Anda di halaman 1dari 10

PENGELOLAAN PERTAMBANGAN YANG BERDAMPAK LINGKUNGAN DI

INDONESIA

JEANNE DARC NOVIAYANTI MANIK SH.,M.HUM


Staff Pengajar Universitas Bangka Belitung

Abstrak
Usaha Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan pengolahan dan pemurnian, pengangkutan
dan penjualan serta kegiatan pasca tambang (Pasal 1 butir 6 Undang-Undang No.4 tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara). Pertambangan mempunyai beberapa karakteristik
, yaitu tidak dapat diperbaharui (non renewable), mempunyai resiko relatif lebih tinggi dan
pengusahaannya mempunyai dampak lingkungan baik fisik maupun lingkungan yang relatif
lebih tinggi dibandingkan pengusahaan komoditi lain pada umumnya. Pentingnya penerapan
kegiatan industri dan/atau pembangunan yang berbasis lingkungan, perlu disadari oleh setiap
elemen bangsa, karena persoalan lingkungan merupakan permasalahan bersama. Hanya saja
dalam pratiknya, diperlukan lembaga formal pengendali yang secara yuridis berwenang untuk
itu. Pengendalian kegiatan dan operasionalisasi industri, dalam prakteknya terwujud dalam
konsep dan program kerja sistematis dalam bentuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup. Pengelolaan lingkungan hidup harus bermuara pada terjaminnya kelestarian lingkungan,
seperti tercantum dalam Pasal 1 butir 2 Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Kata kunci : pertambangan, hukum, lingkungan, pengelolaan, masyarakat

PENDAHULUAN lempeng tersebut pulalah akhirnya


Indonesia secara regional berada menghasilkan tatanan tektonik yang
pada dua buah lempeng besar yaitu lempeng lengkap. Kondisi geologi demikian
Pacifik di Utara dan lempeng Australia di mendukung pembentukan minaeralisasi
Selatan. Akibat tumbukan kedua lempeng berbagai mineral atau bahan galian berharga
tersebut, telah menempatkan Indonesia sebagai anugerah Tuhan YME yang patut
menjadi salah satu wilayah Negara yang disyukuri, misalnya mineral logam dan lain-
rawan dengan bencana gempa bumi, tsunami lain.1
dan letusan gunung berapi. Namun, dibalik
1
Sujono, Geoplogi dan Mula jadi Emas, Puslitbang
bencana alam akibat tumbukan dua lempeng Mineral dan Batubara, 2004, Hal.90. Secara regional,
tersebut,membawa hikmah yang tak ternilai Indonesia terbentuk akibat tumbukan dua lempeng
besar yaitu lempeng Pacidik di Utara dan lempeng
harganya. Akibat aktifitas pergerakan kedua Australia di Selatan. Tumbukan tersebut
Proses mineralisasi adalah salah satu meliputi penyelidikan umum, eksplorasi,
hikmah dari bencana yang diakibatkan studi kelayakan, konstruksi, penambangan
tumbukan kedua lempeng tadi, secara nyata pengolahan dan pemurnian, pengangkutan
telah menempatkan Indonesia sebagai dan penjualan serta kegiatan pasca tambang
Negara kaya akan berbagai macam mineral (Pasal 1 butir 6 Undang-Undang No.4 tahun
atau bahan galian. Sumber daya mineral atau 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
bahan galian yang terkandung di Indonesia Batubara).
sebenarnya sudah diusahakan sejak jaman Pertambangan mempunyai beberapa
Hindia Belanda, seperti tambang emas di karakteristik, yaitu tidak dapat diperbaharui
Cikotok yang baru dilakukan penutupan di (non renewable), mempunyai resiko relatif
akhir tahun 1980-an, kemudian tambang lebih tinggi dan pengusahaannya
bauksit di Pulau Bintan, tambang Batubara mempunyai dampak lingkungan baik fisik
si Sumatera Barat dan lain-lain. Melihat maupun lingkungan yang relatif lebih tinggi
sejarah pertambangan Indonesia yang sudah dibandingkan pengusahaan komoditi lain
berjalan cukup lama, merupakan modal pada umumnya.2 Pada dasarnya, karena
dasar pembangunan dalam rangka mencapai sifatnya yang tidak dapat diperbaharui
tujuan sebesar-besarnya untuk kemakmuran tersebut pengusaha pertambangan selalu
rakyat. mencari cadangan terbukti (proven reserves)
Usaha Pertambangan adalah baru. Cadangan terbukti berkurang dengan
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan produksi dan bertambah dengan adanya
dalam rangka penelitian, pengelolaan dan penemuan. Ada beberapa macam resiko di
pengusahaan mineral dan batubara yang bidang pertambangan, yaitu resiko geologi
(eksplorasi) yang berhubungan dengan
mengakibatkan terbentuknya jalur gunung berapi
(volcans arc). Diantara kedua lempeng tersebut, ketidakpastian penemuan cadangan
terdapat jalur sesar naik dan lipatan. Dibelakang
jalur penujaman (back arc subduction zone) akan (produksi), resiko teknologi yang
terbentuk rangkaian kegiatan magmatic dan gunung
berhubungan dengan ketidakpastian biaya,
api dan berbagai cekungan pengendapan.
Pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan resiko pasar yang berhubungan perubahan
lempeng Eurasia menghasilkan jalur penunjaman di
selatan Pulau Jawa dan jalur gunung api di Sumatera, harga dan resiko kebijakan pemerintah yang
Jawa dan Nusa Tenggara serta cekungan lainnya
seperti cekungan Sumatera Utara, Sumatera Tengah,
berhubungan dengan perubahan pajak dan
Sumatera Selatan dan cekungan Jawa Utara. Kondisi
tatanan tektonik yang lengkap tersebut menadi
2
pendukung bagi pembentukan mineralisasi emas dan Adrian Sutedi, Hukum Pertambangan, Sinar Grafika,
logam lainnya di Indonesia. Jakarta, 2011, hal.43
harga domestic. Resiko-resiko tersebut daerah yang luas di permukaan. Tambang
berhubungan dengan besaran yang ada yang digali di permukaan atau tambang
mempengaruhi keuntungan usaha, yaitu dengan membuat terowongan dekat
produksi, harga, biaya dan pajak usaha yang permukaan seperti batu bara, tembaga, emas
mempunyai resiko lebih tinggi menuntut dan lain-lain sehingga relatif membutuhkan
pengembalian keuntungan (rate of return) daerah yang luas di permukaannya dan
yang lebih tinggi. sebagai akibat dampak lingkungan fisik
Walaupun demikian, terdapat maupun sosialnya lebih besar. Apalagi
dampak lingkungan pada waktu eksplorasi, tambang tersebut tadinya merupakan mata
tetapi dampak lingkungan pertambangan pencaharian penduduk setempat.
utama adalah pada waktu eksploitasi dan Pentingnya penerapan kegiatan
pemakaiannya untuk yang bisa digunakan industri dan/atau pembangunan yang
sebagai energi (minyak, gas dan batu bara). berbasis lingkungan, perlu disadari oleh
Dampak lingkungan tersebut dapat setiap elemen bangsa, karena persoalan
berbentuk fisik seperti penggundulan hutan, lingkungan merupakan permasalahan
pengotoran air (sungai, danau dan laut) serta bersama. Hanya saja dalam pratiknya,
pengotoran udara untuk energi. Dampak diperlukan lembaga formal pengendali yang
lingkungan tersebut dapat juga bersifat secara yuridis berwenang untuk itu.
sosial, yaitu hilangnya mata pencaharian Pengendalian kegiatan dan operasionalisasi
masyarakat yang tadinya hidup dari hasil industri, dalam prakteknya terwujud dalam
hutan maupun hasil pertambangan itu konsep dan program kerja sistematis dalam
sendiri. Sebagai contoh dengan cara yang bentuk perlindungan dan pengelolaan
sederhana penduduk dapat mendulang emas. lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan
Dampak lingkungan pertambangan hidup harus bermuara pada terjaminnya
berbeda antara jenis tambang yang satu kelestarian lingkungan, seperti tercantum
dengan yang lain. Tambang yang ada dalam Pasal 1 butir 2 Undang-Undang
berada jauh di bawah permukaan bumi No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
seperti tambang minyak dan gas (migas) Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang
sehingga penambangannya dilakukan menyatakan bahwa perlindungan dan
dengan membuat sumur. Oleh sebab itu, pengelolaan Lingkungan hidup adalah upaya
penambangannya relatif tidak membutuhkan sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan bitumen padat, batuan aspal, batubara dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau gambut). Pertambangan mineral
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi digolongkan atas :
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, a. Pertambangan mineral radioaktif
pemeliharaan, pengawasan dan penegakan b. Pertambangan mineral logam
hukum c. Pertambangan mineral bukan logam,
Dasar kebijakan publik di bidang dan
pertambangan adalah Undang-Undang Dasar d. Pertambangan batuan
tahun 1945 (UUD 1945) pada Pasal 33 ayat
(3) yang menyatakan bahwa bumi dan air PEMBAHASAN
dan kekayaan alam yang terkandung Pasal 2 Undang-Undang No. 4 Tahun 2009
didalamnya dikuasai oleh Negara dan mengatur bahwa Petambangan Mineral dan
digunakan sebesar-besarnya untuk Batu bara (Minerba) dikelola berasaskan :
kemakmuran rakyat. Peraturan pelaksana a. Manfaat, keadilan dan keseimbangan
dalam kegiatan pertambangan khususnya b. Keberpihakan kepada kepentingan
antara lain Undang-Undang No.11 tahun bangsa
1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok c. Partisipatif, transparansi dan
Pertambangan, Undang-Undang No. 4 tahun akuntabilitas
2009 tentang Pertambangan Mineral dan d. Berkelanjutan dan berwawasan
Batubara, Undang-Undang No. 32 tahun lingkungan.
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Asas yang terencana
Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tetang mengintegrasikan dimensi ekonomi,
Pengelolaaan dan Perlindungan Lingkungan lingkungan dan sosial budaya dalam
Hidup. keseluruhan usaha pertambangan
Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah mineral dan batu bara untuk
No.2 tahun 2010 tentang Pelaksanaan mewujudkan kesejahteraan masa kini
Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba, dan masa mendatang.
yang telah diubah dengan Peraturan Pada Pasal 3 Undang-Undang No.4 Tahun
pemerintah No. 26 tahun 2012 2009 mengatur bahwa dalam rangka
dikelompokkan atas pertambangan mineral mendukung pembangunan nasional yang
dan pertambangan batubara (antara lain
berkesinambungan, tujuan pengelolaan baik dan benar, adalah anggapan yang
mineral dan batubara adalah : segera harus diakhiri. Caranya adalah
a. Menjamin efektifitas pelaksanaan melakukan penataan konsep kegiatan
dan pengendalian kegiatan usaha usaha pertambangan melalui sebuah
pertambangan secara berdaya guna, upaya yang nyata agar stempel buruk itu
berhadil guna dan berdaya saing; dapat dibuktikan tidak benar adanya.
b. Menjamin manfaat pertambangan Munculnya stempel buruk tersebut
minerba secara berkelanjutan dan berdasarkan pada permasalahan yang
berwawasan lingkungan hidup; selalu ada dalam usaha pertambangan,
c. Menjamin tersedianya mineral dan diantaranya :
batubara sebagai bahan baku a. Terkorbannya pemilik lahan
dan/atau sumber energi untuk Bahwa kegaiatan usaha
kebutuhan dalam negeri; pertambangan adalah kegiatan yang
d. Mendukung dan menumbuh cenderung mengorbankan
kembangkan kemampuan nasional kepentingan pemilik hak atas lahan.
agar lebih mampu bersaing di tingkat Hal ini sering terjadi lantaran selain
nasional, regional dan internasional; kurang baiknya administrasi
e. Meningkatkan pendapatan pertanahan di tingkat bahwa, kuha
masyarakat lokal, daerah dan Negara karena faktor budaya dan adat
serta menciptakan lapangan kerja setempat. Kebiasaan masyarakat adat
yang sebesar-besarnya untuk di beberapa daerah dalam hal hak
kesejahteraan rakyat. penguasaan tanah biasanya cukup
f. Menjamin kepastian hukum dalam dengan adanya pengaturan intern
penyelenggaraan kegiatan usaha mereka yaitu saling mengetahui dan
pertambangan mineral dan batubara. menghormati diantara batas-batas
Cap atau kesan buruk bahwa tanah. Keadaan tersebut kemudian
pertambangan merupakan kegiatan yang dimafaatkan oleh sekelompok orang
bersifat zero value, sebagai akibat dengan membuat surat tanah dari
kenyataan berkembangnya kegiatan desa setempat sehingga tidak jarang
penambangan yang tidak memenuhi pemilik lahan merupakan orang atau
kriteria dan kaidah-kaidah teknis yang
kelompok pertama yang menjadi ada. Kenyataan ini kemudian
korban dari aktivitas pertambangan. mendorng munculnya suatu
b. Kerusakan lingkungan ungkapan popular di kalangan
Bahwa kegiatan usaha pertambangan profesi geologi dan pertambangan,
adalah kegiatan yang sudah pasti bahwa sebelum bumi jadi roti,
akan menimbulkan kerusakan dan kegiatan usaha pertambangan akan
pencemaran lingkungan adalah terus berjalan.
sesuatu yang tidak dapat dibantah. c. Ketimpangan sosial.
Oleh karena itu, untuk mengambil Kebanyakan kegiatan usaha
atau memperoleh bahan galian pertambangan didaerah terpencil,
tertentu, sudah pasti dengan dimana keadaan masyarakatnya
penggalian, artinya akan terjadi masih hidup dengan sangat
perombakan atau perubahan sederhana, tingkata pendidikan yang
permukaan bumi, sesuai dengan rendah, dan kondisi sosial ekonomi
karakteristik pembentukan dan umumnya masih berada di bawah
keberadaan bahan galian, yang garis kemiskinan. Dilain
secara ganesa atau geologis dalam pihak,kegiatan usaha pertambangan
pembentukannya atau kejadiannya membawa pendatang dengan tingkat
harus memenuhi kondisi geologis pendidikan cukup, menerapkan
tertentu dan pasti berada dibawah teknologi menengah tekonologi
permukaan bumi, laut dan atau tinggi, dengan budaya dan kebiasaan
permukaan bumi khususnya bagai yang kadangkala bertolak belakang
endapan sekunder atau alluvial. dengan masyarakat setempat.
Namun di pihak lain, hal yang harus Kondisi ini akan menyebabkan
disadari bahwa kegiatan munculnya kesenjangan sosial antara
pertambangan merupakan industri lingkungan pertambangan dengan
penyedia bahan baku dasar bagi masyarakat disekitar usaha
industri hilir. Dengan demikian, pertambangan berlangsung.
kegiatan penggalin bahan galian Konsep prinsip-prinsip pengelolaan dan
akan terus berlangsung, selama pengusahaan bahan galian atau usaha
peradaban manusiaada didunia masih pertambangan yang baik dan benar bukan
hanya dalam rangka menjawab tudingan
miring selama ini, tetapi mempunyai Mencermati keadaan bahwa
dimensi yang lebih luas lagi yaitu prinsip- kebutuhan akan bahan galian akan
prinsip pertambangan yang baik dan benar meningkat untuk masa yang akan
serta memuat semangat, maksud dan tujuan datang, maka secara kuantitas diprediksi
3
: kegiatan usaha pertambangan akan
a. Mengendalikan distribusi meningkat pula. Salah satu alasa
pemanfaaatan bahan galian, dengan kegiatan usaha pertambangan akan
prioritas uatama dan pertama atau meningkat, dapat dilihat dari fakta
terlabih dahulu untuk kepentingan bahwa kebutuhan listrik dunia gampir
bangsa dan Negara; 65% dipasok dari produk pertambangan
b. Meningkatkan mining recovery atau berupa minyak, gas dan batubara. Untuk
perolehan bahan galian semaksimal Indonesia, kebutuhan listrik nasional
mungkin; 80% dipasok dari pertambangan berupa
4
c. Memingkatkan efisiensi pemakaian panas bumi, minyak, gas dan batubara.
bahan galian, sebagai upaya Industri lainnya seperti industri
penghematan pemakaian bahan dasar transportasi (kenderaan roda empat, dua,
industri berdimensi jangka panjang. kapal laut, pesawat terbang), industri
Hal ini berkaitan dengan keberadaan rumah tangga, industri elektronik,
bahan galian sebagai non renewable industri bangunan, dan industri peralatan
resources, artinya penghematan yang kerja dan lain-lain memerlukan berbagai
berkaitan dengan kepentingan bahan baku mineral logam dan non
generasi yang akan datang. logam. Artinya bahwa tanpa adanya
d. Meningkatkan peroleh devisa Negara adanya suplai bahan baku dasar untuk
dari sektor pertambangan karena industri-industri tersebut, maka akan
adanya mining recovery, berarti pula terjadi stagnansi kegiatan industri, yang
meningkatkan jumlah perolehan berarti pula timbulnya berbagai dampak
bahan galian dan memperpanjang sosial ekonomi yang menyertainya.
umur galian. Data tersebut menunjukkan bukti bahwa

3 4
Nandang Sudrajat, Teori dan Praktik Pertambangan Suyartono dkk, Good Mining Practice Konsep
di Indonesia Menurut Hukum, Pustaka Yustisia, tentang Pengelolaan Pertambangan yang Baik dan
Yogyakarta, 2010, hal.142. Benar, Studi Nusa, Semarang, Edke-4, 2003, hal.4
industri pertambangan merupakan 6. Meningkatkan sumber daya
industri hulu yang menopang masyarakat (SDM) masyarakat
bergeraknya kegiatan-kegiatan industri lingkar tambang;
hilir. 7. Meningkatkan derajat kesehatan
Di sisi lain, maka akan didapatkan pula masyarakat lingkar tambang.
pendapat daerah dari usaha pengelolaan Dampak negatif dari pembangunan di
pertambangan yang ada, terdiri atas : bidang pertambangan antara lain :
1. Pajak daerah; 1. Kehancuran lingkungan hidup
2. Retribusi daerah ; dan 2. Penderitaan masyarakat adat
3. Pendapatan lainnya yang sah 3. Menurunnya kualitas hidup
berdasarkan aturan yang berlaku. penduduk lokal
4. Meningkatnya kekerasan terhadap
KESIMPULAN perempuan
Setiap kegiatan pembangunan di bidang 5. Kehancuran ekologi pulau-pulau
pertambangan pasti menimbulkan dampak, 6. Terjadi pelanggaran HAM pada
baik dampak positif maupun dampak kuasa pertambangan
negatif. Dampak positif dari kegiatan Bentuk bentuk kuasa pertambangan
pembangunan di bidang pertambangan, menurut Undang-Undang No. 11 tahun 1967
antara lain : tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
1. Memberikan nilai tambah secara Pertambangan, Peraturan Menteri
nyata kepada pertumbuhan ekonomi; Pertambangan dan energy No.01 P/ 201 /
2. Meningkatkan pendapatan asli M.PE/1986 tentang Pedoman Pengelolaan
daerah (PAD); Pertambangan Rakyat Bahan Galian
3. Menampung tenaga kerja, terutama Strategis dan Vital (golongan a dan b) dan
masyarakat lingkar tambang; Keputusan Menteri Pertambangan dan
4. Meningkatkan ekonomi masyarakat Energi Nomor 20127.K/201/M.PE/1985
lingkar tambang; tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian
5. Meningkatkan usaha mikro Kuasa Pertambangan dan Perpanjangan
masyarakat lingkar tambang; Kuasa Pertambangan dan pengaturannya :
1. Surat Kuasa Penugasan
Pertambangan
Adalah kuasa pertambangan yang sifat khusus daerah, maka wewenang
diberikan oleh Menteri ESDM Menteri ESDM untuk memberikan
kepada instansi pemerintah yang izin tambang rakyat untuk
ditunjuk untuk melakukan usaha dilimpahkan kepada Gubenur,
pertambangan. Instansi Pemerintah dimana terdapatnya bahan galian
yang dimaksud antara lain Kantor yang bersangkutan.
Wilayah Departemen Pertambangan 3. Surat keputusan Pemberian Kuasa
dan Eneergi, Direktorat, Badan dan Pertambangan
Lembaga Pemerintah Surat keputusan pemberian kuasa
Nondepartemen ILembaga Ilmu pertambangan diberikan oleh
Pengetahuan Indonesia (KIPI), Menteri ESDM kepada BUMN,
Badan Tenaga Atom Nasional Perusahaan Daerah, Koperasi
(BATAN), Badan Pengkajian dan Pertambangan, Perusahaan Swasta
Penerapan Teknologi (BPPT), dan perorangan untuk melakukan
Lembaga Oceanologi Nasional usaha pertambangan. Pemberian
(LON) dan lain-lain kuasa pertambangan berbeda dengan
2. Surat Kuasa Izin Pertambangan bentuk kuasa pertambangan lainnya
Rakyat yang lebih khusus. Pemberian kuasa
Adalah kuasa pertambangan yang pertambangan selain subjek hukum
diberikan oleh Menteri ESDM yang dapat diberikan bervariasi, juga
kepada rakyat setempat. Krieteria pemberian kuasa pertambangan
dan sifat dari pertambangan rakyat disesuaikan dengan jenis usaha
adalah kegiatan usaha pertambangan pertambangan yang dilakukan. Jenis
sederhana dan kecil-kecilan, tidak usaha yang dimaksud antara lain
menggunakan peralatan yang penyelidikan umum, eksplorasi,
canggih, produksinya cukup untuk eksploitasi, pengolahan/pemurnian,
keperluan hidup sehari-hari bagi pengangkutan dan penjualan.
penambangnya, luasnya sangat 4. Surat Izin Pertambangan Daerah
terbatas, yaitu tidak melebihi 5 (SIPD)
(lima) hektar dan umur tambangnya Ialah kuasa pertambangan yang
relatif pendek serta beragam sifat- diberikan oleh Gubernur kepada
badan hukum dan atau perorangan Iskandar Zulkarnaen, Erwiza Erman, Tri
Nuke Pidjiastuti, Yani Mulyaningsih,
untuk melakukan usaha
Konflik di Kawasan Pertambangan Timah
penambangan atas bahan galian Bangka Belitung: Persoalan dan Alternatif
Sosial, LIPI Pres Jakarta, 2005
golongan c. Menurut Pasal 5 ayat (2)
Peraturan Pemerintah No. 37 tahun Nandang Sudrajat, Teori dan Praktik
Pertambangan di Indonesia Menurut
1986 Surat Izin Pertambangan
Hukum, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2010,
Daerah dapat diberikan kepada :
Salim HS, Hukum Pertambangan di
a. Perusahaan daerah
Indonesia, RadjaGrafindo, Jakarta, ed.ke-5,
b. Koperasi 2010
c. Badan Usaha Milik Negara
Supriyadi, Hukum Lingkungan di Indonesia,
d. Badan Hukum swasta yng Suatu Pengantar, Sinar Grafika, Jakarta,
2006
didirikan berdasarkan peraturan
perundang-undangan RI Sutedjo Sujitno, Sejarah Pertambangan
Timah Di Indonesia, Abad 18 Abad 20,
e. Perorangan / WNI yang
Ibalat Communication, 2007
diprioritaskan bagi yang
Wisnu Arya Wardhana, Dampak
berdomisili di daerah tingkat II
Pencemaran Lingkungan, Andi Offset,
tempat terdapatna bahan galian Jakarta, 2004
golongan C yang bersangkutan
Undang-Undang No.11 tahun 1967 tentang
f. Perusahaan patungan anatara
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan
Negara / BUMN di satu pihak
Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang
dengan pemerintah daerah atau
Pertambangan Mineral dan Batubara
perusahaan daerah lainnya.
Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang
Adrian Sutedi, Hukum Pertambangan, Sinar
Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan
Grafika, Jakarta, 2011,
Hidup.
Eko Teguh Paripurno, Hendrik Siregar, Igor
Peraturan Pemerintah No.2 tahun 2010
ONeil, Jevelina Punih, Nurhidayati, Torry
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Kuswardono, Datang, Gali dan Pergi,
Pertambangan Minerba, yang telah diubah
Potret Penutupan Tambang di Indonesia,
dengan Peraturan pemerintah No. 26 tahun
Jatam, Jakarta, 2009
2012

Anda mungkin juga menyukai