Perubahan posisi suatu partikel disebut pergeseran. Jika sebuah partikel berpindah
dari posisi A ke posisi B (Gambar 2-1a), pergeserannya dapat kita nyatakan dengan menarik
garis dari A ke B; arah dari pergeseran ditunjukkan dengan memasang ujung anak panah di B
yang menyatakan bahwa pergeseran tersebut mulai dari A ke B. Jejak lintasan partikel itu
sendiri tidak harus merupakan garis lurus dari A ke B; anak panahyang menunjukkan hasil
gerak secara keseluruhan,bukan gerakan yang sesungguhnya.
Gambar 2-1. Vektor pergeseran (a) Vektor AB dan AB identirk,karena memiliki panjang yang sama dan
menunjuk ke arah yang sama. (b)Garis lengkung (kurva) yang digambarkan mungkn menyatakan lintasan
partikel yang sesungguhnya ketika pindah dari A ke B;pergeseran tetap dinyatakan oleh vektor AB.Pada suatu
keadaan antara di titik P,pergeseran dari A dinyatakan oleh vektor AP. (c) Setelah pergeseran AB,partikel
mengalami lagi pergeseran BC.Hasil total kedua pergeseran itu dinyatakan dengan vektor AC.
Dengan cara yang sama kita dapat menyatakan pergeseran berikutnya dari B ke C
(gambar 2-1c). Hasil total kedua pergeseran ini sama dengan pergeseran dari A ke C, karena
itu AC disebut sebagai jumlah atau resultan dari pergeseran AB dan BC. Perlu diperhatikan
bahwa jumlah ini bukanlah jumlah aljabar biasa dan sebuah bilangan saja tidak dapat
menyatakan hasilnya secara tepat.
Besaran yang dapat dinyatakan secara tepat hanya oleh sebuah bilangan dan
satuannya saja disebut skalar.Beberapa besaran fisis yang merupakan skalar adalah
massa,panjang,waktu,rapat,tenaga dan suhu.Perhitungan dengan skalar dapat dilakukan
dengan menggunakan aturan-aturan aljabar biasa.
vektor d dapat dituliskan sebagai |d| , dan disebut sebagai harga mutlak d. Penulisan yang
lebih sering digunakan untuk menyatakan besar vektor adalah dengan huruf miring d.Huruf
tebal digunakan untuk menyatakan kedua sifat vektor,besar dan arahnya.
Sekarang perhatikan Gambar 2-2 yang diambil dari Gambar 2-1c,hanya namanya
diganti.Hubungan antara ketiga pergeseran (vektor) ini dapat dituliskan sebagai
a+b=r ( 21)
Aturan yang harus diikuti dalam menjumlahkan vektor secara geometris adalah sebagai
berikut : Pada diagram yang telah disesuaikan skalanya, mula-mula diletakkan vektor
pergeseran a; kemudian digambarkan vektor b dengan pangkalnya yang menyatakan vektor
hasil penjumlahan r.Vektor ini menyatakan pergeseran yang panjang dan arahnya setara
dengan pergeseran berturutan a dan b.Cara ini dapat diperluas dalam hal yang lebih
umum,untuk memperoleh jumlah beberapa pergeseran berturutan.
Karena vektor adalah sebuah besaran baru,tentu diharapkan ada aturan-aturan baru
untuk penggunaannya. Simbol + dalam persamaan 2-1 memiliki arti yang sama sekali
berbeda dengan arti penjumlahan dalam ilmu hitung atau aljabar skalar biasa.Simbol ini
menghendaki sekumpulan operasi yang betul-betul berbeda.
Gambar 2-3. (a) Hukum komutatif untuk penjumlahan vektor yang menyatakan bahwa a + b = b + a (b) Hukum
asosiatif,yang menyatakan bahwa d + (e + f) = (d + e) + f
Dengan menggunakan Gambar 2-3 dapat dibuktikan dua sifat penting dalam
penjumlahan vektor :
a+b=b+ a ( hukumkomutatif )(22)
Kedua hukum ini menyatakan bahwa bagaimanapun urutan atau pengelompokkan vektor
dalam penjumlahan,hasilnya tidak akan berbeda.Dalam hal ini penjumlahan vektor dan
penjumlahan skalar memenuhi aturan yang sama.
ab=a+(b)(24 )
ax ay
masing sumbu, maka besaran dan yang terbentuk disebut komponen dari vektor
Sebuah vektor dapat memiliki banyak pasangan komponen,misalnya saja bila sumbu
x dan y dalam gambar 2-5 dirotasikan 10 berlawanan dengan arah jarum jam,maka
komponen a akan berbeda.Lebih dari itu,dapat pula digunakan sistem koordinat yang tidak
siku-siku,yaitu sudut antara kedua sumbunya tidak harus 90. Jadi komponen vektor hanya
tertentu secara unik jika telah ditetapakan dahulu sistem koordinatnya.Untuk mencari
komponennya,tidak perlu pangkal vektor terletak pada titik asal sistem koordinat walaupun
di atas kita lakukan hal ini agar sederhana.Vektor dapat dipindahkan ke mana saja dalam
ruang koordinat,asal sudutnya terhadap sumbu koordinat dijaga tetap,komponenya pun tidak
akan berubah.
Gambar 2-5. Dua contoh penguraian vektor menjadi komponen skalarnya dalam suatu sistem koordinat
tertentu.
ax ay
Komponen dan dalam gambar 2-5a dapat diperoleh dari
ax ay
berlawanan arah dengan jarum jam dari sumbu ini.Harga dan dapat positif atau
b
negatif,bergantung kepada harga . Sebagai contoh,dalam gambar 2-5b, y berharga
bx
negatif sedangkan positif.Komponen suatu vektor bersifat seperti besaran skalar,karena
dalam suatu sistem koordinat tertentu hanya sebuah bilangan dengan tanda aljabarnya saja
yang dibutuhkan untuk menentukannya.
bilanagan a (besar vektor) dan (arah vektor relatif terhadap sumbu-x),kita peroleh dua
ax ay
bilangan dan . Kita dapat bolak-balik menggunakan pernyataan vektor dalam
ax ay.
komponen-komponen dan Atau dalam pernyataan besar dan arah a dan
ax ay,
;kedua pernyataan ini setara.Untuk memperoleh a dan dari dan kita terlihat
a= ax 2 +a y2 (2-6a)
Dan
ay
tan = (2-6b)
ax
ax ay.
Kuadran tempat akan ditentukan oleh tanda dari dan
a=ua a (2-7)
ua
Dengan adalah vektor satuan dalam arah.Seringkali juga lebih mudah bila digunakan
vektor satuan dalam arah sepanjang sumbu-sumbu koordinat yang dipilih.Dalam sistem
koordinat siku-siku biasanya digunakan lambang khusus i.j dan k untuk menyatakan vektor
satuan dalam arah sumbu x,y,dan z positif berturut-turut,lihat gambar 2-6b.Perhatikan bahwa
i.j dan k tidak harus terletak pada titik asal koordinat.Seperti halnya vektor-vektor
lain,vektor satuan ini dapat ditranslasikan ke mana saja dalam ruang kooridnat,asalkan
arahnya terhadap sumbu koordinat tidak berubah.
Vektor a dan b dalam gambar 2-5 dapat dituliskan dalam komponen dan vektor satuan
sebagai
a=ia x + j a y ( 28 a )
Dan
b=ib x + j b y ( 28 b )
Seperti diperlihatkan dalam Gambar 2-7.Hubungan vektor 2-8a setara dengan hubungan
skalar 2-6;masing-masing persamaan menyatakan hubungan antara vektor (a,atau a dan
ia x dan j a y
dalam persamaan 2-8a disebut sebagai komponen vektor dari vektor a dan
digambarkan sebagai vektor seperti dalam Gambar 2-7a.Istilah komponen saja tetap dipakai
ax ay
untuk menyatakan besaran skalar seperti dan .
Gambar 2-7. Dua contoh penguraian vektor menjadi komponen vektornya dalam sistem koordinat tertentu;
bandingkan dengan gambar 2-5
Sekarang kita tinjau penjumlahan vektor secara analitis.Misalkan r adalah jumlah dari
dua buah vektor a dan b yang terletak pada bidang x-y
r=a+b( 29)
Dalam suatu sistem koordinat, dua vektor seperti r dan a + b akan sama hanya jika
komponen-kompenen yang sesuai sama,yaitu
r x =a x + bx ( 210 a )
Dan
r y =a y +b y ( 210 b )
Kedua persamaan aljabar ini bersama-sama,setara dengan satu persamaan vektor 2-9.
Dari persamaan 2-6 dapat dihitung r dan sudut yang dibentuk oleh r dengan sumbu-
x,yaitu
r= r x 2+ r y 2
Dan
ry
tan =
rx
Dengan cara ini kita peroleh aturan analitis bagi penjumlahan vektor,yaitu : Uraikan
masing-masing vektor menjadi komponen-komponennya dalam suatu sistem koordinat
tertentu;jumlah aljabar komponen masing-masing vektor dalam salah satu sumbu sama
dengan komponen vektor jumlah dalam jumlah yang sama.Vektor jumlah tersebut dapat
ditentukan setelah komponen-komponennya diketahui.Cara penjumlahan vektor ini dapat
diperluas untuk banyak vektor dan berlaku juga untuk vektor dalam tiga dimensi.
CONTOH 1
Sebuah pesawat terbang menmpuh jarak sejauh 130 mil (=209 km) dalam arah garis lurus
yang membentuk sudut 22,5 ke timur dari arah utara.Berapa jauh ke utara dan berapa jauh
ke timur dari titik asal jarak yang ditempuh oleh pesawat itu?
Jawab :
Misalkan kita pilih arah-x positif adalah ke timur dan arah-y positif ke utara.Kemudian
(Gambar 2-8) dari titik asal kita gambarkan vektor pergeseran
Gambar 2-8 Contoh 1
Membentuk sudut 22,5 terhadap sumbu-y (utara) dan miring ke arah sumbu-x positif
(timur).Panjang vektor dipilih untuk menyatakan jarak sebesar 130 mil.Jika vektor ini disebut
dx dy
d,maka menyatakan jarak yang ditempuh ke arah timur dari titik asal,sedangkan
Dan
CONTOH 2 : Sebuah mobil bergera ketimur sejauh 30 km pada jalan datar. Sesampainya di
persimpangan, mobil membelok ke utara sejauh 40 km, kemudian berhenti. Tentukanlah
pergeseran total (resultan)mobil tersebut.
Kita pilih sistem koordinat yang tetap terhadap bumi dengan sumbu-x positif
mengarah ke timur dan sumbu-y positif mengarah ke utara. Kedua pergeseran berurutan, a
dan b, ditunjukkan dalam Gambar 2-9. Pergeseran resultan di peroleh dari r = a + b. Karena
b tidak memiliki komponen-x dan a tidak memiliki komponen y, maka diperoleh (lihat
persamaan 2-10).
Gambar 2-9 Contoh 2
r y =a y +b y =0+40 km=40 km
40 km 1
tan =r y /r x = =1,33,=tan ( 1,33 )=53
30 km
Besar vektor pergeseran resultan r adalah 50 km dengan arah 53 ke utara dari arah timur.
CONTOH 3
Tiga buah vektor sebidabg dalam suatu sistem koordinat tegak lurus dinyatakan sebagai
a=4 i j ,
b=3 i+2 j ,
Dan c=3 j ,
r x =a x + bx +c x =43+ 0=1,
Dan
r y =a y +b y + c y =1+23=2
Sehingga
r=i r x + j r y
i2 j
Gambar 2-10 memperlihatkan ke empat vektor tersebut. Dari persamaan 2-6 dapat dihitung
besar vektor r yaitu 5 dan sudut yang dibentuk oleh r dengan sumbu-x positif, diukur
1
tan (-2/1) = 297
Dalam bagian yang lalu telah dianggap bahwa semua vektor yang dijumlahkan sejenis;
misalnya vektor pergesaran dijumlahkan dengan vektor pergeseran, vektor kecepatan
dijumlahkan dengan vektor kecepatan dan sebagainya. Seperti halnya dengan penjumlahan
besaran skalar , tidak ada artimya menjumlahkan besaran yang tidak sejenis,misalnya massa
dan suhu, demikian pula penjumlahan vektor, tidak ada artinya menjumlahkan vektor yang
berbeda jenisnya, misalnya vektor pergeseran dengan medan listrik.
Seperti juga skalar, vektor dengan macam yang berlainan dapat dikalikan satu dengan
lainnya, menghasilkan besaran fisis baru dengan dimensi yang baru pila. Karena di samping
besar vektor juga memiliki arah, maka aturan perkalian antar vektor tidak tepat sama seperti
perkalian aljabar antar skalar; harus dibentuk aturan baru untuk memperkalikan vektor.
Ada tiga macam operasi perkalian dengan vektor yaitu; (1) perkalian antara vektor
dengan skalar, (2) perkalian antara dua vektor dengan hasil skalar, dan (3) perkalian antara
dua vektor dengan hasil vektor lain. Masih ada macam perkalian yang lain, tetapi tidak akan
kita gunakan disini.
Perkalian antara vektor dan skalar memiliki arti yang sederhana, yaitu : Hasil kali suatu
skalar k dengan sebuah vektor a, dituliskan sebagai ka, didefenisikan sebagai sebuah vektor
baru yang besarnya adalah besar k dikalikan dengan besar a. Arah vektor yang baru ini sama
dengan arah vektor a jika k positif dan berlawanan arah jika k negatif. Membagi vektor
dengan skalar sama saja dengan mengalikan vektor itu dengan kebalikan skalar tersebut.
Jika suatu besaran vektor dikalikan dengan besaran vektorlain, harus dibedakan antara
perkalian skalar (scalar product) dengan perkalian vektor (vector product). Perkalian
skalar antara dua vektor antara a dan b dituliskan sebagai a.b, dan didefenisikan sebagai
a . b=ab cos
dengan a adalah besar a, b adalah besar vektor b dan cos adalah cosinus sudut
Gambar 2-11. Perkalian skalar a.b (= ab cos ) adalah perkalian antara besar salah satu vektor (katakanlah,
a)dengan komponen vektor lain dalam arah vektor yang pertama (katakanlah, b cos )
Karena a dan b adalah skalar dan cos adalah bilangan murni, maka hasil dari
perkalian skalar antara dua vektor adalah sebuah skalar. Perkalian skalar dua vektor dapat di
panadang sebagai perkalian antara besar salah satu vektor dengan komponen vektor lain
dalam arah vektor yang pertama tadi. Karena cara penulisannya demikian, mak a . b disebut
juga sebagai perkalian titik (dot product) antara a dan b dan di baca sebagai a dot b.
Kita boleh saja mendefenisikan a . b sekehendak hati kita, misalnya menjadi
a1 /3 b1 /4 tan ( /2 ), tetapi bentuk seperti ini tidak akan banyak manfaatnya dalam fisika.
Dengan defenisi perkalian skalar yang diberikan di atas, maka banyak besaran-besaran fisis
penting yang dapat dinyatakan sebagai perkalian skalar antara dua vektor, beberapa
diantaranya adalah usaha mekanis, tenaga potensial gravitasi, daya elektrik dan rapat tenaga
elektromagnetik. Dalam pembahasan besaran-besaran ini nanti akan diperlihatkan hubungan
antara besaran-besaran tersebut dengan perkalian skalar antar vektor.
Perkalian vektor antara dua vektor a dan b dituliskan sebagai a b dan hasilnya adalah
Arah dari c, sebagai hasil perkalian vektor a dan b, didefenisikan tegakk lurus pada bidang
yang dibentuk oleh a dan b. Untuk menentukan arah vektor c, kita kihat Gamabar 2-12. Kita
bayangkan sebuah sekrup-kanan yang sumbunya tegak lurus kepada bidang yang dibentuk
oleh a dan b. Bila sekrup ini diputar dari a ke b melalui sudut yang diapitnya maka arah
majunya sekrup didefenisikan sebagai arah dari perkalian vektor a b (Gambar 2-12a).
Cara ;ain untuk memperoleh arah perkalian vektor adalah sebagai berikut. Bayangkanlah
sebuah sumbu yang tegak lurus bidang a dan b dan melalui titik asal. Sekarang kepalkan jari-
jari tangan kanan melingkupi sumbu ini sambil mendorong vektor a ke arah vektor b oleh
ujung-ujung jari melalui sudut apit terkecil, sementara itu ibu-jari tetap tegak berdiri; maka
arah dari perkalian vektor a b ditunjukkan oleh arah ibu-jari yang tegak tersebut(lihat
Gambar 2-12b).* Karena cara penulisannya demikian, maka a b disebut juga perkalian
dalam perkalian silang sangatlah penting. Untuk skalar hal ini tidak menjadi masalah, karena
urutan faktor dalam aljabar atau ilmu hitung biasa tidak mempengaruhi hasil akhirnya.
kenyataan bahwa besar (magnitude) ab sin sama dengan besar ba sin , tetapi arah a
b berlawanan dengan arah b a; hal ini memang demikian karena jika sebuah
sekrup kanan diputar a ke b melalui bergerak maju kesuatu arah, maka jika diputar dari
b ke a melalui akan bergerak kearah yang berlawanan. Kesimpulan yang sama dapat
Jika =90 , maka a, b dan c (=a b) saling tegak lurus dan menyatakan arah-arah
Gambar 2-12. Perkalian vektor. (a) untuk c (=a b), maka arah c sama drngan arah pergerakan sekrup
kanan jika diputar dari a ke b melalui sudut terkecil (b) arah c dapat juga diperoleh melalui aturan tangan
kanan : jika tangan kanan dikepalkan sehingga jari-jarinya melipat mengikuti putaran dari a ke , maka arah c
ditunjukan oleh arah ibu jari kanan bila ditegakkan. (c) perkalian vektor berubah tandanya jika urutan faktor-
faktornya dipertukarkan : a b=- b a. Gunakanlah aturan tangan kanan ataupun sekrup kanan untuk
Alasan pendefenisian perkalian vektor seperti ini adalah karena hal ini ternyata sangat
bermanfaat dalam fisika. Seringkali dijumpai besaran-besaran fisis berupa vektor yang
perkalianya, dengan defenisi di atas, mengahasilkan suatu besaran vektor baru yang memiliki
arti fisis yang penting. Beberapa contoh besaran yang merupakan perkalian vektor adalah
momen gaya, momentum sudut, gaya yang bekerja pada muatan yang bergerak dalam medan
magnet, dan aliran tenaga (energi) elektromagnetik. Dalam pembahasan besaran-besaran
tersebut nanti akan ditunjukkan hubungan antara besaran-besaran itu dengan perkalian vektor
antara dua buah vektor.
Perkalian skalar (dot) adalah perkalian yang paling sederhana antara dua vektor.
Urutan perkalian tidak mempengaruhi hasilnya. Perkalian vektor (cross) sedikit lebih sulit
dari pada itu. Urutan perkalian menentukan hasilnya, tetapi hanya berbeda dengan faktor
minus satu, yang berarti arahnya berbalik. Masih ada perkalian antar vektor lain yang sangat
bermanfaat, tetapi lebih sulit. Sebagai contoh misalnya tensor, dapat dibentuk dengan
mengalikan ketiga komponen vektor yang satu dengan ketiga vektor lainnya; dengan
demikian tensor (rank kedua) ditentukan oleh sembilan bilangan yang berkaitan dengannya,
sedangkan vektor hanya tiga dan skalar satu. Besaran fisis yang dapat dinyatakan dengan
tensor adalah tegangan (stress) mekanis dan elektris, regangan (strain), momen dan product
inersia. Besaran fisi lain yang lebih rumit masih mungkin, tetapi dalam buku ini kita hanya
akan menggunakan skalar dan vektor saja.
CONTOH 4
Sebuah vektor a dan bidang x-y berarah 250 berlawanan dengan jarum jam dari sumbu-x
positif dan besarnya (magnitude) 7.4 satuan. Vektor b berarah sejajar dengan sumbu z dan
besarnya 5.0 satuan,. Hitunglah (a) perkalian skalar a . b dan (b) perkalian vektor a b
(a) Karena a dan b saling tegak lurus, maka sudut antara kedua vektor tersebut
adalah 90 dan cos = cos 90 = 0, sehingga dari persamaan 2-11, hasil perkalian
skalarnya adalah
a . b= ab cos =ab cos 90 = (7,4 ) (5,0 ) 0=0
sesuai dengan kenyataan bahwa vektor yang satu tidak mempunyai komponen dalam arah
vektor yang lainnya.
Arah dari hasil kali tegak lurus kepada bidang yang dibentuk oleh a dan b. Seperti
diperlihatkan dalam Gambar 2-13, vektor hasil perkaliannya terletak pada bidang x-y (tegak
lurus b) dan membentuk sudut 250 - 90 =160 dengan sumbu + x (tegak lurus pada a)
Gambar contoh 4
a x , a y , a z ; b x , b y , b z dan r x , r y , r z
. Kita misalkan pula bahwa ketiga vektor tersebut memenuhi
hubungan
r=a+b( 213)
Sekarang kita tinjau suatu sistem koordinat lain xyz yang keadaaannya sebagai
berikut : (1) titik asalnya tidak berimpit dengan titik asal sistem koordinat yang pertama, xyz,
dan (2) sumbu-sumbu yang bersesuaian dengan sumbu sistem koordinat pertama tidak ada
yang sejajar. Dengan perkataan lain, kumpulan koordinat yang kedua tersebut telah
mengalami translasi dan rotasi (putaran) terhadap sumbu koordinat yang pertama.
Pada umumnya semua komponen vektor a, b, dan r dalam sistem koordinat yang baru
akan berbeda daripada yang pertama; dan kita nyatakan dengan ax,ay,az ; bx,by,bz ; dan rx,ry,rz.
Namun akan kita jumpai, bahwa komponen-komponen yang baru ini memenuhi hubungan
r x =a x +b x i r y =a y + b y i dan r z =a z + bz (2-15)
Yang bearti bahwa (lihat persamaan 2-13) dalam sistem yang baru juga berlaku
r=a+b
Dalam bahasa yang lebih formal sering di katakan : hubungan antar vektor, persamaan
2-13 hanyalah satu contoh saja, adalah invarian (artinya, tidak berubah) terhadap translasi
atau rotasi (perputaran) koordinat. Pengalaman menunjukkan bahwa eksperimen-eksperimen
yang mendasari hukum-hukum fisika maupun hukum fisika itu sendiri tidak berubah
bentuknya jika sistem koordinatnya dirotasikan atau ditranslasikan. Jadi bahasa vektor
merupakan bahasa yang ideal untuk mengatakan hukum-hukum fisika. Jika suatu hukun
dapat dinyatakan dalam bentuk vektor, maka sifat invarian hukum tersebut terhadap translasi
dan rotasi sistem koordinat dijamin oleh sifat geometris vektor ini.
1. Ketika penerjun menjatuhkan diri dari kapal, tempat ia jatuh tidak tepat di bawah kapal,
tetapi jauh melenceng karena adanya dua vektor gaya yaitu gaya gravitasi dan gaya
dorong angin.
2. Saat perahu menyebrangi sebuah sungai, makan kecepatan gerak perahu yang
sebenarnya merupakan kecepatan gerak perahu dan kecepatan air.
3. Dalam suatu kejadian seorang pemanah menarik anak panah dari busurnya sebenarnya
arah gerak anak panah merupakan penjumlahan vektor gaya tarik tali dari kedua ujung
busur tersebut.
4. Pesawat terbang yang ingin terbang dan mendarat menggunakan metode vekto,
sehingga ketika turun tidak langsung jatuh kebawah, tapi melalui arah vektor yang
disesuaikan. Dengan demikian orang-orang yang berada didalamnya pun tidak jatuh
atau terombang-ambing.
5. Metode vektor juga diaplikasikan terhadap orang yang sedang bermain layang-layang.
Sehingga arah layang-layang yang sedang terbang tidak lurus terhadap orang yang
memegang tali layangan. Dengan demikian orang tersebut dapat melihat layangan lebih
jelas karena ada pengaruh vektor.
6. Pada saat seorang anak bermain jungkat-jungkit, pada bidang miring menggunakan
gaya vektor, sehingga anaak tersebut tidak jatuh dari bidang miring itu.
7. Seorang pilotpada pesawat terbang menggunakan komputer navigasi yang dihubungkan
dengan cara vektor, sehingga seorang pilot yang mengemudi tidak salah arah atau
berpindah di tempat yang tidak diinginkan.