperti pada ginjal kanan. Ginjal kiri
normalnya jarang teraba.

c. Nyeri ketok ginjal


Nyeri tekan ginjal mungkin dapat timbul pada pemeriksaan palpasi, tapi periksa
juga daerah sudut costovertebrae. Kadang-kadang tekanan ujung jari dapat menimbulkan
kepalan tangan nyeri tapi seringkali untuk menstimul ketok pada ginjal.
Letakkan satu tangan pada sudut costovertebrae dan pukullah denga sisi ulnar kepalan
tangan Kandung kemih (Vesica urinaria) mengalami distensi akan teraba Pada palpasi
suprapubik yang tekan. Lakukan perkusi untuk licin dan bulat.
Periksa adanya nyeri mengecek keredupan kandung kemih berada di atas simpisis pubis.
39

Genitalia Pria
Pemeriksaan genitalia yang baik dilakukan saat pasien berbaring terlentang.
Namun untukpemeriksaanhemiaatauvarikokel pasien harus berdiri. Pakaian periksa harus
menutupi bagian dada dan abdomen pasien dengan pas. Kenakan sarung tangan karet
selama melakukan pemeri Bukadaerah genitaliadaninguinalispasien.

Penis:
1. Inspeksi Kulit.
Periksa warna kulit, ekskoriasi, tanda-tanda inflamasi telur kutu atau kutu yang
melekat pada pangkal rambut atau rambut kemaluan. Preputium. Jika terdapat prepusium,
tarik lipatan kulitini ke belakang atau minta pasien untuk menariknya sendiri. Nilai ada
atau tidaknya smegma, bahan yang berwarna keputih- putihan dan menyerupai keju,
dapat berkumpul secara normal di bawah prepusium. Glans. Perhatikan setiap ulkus,
sikatriks, nodulus, atapun tanda inflamasi. Perhatikan lokasi meatus uretra Lakukan
penekanan pada glans penis dengan hati-hati. Manuver ini harus membuka meatus uretra,
inspeksi untuk menemukan sekret. Normalnya tidak terdapat sekret di dalam meatus
uretra.
2. Palpasi
Lakukan palpasi pada setiap abnormalitas penis dengan memperhatikan gejala
nyeri tekan atau indurasi. Raba bulbus penis di antara ibu jari dan dua jari tangan yang
dengan memperhatikan pertama indurasi. skrotum dan isinya.
a. Inspeksi Lakukan inspeksi skrotum yang meliputi Kulit Angkat
Skrotumagar anda dapat mengangkat permukaan posteriornya
Kontur skrotum. Perhatikan setiap pembengkakan, benjolan atau
vena.
b. Palpasi Lakukan palpasi pada setiap testis danepididimis di antara
ibu jari dan duajari pertama. Perhatikan ukuran, bentuk, konsistensi
dan nyeri tekan. Raba setiap nodulus, Penekanan pada testis
normalnya akan menimbulkan nyeri visceral yang dalam. Lakukan
palpasi pada setiap funikulus spermatikus, termasuk vas deferens,
40

di antara ibujari dan jari- jari tangan mulai dari epididimis


hinggaanulusinguinalissuperfisialis. Pembengkakan dalam skrotum
yang bukan testis dapat dievaluasi dengan transiluminasi.
Sesudahkamarperiksa digelapkan, arahkan pancaran cahaya senter
dari bagian belakangskrotum. Carilah transmisi cahaya yang berupa
pantulan sinar berwarna merah.

Genitalia Wanita
Pemeriksaan Luar :
1. Menilai maturitas seksual pada pasien remaja Dapat diperiksa d mengamati
rambut pubis. Perhatik karakter dan distribusinya.
2. Inspeksi Lakukan inspeksi untuk memeriksa mons pubis, labia se perineum.
Pisahkan kedua labia dan periksa Labia mayor Klitoris Meat us uretra
Introitus vagina Perhatikan setiap inflamasi, ulserasi, pengeluaran sekre
pembengkakan ataupun nodulus. Jika terdapat lesi, lakukan palpasi untuk
merabanya.
3. Palpasi Labia mayor Klitoris Meatus uretra. Introitus vagina. Perhatikan ada
tidaknya benjolan, kista bartholin (bentuk, nye tekan, ukuran, sekret)

Palpasi:
Lakukan palpasi kelenjar bartholin, masukan jari telunjuk ke vagina dibagian
samping posterior bawah dari introitus, dan ibu jari dibagian luar (abium majus), dengan
kedua jari lakukan palpasi, lakukan di bagian kanan dan kiri. Periksa adanya nyeri
tekan/tidak.

Pemeriksaan dalam:
Pemasangan speculum
a. Periksa spekulum dari mulai ukuran, dan periksa kunci spekulum, pastikan dalam
posisi siap pakai.
b. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri bukalah labiummajus.
c. Lakukan desinfeksi terlebih dahulu pada daerah vulva dan introitus vagina.
d. Dengan tangan kanan, spekulum yang tertutup, dimasukan secara miring dan
perlahan ke dalam tangan kiri.
41

e. Masukan spekulum sejauh mungkin ke dalam vagina, spekulum diputar ke posisi


transfersal, dengan pegangan nya sekarang mengarah ke bawah, buka perlahan
sampai terlihat cervix, lalukunci spekulum. Perhatikan warna cervix, posisi,
karakteristik permukaan nya, ada tidak ulserasi, nodul, massa, perdarahan, atau
sekret.
f. Beritahu pasien bahwa spekulum akan dilepas, sekrup dikendurkan dengan jari
telunjuk kanan, spekulum diputar ke posisi semula (miring), perlahan tarik dan
ditutup. Pada saat menarik spekulum Inspeksi vagina ada/tidaknya inflamasi,
ulkus, massa dan discarge.

II.II Profil Puskesmas


II.II.I Visi dan Misi Puskesmas Kallitanjung
Visi Puskesmas Kalitanjung adalah Terwujudnya Puskesmas Kalitanjung
sebagai Puskesmas Terdepan dalam Memberikan Pelayanan yang Berkualitas dan
Religius, Aman, Maju, Aspiratif dan Hijau (RAMAH) di Wilayah Kecamatan Harjamukti
Kota Cirebon

Misi Puskesmas Kalitanjung adalah:


1. Mengoptimalkan sumber daya manusia dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
ramah.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dan produktif.
3. Membangun kerjasama dan kemitraan dengan stackholder dalam upaya
meningkatkan yang paripurna.

II.II.II Motto UPTD Puskesmas Kalitanjung


Kesejahteraan dan Kepuasan Anda Menjadi Harapan Kami .

II.II.III Strategi Puskesmas Kalitanjung


1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia.
2. Optimalisasi fasilitas kesehatan dan sarana pendukung lainnya yang sudah ada.
3. Peningkatan kebutuhan fasilitas kesehatan dan sarana pendukung lainnya.
4. Peningkatan peran serta masyarakat untuk menerapkan PHBS.
42

5. Peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif dan produktif dalam
mendukung pelayanan kesehatan.
6. Peningkatan kerjasama antar puskesmas dan stackholder.

II.II.IV Kebijakan Puskesmas Kalitanjung


1. Meningkatkan pengetahuan dan pemberdayaan bidang kesehatan
2. Menciptakan lingkungan sehat
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak
4. Meningkatkan status gizi masyarakat
5. Meningkatnya kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata
6. Memberikan pelayanan Lansia
7. Melaksanakan Deteksi Dini kesehatan mata
8. Melaksanakan Deteksi Dini terhadap gangguan pendengaran
9. Melaksanakan Deteksi Dini terhadap gangguan kejiwaan
10. Meningkatkan pelayanan kesehatan gigi masyarakat
11. Meningkatkan pelayanan perawatan Kesehatan di masyarakat
12. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam penggunaan obat tradisional
13. Meningkatkan kemandirian dalam menangani masalah kesehatan individu.

II.II.V Program Puskesmas ( Pelayanan Kesehatan di Puskesmas )


Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Tekhnis Dinas Kesehatan, dimana
keberhasilan dalam pelaksanaannya UPTD Puskesmas Kalitanjung melakukan :
Upaya Pelayanan kesehatan baik UKP dan UKM berupa :
Program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA )
Program Keluarga Berencana ( KB )
Program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga ( UPGK )
Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular ( P2.P)
Program Kesehatan Lingkungan ( Sanitasi )
Program Promosi Kesehatan ( Promkes )
Program Pengobatan Rawat Jalan ( BP Umum )
Program Pengobatan Rawat Jalan Gigi ( BP Gigi )
43

Program Usaha Kesehatan Sekolah ( UKS )


Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah ( UKGS )
Program Perawatan Kesehatan Masyarakat ( PHN )
Program Laboratorium Sederhana
Program Kesehatan Jiwa
Program Pencatatan dan Pelaporan data Kesehatan
Program Konsultasi kesehatan terpadu
Program PTM .

II.II.VI Situasi pada penyakit terbanyak Puskesmas Kalitanjung

Penyakit Jumlah % Keterangan

1 ISPA 18871 35,09

2 Diare 10293 19,14

3 Penyakit Lambung 5410 10,06

4 Penyakit Kulit 4725 8,78

5 Diabetes Mellitus 4601 8,55

6 Hipertensi 3525 6,55

7 Myalgia 2064 3,84

8 Penyakit Gigi 3051 5,67

9 Demam 3199 5,95

10 Infeksi Usus 1226 2,28


44

2.6 Alur Pelayanan KIA

Pelanggan

Pendaftaran

KIA

Baru Lama

Anamnesa

Bawa KMS Tidak Bawa KMS

Status KMS

Laboratorium Buku Register KIA

Konsultasi BP Gigi Cari Status

Konsultasi BP Dewasa

Pemeriksaan

Konseling

Obat
45

STRUKTUR ORGANISASI UPTD PUSKESMAS KALITANJUNG

Kepala UPTD
dr.Hj.Walyanah, MH.Kes

WAKIL MANAJEMEN MUTU PUSTU WANACALA


drg. Tasman Roslina Hj. Siti Heliyatun, Amd.Keb

KOORDINATOR. UKP KOORDINATOR. UKM


dr. Dian Rosdiana, MPH dr. Dewi Nurul Intan P

UMUM
dr. Lia Nurliana s
BP.GIGI
Dewi Nurul Intan P Fuani Diah Citra, AMKdrg. Tasman Roslina
Zalfitri BP. KIA
Anis Suryani Eha Dareha, Amd.Keb
Siti Heliyatun, Amd.Keb
Siti Fatimah, Amd.Keb
FARMASI
R.Nia K,Amd.Keb
Nimala Dewi, S.Farm
Ikeu Rosdiana
Nova Dwi Rakhmi,A.Md LAB
Anita P,Amd.Keb
Fairouz Tuti Hidayati, Amd. Ak
46
KEPALA SUB BAG TU.
Nur Hadiyani, SKP.M.Kep

UMUM PROG DAN PELAPORAN KEUANGAN


Ratna Miyarsih Dwi Handayani, AMK Upit
Salji Sri Endang Mulyani
Jaharoh,SKM Anita P, Amd.keb

KOORDINATOR. UKM
dr. Dewi Nurul Intan P

KESLING PROMKES
Jaharoh , SKM Salji GIZI
Masitoh, AMG

P2P PHN
Siti Rukayah, AMK Dwi Handayani LANSIA
Weri, AMK R.Nia K, Amd
Hj.Iyah Khaeriyah
Fuani Diah Citra, AMK
Nunung Nuryani
Heni Yulianingsih UKS PKRE
Dwi H, AMK Weri, AMK Ikeu Rosdiana
Rusana Irmawan
47

BAB III

HASIL

3.1. Hasil Kegiatan


Mahasiswa melakukan kegiatan di Puskesmas Kalitanjung selama satu
minggu (7-12 November 2016), yaitu sebagai berikut :

Tanggal Tempat Kegiatan


Senin, 07-11- Puskesmas kalitanjung
2016 1. Laboratorium 1. melihat,berdiskuai dan
melakukan pengambilan
darah pada vena mediana
cubiti.
2. Menghitung jumlah
leukosit.
3. Melihat dan menanyakan
cara pemeriksaan
Hb,glukosa dan
kolesterol menggunakan
Photometer.
4. Komunikasi lisan
maupun tulisan dengan
pasien dan petugas lab.
5. Membantu mencatat
rekam medik.
Selasa, 08-11- Dinas kesehatan
2016 1. Berpartisipasi dalam acara
hari kesehatan nasional
2016.
Puskesmas Kalitanjung
1. Ruang obat
1. Melihat alur pelayanan obat
2. Memberi penjelasan tentang
penggunaan obat kepada
pasien.
48

Rabu, 09-11- Puskesmas Kalitanjung.


2016 1. Bp Umum 1. Melihat keadaan umum
pasien yang datang.
2. Melihat keadaan postur
pasien.
3. Melihat pemeriksaan dada
seperti inspeksi,palpasi dan
auskultasi.
4. Melihat pemeriksaan jantung
(auskultasi dan palpasi)

5. Melakukan palpasi arteri


ekstremitas.

6. Melakukan pemeriksaan
tekanan darah

7. Melihat pemeriksaan palpasi


abdomen.

8. Melihat cara dokter


berkomunikasi dengan
pasien.

2. KIA 1. Melihat alur pelayanan di


KIA.
2. Membantu pemeriksaan
tekanan darah dan
pengukuran berat badan.
3. Melihat keadaan umum
pasien.
4. Melakukan pengukuran berat
badan, frekuensi pernapasan
dan palpasi arteri
ekstremitas.
5. Membantu pengisian rekam
medik.
6. Melihat cara petugas
berkomunikasi dengan
pasien.
49

Kamis, 10-11- Posyandu katiasa rw 09


2016 1. Melakukan pemeriksaan
tekanan darah.
2. Melihat alur pasien dalam
pelayanan di posyandu.
3. Menilai keadaan umum
pasien.
4. Melihat dan bertanya tentang
bagaimana cara melakukan
vaksin DPT.
5. Memberikan edukasi kepada
pasien.
6. Melihat bagaimana petugas
medis berkomunikasi dengan
pasien.

Jumat, 11-11- Puskesmas kalitanjung


2016 1. Ruang obat. 1. Melihat obat apa yang paling
sering digunakan pasien.
2. Membantu menyiapkan obat
untuk pasien.
3. Memberi penjelasan
penggunaan obat kepada
pasien.
4. Melihat cara petugas
berkomunikasi dengan
pasien.
50

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Diskusi dan Pembahasan

Pada hari pertama setelah mendapat pengarahan dari dokter untuk


membagi beberapa bagian,saya mendapat kesempatan pertama di bagian
laboratorium. Disana saya bertemu dengan ibu Hidayati Amd.Ak, beliau
membimbing saya dengan baik. Dari mulai menghadapi pasien untuk
melakukan pengecekan darah, memberikan kesempatan kepada saya untuk
mengambil darah, menghitung jumlah leukosit, menjelaskan alur
pemeriksaan di laboratorium, mengajarkan penulisan rekam medik dan
tidak lupa edukasi kepada pasien.
Hari ke dua saya beserta kedua teman saya diajak oleh dokter
untuk menghadiri acara hari kesehatan nasional 2016 di dinas kesehatan
cirebon dengan tema cucii tangan.tidak lama setelah tampil di acara,
kami bergegas pulang ke puskesmas dan membantu teman-teman serta
petugas kembali. Saya masuk ke ruang obat untuk mengamati apa saja yg
dilakukan disana dan bagaimana caranya sampai obat tersebut bisa sampai
ditangan pasien.
Hari ketiga saya kebagian di balai pengobatan umum dan saya
duduk di sebelah dr.Dewi. Beliau mengajarkan saya bagaimana cara
berkomunikasi dengan pasien,menggali anamnesa yang singkat dan
mendalam, dan melakukan pemeriksaan yang efektif. Seperti contoh pada
pasien balita beliau memperlihatkan pemeriksaan dada dan abdomen
untuk mengetahui apakah pasien tersebut pneumonia atau tidak, kemudian
melihat terdapat retraksi pernapasan. Dan juga edukasi kepada pasien.
Hari keempat saya diajak oleh petugas puskesmas ke posyandu
yang tempatnya di katiasa rw 09. Disana saya melihat bagaimana alur
pelayanan di posyandu, membantu dalam pemeriksaan tekanan darah dan
memberikan edukasi kepada pasien. Tidak hanya itu, saya melakukan
diskusi dengan petugas tentang bagaimana pemberian vaksin,penulisan
rekam medis dan pemberian obat kepada pasien.
51

Hari kelima saya mendapat giliran di ruang obat. Di sana saya


bertemu dengan ibu yuli dan bu upi. Mereka menjelaskan bagaimana
pelayanan di ruang obat, menjelaskan obat-obatan yang paling sering
dipakai serta kegunaannya dan menjelaskan cara membaca resep dokter.
Tidak hanya itu,mereka memberikan kesempatan kepada saya untuk
melakukannya dari mulai penerimaan resep obat sampai pemberian obat
dan edukasi kepada pasien.

4.2. Manfaat

Dalam kegiatan puskesmas selama seminggu ini (7-12 November) saya


dapat merasakan berbagai manfaat dibandingkan ketika masih tingkat satu. Kali
ini saya lebih memahami bagimana kehidupan di puskesmas (PKM
Kalitanjung),bagaimana penerapan ilmu-ilmu kedokteran yang saya dapatkan di
kampus bisa diaplikasikan dalam pelayanan kesehatan,cara menghadapi pasien
secara langsung,Melakukan anamnesis sampai pemeriksaan tanda-tanda vital yang
dimana semua itu membangun skills saya,meracik obat kemudian memberikan
edukasi kepada pasien dan melakukan pemeriksaan di laboratorium.

Masih banyak manfaat yang didapat dalam kegiatan puskesmas ini. yang
terpenting semua itu sangat memberikan wawasan kepada saya tentang dunia
kesehatan,khususnya nanti menjadi dokter itu seperti apa.
52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

Puskesmas Kalitanjung yang merupakan UPT Dinas Kesehatan


Kota Cirebon yang terletak di jalan raya kalitanjung no.20. Puskesmas ini
terdiri dari pelayanan BP umum, KIA, Laboratorium dan BP gigi. Selain
itu puskesmas kalitanjung aktif dalam kegiatan posyandu dan berbagai
penyuluhan kepada masyarakat sampai seperti terbentuknya kelurahan
siaga. Yang dimana masyarakat sadar, mau dan mampu untuk mencegah
dan mengatasi berbagai ancaman terhadp kesehatan masyarakat seperti
kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan
kejadian luar biasa (KLB), kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain,
dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong.

Saya berkesimpulan selama mengikuti kegiatan di puskesmas


kalitanjung ini saya merasakan banyak sekali manfaat yang
didapatkan,saya menjadi mengerti bagimana perbedaan dan persamaan
antara teori dan praktek, saya menjadi tahu bagaimana pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, dan banyak sekali hal-hal baru yang dimana
semua itu menjadi bekal untuk saya dan teman-teman nantinya.

1.2. Saran

Saran untuk puskesmas, Karena bangunan masih tahap renovasi


semoga segera selesai dengan cepat supaya pelayanan kesehatan bisa
lebih maksimal lagi. Kemudian untuk laboratorium, ruangannya
diperbaiki lagi,dilengkapi dan dijaga kebersihannya. Karena menurut saya
laboratorium sangat membantu dalam mendiagnosa pasien dan
penyembuhan penyakit pasien dengan efektif.
53

DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional 2004. Jakarta

Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas. Jakarta : SagungSeto

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 11


Tentang Upaya Kesehatan

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No. 269/MENKES/PER/


III/2008 tentang Rekam Medis. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2008.

2. Harun. Catatan Medik. Kuliah Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia. Modifikasi terakhir: 11 Juli 2005.
3. Djoko W. Problem Oriented Medical Record. Kuliah Ilmu Penyakit Dalam.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Modifikasi terakhir: 25 Juli 2005.
4. Gemala H. Beberapa aspek hukum dan administrasi dari catatan
medis/kesehatan. Dalam: Kongres PERHUKI. Jakarta: IRSJAM, 1985; No 1.
Hlm 18-32.
5. Ali S. Problem Oriented Medical Record. Dalam: Buku Panduan Penataran
Tutor Ketrampilan Klinik Dasar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
28-31 Mei 1990.

6. Nurhay A, Daldiyono, Markum, Suwondo A, Rani A, Harun A, dkk. Markum


HMS, editor. Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Cetakan ketiga, 2005.

7. Djoko W. Anamnesis. Dalam: Buku Panduan Penataran Tutor Ketrampilan


Klinik Dasar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 28-31 Mei 1990.
8. Lawrence T, Henderson M. The Patient History: Evidence-Based Approach.
Lange Medical Books, 2005.
9. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. The Practice of
Medicine. Dalam: Harrisons Principles of Internal Medicine. Edisi ke-13.
McGraw-Hill, 1994; Hlm1-6.

Lampiran
54

Pemeriksaan leukosit dan hitung HB menggunakan photometer

Pengambilan darah pada vena mediana cubiti

Situasi ketika berada di posyandu katiasa rw 09


55

Vaksin DPT balita

Pengukuran tekanan darah dan mengedukasi pasien.

Penulisan rekam medik pada buku KIA

Anda mungkin juga menyukai