Anda di halaman 1dari 5

Laporan Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak &

Keluarga Berencana

Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI)

PELAKSANAAN IMUNISASI CALON PENGANTIN

(TT1 dan TT2)

DI PUSKESMAS SUNGAI MALANG

Pembimbing :

dr. Richard Lawalata


NIP. 19600515 198802 1 003

Disusun oleh :

dr. Mc. Syaiful Ghazi Yamani

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS)

SUNGAI MALANG

Jalan Negara Dipa RT VII Sungai Malang Amuntai 71418

April 2017
PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK &

KELUARGA BERENCANA

LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN IMUNISASI CALON PENGANTIN

DI PUSKESMAS SUNGAI MALANG

I. PENDAHULUAN

Salah satu program pokok pelayanan Puskesmas adalah program kesehatan

ibu dan anak (KIA), termasuk keluarga berencana (KB). Pelayanan KIA di

Puskesmas meliputi ANC (Antenatal Care), PNC (Postnatal Care), pertolongan

persalinan, rujukan ibu hamil risiko tinggi, pelayanan neonatus, kemitraan dukun

bersalin, serta manajemen terpadu balita sakit (MTBS). Sedangkan pelayanan KB

meliputi pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR), imunisasi calon pengantin (TT

Catin), pelayanan KB pasangan usia subur (PUS), dan penyuluhan KB.

Imunisasi merupakan salah satu upaya preventif untuk mencegah penyakit

melalui pemberian kekebalan tubuh yang dilaksanakan secara terus menerus,

menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu memberikan

perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai penularan. Imunisasi Tetanus

Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan

terhadap infeksi tetanus.


Tetanus neonatorum merupakan salah satu penyebab kematian neonatal di

Indonesia, sekitar 40 persen kematian bayi terjadi pada masa neonatal. Salah satu

strategi Kemenkes RI untuk mencapai eliminasi tetanus neonatorum adalah dengan

melakukan imunisasi tetanus toxoid (TT) pada ibu hamil. Cakupan imunisasi TT

tampak cenderung menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2002, cakupan imunisasi

TT1 ibu hamil secara nasional mencapai 78,5 persen dan TT2 mencapai 71,6 persen.

Tetapi, pada tahun 2003 cakupan imunisasi TT1 ibu hamil menurun menjadi 71,6

persen dan TT2 menjadi 66,1 persen. Berdasarkan Ditjen PP&PL, Kemenkes RI

dalam profil kesehatan Indonesia tahun 2011, rata-rata cakupan imunisasi TT1 pada

wanita usia subur sebesar 8,84 persen dan TT2 sebesar 8,03 persen. Sedangkan

cakupan imunisasi TT pada ibu hamil, untuk TT1 sebesar 40,5 persen dan TT2

sebesar 37,7 persen. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa upaya pencegahan tetanus

neonatorum melalui pemberian imunisasi TT pada ibu hamil belum menunjukkan

hasil yang efektif, karena cakupan imunisasi TT justru mengalami penurunan dan

belum mencapai 100 persen. Oleh karena itu, Kemenkes RI mulai mengembangkan

intensifikasi imunisasi TT pada wanita usia subur yaitu para calon pengantin.

Waktu yang tepat untuk mendapatkan vaksin TT sekitar dua hingga enam

bulan sebelum pernikahan. Ini diperlukan agar tubuh memiliki waktu untuk

membentuk antibodi. Untuk bisa mendapatkan perlindungan optimal, wanita harus

melakukan suntik TT sebanyak 5 kali dengan jadwal yang benar dan teratur. Jika

suntik TT sudah lengkap 5 kali, dengan jadwal sesuai anjuran, maka wanita akan

terlindungi dari tetanus untuk 25 tahun mendatang.


STATUS INTERVAL MINIMAL MASA
IMUNISASI PEMBERIAN PERLINDUNGAN
T1 - -
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 lebih dari 25 tahun

II. TEMPAT/WAKTU KEGIATAN & PESERTA

Tempat : Puskesmas Sungai Malang


Tanggal Kegiatan: 10 April 2017 15 April 2017

Pelaksana : dr. Mc. Syaiful Ghazi Yamani

Pendamping : Bidan di Poli KIA

III. KEGIATAN

Imunisasi Catin
Saat datang ke ruang KIA-KB, catin ditanyakan mengenai identitasnya, status

imunisasinya, rencana pernikahan, rencana memiliki keturunan setelah menikah, dan

kondisi kesehatan saat ini. Kemudian pasien ditimbang berat badannya dan diukur

tekanan darahnya. Pada ibu hamil ditanyakan riwayat imunisasi TT sebelumnya, baik

saat sebelum menikah maupun saat kehamilan sebelumnnya.


Vaksin TT kemudian disuntikkan sebanyak 0,5 cc ke otot deltoid pada lengan

yang kurang aktif. Catin kemudian diberikan kartu tanda telah melakukan imunisasi,

serta diberitahukan jadwal untuk kembali imunisasi berikutnya. Pada pemberian


imunisasi TT1 diberikan juga suplementasi tablet tambah darah 1x1 tablet selama 10

hari.

IV. HASIL EVALUASI

1) Nn. LM, usia 19 tahun, BB 42 kg, LILA 24 cm, TD 120/70, dilakukan imunisasi

TT1.

2) Nn. S, Usia 23 tahun, BB 46 kg, LILA 24 cm, TD 110/70, dilakukan imunisasi

TT1.

3) Nn. M, Usia 21 tahun, BB 39, LILA 21,5 cm, TD 110/80, dilakukan imunisasi

TT1.

4) Nn. M, Usia 19 tahun, BB 41 kg, LILA 21 cm TD 110/80, dilakukan imunisasi

TT1

5) Nn DP, Usia 25 tahun, BB 38 kg, LILA 21 cm, TD 110/80, dilakukan imunisasi

TT1

6) Ny. W, Usia 24 tahun, BB 40 kg, LILA 22,2 cm, TD 100/70, dilakukan imunisasi

TT2.

7) Ny. R, Usia 24 tahun, BB 49 kg, LILA 27 cm, TD 100/60, dilakukan imunisasi

TT2

V. KESIMPULAN

Telah dilakukan pemberian imunisasi TT pada 7 orang pasien. Terdiri dari 5

orang imunisasi TT1, 2 orang imunisasi TT2.

Anda mungkin juga menyukai