Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Rumusan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
B. Implementasi Sila Kedua (Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab)
C. Nilai-nilai Sila kemanusian Yang Adil dan Beradab
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas


rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN
BERADAP. Penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Pancasila di Akademi Farmasi Nusaputera
Semarang.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami Bapak Y.Sudiantara,Drs,.M.S. yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.
Materi yang kami sampaikan dalam makalah ini tentu saja
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik yang sangat
membangun sangat kami butuhkan untuk kesempurnaan
makalah ini.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat dan
terima kasih.

Semarang, 28 Oktober
2016
Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan
Negara Indonesia, bukan terbentuk secara mendadak serta
bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yang
terjadi pada ideologi-ideologi lain di dinua, namun terbentuknya
Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah
bangsa Indonesia.
Secara kausalitas Pancasila sebulum disyahkan menjadi
dasar filsafat Negara nilai-nilainya telah ada dan berasal dari
bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai adat-istiadat,
kebudayaan, dan nilai-nilai religius. Kemudian para pendiri
Negara Indonesia mengangkat nilai-nilai tersebut dirumuskan
secara musyawarah mufakat berdasarkan moral yang luhur,
antara lain dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang Panitia
Sembilan yang kemudian menghasilkan Piagam Jakarta yang
memuat Pancasila yang pertama kali, kemudian dibahas lagi
dalam sidang resmi PPKI Pancasila sebagai calon dasar filsafat
nagara dibahas serta disempurnakan kembali dan akhirnya pada
tanggal 18 Agustus 1945 disyahkan oleh PPKI sebagai dasar
filsafat Negara Republik Indonesia. Indonesia hidup di dalam
berbagai macam keberagaman, baik itu suku, bangsa, budaya
dan agama. Dari ke semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu
keutuhan. Menjadi kesatuan dan bersatu di dalam persatuan
yang kokoh di bawah naungan Pancasila dan semboyannya,
Bhinneka Tunggal Ika.
Di Indonesia perlu adanya Pancasila. Karena Pancasila
adalah sebagai dasar atau landasan utama Negara kita. Tanpa
adanya Pancasila mungkin kita tidak akan ada sampai sekarang
ini. Hanya Pancasila yang dapat mengatur Negara kita, karena di
dalam Pancasila terdapat norma-norma dan aturan-aturan yang
harus dipatuhi oleh setiap manusia di Negara kita Republik
Indonesia. Ada juga yang tidak kalah penting dari Pancasila yaitu
Undang-Undang Dasar 1945. Undang-undang Dasar 1945 juga
sebagai pokok utama kemerdekaan Indonesia dan juga sebagai
landasan utama. Mungkin banyak orang yang belum menyadari
arti dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 di Negara kita
Republik Indonesia.
Di jaman yang modern dan penuh persaingan seperti saat
ini, masih banyak orang-orang yang tidak mampu dan dikucilkan
olah masyarakat. Mereka dikucilkan dari masyarakat karena
mereka dianggap tidak mempunyai kemampuan dan ketrampilan
yang memadai. Hal ini sangat bertentangan sekali dengan
pengamalan pancasila terumata sila ke-2 yang berbunyi
Kemanusiaan Yang Adil dan beradap.
Di sila ke dua ini terkandung makna :
mengakui persamaan derajat,
persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan.
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Bertingkah laku sesuai dengan adap dan norma yang
berlakudi masyarakat
Inti dari Pancasila sila ke 2 Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab adalah landasan manusia

B. Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud dengan kemanusiaan yang adil dan
beradab ?
2) Bagaimana peran dan fungsi kemanusiaan yang adil dan
beradab ?
3) Bagaimana nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil dan
beradab ?

C. TUJUAN
1) Agar dapat memahami peran dan fungsih tentang
kemanusiaan yang adil dan beradab.
2) Untuk dapat di laksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari
dalam bermasyarakat.
3) Sebagai pedoman menjadi masyarakat yang patuh pada
konstitusi Negara Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Sila Kemanusiaan yang adil dan Beradab secara sistematis


didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, serta
mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya. Sila kemanusiaan
sebagai dasar fundamental dalam kehidupan kenegaraan,
kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai kemanusiaan ini
bersumber pada dasar filosofis antropologi bahwa hakikat
manusia adalah susunan kodrat rokhani (jiwa) dan raga, sifat
kodrat individu dan makhluk sosial, kedudukan kodrat makhluk
pribadi berdiri sendiri dan sabagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa.
Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa
Negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia
sabagai makhluk yang beradab. Oleh karena itu dalam kehidupan
kenegaraan terutama dalam peraturan perundang-undangan
Negara harus mewujudkan tercapainya tujuan ketinggian harkat
dan martabat manusia, terutama hak-hak kodrat manusia
sebagai hak dasar (hak asasi) harus dijamin dalam peraturan
perundang-undangan Negara. Kemanusiaan yang adil dan
beradab adalah mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral
dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi
nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan
kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap
sesama manusia maupun terhadap lingkungannya. Nilai
kemanusiaan yang beradab adalah perwujudan nilai
kemanusiaan sebagai makhluk yang berbudaya bermoral dan
beragama.
Dalam kehidupan kenegaraan harus senantiasa dilandasi
oleh moral kemanusiaan antara lain dalam kehidupan
pemerintah Negara, politik ekonomi, hukum, sosial, budaya,
pertahan dan keamanan serta dalam kehidupan keagamaan.
Oleh karena itu dalam kehidupan bersama dalam Negara harus
dijiwai oleh moral kemanusiaan untuk saling menghargai
sekalipun terdapat untuk saling menjaga keharmonisan dalam
kehidupan bersama.
Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna
bahwa hakikat manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan
beradap harus berkodrat adil. Hal ini mengadung suatu
pengertian bahwa hakikat manusia harus adil dalam hubungan
dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap
masyarakat bangsa dan Negara, adil terhadap lingkungannya
serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Konsekuensinya nilai
yang terkandung dalam Kemanusiaan yang adil dan beradab
adalah menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi hak-hak asasi
manusia, menghargai atas kesamaan hak dan derajat tanpa
membedakan suku, ras, keturunan, status sosial maupun agama.
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia,
tenggang rasa, tidak semena-menaterhadap sesama manusia,
menjunjung tinggi nila-nilai kemanusiaan (Darmodihardjo, 1996).

B. Implementasi Sila Kedua (Kemanusiaan Yang Adil


dan Beradab)
Sila kedua ini mengandung makna warga Negara Indonesia
mengakui adanya manusia yang bermartabat (bermartabat
adalah manusia memiliki kedudukan, dan derajat yang lebih
tinggi dan harus dipertahankan dengan kehidupan yang layak),
memperlakukan sesama secara adil (adil dalam pengertian tidak
berat sebelah, jujur, tidak berpihak dan memperlakukan orang
secara sama) dan beradab (beradab dalam arti mengetahui tata
krama, sopan santun dalam kehidupan dan pergaulan) dimana
manusia memiliki daya cipta, rasa niat, dan keinginan sehingga
jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan. Jadi sila
kedua ini menghendaki warga Negara untuk menghormati
kedudukan setiap manusia dengan kelebihan dan kekurangan
masing-masing, setiap manusia mempunyai kehidupan yang
layak dan bertindak jujur serta menggunakan norma sopan
santun dalam pergaulan sesama manusia. Butir-butir
implementasi sila kedua adalah sebagai berikut:
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
persamaan kewajiban antara sesama manusia. Butir ini
menghendaki bahwa setiap manusia mempunyai martabat,
sehingga tidak boleh melecehkan manusia yang lain, atau
meghalangi manusia lain untuk hidup secara layak, serta
menghormati kepunyaan atau milik (harta, sifat, dan karakter)
orang lain serta menjalankan kewajiban atau sesuatu yang
harus dilakukan sesama manusia yaitu menghormati hak
manusia lain seperti hidup, rasa aman, dan hidup layak.
2. Saling mencintai sesama manusia. Kata cinta menghendaki
adanya suatu keinginan yang sangat besar untuk memperoleh
sesuatu dan rasa untuk memiliki dan kalau perlu berkorban
untuk mempertahankannya. Oleh sebab itu, baik agama, suku,
pendidikan, ekonomi, politik, sebaran geografi seperti kota dan
desa, dan lain-lain, sebagai manusia Indonesia, kita harus
tetap memiliki keinginan untuk mencintai sesama manusia
(yaitu rasa memiliki dan kemauan berkorban untuk sesama
manusia sehingga tercipta hidup rukun dan sejahtera.
3. Mengembangkan sikab tenggang rasa. Tenggang rasa
menghendaki adanya usaha dan kemauan dari setiap manusia
Indonesia untuk menghargai dan menghormati perasaan orang
lain. Oleh sebab itu, butir ini menghendaki, setiap manusia
Indonesia untuk saling menghormati perasaan satu sama lain
dengan menjaga keseimbangan hak dan kewajiban. Sebagai
contoh selalu memberikan kritik yang membangun dengan
cara yang santun dan berfokus pada permasalahan alih-alih
kepada individu.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain. Semena-mena
berarti berwenang-wenang, berat sebelah dan tidak
berimbang. Oleh sebab itu, butir ini menghendaki, perilaku
setiap manusia terhadap orang tidak boleh sewenang-wenang
harus menjunjung hak dan kewajiban. Manusia karena
kemampuan dan usahanya sehinga mempunyai kelebihan
dibandingkan yang lain baik dalam kekuasaan, ekonomi atau
kekayaan dan status sosial tidak boleh sewenang-wenang.

C. Nilai-nilai Sila kemanusian Yang Adil dan Beradab


Nilai kenusiaan yang adil dan beradab, mengandung
makna : kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai
moral dalam hidup bersama atas tuntutan mutlak hati nurani
dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
Yang perlu diperhatikan dan merupakan dasar hubungan
semua umat manusia dalam mewujudkan nilai kemanusiaan
yang adil dan beradab adalah pengakuan hak asasi manusia.
Manusia harus diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai Tuhan Yang Maha Esa yang sama
derajatnya. Untuk itu perlu dikembangkan juga sikap saling
mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa atau tepo seliro.
Oleh karena itu sikap dan perilaku semena-mena terhadap orang
lain merupakan perbuatan yang tidak sejalan dengan nilai
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dalam sila ke dua terkandung nilai-nilai humanistis, antara
lain:
Pengakuan atas adanya martabat manusia dengan segala hak
asasinya yang harus dihormati oleh siapapun.
Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia.
Pengertian manusia beradab yang memiliki daya cipta, rasa,
karsa dan iman, sehingga nyatalah bedanya dengan makhluk
lain.
Kemanusiaan yang adil dan beradab
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan
suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepo seliro.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang
lain.
6. Menjunjung nilai-nilai kemanusiaan
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.

Penjelasan dari sila ke dua menjadi 10 butir di atas sungguh


membuat sedih, karena didalam praktek kehidupan berbangsa
dan bertanah air banyak dicoreng oleh masyarakatnya sendiri
(terutama dikota besar).
Biasa dibilang ke-10 butir tersebut hanya butir ke-7 yang masi
eksis itupun dikarenakan adanya kepentingan sesaat (mau
pemilu, ada bencana, perayaan ketatanegaraan maupun agama),
sedang butir lainnya? (dikampung masih ada gotong royong).
Dan patut diingat, ke sepuluh butir ini masih biasa dirasakan
prakteknya justru di kota/dusun yang jauh dengan pusat
kota/kekuasaan, dimana masyarakat pinggiran yang memilik
pemikiran sederhana dan apa adanya tanpa mempelajari apa itu
Pancasila bisa jadi malah tidak tahu dan tidak hafal isi Pancasila,
apalagi P4.
Sedang didalam susunan dari Pancasila, sebagai urutan ke
dua bukan semata asal diatur pada posisi ke dua, karena sekali
sila ke dua ini tidak berjalan dengan baik dan benar maka bisa
dibilang sila lainnyapun menjadi tidak bermanfaat baik sebagai
dasar Negara maupun sebagai ideologi apalagi unutuk kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Sejarah sudah mencatat bahwa NKRI/Nusantara berdiri karena
kesepakatan, bersama dari banyak daerah, dan pusat
ketatanegaraan maupun pusat kekuasaan menjadi fondasi
pertama untuk kelangsungan NKRI, dan sekali pusat
ketatanegaraan/pusat kekuasaan melupakan hakekat Pancasila,
tidaklah heran hilang propinsi dan pulau, apapun alasannya,
karena pengalamannya dari sila ke dua tidak benar-benar mau
dijalankan, karena demi kepentingan sesaat.
Kembali masyarakat kecilpun jauh dari perkotaan dan pusat
kekuasaan hanya bisa heran dan malah kagum NKRI bisa
berubah menjadi besar dalam hal banyak propinsi dan menjadi
kecil dalam hal luas dan wilayahnya.
Inti sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah landasan
manusia. Maka konsekuensinya dalam setiap aspek
penyelenggaraan Negara antara lain hakikat Negara, bentuk
Negara, tujuan Negara, kekuasaan Negara, moral Negara, dan
para penyelenggara Negara, dan lain-lainnya harus sesuai
dengan sifat-sifat dan hakikat manusia. Hal ini dapat dipahami
karena Negara adalah lembaga masyarkat yang terdiri atas
manusia-manusia, dibentuk oleh anusia untuk memanusia dan
mempunyai satu tujuan bersama untuk Manusia pula. Maka
segala aspek penyelenggaran Negara harus sesuai dengan
hakikat dan sifat-sifat manusia Indonesia yang monopluralis,
terutama dalam pengertian yang lebih sentral pendukung pokok
Negara berdasarkan sifat kodrat manusia monodualis yaitu
manusia sebagai individu dan makhluk sosial.
Oleh karena itu dalam kaitannya dengan hakikat Negara harus
sesuai dengan hakikat sifat kodrat manusia yaitu sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Maka bentuk dan sifat
Negara Indonesia bukanlah Negara individualis yang hanya
menekankan sifat makhluk individu, namun juga bukan Negara
kelass yang hanya menekankan sifat makhluk sosial, yang berarti
manusia hanya berarti bila ia dalam masyarakat secara
keseluruhan. Maka sifat dan hakikat Negara Indonesia adalah
monodualis yaitu baik sifat kodrat individu maupun makhluk
sosial secara serasi, harmonis, dan seimbang. Selain itu hakikat
dan sifat Negara Indonesia bukan hanya menekankan segi kerja
jasmani belaka, atau juga bukan hanya menekankan segi
rokhaninya saja, namun sifat Negara harus sesuai dengan kedua
sifat tersebut yaitu baik kerja jasmani maupun kejiwaan secara
serasi dan seimbang, karena dalam praktek pelaksanaannya
hakikat dan sifat Negara harus sesuai dengan hakikat kedudukan
kodrat manusia sebagai makhluk berdiri sendiri dan makhluk
tuhan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab adalah
berwujudan nilai kemanusiaan sebagai makhluk yang berbudaya,
bermoral dan beragama, dalam kehidupan kenegaraan, kita
harus senantiasa dilandasi moral kemanusiaan, misalnya dalam
kehidupan pemerintah Negara, politik, ekonomi, hokum, sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan, serta dalam kehidupan
bersama dalam Negara harus dijiwai oleh moral kemanusiaan
untuk saling menghargai meskipun terhadap perbedaan.

B. Saran
Kita sebagai manusia harus menjunjung tinggi hak-hak
asasi manusia, menghargai akan kesamaan hak dan derajat
tanpa membedakan suku, ras, keturunan, status, sosial, maupun
agama, kita juga harus mengembangkan sikap saling mencintai,
menghargai, menghormati, tenggang rasa, dan menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

DAFTAR PUSTAKA

Kaelani, Drs. M.S., 1996, Pendidikan Pancasila Yuridis


Kenegaraan, Paradigma, Yogyakarta.

Moerdiono, 1996, Pancasila Sebagai Dasar Negara, CV. Karyono,


Yogyakarta.

Noor MS, Bakry., 1994, Orientasi Filsafat Pancasila, Liberty,


Yogyakarta
Thaib Dahlan, 1993, Pancasila Yuridis Ketatanegaraan, AMK YKPN
Salam, H. Burhanuddin. 1998. Filsafat Pancasilaisme. Rineka
Cipta: Jakarta

Thalib, Muhammad. 1999. Doktrin Zionisme dan Idiologi


Pancasila. Windah Press: Yogyakarta

http://www.mail-
archive.com/proletar@yahoogroups.com/msg28476.html

http://kuliahade.wordpress.com/2010/07/03/pancasila-sila-sila/

KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAP


Makalah
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah : Pendidikan
Pancasila
Dosen Pengampu : Y.Sudiantara,Drs,.M.S
Disusun oleh :
1. Diah Setiorini (A1162003)
2. Fifi Nur A (A1162008)
3. Khoriyatul Muna (A1162012)
4. Nisa Urrohmah (A1162011)
5. Puput Novitasari (A1162016)

AKADEMI FARMASI (AKFAR) NUSAPUTERA


Jl. Medoho III No.2, Semarang. Telp/Fax 024-6747012.
e-mail :
akfarnusaputera@gmail.comhttps://www.akfarnusap
utera.ac.id
2016

Anda mungkin juga menyukai