Pendahuluan
Macam kardiomiopati
DCM adalah kardiomiopati yang paling umum, terdapat pada 2 dalam 100
orang dan terjadi manakala otot jantung melemah dan dan tak mampu memompa
darah secara efektif. Otot jantung yang melemah kendur dan rongga jantung
membengkak. Kebanyakan DCM disebabkan oleh penyakit arteri koroner, tetapi
sekitar 30% disebabkan faktor genetis. Kebanyakan kasus DCM terjadi akibat
penyakit lain dan faktor risiko nir-genetis termasuk:
Penyakit arteri koroner sebagai penyebab paling umum.
Konsumsi alkohol berlebihan, kronis yang dapat melemahkan otot jantung
Kardiomiopati peripartum yang terjadi akibat kehamilan atau baru
melahirkan. Jenis DCM ini terkait dengan riwayat pribadi atau keluarga
dengan faktor risiko penyakit jantung lain seperti obesitas, miokarditis,
merokok, alkoholisma dan malagizi.
Infeksi. Beberapa penyakit virus tertentu dapat menyebabkan miokarditis
akut. Meskipun jarang, tetapi infeksi semacam ini dapat berakibat timbulnya
DCM. Di daerah tropis, infeksi parasit tertentu juga merupakan penyebab
DCM.
Obat-obat antikanker, seperti doxorubicin dan daunorubicin dapat merusak
jantung dan menyebabkan DCM pada sekitar 0.4-9% orang bergantung
dosis.
Jenis ini merupakan kardiomiopati yang sangat jarang dan dijumpai pada
sekitar 1 dari 5000 orang. Ciri kelainan ini adalah digantikannya otot jantung
ventrikel kanan secara bersangsur-angsur oleh lapisan jaringan lemak yang
akhirnya menyebabkan masalah besar dalam ritme jantung. Karena jantung
dengan tiba-tiba dapat berhenti berdenyut, maka kelainan ini merupakan
penyebab lazim kematian mendadak akibat penyakit jantung.
Sekitar seperlima kasus kematian mendadak akibat kelainan jantung pada
orang berusia kurang dari 35 tahun dan merupkan penyebab kematian mendadak
utama pada atlit muda usia. Kelainan ini belum banyak diketahui, tetapi antara 30
sampai 90% bersifat familial dan diwarsiakan secara dominant autosom.
Telah diketahui bahwa kelainan pada manusia dapat timbul akibat faktor
genetis dan lingkungan. Ada kalanya suatu kelainan muncul murni karena faktor
genetis, sebaliknya ada kalanya suatu kelainan muncul murni karena faktor
lingkungan. Sebagian besar kelainan atau penyakit muncul sebagai hasil
kombinasi faktor genetis dan lingkungan.
Bagi kelainan yang ditentukan oleh faktor genetis, maka faktor yang
ditemukenali mungkin terjadi karena kerusakan gena tunggal (pewarisan gena
tunggal = monogenic inheritance), kerusakan beberapa gena (pewarisan banyak
gena = polygenic inheritance) atau kelainan multifaktor yang melibatkan banyak
gena dan lingkungan. Dari berbagai jenis kelainan ini, pewarisan kelainan gena
tunggal pada keturunan akan berlangsung mengikuti hukum Mendel sederhana.
Tetapi untuk kelainan banyak gena dan multifaktor, pola pewarisan akan semakin
kompleks.
Lebih dari satu dasawarsa yang lalu, kardiomiopati dianggap sebagai
idiopathic dengan penyebab yang sulit dijelaskan. Perkembangan teknik-teknik
genetik khususnya pada aras molekul dalam beberapa tahun belakangan
memungkinkan pemahaman lebih lanjut tentang penyakit pada manusia termasuk
kardiomiopati serta penyakit pada mahluk hidup lain. Kelainan yang selama ini
idiopathic, sekarang diketahui sebagai akibat adanya mutasi gena. Tetapi,
identifikasi mutasi pada pasien kardiomiopati justru mengungkap kompleksitas
molekul penyebab kelainan ini.
Pada dasarnya, fungsi jantung sangat ditentukan oleh fungsi otot jantung
yang dipengaruhi oleh kondisi sel-sel otot (atau miosit) yang memiliki kemampuan
berkontraksi. Sebagaimana diketahui, unit fungsional untuk kontraksi dalam sel
otot (atau miosit) adalah sarkomer. Dalam miosit, protein yang bersifat kontraktil
ini dapat dikelompokkan menjadi filament tebal dan filament tipis yang dalam
proses kontraksi melibatkan peristiwa luncuran dan saling kait. Termasuk dalam
filament tebal adalah rantai berat myosin, protein C pengikat miosin dan rantai
ringan myosin. Sementara itu, termasuk filament tipis adalah aktin, kompleks
troponin (troponin I, C dan T) serta tropomiosin. Gangguan pada salah satu dari
protein kontraktil ini dapat berpengaruh pada fungsi otot. Oleh karena itu mutasi
pada lokus gena protein-protein filamen tadi dapat mengganggu produk
proteinnya dan selanjutnya mengganggu fungsi kontraksi miosit.
Meskipun dikatakan bahwa DCM dijumpai pada 1 dari 200 orang (Trelogan,
2000), dalam kajian populasi prevalensi DCM adalah 1 dalam 2.500 (Codd et al.,
1989 dalam Murphy & Starling, 2005), tetapi mungkin lebih tinggi karena pasien-
pasien yang asimptomatik sangat mungkin tidak terdiagnosis. Kajian keluarga
menunjukkan bahwa sampai 50% kasus DCM adalah keturunan, diwariskan
secara dominan autosom dan sebagian kecil resesif autosom, X-linked dan
gangguan mitokondria. Penyebab kelainan ini sangat sedikit diketahui dan sangat
heterogen, tetapi faktor genetik diduga menyumbang sekitar 30-50% dari seluruh
kasus, yaitu berupa mutasi gena-gena tertentu yang diwariskan. Mutasi yang
pertama kali ditemukan adalah mutasi pada gena protein sitoskelet yang disebut
distrofin dan dijumpai pada pasien-pasien DCM bersamaan dengan gangguan
distrofi otot Duchene dan Becker. Gena ini terdapat pada kromosom X dan
diwariskan lewat pola pewarisan terkait-X (Murphy & Starling, 2005). Dalam
perkembangan kemudian, ditemukan beberapa mutasi pada protein sitoskelet
seperti desmin (Dalakas et al., 2000), dan D-Sarkoglikan (Tsubata et al., 2000).
Pada DCM juga ditemukan pasien dengan mutasi gena protein membran
inti seperti emerin dan lamin A/C (Fatkin et al., 1999). Protein sitoskelet ini penting
untuk mempertahankan integritas struktur dan mengantarkan daya kerja otot.
Kebanyakan mutasi protein sitoskelet menyebabkan disfungsi jantung saja
meskipun beberapa mutasi menyebabkan disfungsi otot jantung sekaligus otot
skelet. Mutasi lamin A/C terkait dengan distrofi otot Emery-Dreifuss (X-linked),
tetapi juga dengan DCM autosom dominan dan mungkin terkait dengan bentuk
parah berinsidensi kematian mendadak tinggi.
Beberapa mutasi gena protein sarkomer, yaitu troponin T dan miosin-
rantai berat yang semula hanya dijumpai pada HCM, pada beberapa keluarga
ternyata juga menyebabkan DCM. Sampai sekitar 6% kasus DCM familial
disebabkan oleh mutasi protein kompleks troponin (troponin T, I & C). Dilaporkan
juga adanya mutasi gena suatu pompa kalsium yaitu fosfolamban (Schmitt et al.,
2003) dan protein lorong kalsium yang sensitif ATP (Bienengraeber et al., 2004).
Mengingat heterogenitas DCM, dalam waktu dekat masih sulit dilaksanakan
pemeriksaan genetik untuk diagnosis kelainan jantung ini.
Daftar Pustaka
1. Anonim, 1980. Report of the WHO/ISFC task force on the definition and classification of
cardiomyopathies. Eur Heart J Br Heart J. 44: 672-673
2. Andersson B, Waagstein F. 1993. Spectrum and outcome of congestive heart failure in a
hospitalized population. Am Heart J. 126: 632-640.
3. Bienengraeber M, Olson TM, Seliwanov VA, et al. 2004. ABCC9 mutations identified in human
dilated cardiomyopathy disrupt catalytic KATP channel gating. Nat Genet. 36: 382-387.
4. Carrier L, Hengstenberg C, Beckmann JS, Guicheney P, Dufour C, Bercovici J, Dausse E,
Berebbi-Bertrand I, Wisnewsky C, Pulvenis D, et al. 1993.Mapping of a novel gene for familial
hypertrophic cardiomyopathy to chromosom 11. Nat Genet. 4: 311-313
5. Cleland JG, Khan A, Clark A. 2001. The heart failure epidemic: exactly how big is? Eur Heart J.
22: 623-626
6. Dalakas MC, Park KY, Semino-Mora C, et al., 2000. Desmin myopathy: a skeletal myopathy
with cardiomyopathy caused by mutations in the desmin gene. N Engl J Med. 343: 770-780.
7. Eriksson H. 1995. Heart failure: a growing public health problem. J. Intern Med. 237:135-141.
8. Fatkin D, MacCrae CA, Sasaki T, et al. 1999. Missense mutations in the rod domain of the
Lamin a/c gene as causes of dilated cardiomyopathy and conduction system disease. N Engl J
Med. 341: 1715-1724.
9. Felker GM, Thompson RE, Hare JM, et al. 2000. Underlying causes and long-term survival in
patients with initially unexplained cardiomyopathy. N Engl J Med. 342:1077-84.
10. Franz WM, Muller OJ, Katus HA. 2001. Cardiomyopathies: from genetics to the prospect of
treatment. The Lancet, 358: 1627-1637.
11. Jarcho JA, McKenna W, Pare JAP, Solomon SD, Holcombe RF, Dickie S, Levi T, Donis-Keller
H, Seidman JG, Seidman CE. 1989. Mapping a gene for familial hypertrophic cardiomyopathy
to chromosome 14q1. N Engl J Med. 321, 1372-1378.
12. McKoy G, Protonataris N, Crosby A, et al. 2000. Identification of a deletion in plakoglobin in
arrhytmogenic right ventricular cardiomyopathy, planoplantar keratoderma and woolly hair
(Naxos disease). Lancet, 355:2119-2124.
13. Mogensen J, Kubo T, Duque M, Uribe W, Shaw A, Murphy R, Gimeno JR, Elliott P, McKenna
WJ. 2003. Idiopathic restrictive cardiomyopathy is part of the clinical expression of cardiac
troponin I mutations. J Clin Invest, 111 (2): 209-216.
14. Murphy RT & Starling RC. 2005. Genetics and cardiomyopathy: Where are we now? Cleveland
Clinic J of Medicine, 70 (6) : 456-483.
15. Narula J, Haider N, Virmani R, DiSilvano TG, Kolodgie FD, Hajjar RJ, Schmidt U, Semigran J,
Dec GW, Khaw BA. Apoptosis in myocytes in end-stage heart failure. New Engl J Med. 335:
1182-1189.
16. Ortlepp JR, Vosberg HP, Reith S, Ohme F, Mahon NG, Schroder D, Klues HG, Hanrath P,
McKenna WJ. 2002. Genetic polymorphisms in the rennin-angiotensi-aldosterone system
associated with expression of left ventricular hypertrophy in hypertrophic cardiomyopathy: a
study of five polymorphic genes in a family with a disease causing mutation in the myosin
binding protein C gene. Heart, 87 (3): 270-275
17. Packer M, Coats AJS, Fowler MB, et al. 2001. Effect of carvedilol on the survival of patients
with severe chronic heart failure. N Engl J Med. 244: 1651-1658.
18. Poirier O, Nicaud V, McDonagh T, Dargie HJ, Desnos M, et al. 2003. Polymorphisms of genes
of the cardiac calcineurin pathway and cardiac hypertrophy. European J Hum Genetics. 11:
659-664
19. Richard P, Villard E, Charron P, Isnard R. 2006. The Genetic Bases of Cardiomyopathies. J
Am Coll Cardiol, doi:10.1016/j.jacc.2006.09.014 (Published online 16 October 2006).
20. Schmitt JP, Kamisago M, Asahi M, et al. 2003. Dilated cardiomyopathy and heart failure
caused by a mutation in phospholamban. Science, 299: 1410-1413.
21. Thierfelder L, MacRae C, Watkins H, Tomfohrde J, Williams M, McKenna W, Bohm K, Noeske
G, Schlepper M, Bowcock A et al. 1993. A familial hypertrophic cardiomyopathy locus maps to
chromosome 15q2. Proc. Nat. Acad. Sci. USA. 90, 6270-6274.
22. Tiso N, Stephan DA, Nava A, et al. 2001. Identification of mutations in the cardiac ryanodine
receptor gene in families affected with arrhytmogenic right ventricular cardiomyopathy type 2.
Hum Mol Genetics. 10: 189-194.
23. Trelogan S. 2000. What is Cardiomyopathy.
http://www.genetichealth.com/HD_What_is_Cardiomyopathy.shtml
24. Tsubata S, Bowles KR, Vatta M, et al. 2000. Mutations in the human delta-sarcoglycan gene in
familial and sporadic dilated cardiomyopathy. J Clin Invest. 106: 655-662
25. Watkins H, MacRae C, Thiefelder L, Chou YH, Frenneaux M, McKenna W, Seidman JG and
Seidman CE. 1993. A disease locus for familial hypertrophic cardiomyopathy maps to
chromosome 1q3. Nat Genet. 3: 333-337.
26. WHO. 1996. Report of the 1995 World Health Organization/International Society and
Federation of Cardiology Task Force on the definition and classification of cardiomyopathies.
Circulation. 93: 841-842