Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRATIKUM KIMIA ORGANIK II

PERCOBAAN VI

SINTESIS -NITRO ASETANILIDA

OLEH:

NAMA : TESYA KIMNESTA SANDI

STAMBUK : F1C1 15 077

KELOMPOK : IV (EMPAT)

ASISTEN : AMAL ASKA

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI
2017

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asetanilida pertama kali ditemukan oleh Friedel Kraft pada tahun 1872

dengan cara mereaksikan asethopenon dengan NH2OH sehingga terbentuk

asetophenon oxime yang kemudian dengan bantuan katalis dapat diubah menjadi

asetanilida. Pada tahun 1899 Beckmand menemukan asetanilida dari reaksi antara

benzilsianida dan H2O dengan katalis HCl. Lalu, pada tahun 1905 Weaker

menemukan asetanilida dari anilin dan asam asetat.

Senyawa p-nitroasetanilida merupakan senyawa turunan asam karboksilat

yang termasuk dalam golongan amida sekunder (RCONHR). Beberapa nama lain

dari p-nitroasetanilida antara lain N-(4-nitrofenil) asetamida, p-

asetamidonitrobenzen, N-Acetyl-4-nitroaniline. Senyawa ini berbentuk kristal

prisma yang berwarna kuning pucat. Dalam industri, p-nitroasetanilida, digunakan

sebagai bahan baku untuk mensistesis p-nitroanilina, yang umum digunakan

sebagai zat pewarna. Jika diamati struktur molekulnya, maka akan terlihat bahwa

gugus yang terikat pada atom N (R) mengandung inti benzena. Kedua substituen

pada senyawa ini adalah gugus NO2 (gugus nitro) dan gugus NHCOCH3

(gugus asetilamina). Senyawa p-nitroasetanilida ini memiliki 2 buah isomer

posisi, yaitu: o-nitroasetanilida dan m-nitroasetanilida. Dalam keadaan padat,

suatu isomer para (p) lebih simetris dan dapat membentuk kisi kristal yang lebih

teratur jika dibandingkan dengan kedua isomer lainnya.


Secara umum, p-nitroasetanilida dibuat dengan jalan mereaksikan

asetanilida bersama asam sulfat pekat, asam nitrat pekat, dan asam asetat glasial.

Di sini, asam sulfat pekat berfungsi sebagai pembentuk ion nitronium (NO2+)

yang dapat menyerang molekul asetanilida untuk menghasilkanmolekul p-

nitroasetanilida. Mekanisme penyerangan oleh ion nitronium inilah yang dikenal

dengan proses reaksi nitrasi. Senyawa p-nitroasetanilida berbentuk kristal (padat),

sehingga proses pemurniannya dilakukan dengan cara kristalisasi dan

rekristalisasi. Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan percobaan

tentang sintesis -nitro asetanilida untuk mengetahui reaksi nitrasi terhadap

senyawa siklik dan untuk melakukan proses rekristalisasi terhadap kristal yang

terbentuk.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada percobaan sintesis -nitro asetanilida

adalah:

1. Bagaimana reaksi nitrasi terhadap senyawa siklik?

2. Bagaimana rekristalisasi terhadap kristal yang terbentuk?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang akan dicapai pada percobaan sintesis -nitro

asetanilida adalah:

1. Untuk mengetahui cara mempelajari reaksi nitrasi terhadap senyawa siklik.

2. Untuk melakukan rekristalisasi terhadap kristal yang terbentuk.


D. Manfaat

Adapun manfaat dari percobaan sintesis -nitro asetanilida adalah:

1. Dapat mengetahui reaksi nitrasi terhadap senyawa siklik.

2. Dapat mempraktekan rekristalisasi terhadap kristal yang terbentuk.


II. TINJAUAN PUSTAKA

N-phenilacetamida (C6H5NHCOCH3) atau yang lebih dikenal dengan

nama asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang

digolongkan sebagai amida primer. Pada suhu kamar senyawa ini berwujud padat

(kristal) dan berwarna putih. Produk asetanilida banyak digunakan sebagai bahan

baku dalam industri farmasi, yaitu untuk pembuatan analgesik (obat untuk

mengurangi rasa sakit) dan untuk pembuatan anti piretik (obat penurun panas).

Kegunaan utama lainnya adalah sebagai bahan pembantu dalam proses pembuatan

cat dan karet (Ririn., 2015).

Anilin pertama kali diisolasi dari distilasi destruktif indigo pada tahun

1826 oleh Otto Unverdorben, yang menamainya kristal. Pada tahun 1834,

Friedrich Runge terisolasi dari tar batubara zat yang menghasilkan warna biru

yang indah pada pengobatan dengan klorida kapur, yang bernama kyanol atau

cyanol Pada tahun 1841, CJ Fritzsche menunjukkan bahwa, dengan

memperlakukan indigo dengan potas api, itu menghasilkan minyak, yang ia beri

nama anilina, dari nama spesifik dari salah satu-menghasilkan tanaman nila, dari

Portugis anil "yang semak indigo" dari bahasa Arab an- nihil "nila" asimilasi dari

al-nihil, dari nila Persia, dari nili "indigo" dengan Indigofera anil, anil yang

berasal dari Sansekerta nila, biru tua, nila, dan pabrik nila ( Ahmad, dkk., 2011).

Asam asetat dan asam laktat berpengaruh terhadap keasaman (pH) suatu

larutan. Fermentasi gula menghasilkan banyak alkohol, lebih lanjut fermentasi

alkohol menghasilkan asam yang banyak pula. Pada fermentasi terjadi

pembentukan alkohol yang selanjutnya diikuti pembentukan asam-asam organik


seperti asam laktat dan asam asetat. Terbentuknya asam asetat melalui pemecahan

alkohol oleh bakteri asam asetat (Pasau, 2013 ).

Karbon aktif dapat dipergunakan untuk berbagai industri, antara lain yaitu

industri obatobatan, makanan, minuman, pengolahan air (penjernihan air) dan

lain-lain. Hampir 70% produk karbon aktif digunakan untuk pemurnian dalam

sektor minyak kelapa, farmasi dan kimia. Bahan baku yang dapat dibuat menjadi

karbon aktif adalah semua bahan yang mengandung karbon, baik yang berasal

dari tumbuh-tumbuhan, binatang ataupun barang tambang. Bahan-bahan tersebut

adalah berbagai jenis kayu, sekam padi, tulang binatang, batu-bara, tempurung

kelapa, kulit biji kopi. Bila bahan-bahan tersebut dibandingkan, tempurung kelapa

merupakan bahan terbaik yang dapat dibuat menjadi karbon aktif karena karbon

aktif yang terbuat dari tempurung kelapa memiliki mikropori yang banyak, kadar

abu yang rendah, kelarutan dalam air yang tinggi dan reaktivitas yang tinggi

(Pambayun, 2013).

Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari kotoran atau

pengotornya yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut,

setelah dilarutkan dengan pelarut yang sesuai atau cocok. Ada beberapa syarat

agar pelarut dapat digunakan dalam kristalisasi yaitu memberikan perbedaan daya

larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor, tidak

meninggalkan zat pengotor pada kristal, dan mudah dipisahkan dari kristalnya.

Prinsip dasar dari rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan

dimurnikan dengan zat pencemarnya(Rositawati, dkk., 2013).


Berdasarkan sifat kelarutan yang berbeda pada bermacam solven,

konstituen kimia berbahaya dapat dipekat-pisahkan dari matrik asal dengan proses

ekstraksi. Garam logam berat yang sulit larut ataupun senyawa organik seperti

anilina dan berbagai amina dapat diekstraksi menggunakan larutan asam. Untuk

limbah yang mengandung sianida atau sulfida, ekstraksi dengan larutan asam

perlu dihindari karena akan membebaskan gas toksik HCN atau HS. Pada kondisi

tersebut baik digunakan asam lemah atau garam asam seperti asam asetat atau

NaH22PO (Purnomo dan imam., 2010).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Percobaan sintesis -nitro asetanilida dilaksanakan pada hari Senin, 10

April 2017 pukul 13.00-15.30 WITA di Laboratorium Organik, Jurusan Kimia,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo,

Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan sintesis -nitro asetanilida

adalah gelas kimia 100 mL, gelas ukur 10 mL, pipet tetes, corong, penangas air,

batang pengaduk, lemari asam, spatula, erlemeyer 50mL.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan sintesis -nitro asetanilida

adalah asetanilida, asam asetat glasial (CH3COOH), H2SO4 pekat, aluminium foil,

akuades (H2O), kertas saring HNO3, etanol dan es batu.

C. Prosedur Kerja

1. Uji Fehling

Pereaksi Fehling Pereaksi Fehling Pereaksi Fehling


A +- dipipet
B sebanyak 1mL A +- dipipet
B sebanyak 1mL A+B
- dipipet sebanyak 1
-dimasukkan sebanyak -dimasukkan dalam
kedalam tabung reaksi tetes
tabung reaksi II - dimasukkandalam
- ditambahkan 5 tetes tabung reaksi III
- ditambahkan 5 tetes - glukosa
dikocok
formalin - ditambahkan 5 tetes
- dipanaskan
- diamati perubahanya aseton

Hasil Pengamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Fehling


No Hasil Pengamatan
Perlakuan
. Sebelum Setelah
1. a. Pereaksi Fehling A + Biru Terdapat endapan
Fehling B + Formalin + merah bata
dipanaskan

b. Pereaksi Fehling A + Terdapat dua fasa Tidak mengalami


Fehling B + Aseton + (biru dan putih) perubahan
dipanaskan

c. Pereaksi Fehling A + Terdapat endapan


Fehling B + Glukosa + Biru merah bata
dipanaskan

2. Reaksi yang terjadi

a. Reaksi formalin dengan pereaksi fehling

H2CO + 2CuO HCOOH + Cu2O

b. Reaksi glukosa dengan pereaksi fehling


c. Reaksi aseton dengan pereaksi fehling

(CH3)2CO + CuO tidak terjadi reaksi


B. Pembahasan

Asetanilida atau yang sering disebut phenilasetamida mempunyai rumus

molekul C6H5NHCOCH3 dan berat molekul 135,16 dibuat dengan proses

kristalisasi antara aniline dan asam asetat glasial. Kristalisasi adalah pemisahan

bahan padat berbentuk Kristal dari suatu larutan atau lelehan. Asetanilida

digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat-obatan, Sebagai zat awal

pembuatan penicilium, bahan pembantu dalam industri cat dan karet, dan Bahan

intermediet pada sulfon dan asetilklorida.

Percobaan ini mempelajari tentang sintesis p-nitroasetanilid. Asetanilida

merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai

amida primer, dimana satu atom hidogen pada anilin digantikan dengan satu

gugus asetil. Asetanilida dapat dibuat dari asam asetat anhidrid dengan anilin.

Mekanisme reaksi pembuatan asetanilida disebut juga dengan reaksi asilasi amida

yang diberikan oleh Fessenden. Pada awalnya anilin akan bereaksi dengan asam

asetat menbentuk suatu amida dalam keadaan transisi, kemudian diikuti dengan

reduksi H2O membentuk asetanilida.

Anilin ditambahkan dengan asetat anhidrida. Asetat anhidrida digunakan

untuk asetilasi gugus amino dari senyawa anilin. Penambahan asam asetat glasial

digunakan untuk mengkondisikan suasana asam karena pada suasana asam ini

dapat menghidrolisa senyawa turunan diasetil yang terbentuk menjadi senyawa

turunan monoasetil sehingga asam asetat glasial ini dapat mencegah terjadinya
reaksi samping senyawa turunan diasetil. Setelah penambahan reagen, campuran

reagenreagen tersebut direfluks selama 30 menit. Refluks sendiri dilakukan

untuk pemanasan selama proses reaksi berlangsung namun tetep menjaga

kesetimbangan uap cair karena cairan yang menguap akan mencair kembali dan

seterusnya secara kontinu sehingga tidak perlu dilakukan penambahan larutan

untuk mereaksikan senyawasenyawa tersebut karena jika ditambahkan larutan

maka sulit dalam melakukan kristalisasi karena banyaknya jumlah pelarut yang

digunakan. Berbeda jika dilakukan refluks karena akan terjadi reaksi secara

kontinu dari refluks yang akan menguap dan mencair kembali. Tahap selanjutnya

kristalisasi dengan menempatkan larutan hasil refluks ke dalam gelas piala yang

berisi es. Kristal yang terbentuk karena proses pendinginan di bawah titik beku

kemudian disaring dengan menggunakan corong buchner dan dicuci dengan air

dingin.

Setelah proses kristalisasi selesai dan hasilnya dikeringkan di dalam oven,

kemudian hasil tersebut disebut crude asetanilida. Crude asetanilida dilarutkan

dengan sejumlah minimum air panas (tepat larut) kemudian ditambah sejumlah air

dan dipanaskan hingga larut. Larutan crude tersebut dibiarkan dingin dan

ditambahkan sejumlah karbon aktif (1 sendok spatula), diaduk dan dipanaskan.

Larutan tersebut kemudian disaring dan endapan karbon dicuci dengan air panas.

Proses penyaringan dilakukan dalam keadaan panas agar tidak terbentuk kristal

kembali. Filtrat yang diperoleh didinginkan dalam penangas es hingga terbentuk

kristal. Kristal yang terbentuk disaring dengan menggunakan corong buchner dan

endapan dicuci dengan air dingin. Kristal yang diperoleh dikeringkan dalam oven.
Sintesis para nitro asetanilida dilakukan dengan menambahkan tetes demi tetes

campuran asam sulfat pekat dan asama nitrat pekat pada larutan asetanilida yang

sebelumnya ditambah asam asetat glasial dan asam sulfat pekat. Pada saat

campuran asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat dicampurkan harus dalam

keadaan dingin karena reaksi ini dapat menghasilkan panas karena reaksi

eksotermik dengan jumlah energi yang cukup besar sehingga untuk

meminimalisasi resiko yang mungkin terjadi maka pencampuran dilakukan dalam

keadaan dingin. Alasan yang sama juga terjadi dalam penambahan asetanilida

dengan asam asetat glasial dan asam sulfat pekat.

Setelah tetes demi tetes campuran asam nitrat dan asam sulfat pekat

ditambahkan dalam larutan asetanilida dalam kondisi dingin dan dijaga agara

temperaturnya tidak lebih dari 100 C. kondisi yang dingin diperluan untuk

meminimalisasi resiko yang terjadi mengingat reagenreagen yang digunakan

cukup berbahaya karena menghasilkan panas akibat reaksi eksotermik dengan

jumlah energi yang cukup besar. Setelah penetesan selesai barulah labu

dikeluarkan dari penangas es dan biarkan selama 1 jam. Hal tersebut dilakukan

agar proses nitrasi pada asetanilida dapat berlangsung sempurna. Setelah

dibiarkan selama 1 jam ditambahkan air dan beberapa potong es, diaduk, dan

dibiarkan selama 15 menit.

Anilin dapat mengalami reaksi substitusi baik pada cincin aromatis maupun

pada gugus amina, misalnya reaksi substitusi elektrofilik asetilasi. Asetilasi dapat

dilakukan dengan asetil klorida atau dengan anhidrida asetat dalam suasana basa.

Penambahan anhidrida asetat berlebih dan pemanasan dilakukan dalam waktu


yang lama, maka sejumlah senyawa turunan diasetil akan terbentuk. Tetapi

senyawa ini kurang stabil dalam suasana berair dan akan mengalami hidrolisis

menghasilkan senyawa turunan monoasetil. Asetinilida berbentuk butiran

berwarna putih dan larut dalam air dengan bantuan klorat anhidrat.

Kristal pnitroasetanilida akan memisah. Syarat-syarat pelarut dalam

proses nitrasi yaitu mudah menguap, dalam suasana dingin, dan merupakan

senyawa polar. Setelah dibiarkan memisah, kristal yang terbentuk disaring dengan

corong buchner dan dicuci dengan air es. Kristal yang diperoleh direkristalisasi

dengan etanol. Selanjutnya dikeringkan dengan oven dan ditimbang massanya.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan pada percobaan, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Sintesis asetanilida sebagai suatu amida adalah merupakan suatu reaksi

substitusi Nukleofilik (SN) Asil (addition / elimination) diantara anilin. Anilin

bersifat sebagai nukleofil,dan gugus Asil dari asam asetat bersifat elektrofil.

2. Metode sintesis yang digunakan adalah rekristalisasi.

B. Saran

Saran yang dapat saya berikan adalah diharapkan laboratorium

dilengkapi alat dan bahannya agar saat praktikum berlangsung praktikan dapat

melakukan praktikum dengan alat dan bahan yang baik.


DAFTAR PUSTAKA

AhmadF.,Ir.RatnaAdil,.M.T,PaulusSusetyoWardanaST.,Ir.Moch.Rochmad,

M.T.,2013,PerancanganDanPembuatanModulEcgDanEmgDalam

SatuUnitPcSubJudul:PembuatanRangkaianEcgDanSoftwareEcg

PadaPc,JurnalTeknikKimia,1(1).

Pambayun, S, G., Remigius Y,E., Yulianto, M. Rachimoella,. Endah, M. M. Putri,

2013, Pembuatan Karbon Aktif Dari Arang Tempurung Kelapa Dengan

Aktivator Zncl2 Dan Na2co3 Sebagai Adsorben Untuk Mengurangi

Kadar Fenol Dalam Air Limbah, Jurnal Teknik Pomits, 2(1).

Pasau,caturina,2013,Efektivitas PenggunaanAsamAsetatPadaPemeraman

Biji KakaoSegarSebagaiAnalogFermentasi,eJ.Agrotekbis1(2).

Purnomo, S., Dan Imam S., 2010, Studi Pengolahan Limbah Cair Berbahaya dan

Beracun, Prosiding Seminar Nasional Pengolahan Limbah VIII, Pusat

Penelitian Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi.


Ririn, D.H., 2015. Perancangan Pabrik Asetanilida dari Anilin dan Asam Asetat.

Jurnal Tehnik kimia.

Rositawati,A.L.,CitraM.T.,DannyS.,2013,RekristalisasiGaramRakyatDari

DaerahDemakUntukMencapaiSniGaramInsustri, JurnalTeknologi

KimiDanIndustri,2(4).

TUGAS SETELAH PRAKTIKUM

1. Sebutkan dan Jelaskan beberapa jenis sintesis lain yang tidak terdapat dalam
penuntun?
2. Mekanisme reaksi pembuatan sintesis -nitro asetanilida?

Jawaban:

1. Jenis sintesis lain adalah sebagai berikut :

A. Maserasi

merupakan metode seder hana yang paling banyak digunakan. Cara ini

sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri.(Agoes,2007).

Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan

pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu

kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara

konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel

tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel


dengan penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah

memakan ban- yak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan

besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa sen-

yawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi

lain, metode maserasi dapat menghindari rusaknya sen- yawa-senyawa

yang bersifat termolabil.

B. UltrasoundAssistedSolventExtraction

Merupakan metode maserasi yang dimodifikasi dengan menggunakan

bantu- an ultrasound (sinyal dengan frekuensi tinggi, 20 kHz). Wadah yang

berisi serbuk sampel ditempatkan dalam wadah ultra- sonic dan ultrasound.

Hal ini dilakukan untuk memberikan tekanan mekanik pada sel hingga

menghasilkan rongga pada sam- pel. Kerusakan sel dapat menyebabkan

peningkatan kelarutan senyawa dalam pel arut dan meningkatkan hasil

ekstraksi.

C. . Perkolasi

Pada metode perkolasi, serbuk sam- pel dibasahi secara perlahan dalam

sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian

bawahnya). Pela- rut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan

menetes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari metode ini adalah sampel

senantiasa dialiri oleh pelarut baru. Sedangkan kerugiannya ada- lah jika sampel

dalam perkolator tidak ho- mogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh

area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak pelarut dan me- makan

banyak waktu.
d. Soxhlet

Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam sarung

selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan di

atas labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam

labu dan suhu penangas diatur di bawah suhu reflux. Ke- untungan dari metode

ini adalah proses ektraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut

murni hasil kondensasi sehing- ga tidak membutuhkan banyak pelarut dan

tidak memakan banyak waktu. Kerugiann- ya adalah senyawa yang bersifat

termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang di- peroleh terus-menerus

berada pada titik didih.

e. Reflux dan Destilasi Uap

Pada metode reflux, sampel di- masukkan bersama pelarut ke dalam labu yang

dihubungkan dengan kondensor. Pel- arut dipanaskan hingga mencapai titik

did- ih. Uap terkondensasi dan kembali ke da- lam labu. Destilasi uap

memiliki proses yang sama dan biasanya digunakan untuk mengekstraksi

minyak esensial (campuran berbagai senyawa menguap). Selama pemanasan,

uap terkondensasi dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang tidak sal- ing

bercampur) ditampung dalam wadah yang terhubung dengan kondensor. Keru-

gian dari kedua metode ini adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat

terdegradasi.

2.. MEKANISME REAKSI


Sintesis:

- Pembentukan ion nitronium (NO2+)

- Reaksi pembentukan p-nitroasetanilida

Anda mungkin juga menyukai