Orthosis
Dewangga O. Nugroho
Muhamad F.N. Fadilah
Kholisa I. Rokhmana
Muhammad F. Hasan
Perancangan Produk
Orthosis
V
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, penyusunan buku Beomekanika ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada Bapak Dr. Rifky Ismail, ST, MT selaku dosen pengampu mata kuliah
Penulisan Teknik dan Presentasi.
Dalam buku ini akan dibahas tentang biomekanika gerak pada manusia. Gerakan
tersebut meliputi biomekanika gerak berjalan, berlari, naik dan turun tangga,
jangkauan serta gerakan sholat.
Akhir kata, penulis menyampaikan permohonan maaf jika ada kesalahan
yang penulis lakukan dalam penyusunan buku ini. Maka kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan, agar penyusunan berikutnya dapat
lebih baik lagi. Semoga buku ini bisa bermanfaat dan memberikan informasi yang
diperlukan bagi siapa saja yang memerlukannya.
Penulis
VI
VII
Ringkasan
Daftar Isi
Kata Pengantar V
Ringkasan VII
Daftar Isi IX
Daftar Gambar XI
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Hubungan antara Ilmu Teknik Mesin dengan Rehabilitasi Medis 2
1.3 Prothosis dan Orthosis 3
1.3.1 Pengertian Prothosis 3
1.3.2 Pengertian Orthosis 4
1.3.3 Jenis-jenis Orthosis 5
Referensi 7
BAB 2 BOSTON BRACE 9
2.1 Latar Belakang 9
2.2 Penanggulangan Penyakit 10
2.3 Parameter Pengguna Hasil Produk 14
2.4 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan 14
2.5 Diagram Fungsi Produk 14
2.6 Tabel Klarifikasi Kombinasi 15
2.7 Rancangan Konsep 15
2.8 Matriks Penilaian Konsep 17
2.9 Produk-produk yang Ada di Pasar 18
Referensi 20
BAB 3 CLUBFOOT ORTHOTIC 21
3.1 Latar Belakang 21
3.2 Tujuan Perancangan 23
3.3 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan 23
3.4 Penentuan Spesifikasi Teknis Produk 23
3.5 Tahap Perancangan 23
3.5.1 Matriks Morfologi 24
3.5.2 Pembentukan Konsep 24
3.5.3 Seleksi Konsep 27
3.6 Desain dan Proses Manufaktur 28
3.6.1 Analisa Pembebanan 28
X
Daftar Gambar
Pendahuluan 1
Seperti yang dijelaskan di awal, jika saat ini kita berada pada era teknologi yang
sudah cenderung serba praktis. Perubahan ini tak hanya berdampak buruk bagi
manusia, namun juga berdampak baik. Seperti pada bidang industri, berbagai
industri saat ini sangat membutuhkan teknologi, karena dengan berkembangnya
teknologi dapat memberikan dampak positif efisiensi biaya maupun waktu.
Industri kesehatan merupakan salah satu contoh yang membutuhkan
teknologi didalamnya. Saat ini telah ditemukan banyak alat kesehatan yang
3
Prothosis dan Orthosis merupakan salah satu cara rehabilitasi medik dengan
menambahkan alat yang bertujuan untuk membantu fungsi kerja bagian tubuh
tertentu agar dapat bergerak dan beraktifitas secara maksimal. (Wijanarko dan
Azizah, 2016)
2) KAFO (knee ankle foot orthose) yang digunakan pada pasien dengan
kelainan panjang tungkai dan polio.
3) AFO (ankle foot orthose) yang digunakan untuk koreksi kecacatan pada
daerah ankle dan foot yang mengalami drop foot.
4) FO (foot orthose) yang digunakan untuk koreksi kecacatan pada telapak
kaki.
5) Orthopaedic shoes yang digunakan untuk mengoreksi kelainan kaki yang
cacat, seperti flat foot, menetralisir dari kaki yang mengalami valgus atau varus.
c. Orthosis untuk orang sehat
Orthosis untuk orang yang sehat seperti deker lutut, deker ankle, dan
corset.
d. Alat bantu mobilisasi
Alat bantu mobilisasi seperti crutch, walker, kursi roda, dan three foot.
7
Referensi
Arifin, Sahibul. (2012). Pengertian Orthose / Orthosis. http://arif-
plb2011.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-orthose-orthosis.html (diakses
pada 30 Maret 2017)
Colditz, J.C. (2004). Low-Temperature Thermoplastic Splints/ Orthoses Made by
Therapists: An Overview of Current Practice.
http://www.oandp.com/articles/2004-10_03.asp. (diakses pada 26 April
2017)
Gesunde Medical. (2013). Kursi Roda Elektrik.
https://www.alatkesehatan.id/kursi-roda-elektrik/ (diakses pada 5 April
2017)
IKFR Universitas Padjajaran. (2015). Prosthesis Orthosis.
http://ikfrbandung.com/post/detail/prosthesis-orthosis (diakses pada 26
April 2017)
Murano, Grace. (2012). 10 Most Inspirational Athletes With Prostetic Limbs.
http://www.oddee.com/item_98313.aspx (diakses pada 26 April 2017)
Wijanarko, Agung dan Ronim Azizah. (2016) . Pusat Rehabilitasi Pasca Stroke di
Semarang dengan Pendekatan Healing Environment. Tugas Akhir Thesis.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yuliardi, Windy. (2016). Ortotik dan Prostetik Berbasis Web pada PT. Pratama Sentra
Rehabilitasi. Skripsi. Akademi Manajemen Informatika dan Ilmu Komputer.
Wikipedia. (2017). Oscar Pistorius.
https://en.wikipedia.org/wiki/Oscar_Pistorius (diakses pada 26 April
2017)
8
9
Boston Brace 2
Boston Brace adalah alat untuk menanggulangi salah satu penyakit atau kelainan
pada tulang belakang, yaitu skoliosis.
Skoliosis adalah kondisi melengkungnya tulang belakang ke samping
secara tidak normal. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak sebelum
masa pubertas dengan kisaran usia 10 hingga 15 tahun. Anak laki-laki dan
perempuan memiliki risiko yang sama untuk mengidap skoliosis ringan, namun
anak perempuan lebih rentan untuk mengalami perburukan gejala sehingga
memerlukan penanganan yang memadai.
Meskipun kebanyakan kasus skoliosis yang menimpa anak-anak bersifat
ringan dan tidak memerlukan perawatan, namun harus diawasi secara saksama
dan disarankan untuk menjalani X-ray secara rutin untuk mengetahui
perkembangannya dan menghindari komplikasi lanjutan (www.alodokter.com).
10
2. Obat
Perawatan dengan menggunakan obat-obatan biasanya diberikan kepada
penderita skoliosis dewasa dan bertujuan meredakan rasa nyeri. Obat yang
diberikan biasanya parasetamol atau obat antiinflamasi non-steroid (AINS),
seperti ibuprofen. Jika kondisi yang dialami cukup parah, dokter mungkin akan
menyuntikan obat steroid untuk meredakan nyeri, walau hanya untuk jangka
pendek (www.alodokter.com).
3. Operasi
Perawatan dengan menggunakan obat-obatan biasanya diberikan kepada
penderita skoliosis dewasa dan bertujuan meredakan rasa nyeri. Obat yang
diberikan biasanya parasetamol atau obat antiinflamasi non-steroid (AINS),
seperti ibuprofen. Jika kondisi yang dialami cukup parah, dokter mungkin akan
11
menyuntikan obat steroid untuk meredakan nyeri, walau hanya untuk jangka
pendek (www.alodokter.com).
4. Orthosis
Menggunakan alat bantu berupa brace atau penahan jika pembengkokan pada
tulang belakang memiliki sudut sebesar 30-40 derajat. Alat bantu yang
umumnya dapat dijumpai di pasaran antara lain :
a. Milwaukee
The Brace Milwaukee umumnya digunakan untuk tinggi toraks (punggung
tengah) kurva. Ini memanjang dari leher ke panggul dan terdiri dari korset
khusus berkontur panggul plastik dan cincin leher dihubungkan dengan jeruji
besi di bagian depan dan belakang brace. Batang logam membantu
memperpanjang panjang batang tubuh dan cincin leher membuat kepala
berpusat di panggul. Tekanan bantalan, ditempatkan secara strategis sesuai
dengan pola kurva pasien, yang melekat pada batang logam dengan tali (Innaz,
2012).
b. Boston Brace
The Boston Brace memanjang dari bawah payudara ke awal daerah panggul
di depan dan dari bawah tulang belikat ke tulang ekor di belakang. Jenis penjepit
bekerja dengan menerapkan tiga-titik tekanan ke kurva untuk mencegah
perkembangannya. Ini memaksa daerah lumbal untuk fleksibel, yang
mendorong di perut dan rata kurva lumbal posterior. Ditempatkan secara
strategis tekanan bantalan tempat pada kurva, dan "void bantuan" yang terletak
di seberang daerah tekanan. Dikembangkan pada awal tahun 1970 oleh Dr John
Hall dan Mr William Miller dari Rumah Sakit Anak Boston, Boston Brace yang
biasanya diresepkan untuk kurva di lumbal (punggung) atau thoraco-lumbar
(mid-to-low back) bagian tulang belakang (Innaz, 2012).
c. Charleston Brace
Pilihan lain adalah Brace Charleston Bending. Brace ini dikembangkan pada
tahun 1979 oleh Dr Frederick Reed dan Ralph Hooper, Charleston Bending Brace
dikenakan hanya pada malam hari, itulah sebabnya itu juga dikenal sebagai
penahan "paruh waktu". Charleston Bending Brace dibentuk agar sesuai dengan
tubuh pasien di saat dia membungkuk ke arah konveksitas-atau luar tonjolan-
kurva, konsep di balik desain ini adalah "over-koreksi" kurva selama delapan jam
penjepit dikenakan.
Brace Charleston biasanya dianjurkan untuk kurva tulang belakang dari 20-35
derajat, dengan puncak kurva di bawah tingkat tulang belikat (Innaz, 2012).
13
d. Spinecor
Alat ini adalah alat yang paling umum digunakan saat ini. Brace ini
mempunyai bagian pelvic dari tali elastic kuat yang membungkus badan.
Menarik lekukan, putaran dan ketidakseimbangan. Alat ini kebanyakan sukses
untuk pasien yang memiliki kelengkungan relative kecil, struktur muda.
Biasanya dipakai 20jam sehari. Spinecor juga satu-satunya scoliosis brace untuk
orang dewasa. Brace ini dikembangkan di Montral, Canada dan sudah
digunakan di beberapa Negara (en.wikipedia.org).
Parameter yang harus dipenuhi pada calon pengguna hasil produk antara lain
(Anis dkk, 2015):
Usia maksimal 20 tahun ( berhentinya masa pertumbuhan)
Derajat pembengkokan 30-40 derajat
Tulang belakang berbentuk huruf
III. Konsep 3
Penahan Desain Brace Material
Full Body Polimer
Sebagian Kain Strech (korset) dan Polimer
Sabuk Belt
17
Jadi dapat disimpulkan, konsep produk yang dipilih oleh kelompok kami
adalah konsep 4.
Kyphosis. Setiap penjepit custom terbuat dari polimer kelas ortopedi tanpa retak
dengan busa liner Polyethylene hypo-allergenic untuk kenyamanan optimal.
Referensi
Clubfoot Orthotic 3
Bayi yang lahir dengan keadaan sehat serta memiliki anggota tubuh yang
lengkap dan sempurna merupakan harapan dari seorang Ibu dan seluruh
keluarga. Namun terkadang pada beberapa keadaan tertentu didapati bayi yang
lahir kurang sempurna karena mengalami kelainan bentuk anggota tubuh. Salah
satu kelainan adalah kelainan bawaan pada kaki yang sering dijumpai pada bayi
yaitu kaki bengkok atau CTEV(Congeintal Talipes Equino Varus). CTEV adalah
deformitas yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai,
adduksi dari kaki depan, dan rotasi medial dari tibia (Adillani, 2014) dan salah
satu anomali ortopedik kongenital yang sudah lama dideskripsikan oleh
Hippocrates pada tahun 400 SM (Miedzybrodzka, 2002).
Clubfoot atau Congenital Talipes Equino-varus (CTEV) adalah istilah umum
yang digunakan untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah
dari posisi yang normal. Nama CTEV berasal dari bahasa latin, Talipes berasal
dari kata talus (ankle) dan pes (foot), menunjukkan suatu kelainan pada kaki yang
22
Tujuan perancangan produk clubfoot orthotic ini adalah Membuat suatu desain
inovatif produk orthotic yang dapat digunakan untuk penderita penyakit clubfoot
dan dapat diproduksi secara massal. (Bagus dkk., 2015)
Sebelum membuat konsep desain harus diketahui terlebih dahulu apa yang
sebenarnya menjadi kebutuhan pelanggan supaya desain produk yang
dihasilkan dapat memiliki manfaat yang maksimal bagi pelanggan. Kebutuhan
pelanggan yang harus dipenuhi oleh produk Clubfoot Orthotic:
Produk dapat melakukan gerak kanan , kiri maupun menendang
Produk dapat diatur sudutnya hingga 70o
Produk dapat diproduksi massal dan digunakan penyandang penyakit
clubfoot
Produk memiliki nilai estetika
Tahap perancangan dimulai dengan mencari referensi desain clubfoot yang telah
ada dan apa saja kekurangan produk tersebut. Dan berusaha untuk mencari
solusi dari masalah yang ada tanpa mengurangi keunggulan produk tersebut.
24
a. Konsep Pertama
Keunggulan konsep pertama adalah konsep ini merupakan metal-less atau tidak
menggunakan logam sama sekali, sehingga dapat bergerak secara fleksibel dan
ringan ketika digunakan. Gambar konsep pertama dapat dilihat pada gambar 3.1
.
Gambar 3.1 Konsep Pertama (Bagus dkk., 2015)
b. Konsep Kedua
Keunggulan konsep kedua ini adalah memakai batang penyangga disamping,
agar kaki dari pasien clubfoot ini bisa rigid . Desain dari konsep ketiga bisa diliha
pada gambar 3.2
c. Konsep Ketiga
Keunggulan konsep ketiga adalah pengatur sudut yang berupa pengunci
lingkaran , dengan adanya pengatur sudut ini kaki konsumen akan dapat diatur
sudutnya dan dapat kembali normal , konsep ini juga menawarkan clubfoot
orthotic yang dapat bergerak bebas tanpa menggunakan bar. Gambar konsep
kedua dapat dilihat pada gambar 3.3
d. Konsep Keempat
Keunggulan konsep keempat adalah adanya logam yang disusun segitiga
sehingga memiliki konstruksi yang lebih kuat. Selain itu konsep ini memiliki
ukuran yang kecil dibanding konsep lain serta bentuk yang tidak rumit, sehingga
tidak mengganggu aktivitas pasien. Gambar konsep keempat dapat dilihat pada
gambar 3.4
27
Keterangan:
28
(a) (b)
Gambar 3.5 (a) Konsep ketiga tampak bawah (b) Konsep ketiga tampak samping
(Bagus dkk., 2015)
Setelah dihasilkan konsep yang terpilih dari opsi-opsi konsep, maka konsep yang
dipilih dan dikembangkan tersebut dipersiapkan untuk memasuki proses
manufaktur supaya dapat diproduksi.
Kasus clubfoot banyak terjadi pada anak kecil, maka masih memungkinkan
untuk melakukan proses operasi untuk penyembuhan. Namun pengobatan pasca
operasi masih membutuhkan alat orthosis agar penyembuhan maksimal.
Seperti pada gambar 3.7 dapat dilihat seorang anak yang menggunakan
Dennis-Browne orthosis untuk berjalan. Dan untuk anak yang berumur lebih
dari 3 tahun, digunakan sepatu orthosis kombinasi yang memiliki material
plastik dikombinasi dengan batang Dennis-Browne. Alat bantu ini digunakan
minimum selama 2 tahun terhitung setelah operasi.
32
Referensi
4.1 Pendahuluan
pengembangan alat hip abduction splint, oleh karena itu pada bab ini membahas
tentang perancangan produk pada alat hip abduction splint. Batasan masalah
perancangan produk ini sebagai berikut:
1. Hip abduction splint diperuntukan bayi usia < 1 tahun
2. Kenyamanan pengguna diperhatikan
3. Analisa material hanya mencakup berat dan kuat menahan beban
Produk hip abduction splint yang berada di pasaran seperti Gambar 4.2 yang
diproduksi oleh PT. Kuspito Ortotik Prostetik. Spesifikasi produk, dipakai
sebagai night splint (dipakai pada posisi tidur), menggunakan material
polyethylene dan stainless steel.
37
Gambar 4.2 Produk hib abduction splint PT. Kuspito Ostetik Prostetik
(http://transtibialprostesis.com)
Menurut Bashir dkk. (2014), dalam perancangan produk hip abduction splint ini
terdiri dari beberapa fasa, yaitu:
4.3.1 Fasa 1
1. Identifikasi Kebutuhan
a. Hip abduction splint dapat menahan beban.
b. Hip abduction splint nyaman saat digunakan.
c. Hip abduction splint memiliki bobot yang ringan.
d. Hip abduction splint adjustsable.
e. Hip abduction splint nilai estetika yang menarik.
2. Spesifikasi Teknis
a. Hip abduction splint adjustsable.
b. Hip abduction splint memiliki sudut hip flexion 90o .
c. Hip abduction splint memiliki sudut abduction 45o .
d. Hip abduction splint untuk bayi berumur < 1 tahun.
38
4.3.2 Fasa 2
Pada fasa 2 dilakukan perancangan konsep, dengan diagram fungsi dijelaskan
pada gambar 4.1 4.3. Kemudian dibuat tabel matriks kombinasi konsep sesuai
tabel 4.1 - 4.4.
5.3.3 Fasa 3
Pada fasa ini langkah yang dilakukan adalah perancangan produk, yang
menghasilkan beberapa konsep produk yang ditampilkan pada gambar 4.4 4.7.
1 Rp. 1.300.000,00
2 Rp. 1.500.000,00
3 Rp. 1.700.000,00
4 Rp. 1.250.000,00
Dari ke-empat alternatif konsep produk telah ditentukan satu produk yang
sesuai kriteria yaitu konsep IV.
43
Referensi
Bashir, Iqbal. Nana Supriatna, Riyan Nur Ramadhan. Arif Rahman Hakim. Suryo
Handrajati. 2014. Perancangan Produk Pengembangan Hip Splint
Abduction. Teknik Mesin Universitas Diponegoro: Semarang.
http://transtibialprostesis.com/. 2010. Hip Abduction Orthosis.
http://transtibialprostesis.com/produk/120110/pediatric_orthosis/12039
6/hip_abduction_orthosis. Diakses pada pukul 20:11 tanggal 26 April 2017.
http://www.ortopedialopez.com/. Ortesis para Perthes.
http://www.ortopedialopez.com/tienda/ortesis-cadera/ortesis-para-
perthes/. Diakses pada pukul 20:23 tanggal 26 April 2017
44
45
Knee Brace 5
5.1 Pendahuluan
5.1.2 Definisi
Knee Brace merupakan alat bantu bagi penyandang Arthritis pada sendi lutut.
Alat ini berfungsi untuk membuat penyandang lebih nyaman dengan
mengurangi nyeri sendi yang terjadi pada sendi lutut. Arthritis sendiri banyak
jenisnya, sedangkan alat yang kami buat berfungsi untuk membantu
penyandang Osteo Arthritis dimana ini merupakan penyakit degeneratif
progresif lambat di mana tulang rawan sendi secara perlahan menipis.
46
5.3.1.2 Konsep 2
5.3.1.3 Konsep 3
5.3.1.4 Konsep 4
5.3.1.5 Konsep 5
Langkah langkah:
a. Menyusun kriteria untuk membandingkan
b. Memilih konsep-konsep yang dibandingkan
c. Pemberian skor
d. Menjumlahkan skor
50
Berdasarkan matrik keputusan, maka konsep yang terpilih adalah konsep ke-5,
dimana memiliki nilai tertinggi dibanding konsep yang lainnya.
Spesifikasi
Material Batang Penyangga : Carbon
Pengikat : Strap
Pengubung penyangga : Polymer
Pelindung kenyamanan : Spandek
Mekanisme pergerakan sendi : Angle Lock
Hasil pergerakan sendi : Flexible
Dalam perkembangan nya, knee brace dinilai cukup efektif dalam menangani
cidera pada lutut maupun kelainan pada tulang sejak lahir. Hal ini membuat orang
berlomba lomba untuk berinovasi guna mengembangkan produk ini.
52
Kelebihan knee brace berteknologi tinggi ini bukan hanya terasa secara fisik
namun secara mental, semangat hidup penggunanya semakin naik, dapat
bersenang-senang dengan kaluarga kemana saja, tidak bergantung pada kursi
roda, dan sebagainya.
Gambar 5.9 Knee Brace buatan PT. Kuspito Prosthetic & Orthotic
(www.kuspito.org, 2015)
54
Selain produk dalam negeri, terdapat juga knee brace yang diproduksi oleh
perusahaan asing seperti DonJoy dari Amerika, dan Mueller dari Jerman. Kedua
produk asing tersebut unggul jauh dari produk dalam negeri, baik dari segi
kenyamanan dan kekuatan. Harga knee brace dari kedua produk luar negeri
tersebut juga lebih mahal dari harga produk buatan dalam negeri.
Produk knee brace dalam negeri masih tertinggal jauh dari produk knee brace buatan
perusahaan asing. Masih banyak kekurangan dari produk buatan dalam negeri,
salah satunya adalah produk knee brace buatan PT. Kuspito Prosthetic & Orthotic
yang memilikikekurangan pada elastisnya.
Kegunaan elastis pada knee brace ini adalah untuk menahan pengnci swiss
lock agar tidak terbuka saat pengguna sedang berdiri. Kekurangannya adalah
elastis ini ada jangka waktu dimana elastis ini harus diganti, karena sudah tidak
lagi elastis dan tidak kuat lagi menahan beban.
56
Elastis
Gambar 5.13 Elastis pada knee brace buatan PT. Kuspito Prosthetic & Orthotic
Berbagai macam knee brace sudah diproduksi, dan berbagai macam paten
mengenai knee brace juga sudah banyak tercipta. Ada beberapa paten yang menjadi
dasar memulai perancangan ini. Adapun paten yang menjadi dasar itu adalah:
a. Paten US 5,063,916
Penggagas paten ini adalah E. Paul France,Richard L. Ellingson, dan E. Paulos.
Ketiganya mendapatkan hak paten untuk rancangannya pada tanggal 1 Juni 1990.
57
Bentuk knee brace dari rancangan paten ini adalah terdapat dua cuff atas
bawah yang terpasang pada knee joint. Pengunci pada rancangan ini menggunakan
engsel pengunci freecentric. Sebagai mekanisme kunci pada rancangan ini, terdapat
pin di bagaian atas engsel pengunci freecentric, guna pin ini adalah untuk
membatasi gerakan rotasi knee brace dan mengunci posisi knee brace saat digunakan.
b. Paten US 7,150,721 B2
Guy M. Houser mendapatkan hak paten untuk rancangannya pada tanggal 29 Juni
2004. Desain knee brace pada rancangan ini berbeda dengan rancangan knee brace
pada umumnya, denga desain berbentuk huruf S. Mekanisme kunci pada
rancangan ini bisa dilihat pada gambar dibawah.
58
c. Paten US 7,201,728 B2
Paten ini digagas oleh Shane Sterling, beliau mendapatkan hak paten untuk
rancangannya pada tanggal 26 Juni 2003. Rancangan desain ini pada umumnya
sama dengan rancangan knee brace kebanyakan. Namun, yang jadi kelebihan dari
rancangan ini ada pada knee joint-nya, dimana tekanan pada knee joint bisa diatur
sesuai dengan keadaan penggunanya.
60
Referensi
Lukman, M dkk. (2015). Knee Brace untuk Penyandang Osteo Arthritis. Laporan
Perancangan Produk. Teknik Mesin Universitas Diponegoro
Ottobock. (2016). E-MAG Active Electronically Controlled Knee Joint System.
http://www.ottobockus.com/orthotics/solution-overview/stance-control-
knee-brace-e-mag-active/ (diakses pada 5 April 2017)
62
63
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang dengan pesat
seiring dengan permasalah-permasalahan yang ada. Perkembangan akan menjadi
lebih inovatif dengan adanya penggabungan lebih dari satu bidang keilmuan,
sebagai contohnya biomedical engineering. Biomedical engineering adalah disiplin
ilmu baru yang mencakup bidang ilmu keteknikan (engineering), ilmu komputer
(computer science), dan ilmu kedokteran (medical science). Dalam melakukan
penelitian di bidang biomedical engineering, para peneliti dari berbagai bidang
tersebut melakukan penelitian bersama untuk memecahkan persoalan yang ada
terutama pada bidang kesehatan. Salah satu masalah yang ada di Indonesia
adalah minimnya penelitian tentang wearable robotic yang aktif dan responsif bagi
penyandang disabilitas untuk mendukung aktifitas sehari-hari.
Saat ini di Indonesia, orang-orang masih menggunakan alat bantu manual
khusus tangan yang masih belum menggunakan sistem kontrol otomatis yang
dapat digunakan mengikuti keinginan dari penggunanya. Berbeda dengan
penelitian di luar negeri seperti di Amerika dan China yang sudah
mengembangkan wearable robotic hand yang menggunakan electroencephalograph
(EEG) sensor dan electromyograph (EMG) sensor sebagai data input untuk
menggerakan wearable robotic hand yang dapat mengikuti keinginan dari pengguna.
64
Tapi karena harga alat tersebut cukup mahal, penderita disabilitas tangan di
Indonesia yang berasal dari kalangan kurang mampu tidak membeli alat tersebut,
sehingga penyandang disabilitas tangan pada akhirnya memilih alat bantu yang
manual atau tidak menggunakan alat bantu sama sekali. Disisi lain wearable robotic
hand yang ada di luar negeri kurang sesuai dengan karakterstik tangan dari
penyandang disabilitas tangan di Indonesia. Hal ini dikarenakan dimensi atau
ukuran tangan di luar negeri berbeda dengan penyandang disabilitas di Indonesia.
Untuk itu dibutuhkan adanya penelitian khusus dan pengembangan keilmuan
untuk wearable robotic hand berbentuk exoskeleton untuk penyandang disabilitas
tangan di Indonesia.
6.3 Produk
Produk didefinisikan sebagai keluaran (output) yang didapat dari suatu proses
produksi (transformasi) dan merupakan pertambahan nilai dari bahan baku
(material input) dan merupakan komoditi yang dijual perusahaan kepada
konsumen. Proses transformasi akan menyebabkan perubahan bentuk dan
dimensi fisik dari material input serta sifat- sifat material lainnya sesuai dengan
rancangannya. Proses transformasi ini baru akan berarti positif apabila diikuti
dengan adanya pertambahan nilai (added value) dari output yang dihasilkan baik
berupa pertambahan nilai fungsional maupun ekonomi (Widjojo, 2005).
a. Produk original
Produk original adalah produk yang dapat dikatakan sama sekali baru yang
merupakan hasil kreatifitas penemunya. Produk original tersebut adalah produk
yang belum pernah ada sebelumnya. Produk original dapat terealisasi karena: (1)
terjadinya penemuan baru hasil daya kreatifitas penemu produk, (2) timbulnya
teknologi baru sebagai hasil kreatifitas seseorang atau sebuah tim, (3) kombinasi
dari prinsip- prinsip kerja atau teknologi yang telah dikenal sebelumnya yang
dikombinasikan secara kreatif sedemikian rupa sehingga menghasilkan produk
baru.
c. Produk varian
Produk varian adalah produk yang hanya berbeda dimensinya dari produk
yang sudah ada. Tidak diperlukan kreatifitas maupun daya inovasi untuk
merancang produk varian. Dalam praktek orang agak sukar membedakan dengan
tegas antara produk varian dan produk hasil inovasi, sebab pada produk varian,
misalnya dapat terjadi seorang perancang masih harus merubah hal- hal lain
diluar dimensi agar produk dapat berfungsi dengan sempurna. Padahal produk
sebagai hasil perubahan diluar perubahan dimensi sebenarnya adalah produk
hasil inovasi, dan bukan produk varian.
Ketiga macam produk tersebut diatas memerlukan tiga buah nama merancang
yaitu:
- Perancangan original atau original design
- Perancangan adaptif atau adaptive design untuk merancang produk- produk
yang inovasi
- Perancangan varian atau varian design
67
a. Kualitas produk
Produk harus dapat memuaskan keinginan konsumen, reliable dan robust.
b. Biaya Produk
Produk harus dapat diproduksi dengan biaya yang murah. Biaya produksi yang
dimaksud sudah termasuk biaya produksi, biaya pemasaran, dan peralatan.
c. Waktu pengembangan produk
Waktu yang dibutuhkan pengembang dalam mengembangkan suatu produk yang
menunjukan daya tanggap perusahaan terhadap perubahan teknologi.
d. Biaya pengembangan
Besarnya biaya yang diperlukan untuk mengembangkan produk
e. Kapabilitas perancangan produk
Merupakan kemampuan mengembangkan produk dengan lebih efektif dan
ekonomis dimasa yang akan datang.
1. Pemasaran
Pemasaran berfungsi menjembatani interaksi antara perusahaan dengan
pelanggan, peranan lainnya adalah memfasilitasi proses identifikasi kebutuhan
68
2. Perancangan
Perancangan berfungsi dalam mendefinisikan bentuk fisik produk agar dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan, mencakup design engineering (mekanik,
ergonomi, dan lain- lain)
3. Manufaktur
Proses manufaktur bertanggung jawab untuk merancang dan mengoperasikan
sistem produksi pada proses produksi produk. Pengembangan produk merupakan
keharusan bagi perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya karena tidak ada satupun produk yang dapat bertahan selamanya. Hal
yang membuat usaha pengembangan produk cukup menantang adalah:
a. Trade- off
Aspek pengembangan produk adalah mengetahui, memahami, dan
mengendalikan pertentangan (trade- off) dalam rangka memaksimalkan
kesuksesan produk.
b. Dinamika
Merupakan teknologi pengembangan produk baru dari pesaing lingkungan
makro ekonomi yang selalu berubah.
c. Detail
Mencakup pemilihan komponen yang tepat pada suatu produk sehingga
menghemat biaya yang cukup besar atau meningkatkan profit.
d. Tekanan waktu (time pressure)
Kesulitan dapat diatasi dengan mudah jika tersedia waktu yang cukup
dalam proses pengembangan produk harus diambil dengan cepat tanpa
informasi yang kurang lengkap.
ide tentang solusi yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi beberapa konsep
produk dan akhirnya dikembangkan menjadi produk.
Konsep produk yang diperoleh selama fase perancangan pertama tersebut
dapat dikumpulkan dalam suatu daftar konsep produk. Pencarian solusi konsep
produk lebih lanjut dapat dilakukan dengan cara yang lebih baik dan lebih
sistematik. Metode dasar pencarian konsep produk, yang terdiri dari
(Harsokoesoemo, 2004):
a. Metode brainstorming
b. Metode 6 - 3 - 5 (brain writing)
c. Metode analogi
d. Memakai paten
e. Buku-buku referensi dan jurnal teknik
f. Melakukan konsultasi dengan pakar
g. Metode morfologi
a. Komposisi grup
1. Grup harus mempunyai seorang pemimpin. Grup terdiri dari sedikitnya
lima orang dan maksimum 15 orang.
71
2. Anggota grup jangan dibatasi pada para pakar saja, tetapi juga anggota
yang datang dari berbagai kalangan, termasuk kalangan non-teknis,
untuk menambah dimensi baru ide konsep produk.
3. Grup disusun tanpa hirarki, kecuali pemimpin grup. Semua anggota
grup mempunyai kedudukan yang sama.
b. Pemimpin Grup
1. Pada prinsipnya, pemimpin grup hanya mempunyai kewenangan
organisasi, seperti mengatur komposisi grup, mengundang ke
pertemuan, menentukan lama pertemuan, dan melakukan evaluasi.
2. Pada permulaan pertemuan, pemimpin grup menjelaskan soal yang
dihadapi. Pemimpin grup hatus berusaha agar semua peraturan ditaati.
3. Pemimpin grup berupaya agar pertemuan berlangsung santai dan betas
dan tidak ada satu kritikpun yang dilontarkan atas idea yang diajukan
oleh para anggota grup.
c. Prosedur
1. Semua anggota harus membebaskan diri dari semua prasangka
intelektual, para anggota tidak mencemoohkan ide yang diajukan oleh
anggota lain, tidak boleh mengkritik.
2. Setiap anggota harus mengusulkan ide sebanyak-banyaknya tanpa
kendala.
3. Ide dapat dalam bentuk kata-kata atau sketsa.
4. Ide sebaiknya cukup nyata untuk memungkinkan terbentuknya ide yang
merupakan solusi problem.
5. Kemungkinan apakah ide dapat direalisasikan atau tidak, tidak perlu
dipikirkan terlebih dulu.
6. Lama pertemuan brainstorming sebaiknya tidak melebihi 45 menit. Lebih
baik menyelenggarakan pertemuan pada lain kesempatan daripada
memperlama pertemuan.
d. Evaluasi
Semua ide yang terkumpul pada pertemuan brainstorming dicatat dan dikaji
oleh para pakar untuk memperoleh ide yang mempunyai potensi untuk menjadi
solusi problem. Hasil evaluasi tersebut diurutkan dengan urutan teratas ide yang
paling baik dan layak untuk dikembangkan lebih lanjut.
72
Hasil akhir diputuskan oleh pertemuan dimana semua anggota grup hadir.
Dalam pertemuan ini, masih mungkin muncul ide-ide baru atau dalam pertemuan
ini ide-ide terdahulu dimatangkan (Harsokoesoemo, 2004).
Metode analogi dapat menghasilkan ide solusi yang baik ataupun yang
buruk. Mencoba ide solusi untuk terbang dengan meniru burung terbang dengan
mengepakkan sayapnya, ternyata merupakan pencarian ide solusi yang buruk.
Dalam hal ini metode analogi tidak memberikan hasil.
Dalam proses pencarian suatu ide tidak jarang ditemui kasus ide tersebut
bukan ide baru atau ide original, tetapi ide yang sudah ditemukan orang
sebelumnya. Hal tersebut dapat terjadi karena memang belum dibuat daftar dari
semua ide solusi yang dapat memenuhi suatu fungsi dan karena banyak ide dan
konsep produk yang tidak dituliskan atau dicatat terutama sebelum dan pada
awal abad ke-20. Untuk menghindari menciptakan ide yang sudah dibuat orang
sebelumnya, maka selama proses pencarian ide untuk konsep produk, perancang
sebaiknya juga membuka-buka dokumen, seperti dokumen paten dan jurnal-jurnal
profesi (Harsokoesoemo, 2004).
ahli dalam bidang produk yang sedang dirancang, jika dapat ditemukan konsultan
tersebut. Perusahaan mempunyai pilihan lain untuk merancang sendiri produk
baru tersebut dengan resiko menghabiskan waktu yang agak panjang dan tekanan
berat yang akan dialami para anggota tim perancang. Tetapi akhirnya perusahaan
akan memperoleh keahlian yang sangat berharga, terutama untuk perancangan
produk yang akan datang karena sudah menemukan metode merancang produk
baru (Harsokoesoemo, 2004).
yang penting untuk dapat mengerti secara mendalam tentang masalah produk.
Metode QFD dapat digunakan untuk produk maupun sub-produk. Diagram QFD
dapat dilihat pada Gambar 6.2.
Metode QFD dikembangkan di Jepang pada pertengahan tahun 1970 dan
kemudian masuk ke Amerika Serikat pada tahun 1980-an. Kini banyak sekali
perusahaan di Amerika yang menggunakan metode QFD dalam perancangan dan
pengembangan produk. Dari hasi survei ditemukan bahwa mayoritas (83%)
perusahaan menyatakan bahwa metode QFD berhasil rnenambah kepuasan
pengguna dan 76% perusahaan menyatakan bahwa hasil metode QFD
menyebabkan terbentuknya keputusan- keputusan yang rasional (Harsokoesoemo,
2004).
Bagaimana
vs
Bagaimana
Siapa
vs Sekarang
Apa Apa vs Bagaimana
Apa vs Apa
Berapa Banyak
Gambar 6.2 Rumah kualitas atau diagram QFD (Quality Function Deployment)
(Harsokoesoemo, 2004)
6.8 Antropometri
Istilah antropometri berasal dari anthro yang berarti manusia dan metri yang
berarti ukuran. Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran
tubuh manusia khususnya dimensi tubuh. Antropometri secara luas akan
digunakan sebagai pertimbangan- pertimbangan ergonomis dalam proses
perancangan (design) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan
76
interaksi manusia. Manusia pada umumnya berbeda- beda dalam hal bentuk dan
dimensi ukuran tubuhnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh
manusia, yaitu (Suhadri, 2008):
a. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun
untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi
pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan
menurun atau penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin pria umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar
dibandingkan dengan wanita kecuali dada dan pinggul.
c. Suku bangsa
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik tertentu akan memiliki karakteristik
fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya.
d. Sosio ekonomi
Tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi dimensi tubuh manusia. Pada
negara- negara maju dengan tingkat sosio ekonomi tinggi, penduduknya
mempunyai dimensi tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan negara- negara
berkembang.
e. Posisi tubuh (posture)
Sikap atau posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu
posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran.
Dimensi tubuh manusia untuk perancangan produk terdiri dari dua jenis, yaitu
struktural dan fungsional. Dimensi tubuh struktural yaitu pengukuran tubuh
manusia dalam keadaan tidak bergerak. Sedangkan dimensi tubuh fungsional
adalah pengukuran tubuh manusia dalam keadaan bergerak. Data antropometri
yang telah diperoleh dapat diaplikasikan dalam hal perancangan, antara lain
(Suhadri, 2008):
a. Perancangan area kerja (work station, interior mobil, dan lain- lain).
b. Perancangan peralatan kerja (mesin, perkakas, perlengkapan, dan
sebagainya).
c. Perancangan produk- produk konsumtif seperti pakaian, kursi dan meja,
dan sejenisnya.
77
Gambar 6.3 Ukuran manusia yang sering digunakan untuk merancang produk
(Suhadri, 2008).
78
Gambar 6.4 Antropometri struktural posisi berdiri dan duduk (Suhadri, 2008).
(a)
(b)
Gambar 6.5 Antropometri fungsional/ dinamis (a) pengukuran dalam keadaan
bergerak, (b) antropometri posisi tubuh dalam melakukan kegiatan (Suhadri,
2008).
80
(stable grasping) dan skill manipulator yang baik dan dapat digunakan untuk
mengambil, memegang dan menaruh objek. Saat ini Wearable Exoskeleton Robotic
Hand yang berkembang untuk rehabilitasi adalah HandSOME, HandEXOS, Wege
dkk., dan Ueki dkk (Heo dkk., 2012) .
Gambar 6.7 (a) HandSOME ,(b) HandEXOS, (c) Wege dkk., (d) Ueki dkk. (Heo dkk.,
2012)
Pada Gambar 6.7 diatas (a) menjelaskan bentuk HandSOME yang dibuat
oleh research engineer di National Rehabilitation Hospital Washington DC pada tahun
2010 dengan mengunakaan design 1 DOF. Force transmission HandSOME
menggunakan linkage (Heo dkk., 2012). Gambar (b) menjelaskan wearable
exoskeleton robotic hand yang bernama HandEXOS dari ARTS Lab Scuola
SuperioreSantAnna Italy pada tahun 2009 yang memiliki 5 active DOF dan force
transmission berupa kabel dan crank slider yang digerakkan dengan motor DC (Heo
dkk., 2012). Gambar (c) menjelaskan Wege dkk. dari Technische Universitt Berlin
pada tahun 2006 menggunakan design 20 DOF digerakkan aktuator motor DC
dengan transmission gears (Heo dkk., 2012). Gambar (d) menjelaskan Ueki dkk. dari
Gifu University Japan pada tahun 2010 dengan menggunakan design 18 DOF. Ueki
dkk. ini menggunakan aktuator motor DC dan menggunakan linkage sebagai force
transmission (Heo dkk., 2012).
82
Gambar 6.8 (a) Hasegawa dkk., (b) In dkk., (c) Shields dkk., (d) Dicicco dkk. (Heo
dkk., 2012)
Pada Gambar 6.8 diatas (a) menjelaskan Hasegawa dkk. dari University of
Tsukuba Jepang. Hasegawa dkk. menggunakan design 11 DOF dengan motor DC
sebagai penggeraknya dan EMG sensor sebagai input dari sistem kontrolnya (Heo
dkk., 2012). Gambar (b) menjelaskan In dkk. yang di produksi Seoul National
University desain tangan ini menggunakan 1 DOF dan menggunakan CompactRIO
system (NI cRio-9014) dengan LabVIEW 9.0 software. Untuk sensor input data
menggunakan EMG sensor dan menggunakan kabel yang dihubungkan dengan
sarung tangan sebagai force transmission (Heo dkk., 2012). Gambar (c) menjelaskan
tentang Shields dkk. yang di produksi untuk membantu gerakan tangan astronaut
di luar angkasa dengan desain 3 DOF, menggunakan cable linkage sebagai force
transmission dan memakai force sensors sebagai sensor input dari sistem tersebut
(Heo dkk., 2012). Gambar (d) menjelaskan tentang Dicicco dkk. yang di desain
dengan 2 DOF, menggunakan cable dan linkage. Untuk sensor masukannya
menggunakan EMG (Heo dkk., 2012).
83
Metode analisa elemen hingga pertama kali diperkenalkan oleh Turner dkk. Saat
ini, metode dan analisa desain telah banyak menggunakan perhitungan metematis
yang rumit dalam penggunaan sehari-hari. Metode elemen hingga (MEH) banyak
memberikan andil dalam melahirkan penemuan-penemuan bidang riset dan
industri, hal ini dikarenakan dapat berperan sebagai research tool pada pengujian
secara numerik.
Finite element method (FEM), atau metode elemen hingga (MEH) adalah suatu
metode analisa perhitungan yang didasarkan pada gagasan dalam membangun
suatu obyek yang sangat kompleks dengan beberapa bagian (blocks) yang
sederhana, atau dengan membagi objek yang sangat kompleks menjadi kecil dan
pengaturan kepingan-kepingan. Aplikasi dari gagasan ini dapat kita temui dalam
kehidupan sehari-hari yang sama baiknya dalam keteknikan, seperti permainan
bongkar pasang, bangunan, perkiraan area lingkaran dan lain sebagainya, seperti
terlihat pada Gambar 6.9 (Madenci dan Guven, 2006).
84
Gambar 6.9 Aplikasi penggunaan FEM pada masalah teknik (Madenci dan Guven,
2006).
85
Mulai
Studi Literatur
Studi Lapangan
Perancangan Desain
Pembuatan Prototipe
Selesai
Dalam penelitian ini, objek pengamatan dan penelitiannya adalah exoskeleton hand,
yaitu dengan inovasi Wearable Exoskeleton Robotic Fingers dan Supernumerary Thumb
yang kuat, ringan, nyaman, serta sesuai dengan antropometri dari fuad selaku
calon pengguna, serta harganya lebih terjangkau dibandingkan dengan produk
buatan luar negeri dengan menggunakan Software ANSYS dalam analisis
pengujian produknya.
Memberikan uraian yang tepat mengenai bagaimana alat tersebut bekerja dan
merupakan bentuk yang didasari pada terjemahan dari kebutuhan pengguna
melalui diskusi dengan pengguna dan para ahli, antara lain:
a. Tingkat ergonomi
Memberikan uraian mengenai kenyamanan dari produk tersebut yang
menyebabkan kepuasan dalam penggunaan.
b. Tingkat ekonomis
Memberikan uraian mengenai biaya ekonomi dengan membandingkan biaya yang
dimiliki dari produk yang sudah ada.
c. Respon pasar
Melakukan pendesaian konsep dengan didasari pada kemungkinan respon pasar,
apakah akan memakai atau tidak.
87
Dari perancangan atau desain yang telah dilakukan selanjutnya untuk menguji
kekuatan dari desain yang telah dibuat dilakukan simulasi dengan kondisi batas-
kondisi batas tertentu.
yang dibuat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh konsumen. Sebelum membuat
rancangan produk perancang harus mengetahui tentang produk itu sendiri,
segmen pasar yang akan dituju, dan pihak- pihak yang terkait. Untuk diskripsi
pernyataan misinya dapat dilihat pada Tabel 6.1.
b. Praktis digunakan
b. Perancang
c. Tenaga ahli
bakar pada bagian jempolnya yang menyebabkan kulit pada sela bagian jempol
menempel satu sama lain. Hal ini berdampak pada bagian jempol fuad menjadi
tidak bisa digerakan untuk gerakan abductive ataupun deductive. Tentu keberadaan
jempol cukup berpengaruh dalam kegiatan menggengam atau yang lainnya,
karena jempol berfungsi untuk menjepit benda sehingga benda dapat digenggam
sempurna. Dari masalah tersebut, dibuatlah sebuah keputusan untuk membuat
sebuah supernumerary yang berfungsi untuk menggantikan peran dari jempol milik
fuad yang sudah tidak dapat lagi digunakan.
6.21.2 Definisi
Merancang dan membuat prototipe Wearable Exoskeleton Robotic Fingers dan
Supernumerary Thumb yang dapat memenuhi kebutuhan untuk beraktivitas sehari
hari serta mudah baik dalam penggunaan maupun perawatan.
6.21.4 Fungsi
Pada Wearable Exoskeleton Robotic Fingers dan Supernumerary Thumb yang
dirancang, pengendalian motor akan berdasarkan pada kontraksi oto yang terletak
pada lengan. Untuk menangkap sinyal dari kontraksi otot lengan, dipasang sebuah
myo sensor, lalu dari sensor EMG akan diproses ke Arduino nano dan nantinya
akan diteruskan menuju motor yang akan mendorong link yang telah terhubung
dengan socket jari sehingga mampu menggerakkan jari tersebut.
90
6.22 Dokumentasi
7.1 Pendahuluan
Tangan adalah salah satu bagian tubuh yang krusial bagi manusia dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari. Namun, hand injuries atau kecelakaan pada
tangan adalah hal yang paling sering terjadi. Akibat dari kecelakaan ini adalah
berkurangnya kemampuan motorik tangan sehingga dibutuhkan terapi untuk
memulihkan fungsi motorik tangan pada seseorang. Selain kecelakaan, cacat pada
tangan dapat disebabkan oleh penyakit tertentu, salah satunya adalah penyakit
stroke.
Stroke menduduki urutan kedua penyebab utama kematian setelah penyakit
jantung (World Health Organization, 2012). Data perbandingan penyakit stroke
dengan penyakit yang lain dapat dilihat lebih rinci pada Gambar 7.1. Berdasarkan
data WHO pada tahun 2012 terdapat 6,7 juta orang di seluruh dunia menderita
stroke.
94
pengembangan alat terapi robotik ini menggunakan flex sensor atau sensor tekuk.
Arduino mikrokontroler berfungsi untuk menghubungkan flex sensor dengan
motor linear. Mekanisme kerja umum dari alat ini adalah melatih gerak motorik
salah satu tangan yang mengalami kelumpuhan dengan bantuan terapi dari
tangan yang sehat. Alat terapi robotik ini bisa digunakan secara mandiri dirumah
pasien atau dengan bantuan dari keluarga pasien. Harapannya adalah agar pasien
bisa menggunakannya sesering mungkin dengan suasana yang nyaman.
Stroke (cerebrovascular desease) adalah kondisi yang terjadi ketika suplai darah ke
otak terputus akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah, sehingga
terjadi kematian sel-sel pada sebagian area di otak (Ockenfeld et al., 2013). Stroke
mengganggu kemampuan otak untuk mengirim pesan ke saraf pada otot. Stroke
terdiri dari 2 jenis yaitu stroke hemoragik dan stroke iskemik. Stroke hemoragik
merupakan hasil dari pecahnya pembuluh-pembuluh darah di otak atau pecahnya
aneurisma. Hal ini bisa disebabkan karena hipertensi. Stroke iskemik adalah stroke
yang terjadi karena pendarahan spontan. Pendarahan terjadi pada permukaan otak
atau biasanya disebut intracerebral hemorraghe, sehingga suplai darah tidak sampai
ke otak. Karena suplai darah tidak sampai ke otak, hal ini akan menyebabkan otak
kekurangan oksigen dan serangan stroke iskemik terjadi. Penderita stroke iskemik
mendapat sindrom iskemik berupa kelumpuhan pada tangan baik sebelah kiri
ataupun sebelah kanan karena stroke iskemik menyerang serebri posterior. Oleh
sebab itu penderita stroke membutuhkan program terapi sesegera mungkin agar
stroke tidak sampai akut atau menyebabkan kelumpuhan total (Sidhartha et al.,
2015).
Dalam penelitian Silivas (2016) menyatakan bahwa terapi untuk penderita
kelumpuhan tangan di Indonesia masih bersifat konvensional. Terapi
konvensional ini membutuhkan bantuan tenaga klinis dan terapis yang ada di
Rumah Sakit atau di klinik. Kelemahan utama dari terapi konvensional adalah
tidak konsistennya metode terapi yang diberikan oleh tenaga klinis dan terapis
karena faktor kelelahan, semakin banyak pasien yang diterapi dalam satu hari
menyebabkan kelelahan pada tenaga klinis dan terapis. Kelemahan yang lain yang
dapat dicermati adalah tidak adanya ukuran kuantitatif tentang perkembangan
tahap pemulihan dari pasien yang diterapi. Ukuran perkembangan hanya
berdasarkan observasi dan bukan dari suatu pengukuran yang bersifat kuantitatif.
96
Tujuan dari rehabilitasi pada pasien paska stroke salah satunya adalah
memaksimalkan kemandirian fungsional. Tangan memegang peranan fungsional
yang penting dalam aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan, minum,
mandi, berpakaian dan lain sebagainya. Rehabilitasi tangan yang saat ini
dilakukan berupa latihan gerakan pada tangan yang berfungsi untuk meredukasi
otot dan juga terapi okupasi. Latihan-latihan gerakan yang bisa dilakukan
dirumah atau dibantu tenaga klinis dan terapis pada dasarnya adalah gerakan
fungsi tangan, gerakan yang diberikan antara lain gerakan menekuk kebelakang
pada pergelangan tangan, menekuk kedepan pada sendi antara punggung tangan,
menekuk dan meluruskan sendi pada jari-jari. Contoh latihan terapi konvensional
dapat dilihat pada Gambar 7.2.
Gambar 7.2 Latihan jari-jari tangan pada terapi okupasi konvensional (Silivas,
2016)
Latihan yang secara rutin dilakukan serta dibantu dengan latihan mandiri
dirumah dapat meningkatkan kemampuan fungsional tangan pasien stroke.
Namun keterbatasan tenaga klinis dan terapis masih menjadi kendala. Terapi
robotik diharapkan dapat meningkatkan repetisi latihan sehingga dapat
mempercepat kesembuhan fungsional pasien lebih cepat.
Terapi robotika atau biasa dikenal dengan rehabilitation robotic adalah bidang
penelitian yang melakukan penerapan perangkat robot untuk rehabilitasi atau
terapi. Terapi robotik dapat dikategorikan dalam bidang teknik biomedis
(biomedical engineering) dan bagian dari interaksi manusia-robot. Dalam bidang ini,
dokter, terapis, dan engineer, berkolaborasi untuk membantu terapi pasien. Tujuan
yang ingin dicapai dari terapi robotik ini adalah meningkatkan efek terapi dan
membantu mempercepat pemulihan pasien.
Rehabilitation robotic berfokus kepada proses desain dan pembuatan mesin
atau alat bantu kesehatan yang akan digunakan untuk membantu pemulihan
penderita kelumpuhan, pada umumnya adalah kelumpuhan tangan. Bidang ini
mengaplikasikan ilmu engineering atau keteknikan untuk mencapai tujuannya.
Aspek engineering yang digunakan adalah dengan mengaplikasikan bidang ilmu
robotika.
Keuntungan terapi robotik jika dibandingkan dengan terapi konvensional,
terletak pada peningkatan repetisi latihan, seiring dengan meningkatnya motivasi
serta kesempatan dalam kemandirian latihan, sehingga memungkinkan
tercapainya paradigma terapi berupa intensifitas, keteraturan dan pengulangan
(repetitif) sesuai prinsip motor learning sehingga diharapkan kesembuhan pasien
98
lebih cepat tercapai dan dapat kembali menjalankan fungsinya sebagai seorang
manusia yang mandiri dalam aktivitas sehari- hari (Silivas, 2016).
Mulai
Selesai
gerakan alat terapi yang dibuat. Flex sensor sangat sensitif terhadap besarnya
lekukan yang diberikan, maka dari itu perihal peletakan flex sensor yang benar
akan memberikan hasil pengukuran yang bagus. Besarnya sudut lekukan flex
sensor dijelaskan pada Gambar 7.7 dimana flex sensor dapat ditekuk sampai
dengan 180 derajat.
Arduino memiliki pin analog yang terhubung dengan converter yang dikenal
dengan istilah analog-to-digital converter (disingkat ADC atau A/D). Converter ini
mengubah nilai analog berbentuk sinyal voltase ke dalam bentuk digital supaya
nilai analog ini dapat digunakan dengan lebih mudah dan aplikatif. Pada Arduino,
converter ini memiliki resolusi 10 bit, artinya nilai hasil konversi berkisar dari 0
hingga 1023. Pada tegangan 5 volt (maksimum), Arduino akan membaca nilai
sebesar 1023, dan saat tegangan 0 volt (minimum), nilai yang dibaca adalah 0.
Setelah flex sensor dapat beradaptasi dengan mendapatkan nilai maksimum dan
minimum, nilai tersebut dipetakan menjadi nilai sebesar 0-180.
Perubahan resistansi dapat diukur melalui pemrograman Arduino (analog
pin reading) dengan meletakkan resistor sebesar 22Kohm, yang berfungsi sebagai
pembagi tegangan yang membagi tegangan 5 volt antara flex sensor dan resistor.
Dengan meletakkan resistor 22Kohm, kita akan mendapatkan persamaan yang
berkaitan dengan resistansi (sebagian akibat flex) dari flex sensor terhadap
pembacaan tegangan yang melaluinya. Resistansi ini akan didapatkan dengan
menggunakan pembagi tegangan dengan persamaan 7.1 :
nilai terbaca
Vout 5volt
1023 (7.1)
Keterangan :
Vout = Tegangan output flex
105
Nilai Vout didapatkan dari nilai yang tertera pada serial monitor Arduino
yang menunjukan nilai tegangan dari port analog input. Karena Arduino
menggunakan analog input 10 bit maka untuk mencari nilai Vout menggunakan
persamaan 7.2 :
R2
Vout Vin
R1 R2 (7.2)
Keterangan :
Vin = Tegangan input dari Arduino (volt)
R1 = Hambatan Resistor 22k (kOhm)
R2 = Hambatan Flex sensor (kohm)
pulsa sinyal kontrol yang diberikan akan menentukan posisi sudut putaran dari
poros servo. Nilai PWM sebesar 1,0 ms memerintahkan servo untuk menarik
stroke aktuator, dan pulsa sinyal sebesar 2,0 ms untuk memanjangkan stroke
aktuator.
A. Arduino IDE
Arduino Integrated Development atau Arduino Software (IDE) adalah software
yang memiliki teks editor untuk menuliskan kode atau coding , bagian penampil
pesan, serta toolbar untuk menu dan fungsi-fungsi umum. Software ini
menghubungkan Arduino (hardware) untuk mengunggah program dan
berkomunikasi dengan hardware. Program yang dibuat menggunakan Arduino
IDE disebut sketsa. Sketsa-sketsa ini ditulis pada teks editor dan disimpan file
ekstensi dengan format .ino. Arduino IDE memiliki serial monitor yang berfungsi
menampilkan data yang dikirim dari board Arduino. Untuk mengirim data ke
board, kita hanya perlu menekan tombol send setelah memilih baud rate yang sesuai
dengan serial begin pada sketsa (http://www.arduino.cc). Tampilan software
Arduino IDE ditunjukan pada gambar 7.12.
109
Bagian pojok kanan bawah menampilkan konfigurasi board dan serial port.
Menu toolbar memiliki tombol-tombol yang dapat membantu dalam pembuatan,
penyimpanan, dan verifikasi program. Bagian penampil pesan akan memberikan
informasi ketika kita menyimpan dan mengekspor file serta memberi
pemberitahuan apabila terdapat eror pada program yang kita buat. Berikut ini
tombol yang terdapat pada toolbar Arduino IDE (Silivas, 2016).
Upload
Mengunggah kode pada mikrokontroler.
New
Membuat sketsa baru.
110
Open
Membuka sketsa-sketsa yang telah tersimpan.
Save
Menyimpan sketsa yang telah dibuat dengan format .ino
SerialMonitor
Menampilkan serial monitor
2. Void Setup ( )
Void setup() hanya di panggil satu kali ketika program pertama kali di
jalankan dan digunakan untuk pendefinisian mode pin atau memulai komunikasi
serial. Fungsi setup() harus di ikut sertakan dalam program walaupun tidak ada
statement yang di jalankan. Contoh pemakaian fungsi void setup() :
void setup()
{
pinMode(13,OUTPUT); // menjadikan pin 13 sebagai output
}
3. Void Loop ( )
Void loop() digunakan untuk mengeksekusi bagian program yang akan
dijalankan berulang-ulang. Semua kode program yang ada di void loop akan
dibaca setelah void setup dan akan dibaca terus menerus oleh Arduino. Contoh
pemakaian fungsi void loop() adalah :
111
void loop()
{
digitalWrite(13, HIGH); // memberikan 5v kepada pin 13
delay(1000); // pause selama 1 detik
digitalWrite(13, LOW); // memberikan 0v kepada pin 13
delay(1000); /// pause selama 1 detik
}
5. char (character)
Menyimpan character berdasarkan ASCII kode (contoh: 'A'=65).
Menggunakan 1 byte (8 bits).
B. MATLAB
MATLAB (Matrix Laboratory) adalah sebuah lingkungan komputasi
numerikal dan bahasa pemrograman komputer generasi keempat. Dikembangkan
oleh The MathWorks, MATLAB memungkinkan manipulasi matriks, pem-plot-an
fungsi dan data, implementasi algoritma, pembuatan antarmuka pengguna, dan
peng-antarmuka-an dengan program dalam bahasa lainnya. MATLAB juga
bersifat extensible, dalam arti bahwa seorang pengguna dapat menulis fungsi baru
untuk menambahkan pada library, ketika fungsi-fungsi built-in yang tersedia tidak
dapat melakukan tugas tertentu. Kemampuan pemrograman yang dibutuhkan
tidak terlalu sulit bila kita telah memiliki pengalaman dalam pemrograman bahasa
lain seperti C, PASCAL, atau FORTRAN (http://www.mathworks.com).
Secara umum lingkungan kerja Matlab terdiri dari tiga bagian yang penting
yaitu:
1.
Command Windows
Windows ini muncul pertama kali ketika kita menjalankan program Matlab
seperti terlihat pada Gambar 7.13. Command windows digunakan untuk
menjalankan perintah-perintah, memanggil tool seperti editor, fasilitas help, model
simulink, dan lain-lain. Pada command windows terdapat 2 bagian yaitu :
- Workspace: Menampilkan semua variable yang pernah dibuat meliputi nama
variable, ukuran, jumlah byte dan class.
- Command History : Menampilkan perintah-perintah yang telah diketikkan
pada command Window.
113
2. Editor Windows
Windows ini merupakan tool yang berfungsi sebagai editor script (listing
perintah-perintah yang harus dilakukan oleh Matlab). Berikut ini tampilan dari
editor windows.
3. Figure Windows
Windows ini merupakan hasil visualisasi dari script. Ini memberikan
kemudahan bagi programmer untuk mengedit windows ini sekaligus memberikan
program khusus untuk itu, sehingga selain berfungsi sebagai visualisasi output
yang berupa grafik juga sekaligus menjadi media input yang interaktif. Gambar
7.15 menunjukan figure windows pada MATLAB.
114
100
Sudut flex (derajat)
80
60
40 Ibu Jari
20 Telunjuk
0
22.39 41.04 72.17
Resistansi (kOhm)
Gambar 7.17 Grafik resistansi vs sudut flex sensor ibu jari dan telunjuk (Silivas,
2016)
117
3
Tegangan output (volt)
2.5
2
1.5
Ibu Jari
1
Telunjuk
0.5
0
22.39 41.04 72.17
Resistansi (kOhm)
Gambar 7.18 Grafik resistansi vs tegangan output ibu jari dan telunjuk (Silivas,
2016)
DIP PI MC
Gambar 7.23 Letak Jari Eksoskeleton pada Jari Tangan (Silivas, 2016)
x 2 x1 l 2 cos 2
y 2 y1 l 2 sin 2 (7.4)
Dimana :
l1 = panjang middle phalange (cm)
l2 = panjang proximal phalange (cm)
m1 = berat middle phalange (kg)
m2 = berat middle dan distal phalange (kg)
1= sudut MCP
2 = sudut PIP
F m l
1 1 1
m1 g cos1 T2 cos 1 2 90 m1l11 (7.8)
T2 m2 cos 2 90
m2 g sin 2 90 m1l11 m2 l 22 (7.9)
m1 g cos 1 m 2 cos 2 90 cos 1 2 90 m1l11
g
1 cos 1
l1
1 m2
l1 m1
cos 2 90 cos 90
1 2
123
m2l22 m1 g cos1 m2 cos 2 90 cos 1 2 90 m2 g sin 2 90
m1 g
cos 1 cos 2 90 cos 1 2 90 sin 2 90
1 g
2
m2 l 2 l2 l2
REFERENSI
Silivas, Agnes. 2016. Laporan Tugas Akhir: Pengembangan Alat Terapi Robotik
Berbasis Flex Sensor untuk Pasien Paska Stroke. Teknik Mesin Universitas
Diponegoro: Semarang
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
World Health Organization (WHO). 2012. The 10 Leading Causes of Death.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/index.html
[Accessed August 3, 2016].
Sidhartha, J.M. et al., 2015. Risk factors for medical complications of acute hemorrhagic
stroke. Journal of Acute Disease, 4(3), pp.222225.
Ockenfeld, C. et al., 2013. Fine finger motor skill training with exoskeleton robotic hand
in chronic stroke: Stroke rehabilitation. 2013 IEEE 13th International Conference on
Rehabilitation Robotics (ICORR), pp.14.
https://www.sparkfun.com, 2014. Flex Sensor SparkFun Electronics. Available at:
https://www.sparkfun.com/products/10264 [Accessed August 30, 2016].