Anda di halaman 1dari 17

UT101

Public Speaking

Transkrip
Minggu 2: Komunikasi Verbal dan Non-Verbal, Baik dari Sisi
Linguistic dan Paralinguistic

Video 1: Komponen Komunikasi Part I


Video 2: Komponen Komunikasi Part II
Video 3: Pesan Verbal Part I
Video 4: Pesan Verbal Part II
Video 5: Pesan Non-Verbal Part I
Video 6: Pesan Non-Verbal Part II
Video 7: Komunikasi Bermakna

Video 1: Komponen Komunikasi Part I

Saudara Peserta IndonesiaX, kita berjumpa kembali dalam materi ajar Public Speaking.
Bagaimana kabar Anda? Semoga selalu sehat dan tetap semangat. Saudara, pada pertemuan
pertama, kita sudah membahas apa arti public speaking, apa persamaan public speaking dan
conversation, apa strategi, dan yang juga hal yang sangat mendasar adalah dalam mendasari
interaksi kita adalah persepsi, Anda masih ingat kan?

Pertemuan kali ini kita akan membahas masalah komunikasi. Komunikasi dalam public
speaking dapat dilihat dari sisi komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal. Kemarin kita
sudah membahas komunikasi verbal dan non-verbal sedikit. Jadi misalnya kalau verbal itu
lewat kata-kata dan kalau non-verbal adalah seluruh gerakan anggota tubuh, serta intonasi,
dan sebagainya. Nanti kita akan bahas juga.

Kemudian pada bagian awal ini kita akan bahas terlebih dahulu apa komunikasi dan
pentingnya seorang pembicara atau public speaker memahami komunikasi. Sebagai langkah
awal berbicara dengan pihak lain sebaiknya Anda mengetahui apa dan bagaimana proses itu
terjadi.

Terlepas dari bentuk public speaking-nya, selalu ada tujuh elemen yang tidak bisa
ditinggalkan, yaitu pertama adalah pembicaranya. Yang kedua, tentu saja pesan yang akan
disampaikan. Yang ketiga adalah medianya atau channel. Kemudian tentu saja kita bicara
dengan orang lain ya? Ada pendengar, ada umpan balik atau feedback, ada interference atau
gangguan-gangguan, dan yang terakhir adalah situasi.

Untuk memahaminya, kita bahas satu per satu. Oke, yang pertama adalah pembicara atau
dalam istilah komunikasi sering disebut dengan sumber. Komunikasi memang berawal dari
pembicara. Keberhasilan seorang pembicara sangat tergantung dengan kita sendiri, yaitu
kredibilitas kita. Dalam hal ini, baik dalam sisi pemahaman yang akan dibicarakan, persiapan
dalam berbicara, etiket berbicara, serta sensitivitas kita terhadap lawan bicara, dan situasi.

Halaman 1 dari 17
UT101

Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan sensitivitas? Sensitivitas itu adalah, apa ya, rasa
yang kita rasakan. Bagaimana kita peka, enggak kebal gitu. Jadi kalau melihat audience
kayaknya audience-nya sudah mulai menguap, itu kan tanda-tanda dia mengantuk. Jadi kita
harus beralih strateginya. Jadi yang disebut sensitif ya. Jadi kita sebagai speaker, sebagai
pembicara, diharapkan mempunyai kemampuan itu.

Kemudian yang kedua adalah pesan. Tatkala kita berbicara pasti dong ada materi
pembicaraan. Misalnya kita sedang menghadap ke atasan di kantor atau berbicara dengan
guru atau dosen, dan kita mengatakan misalnya, Ibu, Bapak, saya memahami apa yang
dimaksudkan. Tetapi saya sama sekali tidak merasa malakukan hal itu.

Ini adalah contoh sepenggal pesan yang saya ambil sebagai ilustrasi, sebagai contoh. Nah
sebenarnya apa sih pesan itu yang dimaksud? Tentu saja tidak hanya pesan seperti yang
tertulis tadi. Karena pesan itu akan diikuti dengan nada bicara, ekspresi wajah, dan hal lainnya
yang memperkuat isi pesan itu sendiri. Itu dari pesan, dari sisi pesan.

Nah, tujuan dalam public speaking itu kan mempunyai tujuan khusus yang dikomunikasikan.
Keberhasilannya tergantung pada pesan yang disampaikan dan bagaimana kita
menyampaikannya. Mendapatkan suatu pesan verbal dalam public speaking tidaklah mudah.
Memerlukan persiapan agar kita memiliki data yang akurat dan tidak asal bicara.

Di samping pesan verbal tersebut, kita juga mengirimkan pesan yang mau-tidak mau, suka-
tidak suka selalu dibarengi dengan nada bicara, penampilan, gerakan anggota tubuh, ekspresi
wajah, dan juga eye contact atau kontak mata.

Jadi yang perlu diperhatikan sebenarnya adalah kesesuaian antara pesan verbal yang
diucapkan, dan non-verbalnya. Jadi ekspresinya, kemudian intonasinya, gerakan anggota
tubuh, dan sebagainya.

Nah, jangan sampai pesan non-verbal memberi makna yang berlawanan dengan pesan verbal
Anda. Jadi contohnya, kita nih kepingin ramah dengan orang. Kemudian kita mengatakan,
Hai apa kabar? Misalnya. Pesannya sama, Hai apa kabar? Secara verbal, bagus dong,
greetings, salam, Hai apa kabar?

Tetapi tatkala kita menyampaikannya dengan ekspresi wajah yang tidak tersenyum,
contohnya adalah begitu ketemu, Hai apa kabar? Apa makna yang akan Anda rasakan? Pasti
akan berlawanan dengan verbalnya, dengan kata-katanya. Coba Anda rasakan, benar
enggak?

Tatkala saya mengatakan Hai apa kabar? dengan semangat, dengan senyum, terus
kemudian yang satunya lagi karena saya lagi capek, lagi suntuk, ketemu teman Hai apa
kabar? Enggak enak. Nah itu yang dimaksudkan bahwa jangan sampai pesan verbal itu
berlawanan dengan non-verbalnya atau justru non-verbal itu berbeda maknanya dengan
yang verbal. Itu contoh saja ya, nanti akan kita perjelas.

Kemudian selanjutnya adalah channel atau media, adalah alat bantu atau media yang
digunakan dalam menyampaikan pesan. Kita berbicara melalui televisi, melalui radio, itu
adalah channel-nya, medianya. Public speaker atau pembicara bisa menggunakan satu atau
lebih dari media untuk menyampaikan pesannya. Namun pemilihan media juga harus hati-
hati, disesuaikan dengan kondisi dari audience kita.

Halaman 2 dari 17
UT101

Tatkala misalnya kita memilih radio, maka kita harus tahu dan harus membayangkan bahwa
audience kita hanya bisa mendengar, tapi tidak bisa melihat kita. Jadi kita harus mencoba
berimajinasi, jadi kira-kira audience kita lagi ngapain ya?

Kalau dia mendengarkan radio itu sedang apa? Biasanya ini kalau saya ya mendengarkan
radio itu di mobil gitu ya. Kadang sambil menyupir, kita setel radio. Dan jarang sekali kita itu
mendengarkan radio di rumah. Saya enggak tahu Anda, mungkin Anda masih melakukan hal
itu.

Nah daya imajinasi kita untuk membayangkan bahwa pendengar, dalam hal ini kalau radio
pendengar, ya bukan audience ya. Pendengar, itu pasti mendengarkan tetapi tidak full, tidak
penuh konsentrasinya. Ya itu salah satu contoh saja, bagaimana kita memilih media dan harus
membayangkan. Kemudian apalagi tatkala kita langsung berbicara di depan publik maka
semua secara langsung diamati oleh audience kita.

Yang keempat adalah audience. Audience adalah orang yang menerima pesan karena tanpa
penerima pesan atau komunikan, maka tidak ada komunikasi, tidak ada interaksi. Ya, setiap
kata yang kita ucapkan harus diolah atau dibuat berdasarkan perspektif dari audience,
dipelajari dari sisi pengetahuannya, pengalamannya, nilai-nilai yang dianut, tujuan, dan juga
sikap audience kita.

Karena berbicara di depan publik, pasti memiliki tujuan. Bila kita mengabaikan kepentingan
audience, maka tujuan komunikasi kita pasti gagal.

Video 2: Komponen Komunikasi Part I

Ya, setiap kata yang kita ucapkan harus diolah atau dibuat berdasarkan perspektif dari
audience, dipelajari dari sisi pengetahuannya, pengalamannya, nilai-nilai yang dianut, tujuan,
dan juga sikap audience kita.

Karena berbicara di depan publik, pasti memiliki tujuan. Bila kita mengabaikan kepentingan
audience, maka tujuan komunikasi kita pasti gagal.

Jadi Saudara Peserta IndonesiaX, memahami audience adalah modal utama dalam
penyampaian pesan. Untuk menjadi seorang speaker yang handal Anda harus punya prinsip
audience center.

Tatkala audience mengatakan, Ini penting untuk saya, maka Anda berhasil sebagai speaker.
Jadi contohnya kita itu audience center atau audience oriented. Kalau kita berbicara,
mengemukakan materi, presentasi, kemudian setelah itu audience Anda mengatakan, Nah
ini nih yang saya cari, ini penting dan ini sangat berguna buat kita semua, itulah yang
namanya bahwa berbicara Anda sangat efektif. Materinya diterima dan memberikan sesuatu,
memberikan kelebihan, memberikan wawasan bagi pihak lain. Di situ dikatakan bahwa Anda
efektif dan berhasil dalam berbicara di depan publik.

Selanjutnya apa lagi komponen dalam komunikasi, faktor-faktor yang harus diperhatikan?
Feedback atau umpan balik. Umpan balik adalah pesan yang disampaikan oleh audience kita

Halaman 3 dari 17
UT101

kepada Anda sebagai speaker. Pesan ini dapat berupa verbal. Kalau verbal itu biasanya
pertanyaan-pertanyaan.

Kalau kita berbicara, kemudian ada waktu atau kita memberikan space, memberikan waktu
kepada audience kita untuk menyampaikan pendapatnya, untuk bertanya, untuk
berkontribusi, gitu ya. Jadi itu juga bisa dianggap sebagai feedback.

Kemudian ada feedback yang lain bila kita melihat banyak audience kita yang misalnya
menguap, atau duduknya mulai, ah, mulai bersandar gitu ya. Mulai gelisah, mulai, mulai
begini cara duduknya, enggak tegak lagi, enggak semangat lagi. Maka kita harus segera
mengubah cara bicara atau mengalihkan topik bicara ke hal yang menyenangkan dengan
berbagai contoh.

Karena itu adalah feedback yang diberikan oleh audience kita. Dan feedback dalam bentuk
non-verbal. Tapi ingat ya, kalau kita berganti topik, bukan berarti bahwa, misalnya nih, kita
bicara soal narkoba, kemudian kita berganti topik soal keluarga berencana. Bukan, bukan itu
maksudnya.

Tetapi mungkin berganti bahasan. Jadi misalnya topiknya tetap narkoba, tapi kalau kita pakai
teori-teori, kemudian kita switch, kita alihkan dengan contoh-contoh, dengan topik lain
misalnya perdagangan narkoba. Jadi masih dalam lingkup narkoba. Jadi misalnya itu ya. Jadi
jangan sampai Anda salah mengerti bahwa, untuk memberikan feedback kepada audience
atau melihat feedback dari audience, begitu feedback-nya sudah mulai kurang
menyenangkan, bagi Anda harus berganti topik.

Jadi harus berganti topik. Lebih pastinya adalah mengalihkan gitu ya, mengalihkan
pembicaraan. Kalau tadi yang membosankan, kita beri mungkin kalau Anda punya bakat joke,
bakat bercanda, boleh saja. Tapi hati-hati, jangan sampai Anda yang ditertawakan, bukan
joke-nya, gitu ya. Oke.

Nah selanjutnya, kalau verbal itu memang lebih mudah dipahami. Contohnya kalau kita
mengajukan pertanyaan kepada audience, menanyakan apakah materi yang disajikan bisa
dipahami dan mereka langsung mengatakan, Ya saya sangat mengerti, kami sangat
mengerti, maka itu adalah feedback yang sifatnya verbal.

Atau contoh lain yang nyata, tatkala kita sebagai speaker, pembicara. Meminta audience
untuk berkelompok berdasarkan warna baju misalnya. Dan mereka segera melakukan itu,
berpindah, kemudian mencari teman yang bajunya senada, sewarna. Nah itu menujukan
bahwa komunikasi verbal Anda sudah efektif ya kan? Karena perintahnya sudah dilakukan
oleh audience kita.

Nah maka ini bentuk feedback yang menunjukkan sebenarnya memang pesan Anda diterima
dengan baik dan yang penting sesuai dengan tujuan atau intensi Anda. Sebagai seorang
pembicara kita harus bisa mengajak audience agar fokus terhadap apa yang dibicarakan.

Dan yang terakhir adalah situasi. Situasi di sini adalah tempat dan waktu dimana komunikasi
terjadi. Situasi dan tempat bisa membantu dalam mewujudkan misi Anda.

Namun sebaliknya, dapat mengagalkan tujuan Anda juga. Contohnya tatkala kita diberi
kesempatan berpidato pada suasana pernikahan, maka akan berbeda bila kita berbicara

Halaman 4 dari 17
UT101

pada suasana berkabung di rumah duka. Kita ambil contoh kalimat yang umum dipakai,
misalnya, Ibu, Bapak yang saya kasihi. Pada kesempatan ini perkenankan atas nama
keluarga saya menyampaikan rasa terima kasih yang begitu mendalam atas kehadiran Ibu
dan Bapak untuk memberikan perhatian bagi keluarga kami.

Coba Anda berdiri di depan cermin dan mengucapkan kalimat tersebut dengan
membayangkan dua kondisi atau situasi yang berbeda. Coba Anda lakukan. Anda ulang, Anda
rewind kembali ya kalimat tadi. Anda lakukan dan Anda coba dengan dua situasi. Tuntunya
hal ini hanya membayangkan ya, membayangkan Anda berbicara di pernikahan dan
membayangkan Anda berbicara di tempat berkabung.

Jangan sampai kebalik, di pernikahan Anda sedih, di tempat berkabung Anda senyum-
senyum. Nah itu hal yang sangat fatal ya. Jadi itu hal-hal kecil yang kadang kita lupa, kita
abaikan begitu saja.

Saudara Peserta IndonesiaX, sebenarnya apa sih fungsi komunikasi? Fungsi komunikasi hanya
tiga poinnya, pokoknya: saling memahami, antara saya dengan Anda, antara Anda dengan
audience Anda. Saling memahami, ada mutual understanding, jadi ada pengertian bersama
terhadap pesan yang disampaikan.

Yang kedua, membangun relationship, membangun hubungan. Anda itu kalau berkomunikasi
dengan orang enggak kepingin dong sebenarnya untuk memutuskan hubungan gitu ya.
Walaupun memang ada misalnya kalau kita sudah enggak suka sekali sama orang itu, pasti
kita akan berbeda karena pinginnya memutuskan hubungan. Tetapi pada umumnya
komunikasi itu dijalin, kemudian komunikasi itu dilakukan adalah untuk hal-hal positif
membangun relasi, membangun hubungan.

Dan yang ketiga adalah mempengaruhi serta membujuk. Jadi mempengaruhi dan membujuk
orang supaya melakukan apa yang kita harapkan.

Harus diingat bahwa setiap manusia mempunyai tiga hal mendasar dalam kehidupannya.
Yaitu, diterima, disayang dan dikontrol. Ada enggak dari Anda yang enggak mempunyai salah
satunya atau enggak ketiga-tiganya? Saya yakin bahwa gambaran proses komunikasi itu
memang harus diperhatikan.

Saya ambil contoh kalau saya tadi mengatakan pada prinsipnya, pada prinsipnya itu manusia,
siapapun dia, butuh diterima, disayang, dan dikontrol. Apa benar manusia itu perlu dikontrol?
Kita ambil contoh, saya ilustrasikan begini. Kita ini hidup dalam satu masyarakat. Oke.
Katakanlah Anda kelompok, kelompok apa ya, komunitas, komunitas biker gitu lah ya. Yang
suka naik sepeda.

Kemudian Anda tentunya mau diterima dong dalam kelompok itu? Jadi diterima sebagai
anggota dari kelompok itu. Coba Anda bayangkan, kalau Anda datang dalam satu kelompok
bikers, sepeda, kemudian Anda dicuekin, apa sih rasanya? Sedih kan ya? Enggak enak.
Kepingin cepat, kepingin cepat-cepat pergilah yang pasti itu. Karena kenapa? Merasa tidak
diterima.

Yang kedua, setiap manusia siapapun dia, pasti butuh disayang, Anda enggak nolak kan? Pasti
kan? Setiap orang itu butuh disayang, butuh diperhatikan, tidak ada yang tidak.

Halaman 5 dari 17
UT101

Dan yang terakhir, setiap orang butuh dikontrol. Pasti Anda menolak untuk yang satu ini,
Siapa bilang saya perlu dikontrol? Enggak, Anda salah. Dikontrol di sini dalam artian begini.
Jadi kalau saya dalam komunitas tadi ya, dalam komunitas biker, kita masuk dalam
komunitas tertentu. Pasti kita akan menyesuaikan dengan aturan-aturan yang ada dalam
kelompok tersebut.

Kalau tidak, kita pasti dikeluarkan. Pasti tidak diakui. Pasti lama-kelamaan kita tersingkir. Di
mana pun, dalam masyarakat. Jadi kontrol ini maksudnya adalah untuk lebih memberikan,
apa ya, kekuatan kepada Anda, agar Anda itu selalu eksis di mana pun juga. Tanpa kontrol,
maka orang tidak akan hidup atau tidak akan bisa hidup berdampingan dengan pihak lain.
Jadi itu ya, perlu diingat dan saya yakin kita semua memerlukan tiga hal tersebut.

Itulah tadi gambaran proses komunikasi yang harus diperhatikan dari sisi komponen-
komponen komunikasinya. Tidak ada satu pun dari komponen tersebut yang bisa diabaikan.
Semua saling melengkapi. Jadi komunikasi adalah darah kehidupan yang mampu membantu
mencapai tujuan hidup kita.

Saudara Peserta IndonesiaX, tadi kita bicara soal komunikasi. Nah selanjutnya, kita akan
berbicara mengenai komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal. Nah, untuk bicara
mengenai komunikasi verbal dan non-verbal, saya akan berpindah tempat karena saya akan
membawa teman untuk lebih memperjelas bagaimana sih komunikasi verbal dan komunikasi
non-verbal.

Video 3: Pesan Verbal Part 1

Saudara Peserta IndonesiaX, tadi kita sudah bicara soal komunikasi sebagai darah kehidupan.
Sekarang kita akan membahas pesan yang merupakan bagian dari proses komunikasi.

Pesan ada dua bentuk, yaitu verbal dan non-verbal. Kita awali dengan pesan yang sifatnya
verbal, atau kata-kata, atau tulisan. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam keseluruhan
proses komunikasi, verbal komunikasi mempunyai kontribusi hanya 35% saja.

Namun begitu, walau lebih kecil dari pesan yang sifatnya non-verbal, kita harus tetap
mengoptimalkan pesan verbal. Apa sih yang dimaksud dengan pesan verbal? Pesan verbal
adalah bentuk komunikasi verbal yang berupa kata-kata baik yang diucapkan maupun yang
ditulis. Apa saja fokus pesan verbal dalam public speaking?

Ada beberapa bahasan yang harus diperhatikan pada pesan verbal, yaitu pertama adalah
pemilihan topik. Yang kedua, menentukan tujuan umum, kemudian tujuan khusus, baru kita
mengorganisasikan pesan tersebut dengan penggunaan bahasa. Nah, mengawali dan
mengakhiri pesan yang semua itu harus didasarkan pada audience centre dan situasional
audience.

Apa yang dimaksud pesan verbal? Pesan verbal atau komunikasi verbal adalah bentuk
komunikasi berupa kata-kata baik yang diucapkan ataupun yang ditulis. Apa saja fokus pesan
verbal dalam public speaking? Ada beberapa bahasan yang harus diperhatikan pada pesan
verbal ini.

Halaman 6 dari 17
UT101

Yaitu pertama, adalah pemilihan topik. Yang kedua, menentukan tujuannya apa. Nah yang
ketiga, setelah kita tahu tujuan umumnya, kita menentukan tujuan khususnya.

Saudara Peserta IndonesiaX, apakah cukup setelah kita punya topik, tujuan umum, dan
tujuan khusus saja? Nah, langkah kelima adalah bagaimana kita mengorganisasikan data-
data atau semua informasi yang ada dari tujuan umum, tujuan khusus, tentunya didahului
dengan topik, diorganisasikan sehingga langkah yang keempat adalah mengorganisasikan
pesan.

Penggunaan bahasa juga merupakan hal yang perlu diwaspadai. Karena apa? Menggunakan
bahasa itu tidak mudah. Kita harus tahu sebenarnya bahasa yang digunakan apa sih oleh
mayoritas audience kita. Apakah contohnya kalau kita akan berbicara di depan kelompok
remaja, itu juga menggunakan bahasa yang berbeda apabila kita berbicara di tempat yang
lebih formal.

Termasuk situasinya, situasinya santai atau situasinya formal. Jadi sekali lagi, penggunaan
bahasa itu sangat penting. Mengawali dan mengakhiri pesan semua itu harus didasarkan pada
yang namanya audience center dan situational audience. Apa sih sebenarnya audience center
dan situasional audience?

Baik, sekarang kita bahas topik dalam public speaking. Topik adalah subyek pembicaraan
yang harus dipilih sejak awal yang didasarkan pada situasi, kondisi, dan juga siapa audience-
nya. Jadi sebelum kita lanjutkan tujuan umum, tujuan khusus, saya akan lebih menekankan
bahwa selama public speaking, perencanaan public speaking, komunikasi verbal, hal yang
paling diutamakan harus kita pertimbangkan, harus kita pikirkan adalah audience yang
merupakan pusat perhatian kita dan situasi.

Pilihlah topik, kita kembali ke topik yang memang Anda mengetahui dengan baik. Jangan
pernah bersedia berbicara di depan publik dengan masalah atau topik yang hanya Anda
ketahui hanya selintas. Ini akan membuat masalah sendiri bagi kita.

Memahami dengan baik suatu topik, akan membantu Anda lebih percaya diri dan ini akan
mempengaruhi keseluruhan penampilan Anda. Pertanyaan yang muncul adalah, Kalau
begitu kapan ya saya bisa berbicara di depan publik? Karena saya merasa tidak memiliki
pengamanan yang kuat terhadap topik tertentu yang digemari oleh audience.

Jangan khawatir. Ada cara untuk mengatasi hal itu yaitu dengan belajar mencari tahu data
informasi tentang topik tersebut dan juga melakukan research, penelitian-penelitian kecillah.
Nah, kapan bicaranya? Research kan lama. Nah itu kan adalah pertanyaan yang biasa
muncul karena ketakutan kita, kekhawatiran, kekhawatiran kita dalam berbicara di dalam
publik.

Sekali lagi, jangan khawatir. Jangan membayangkan research yang complicated gitu ya,
research yang full, yang penuh, tapi sederhana saja. Dapat dilakukan dengan berbagai cara,
misalnya mengajak berbicara teman atau orang yang memahami topik tersebut, membaca
buku, buka internet gitu ya, tanya ke Mbah Google gitu ya, sebanyak mungkin, mengenai
topik yang akan dibicarakan.

Halaman 7 dari 17
UT101

Dan juga bisa melalui brain storming tentang topik tersebut. Nah Saudara, untuk berhasil,
tentu saja memerlukan usaha. Tetapi sekali lagi, jangan khawatir. Anda pasti bisa. Bagaimana,
sekarang kalau kita harus menentukan tujuan secara umum?

Sebagaimana kita ketahui dan sudah kita bahas pada program pertama bahwa tujuan umum
dari public speaking ada tiga. Satu, menginformasikan. Dua, mempengaruhi dan ketiga,
menghibur. Anda harus pilih yang mana tujuan utamanya. Sekali lagi saya katakan, harus bisa
memilih tujuan utamanya apa, mau menghibur, sekadar menginformasikan, atau sudah mau
membujuk mengubah perilaku orang, caranya berbeda-beda.

Kenapa kita harus tahu? Karena prinsipnya kalau kita berbicara di depan publik, ya memang
harus meliputi pemberian informasi melalui penyampaian yang menghibur. Sehingga bisa
mempengaruhi lawan bicara kita. Namun tetap harus menentukan apa tujuan akhirnya.
Tujuan utama akan menentukan cara kita mengolah dan menyampaikan suatu pesan.

Nah, berikutnya setelah kita berhasil memilih, memilih tujuan akhir dari pembicaraan kita,
selanjutnya kita menentukan tujuan khususnya. Biasanya tujuan khusus ini berkaitan dengan
audience, apakah tujuan khusus sesuai dengan tujuan diadakannya acara ini. Jadi misalnya
kalau kita diundang berbicara di suatu seminar, tentu saja ada topik dalam seminar. Nah topik
seminar ini menjadi tujuan khusus Anda sesuai dengan kebutuhan audience.

Apakah tujuan khusus terlalu teknikal atau sebaliknya teoritis saja? Ini juga harus Anda
pertimbangkan karena biasanya kalau kita berbicara di depan publik, audience itu malas
kalau dengar yang teori-teori gitu, kepinginnya selalu ada yang practical, yang bisa
diaplikasikan secara langsung.

Video 4: Pesan Verbal Part 2

Apakah tujuan khusus terlalu teknikal atau sebaliknya teoritis saja? Ini juga harus Anda
pertimbangkan karena biasanya kalau kita berbicara di depan publik, audience itu malas
kalau dengar yang teori-teori gitu, kepinginnya selalu ada yang practical, yang bisa
diaplikasikan secara langsung.

Saudara Peserta Indonesiax, tahapan berikutnya adalah bagaimana kita mengorganisasikan


pesan. Pesan yang akan disampaikan harus ditata sesuai tujuan dari suatu pembicaraan.
Pesan dalam public speaking ditata menjadi tiga bagian utama, saya yakin Anda sudah tahu
semua. Coba Anda sebutkan, pendahuluan, isi, dan? Iya betul, penutup.

Pendahuluan biasanya biasanya berisi greetings atau salam, ucapan terima kasih atas
kehadiran serta menjelaskan tujuan dari kehadiran Anda dan juga harapannya setelah materi
disajikan. Memberikan penjelasan mengenai tujuan dan harapan diperlukan untuk membawa
audience pada nuansa yang diharapkan. Jadi audience tuh sengaja digiring secara tidak
langsung untuk membantu terhadap apa yang dipikirkan, sehingga dia tidak ke mana-mana
dan fokus pada topik pembicaraan.

Kemudian isi. Kalau tadi pendahuluan, sekarang adalah isi. Isi adalah materi pokok yang
disajikan, dapat diawali dengan hal yang paling ringan, hingga yang dirasa membutuhkan
perhatian khusus atau sebaliknya. Kalau Anda bergerak dalam dunia jurnalistik pasti kenal
dengan istilah piramida dan piramida terbalik.

Halaman 8 dari 17
UT101

Nah piramida bisa pula piramida terbalik, seperti yang saya katakan tadi, ide berkaitan
dengan cara penyusunan beritanya. Kalau piramida biasa kita tahu ya bentuk piramida ya,
diawali dengan hal yang umum kemudian mengerucut dengan hal yang khusus atau penting.
Nah kalau piramida terbalik, tentu saja sebaliknya. Yang dianggap penting dulu, baru pesan
atau berita yang penting, baru kemudian disertai ilustrasinya.

Sebagus apapun suatu pesan bila tidak diorganisasikan maka tidak akan menghasilkan sesuai
harapan. Jadi organisasi adalah satu hal yang penting. Sebagaimana dalam suatu
perusahaan, institusi atau bahkan kelompok, bila tidak diorganisasikan maka tidak akan
pernah tercapai tujuannya. Demikian pula dengan public speaking.

Sebenarnya apa saja sih yang ada dalam pengorganisasian suatu pesan? Ada pokok bahasan,
ada strategi bahasan, ada kronologi bahasan, ada penghubung, dan ada transisi. Nah,
selanjutnya setelah kita tahu strateginya, kita bagaimana caranya kita menggunakan bahasa.
Di awal video yang terdahulu, saya sudah mengatakan bahwa bahasa adalah sarana
komunikasi yang hampir selalu digunakan.

Bahasa kali ini adalah bahasa verbal yang dimengerti oleh audience. Jadi kalau menyusun
suatu pesan, haruslah menggunakan bahasa yang dimengerti oleh audience. Misalnya saja
saya akan berbicara mengenai bahaya narkoba kepada anak-anak di SLTA. Maka bagaiamana
cara mengemas suatu pesan? Pesan haruslah dikemas menggunakan bahasa remaja. Artinya
tidak terlalu formal, namun tetap berkaidah baik dan benar.

Jadi dalam penggunaan bahasa, selalu harus diterapkan adanya kaidah baik dan benar.
Artinya apa? Benar berarti sesuai dengan kaidah bahasa yang digunakan. Jadi kalau kita
menggunakan bahasa Indonesia ya gunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.

Baik adalah sesuai dengan situasi dan kondisi. Bahasa, walaupun ada tata bahasanya namun
dalam penggunaanya tidaklah kaku. Harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau dapat
dikatakan dengan istilah kontekstual.

Dan yang terakhir adalah bagaimana mengawali dan mengakhiri suatu pesan. Mengawali
suatu pesan sudah disinggung pada bahasan awal haruslah dengan menceritakan apa tujuan
dan manfaat dari materi pembicaraan. Sedangkan mengakhiri haruslah disertakan apa
pokok-pokok yang sudah disampaikan agar audience mudah merangkum dan kembali
mengingatkan apa yang sudah disampaikan.

Saudara Peserta indonesiaX, di mana pun Anda berada. Bagaimana, Anda masih fokus dengan
materi Public Speaking? Oke, kita lanjutkan ya. Semua struktur pesan haruslah bersifat, sekali
lagi saya ulang, bersifat audience center. Artinya apa? Bertumpu pada kepentingan audience.

Karena dikatakan bahwa seorang pembicara yang handal adalah mereka yang berpusat pada
audience. Jadi selalu menempatkan audience-nya pada setiap pemikiran bahasannya
misalnya kepada siapa ya saya berbicara, apa yang saya katakan atau apa yang saya ingin
mereka tahu, apa efektivitas materi ini buat audience. Jadi kita harus mengerti apa kebutuhan
audience, mengerti psikologi audience, mengerti demografi audience. Ribet enggak sih bicara
di depan umum?

Halaman 9 dari 17
UT101

Saudara Peserta IndonesiaX, kalau tadi saya katakan bahwa kita harus tahu apa audience,
harus tahu demografi, harus tahu psikologi, gitu ya, ini menunjukan bahwa kita paham dan
kita mampu untuk berbicara dengan orang lain dan mencoba memberi perhatian kepada
orang lain. Sehingga terjadi apa yang namanya mutual understanding.

Saudara Peserta IndonesiaX, itu tadi bahasan mengenai pesan. Pengorganisasian suatu pesan
secara strategis akan membantu kita dalam meraih tujuan atau harapan sebagai pembicara.
Jadi tatkala kita akan berbicara di depan publik, maka orang akan melihat apa yang
dipikirkan, apa yang dibawa, dan apa yang dirasakan.

Nah untuk melihat gambaran utuh dari bagaimana satu pidato itu dipersiapkan, saya akan
memberikan ilustrasi contoh yang nanti akan kita bahas bersama dari dua teman saya Mbak
Donna dan Mas Budi. Mereka akan memberikan contoh berpidato sepenggal, nanti kita akan
mengupas bersama bagaimana pidato dan dari Mbak Donna dan Mas Budi berikut ini.

Salam sejahtera. Kali ini saya akan membahas tentang pidato Dampak Bahaya Narkoba.
Hadirin yang saya banggakan, narkoba merupakan barang haram di mata agama dan ilegal di
mata hukum. Dengan mengkonsumsi narkoba secara berlebihan dan terus-menerus, dapat
menyebabkan penggunanya kecanduan dan berakibat tidak baik bagi kesehatan, bahkan
berujung pada kematian.

Hadirin yang saya banggakan, seperti kita ketahui, narkoba dapat menyebar dengan cepat
layaknya wabah. Bukan hanya orangtua dan dewasa saja yang menjadi korbannya, tapi juga
remaja, terutama para pelajar yang masih duduk di bangku sekolah.

Hadirin yang saya banggakan, marilah kita bersama-sama untuk mengatakan tidak pada
narkoba. Cara terbaik untuk menjauhkan diri dari, dari narkoba yaitu, jangan pernah sekali-
sekali mencobanya. Jauhkan diri dari lingkungan yang tidak baik dengan melakukan berbagai
aktivitas, serta ajak teman dan keluarga dan kerabat untuk memerangi barang haram
tersebut. Sekian terima kasih.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yang terhormat Bapak dan Ibu, juga para
hadirin yang saya banggakan. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada panitia acara
dalam rangka menyambut hari tanpa tembakau sedunia yang jatuh pada tanggal 31 Mei
setiap tahunnya, yang telah memberikan waktu kepada saya untuk menyampaikan pidato
singkat ini dalam rangka mewujudkan hari bebas rokok ini menjadi benar-benar bisa menjadi
hari yang terbebas dari asap rokok selamanya.

Rekanrekan sekalian yang saya hormati, bukan menjadi rahasia umum lagi dan tidak harus
dipungkiri lagi kalau di kalangan para perokok sebetulnya sudah mengetahui ataupun
merasakan dampak dari bahaya merokok tersebut. Rekanrekan sekalian yang saya hormati,
salah satu proses yang memang belum berdampak pada penampilan fisik perokok adalah
gangguan pada sistem sirkulasi darah, yang akhirnya memicu penyakit jantung.

Hal ini disebabkan karena di data dalam rokok terdapat berbagai bahan zat kimia yang ada
dalam rokok, di antaranya akrolein, merupakan zat cair yang tidak berwarna seperti aldehid.
Zat ini banyaknya mengandung kadar alkohol. Artinya akrolein ini adalah alkohol yang
cairannya telah diambil, cairan ini sangat mengganggu kesehatan.

Halaman 10 dari 17
UT101

Rekanrekan sekalian yang saya hormati, karena waktu yang sangat terbatas, saya ucapkan
terima kasih kepada panitia yang telah membeberkan waktu kepada saya untuk
menyampaikan pidato singkat ini. Mudahmudahan di hari bebas tembakau sedunia ini kita
akan lebih menyayangi diri kita sendiri dengan dimulai dari menyehatkan diri sendiri. Semoga
uraian ini bermanfaat. Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Saudara Peserta IndonesiaX, bagaimana dengan penampilan teman-teman Anda, Donna dan
Budi? Mbak Donna dan Mas Budi saya memanggilnya. Bagaimana menurut Anda? Oke kita
akan bahas pada video berikutnya.

Video 5: Pesan Non-Verbal

Saudara Peserta IndonesiaX di mana pun Anda berada, Anda masih ingat bahwa pesan dapat
verbal dan non-verbal. Tadi sudah dibahas pesan yang bersifat verbal. Nah sekarang kita akan
masuk pada pesan yang bersifat non-verbal. Agar kita mempunyai persepsi yang sama
terhadap arti dari komunikasi non verbal, maka terlebih dahulu kita bahas apa sih komunikasi
non-verbal itu.

Komunikasi non-verbal adalah suatu bentuk komunikasi yang selalu menyertai komunikasi
verbal, mau-tidak mau, suka-tidak suka, non-verbal selalu melekat dalam proses interaksi
dimana komunikasi non-verbal ini dapat dikategorikan bertujuan dan tidak bertujuan.

Nah yang bahaya yang kedua, yaitu yang tidak bertujuan. Kenapa bahaya? Biasanya
komunikasi non-verbal yang tidak bertujuan adalah suatu sikap atau gerakan-gerakan
anggota tubuh yang tidak disengaja dan tanpa disadari menyertai komunikasi verbal kita.

Untuk membahas komunikasi non-verbal ini saya akan mengundang adik-adik saya Mbak
Donna dan Mas Budi untuk membahas apa yang mereka rasakan di saat mereka tadi
membacakan apa yang sudah dibuat. Jadi mencoba menjadi seorang speaker, public speaker.

Mas Budi, Mbak Donna, silakan bergabung bersama saya. Terima kasih ya saya sudah dibantu
untuk, apa, mencoba membuat pidato sendiri kemudian memperagakan langsung di depan
kamera. Yang pertama atau sudah sering? / Baru pertama kali, Bu. / Oh baru pertama kali. Mas
Budi? / Baru pertama kali juga, Bu. / Pertama kali ya. Mudah-mudahan setelah ini bisa lebih
tough lagi. /

Nanti kita bahas bersama-sama tapi yang pasti bahwa kita akan membahas bukan untuk apa
ya, memberikan masukan buat kita bersama dan juga buat teman-teman di mana pun Anda
berada, Peserta IndonesiaX, untuk lebih mengetahui secara nyata, riil gitu ya, apa yang
sebenarnya mesti diperbaiki atau yang masih kurang dari contoh, dari Mbak Donna dan Mas
Budi tadi.

Yang pertama kalau kita berbicara non-verbal, dari body language dan paralanguitic. Kalau
body language itu adalah postur kemudian gesture. Nah saya perlihatkan dulu posturnya.
Anda masih ingat kan video yang lalu dari mereka berdua, boleh diuang lagi postur yang tadi,
yang pada waktu berbicara di depan umum, posturnya bagaimana? Artinya gaya berdirinya
seperti apa? Mas Budi silahkan gaya berdirinya. Oke. Membacanya seperti ini. Mbak Donna,
oke.

Halaman 11 dari 17
UT101

Nah dari dua ini kalau dilihat gaya postur Mbak Donna sekali lagi kalau kita bicara postur tidak
berhubungan dengan tinggi, pendek, kurus, atau gemuk seseorang. Postur adalah bagaimana
kita membawakan diri. Contohnya Mbak Donna ini sudah bagus, dia membawakan posturnya,
badannya. Karena apa? Dia posisi kakinya, cuma agak miring dikit Mbak, sorry, sorry. Ya,
begini.

Posisi kakinya sudah seperti ini. Ini menggambarkan lady gitu ya, jadi dia wanita benaran
dimana cara membawakannya, posisi kakinya seperti itu. Kenapa posisi kaki seperti ini?
Membuat kita lebih luwes, lebih fleksibel untuk, apa, menggerakkan badan kita. Tapi kalau
cowok jangan ikut-ikutan Mbak Donna ya.

Kalau cowok, Mas Budi, nah Mas Budi tadi posisinya sudah seperti ini, bisa diambil long shoot.
Jadi Mas Budi posisinya sudah betul, dimana kakinya memang dia sejajar. Cuma jangan lebih
lebar dari ini ya Mas Budi ya? Ya, ini sudah bagus. Nah, apa yang kurang? Yang mesti agak
diperbaiki dari Mas Budi adalah, maaf, kalau saya ini, ini jadi kurang tegak. Nah ini kalau lebih
tegak saya yakin dia akan kelihatan lebih ganteng gitu ya.

Kenapa lebih ganteng? Karena lebih percaya diri. Jadi itu dari postur yang paling sederhana.
Yang kedua, adalah gesture, kita bicara body language ya, gesture. Gesture adalah seluruh
gerakan anggota tubuh yang terjadi di saat kita berbicara. Kebetulan mereka berdua tadi
membawa kertas, membawa skrip.

Nah kebetulan ini skripnya gede-gede gitu ya. Boleh pinjam Mbak Donna ya? Jadi nanti kalau
Anda berbicara di depan umum, sebaiknya skripnya itu kertas yang digunakan tidak lebih
besar dari separuh dari A4. Ini nih sudah besar ya. Jadi idealnya kita memang bawanya adalah
yang kecil seperti ini, jadi tidak menutup wajah kita. Kemudian tidak menutup badan kita,
sehingga ini enak. Dan posisinya adalah tepat di sini, tepat di, apa, di sini nih, pusar ya. Tetap
di atas pusar posisi membawa kertas. Yang cowok juga begitu ya, jadi nanti kalau berikutnya
lagi ini bisa, apa, dilipat menjadi sebesar ini ya, jadi seperempat dari A4.

Kemudian ada eye contact. Kalau tadi saya melihat bagaimana rasanya eye contact? Melihat
ke kamera ya. Karena ini, eye contact yang menarik adalah di saat kita berbicara di depan
publik secara langsung. Kalau sekarang di depan kamera, mata saya pasti tertuju ke kamera.

Tapi seandainya langsung, maka sebaiknya Anda itu menatap umum. Jadi ada teori
mengatakan kalau kita berbicara di depan publik yang banyak banget, yang pesertanya
banyak, tataplah di atas matanya. Jadi tidak menatap matanya satu per satu. Kita tidak sopan
kalau tidak menatap mata di saat dekat. Tapi memang di saat banyak orang, banyak
audience, kita memang tidak boleh menatap mata. Kenapa? Biar kita tidak gugup.

Kenapa? Kenapa kok gugup? Ada pacar di sana gitu ya. Kira-kira seperti itu. Jadi misalnya
siapa tahu Anda adalah salah satu pacar dari pembicara gitu, mau-enggak mau ada rasa grogi.
Kemudian kalau proximity itu adalah jarak, jarak kedekatan saat berbicara itu biasanya dilihat
tidak untuk sebagai speaker, public speaking, enggak. Tetapi di saat kita dengan pihak lain
berbicara.

Jadi kita bisa melihat kedekatan seseorang tatkala kita, bagaimana jarak kita antara satu
dengan yang lainnya. Nah yang menarik lagi, yang perlu kita perhatikan lagi adalah apa yang
disebut appearance atau penampilan dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Halaman 12 dari 17
UT101

Kita lihat penampilan berdua sudah cantik, sudah ganteng. Penampilan ini yang disebut
dengan casual, gitu ya. Jadi mereka menggunakan baju yang sifatnya smart casual. Kenapa
saya katakan smart casual? Karena kalau Mas Budi ini mengatakan, menggunakan hem
lengan panjang, kemudian celana, yang dikeluarkan. Kalau casual dia biasanya menggunakan
t-shirt, kemudian bawahnya jeans, lebih casual gitu. Kalau smart itu dia tetap menggunakan
bahan, tetapi santai kelihatannya.

Kemudian kalau Mbak Donna bisa dikatakan smart casual juga karena dia memang lengan
pendek, lebih terkesan santai, energic dan tidak full ya. Jadinya enggak full lengan panjang,
three pieces, jadi dia adalah smart casual yang digunakan. Jadi penampilan seperti ini sangat
cocok untuk kalau kita berbicara di depan publik.

Ekspresi wajah. Nah ini dia. Saya enggak lihat tadi ekspresi wajahnya. Bagaimana dengan
Anda, apakah Anda tadi sudah melihat ekspresi wajah Mbak Donna dan Mas Budi, gitu ya,
ekspresi wajahnya? Jadi ekspresi wajah ini sangat penting kalau Anda tadi perhatikan, Anda
rewind lagi, Anda putar lagi, ekspresi wajah itu lebih menggambarkan bagaimana sih saya
menyampaikan soal narkoba dan juga soal bahaya merokok.

Ini dua tema ini tanpa saya minta mereka itu benar-benar tema yang menarik. Khususnya
untuk Anda para perokok dan juga untuk memperingatkan supaya kita jauh dari narkoba, gitu
ya. Jadi dua hal yang sedang, apa ya, memang penting dalam kehidupan kita. Baik, Saudara
Peserta IndonesiaX, sekarang saya akan bicara yang non-verbal komunikasi dari sisi
paralinguistic.

Video 6: Pesan Non-Verbal - Part 2

Baik, Saudara Peserta IndonesiaX, sekarang saya akan bicara yang non-verbal komunikasi
dari sisi paralinguistic. Kita tahu linguistic adalah bahasa, paralinguistic adalah suara kita,
intonasi, artikulasi, speech error atau, speech error tuh yang eee, kalau kita lagi mikir eee
ada eee-nya ya, volume, dan kecepatan.

Nah tadi kalau kita lihat berdua tadi, dia sudah membaca. Boleh dibaca sedikit saja satu alinea
saja, yang ya ini saja, boleh ini saja. /

Narkoba merupakan barang haram di mata agama dan ilegal di mata hukum. Dengan
mengkonsumsi narkoba secara berlebihan dan terus-menerus, dapat menyebabkan para
penggunanya kecanduan dan berakibat tidak baik bagi kesehatan. Bahkan dapat berujung,
berujung pada kematian. /

Oke, satu penggal, satu kalimat. Apa komentar Anda? Oke, Anda sudah mempunyai penilaian
ya. Kalau menurut Mba Donna sendiri yang dirasakan sebenarnya apa, yang kurang dalam
saat penyampaian itu? /

Sebenarnya kurang mungkin informasinya kurang lagi ya. / Oke, jadi mungkin ini dari segi
konten ya. Kalau dari segi paralingustic, kalau Mba Donna bisa lebih membulatkan suaranya,
kemudian intonasinya, intonasinya itu masih intonasi baca ya Mbak ya. Jadi bukan
memberikan informasi, bukan memberikan sambutan, bukan public speaker, bukan sebagai
speaker gitu, tapi masih membaca gitu ya. Jadi nanti bisa dilatih lagi.

Halaman 13 dari 17
UT101

Sekarang Mas Budi, apa yang dirasakan. Tolong Mas Budi baca deh satu ini saja, satu kalimat
saja. / Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada panitia acara dalam rangka
menyambut hari tanpa tembakau sedunia. /

Oke terima kasih. Apa dari Mas Budi yang dirasakan? / Masih datar ya Bu. / Masih datar. / Masih
seperti membaca. / Masih datar seperti membaca dan satu lagi adalah eye contact, ya Mas ya.
Eye contact-nya, jadi tatap mata itu yang harus selalu diperhatikan ya.

Kemudian hal yang tidak bisa diubah adalah modulasi. Modulasi Mbak Donna ini punya
modulasi suara yang agak tinggi sehingga diubahnya memang susah tapi bagaimana cara kita
supaya modulasi suara yang sedikit, apa, tinggi tadi supaya lebih enak didengar. Caranya
adalah kita harus berlatih dan didengar orang lain dan menurunkan modulasi suara Mbak.

Jadi kalau tadi boleh satu kalimat gitu, dibaca lagi, satu kata saja, satu ini: Hadirin yang saya
banggakan. / Hadirin yang saya banggakan. / Titik. Coba direndahkan: Hadirin yang saya
banggakan, coba deh. / Hadirin yang saya banggakan. / Ya itu jauh lebih bagus.

Jadi bisa. Anda juga bisa. Yang penting sabar untuk berlatih, oke. Baik Mbak Donna, Mas Budi,
terima kasih sudah membantu kami. / Terima kasih. / Iya. / Terima kasih atas kehadirannya,
sukses. / Terima kasih. / Jangan lupa berlatih terus ya. / Iya bu. / Saya yakin Anda pasti bisa. /
Iya. / Oke. Terima kasih ya. / Terima kasih. /

Bagaimana, tidak susah kan belajar public speaking? Tadi saya menghadirkan Mbak Donna
dan Mas Budi untuk memberikan gambaran kepada kita bahwa mereka baru pertama
berbicara di depan publik, di depan kamera lagi, kemudian ternyata dalam waktu yang
singkat, singkat sekali, tadi sudah bisa mengubah penampilan mereka. Ataupun mengubah
modulasi suaranya, walaupun modulasi suara itu susah sekali berubah, tapi paling tidak Mba
Donna sudah mencoba untuk merendahkan sedikit nada suaranya sehingga dia bisa
berbicara lebih enak didengar. Saudara Peserta IndonesiaX di mana pun Anda berada,
sekarang kita ikuti video berikutnya.

Video 7: Komunikasi Bermakna

Bagaimana Saudara Peserta IndonesiaX? Tadi kita sudah melihat bagaimana suatu
komunikasi itu harus dilihat dari sisi verbal dan non-verbal. Nah, sebagai akhir pertemuan kali
ini, saya akan menekankan kembali pentingnya memahami komunikasi dalam berbicara di
depan umum.

Konsep dasar komunikasi hanya ada tiga yaitu self, diri kita sendiri. Kemudian kalau self-nya
sudah mantap maka kita sudah mempunyai modal awal dalam berkomunikasi yaitu percaya
diri. Yang kedua adalah others, adalah pihak lain yang menerima informasi atau lawan bicara
kita. Nah, pemahaman terhadap pihak lain menjadi begitu penting agar komunikasi berjalan
efektif dan sesuai tujuan yang kita harapkan.

Saudara Peserta IndonesiaX, yang terakhir yang akan kita bicarakan adalah konteks. Apa sih
yang dimaksud konteks? Konteks adalah lingkungan atau suasana, nuansa di saat komunikasi
terjadi. Nah, bagaimana dengan unsur pesan, media, dan umpan balik? Antara self dan others
ada unsur-unsur tersebut. Saudara Perserta IndonesiaX, untuk lebih memperjelas bagaimana

Halaman 14 dari 17
UT101

peran antara komunikator, self, others, komunikan, dan konteks, maka sebaiknya kita lihat
adegan berikut.

Hai Mas Budi. / Hai Donna. / Apa kabar? / Baik, Donna apa kabar? / Bagaimana bisnis di Solo?
/ Baik, Donna, Donna gimana sekarang? / Baik. Alhamdulillah. / Kerja di mana? / Sekarang
kerja di UT. Kamu di mana? / Iya di UT juga. / Di UT juga? / Oh mungkin beda unit ya kita ya? /
Iya. /

Donna dari mana ini tadi? / Ini aku tadi abis dari percetakan. Kamu dari mana? / Sama, jalan-
jalan juga sih. Tapi ini, enggak dapet apa-apa nih hari ini, iya. / Aku ini sekarang bikin buku,
tentang komunikasi organisasi. / Apa? / Komunikasi organisasi. / Oh sorry, sorry. /

Ini loh komunikasi organisasi. / Oh ini bukunya ya. Oh. / Tadi dari sana, tapi aku tuh kayanya
kurang puas deh sama hasilnya. / Sorry, sorry Don, suaranya enggak dengar suaranya.
Kenapa? / Aku kurang puas sama hasilnya. / Oh, kenapa tuh? /
Jadi tuh ada beberapa hal yang aku enggak tulis, tapi dia tulis, gitu loh, kan kesel. Ada
beberapa yang salah juga, kayaknya mesti, memang banyak yang harus direvisi. Kayak, kayak
gini kan, tuh latihan, kaya gini. / Iya, iya, iya. / Untuk memperdalam, gitu-gitu deh. Jadi
ada beberapa yang harus diperbaiki.

Agak kencang dikit. / Ini loh, gaya ini tuh, Gaya ini dalam berkomunikasi. Banyak deh yang
harus dibenerin. Gimana sekarang, calon? / Ya ada sih. Donna gimana? / Aku sebentar lagi deh
kayanya. Ya udah deh ya, sampai jumpa. / Yuk, yuk. / Bye. / Bye. /

Bagaimana setelah Anda melihat adegan yang terjadi? Sudah jelas kan bahwa apa sih
sebenarnya self, others, dan konteks, bagaimana konteks itu bisa mengganggu, bagaimana
konteks itu justru bisa menguatkan pesan yang kita harapkan.

Saudara Peserta IndonesiaX di mana pun Anda berada, gambaran tadi menunjukan bahwa
komunikasi itu tidak sesederhana yang dibayangkan. Setiap unsur yang ada di dalamnya
harus dilihat dari berbagai arah agar bisa terangkum mendekati sesuatu yang utuh. Contoh,
tatkala kita sebagai pembicara, maka selayaknya kita mengenal siapa audience kita.

Sepertinya mudah, namun dalam praktiknya perlu keahlian tersendiri untuk dapat melihat
siapa audience-nya. Komunikasi itu dapat dikatakan susah-susah gampang atau sulit-sulit
mudah, bahasa Indonesia-nya. Namun komunikasi akan menjadi mudah tatkala kita
memahami dengan baik lima aksioma komunikasi. Yaitu satu, you can not not communicate.
Maknanya apa? Anda tidak mungkin tidak berkomunikasi.

Contohnya, atau sebelum saya memberikan contoh, Anda bisa membayangkan atau mencari
contoh sendiri pernah enggak sih dalam suatu saat itu Anda benar-benar tidak
berkomunikasi? Tidur kali ya tidak berkomunikasi ya? Karena komunikasi definisinya adalah
tatkala kita berinteraksi dengan pihak lain.

Tatkala kita sudah mulai hidup lagi, maksudnya bangun dari tidur, kita sudah mulai
berinteraksi, kita sudah mulai berkomunikasi tanpa kita sadari. Sehingga tidak mungin orang
tidak berkomunikasi.

Yang kedua adalah dikatakan bahwa interaction has a content and a relationship aspect. Apa
yang dimaksud? Interaksi itu selalu dilihat dari konten dan dari aspek hubungan. Maksudnya

Halaman 15 dari 17
UT101

di sini apa? Contohnya kalau tadi saya mengambil contoh Anda memberikan salam kepada
pihak lain. Ya kan? Tanpa kata-kata. Jadi salam itu adalah non-verbal gitu ya.

Kemudian dibalas oleh teman Anda dengan melambaikan tangan juga, tetapi ekspresinya itu
ragu-ragu gitu, terkesan ragu-ragu. Jadi apa yang terjadi? Anda merasa, Ih teman saya sok
banget ya? Padahal kita sudah kenal lama kok sampai apa lupa tidak membalas salam saya?
Misalnya.

Nah ini ada dua hal. Satu konten. Kontennya sudah benar dia membalas gitu. Tetapi relation-
nya, hubungannya tidak nyambung karena ternyata teman satunya lupa. Atau yang lebih
parah lagi, kadang-kadang kita itu men-judge orang lain sebelum kita tahu persis kenapa
orang itu. Misalnya saat orang itu tidak menggunakan kaca mata, jadinya enggak melihat
dong dari jauh, Ih siapa ya?

Yang dia lihat adalah adanya anggota gerakan tubuh gitu ya, Hai gitu. Tapi dia tidak lihat,
Ini orangnya siapa sih? Blur mukanya. Sehingga dia menjawabnya pun atau memberi
responnya juga Hai, ragu-ragu gitu. Jadi inilah makanya dalam komunikasi salah satu
aksiomanya dikatakan, komunikasi atau interaksi itu pasti terjadi harus dilihat dari sisi isinya
dan dari sisi hubungannya. Hubungannya itu hubungan dengan orang lain, hubungan dengan
komunikator, ataupun hubungan dengan pihak lain, atau komunikannya.

Aksioma ketiga, bahwa pertukaran yang terjadi itu bisa sifatnya simetris, bisa juga
complimentary. Jadi ada yang memang komunikasi itu mengalir begitu saja, tujuannya sama,
tapi ada juga yang saling melengkapi. Nah saling melengkapi ini contohnya adalah antara
verbal dan non-verbal.

Tadi di video sebelumnya kita sudah bicara non-verbal. Contoh-contohnya sudah jelas sekali
ya, kalau non-verbal itu bahwa terkadang kita mengatakan tidak dengan kata yang manis.
Maaf tidak bisa. Kemudian saya mengatakan tidak dengan intonasi yang, tidak enak, Maaf
saya tidak bisa. Ini pasti akan berpengaruh sehingga kadang-kadang non-verbal itu
melengkapi tapi melengkapi dari sisi yang tidak kita harapkan gitu ya. Jadi memang
komunikasi itu bisa sejajar, bisa juga complimentary, bahkan bisa juga kontradiksi non-
verbalnya.

Kemudian aksioma keempat bahwa interaksi itu ditandai adanya kemauan dari dua orang
dalam satu event. Jadi tidak mungkin terjadi interaksi kalau orang lain tidak menganggap
Anda. Jadi tidak akan terjadi interaksi. Apakah komunikasi terjadi? Ya, komunikasi terjadi.
Tapi interaksi tidak terjadi.

Apa sih bedanya komunikasi dan interaksi? Dalam interaksi pasti ada komunikasi. Tapi dalam
komunikasi, belum tentu ada interaksi. Ya kan? Contohnya adalah kalau tadi saya
melambaikan tangan, kemudian ternyata teman saya tidak, akhirnya jalan sendiri-sendiri ya,
tidak ada interaksi.

Dan yang kelima adalah, pesan adalah simbol verbal dan tanda-tanda non-verbal. Tanda-
tanda non-verbal itu adalah baik itu social cue yaitu tanda-tanda yang sifatnya sosial misalnya
lingkungan, kemudian rumah, tempat, dan tanda-tanda non-verbal yang sifatnya melekat di
dalam tubuh kita, atau yang tampak dari tubuh kita.

Halaman 16 dari 17
UT101

Saudara Peserta IndonesiaX, dengan memahami dan selalu terpikir lima aksioma komunikasi
ini pasti Anda akan menjadi seorang yang handal dalam berkomunikasi. Dan ini akan
mengantarkan Anda sebagai seorang pembicara yang baik dan efektif.

Saudara Peserta IndonesiaX di mana pun Anda berada, semoga bahasan singkat mengenai
komunikasi ini akan memberikan kekuatan atau motivasi pada Anda untuk lebih mendalami
public speaking. Sekali lagi, public speaking bukan bakat. Dia bisa dipelajari dan harus rajin
berlatih. Saudara, terima kasih atas perhatinannya. Saya Dian Budiargo dari Universitas
Terbuka untuk IndonesiaX dan sampai jumpa.

Halaman 17 dari 17

Anda mungkin juga menyukai