Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN MANAJEMEN

SISTEM RUJUKAN
PUSKESMAS BATEALIT JEPARA

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Kepaniteraan Senior Komprehensif di


Puskesmas Batealit Jepara
Disusun Oleh :

Azizi H. Pranoko

Duta Dhanabhalan

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2012

HALAMAN PENGESAHAN

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................1

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................2

KATA PENGANTAR.......................................................................................4

DAFTAR ISI.....................................................................................................5

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................6

A. LATAR BELAKANG......................................................
B. TUJUAN......................................................................
C. DASAR KEBIJAKAN........................................................
D. RUANG LINGKUP..............................................................
E. METODOLOGI...............................................................

BAB II. METODOLOGI......................................................

A. KERANGKA ACUAN........................................................
B. CARA KERJA............................................................

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................

A. DASAR PEMIKIRAN

B. TUJUAN SISTEM RUJUKAN

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat akan akses pelayanan kesehatan, sediaan
farmasi, dan alat kesehatan secara nasional memang telah mengalami peningkatan, namun
di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, pulau-pulau kecil terdepan dan terluar masih
belum cukup terpenuhi. Kebutuhan akan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan pun
belum cukup memadai, baik jumlah, jenis, kualitas tenaga kesehatan yang dibutuhkan,
serta distribusinya yang belum merata. Jumlah dokter di Indonesia masih tergolong
rendah bila dibandingkan dengan negara lain di ASEAN, yaitu 19 orang dokter per
100.000 orang penduduk.
Sesuai dengan dasar Sistem Kesehatan Nasional tahun 2009, upaya
penyelenggaraan kesehatan perlu mengacu pada dasar-dasar:
1. Hak asasi manusia.
2. Sinergisme dan Kemitraan yang Dinamis.
3. Komitmen dan Tata Kepemerintahan yang Baik.
4. Dukungan Regulasi.
5. Antisipatif dan Pro Aktif.
6. Responsif Gender.
7. Kearifan Lokal.

Akan tetapi pembangunan kesehatan yang belum merata terutama dalam hal
pemerataan prasarana dan fasilitas penunjang bagi stakeholder kesehatan yang ada di
daerah maka diperlukan tindakan rujukan dari stakeholder kesehatan yang memiliki
fasilitas kurang ke stakeholder yang memiliki sarana lebih maju.

Rujukan adalah sarana dan prasarana yang digunakan sebagai alat untuk
memberikan informasi, untuk menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas.
Rujukan dapat berwujud alat bukti, nilai-nilai, dan/atau kredibilitas. Sumber materi
rujukan adalah tempat materi tersebut ditemukan.

Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang


melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab secara timbal balik, terhadap
suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan. Sistem rujukan dapat berjalan secara
vertikal maupun horizontal. Secara vertikal dalam arti rujukan dari unit yang terkecil atau
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu. Secara horizontal dalam arti
rujukan antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.

3
Untuk dapat mewujudkannya dan demi terselenggaranya pembangunan kesehatan
oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis,
maka diperlukan suatu sistem rujukan yang tepat sehingga dapat terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

B. RUMUSAN MASALAH

Mengetahui dan memetakan segala aspek-aspek sistem rujukan yang mencakup


sarana prasarana dan pelaksanaan rujukan yang ada di Puskesmas batealit, Kecamatan
Batealit, Kabupaten Jepara periode Oktober-November 2012.

C. TUJUAN

TUJUAN UMUM

Mengetahui dan memetakan segala aspek-aspek sistem rujukan yang mencakup


sarana prasarana dan pelaksanaan rujukan yang ada di Puskesmas batealit, Kecamatan
Batealit, Kabupaten Jepara periode Oktober-November 2012 untuk kemudian dielaborasi
dan diintegrasikan sejalan dengan pelaksanaan sistem rujukan yang sesuai dengan Sistem
Kesehatan Nasional.

TUJUAN KHUSUS
a. Mengetahui tentang pelaksanaan rujukan yang ada di Pukesmas Batealet,
Kecamatan Batealit, Kanbupaten Jepara.
b. Mengetahui tentang prosedur sistem rujukan yang berlangsung di Pukesmas
Batealet, Kecamatan Batealit, Kanbupaten Jepara.
c. Mengetahui tentang kelengkapan sarana prasarana dalam kaitan pelaksanaan
rujukan yang berlangsung di Pukesmas Batealet, Kecamatan Batealit,
Kanbupaten Jepara.
d. Mengetahui tentang pemanfaatan sumber daya yang terdapat di Puskesmas
dalam kaitan pelaksanaan rujukan yang berlangsung di Pukesmas Batealet,
Kecamatan Batealit, Kanbupaten Jepara.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1.Puskesmas

Sebagai data,masukan dan sebagai bahan pertimbangan untuk evaluasi kelengkapan


sarana prasarana, ketepatan prosedur maupun keefektivitasan dari pelaksanaan sistem
rujukan di Pukesmas Batealet, Kecamatan Batealit, Kabupaten Jepara.

2.Dokter

4
Menambah masukan tentang ketepatan prosedur maupun indikasi dalam pelaksanaan
sistem rujukan.

3.Penulis

Sebagai bahan untuk menambah ilmu dan pengetahuan dan bekal suatu saat nanti kelak
agar dapat melaksanakan sistem rujukan yang sesuai Sistem Kesehatan nasional.

BAB II

METODOLOGI

A. KERANGKA ACUAN

Dalam membuat kerangka acuan, digunakan cara pendekatan sistem yaitu sebagai
berikut:

INPUT

1. Man

Mahasiswa kepaniteraan komprehensif, kepala puskesmas, pembimbing, tenaga kerja


fungsional Puskesmas Batealit.

2. Money

Swadana mahasiswa kepaniteraan komprehensif.

3. Material

Data Laporan Manajemen dan Kinerja Puskesmas Batealit Jepara.

4. Metode

Observasi dan wawancara dengan tenaga kerja fungsional Puskesmas Batealit Jepara.

5. Machine

Alat tulis, laptop, komputer, printer.

PROSES
5
1. Perencanaan (P1)

a. Menentukan judul laporan

b. Pertemuan dengan Kepala Puskesmas Batealit untuk mendapatkan izin melakukan


kegiatan di wilayah kerja Puskesmas Batealit.

c. Pertemuan dengan tenaga kerja fungsional Puskesmas Batealit Jepara

2. Pergerakan dan Pelaksanaan (P2)

a. Pengorganisasian melalui pertemuan dengan pendamping

b. Pengambilan data-data material yang diperlukan berupa laporan Manajemen dan


Kinerja Puskesmas Batealit Jepara.

c. Melakukan observasi dan wawancara dengan tenaga kerja fungsional Puskesmas


Batealit Jepara

d. Melakukan pencatatan hasil observasi dan wawancara dengan tenaga kerja


fungsional Puskesmas Batealit Jepara

3. Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (P3)

a. Menganalisa sistem rujukan Puskesmas Batealit Jepara

b. Menilai pelaksanaan sistem rujukan Puskesmas Batealit Jepara

OUTPUT

1. Mengetahui sistem rujukan Puskesmas Batealit Jepara.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis sistem rujukan Puskesmas Batealit Jepara.

3. Mengetahui pelaksanaan sistem rujukan Puskesmas Batealit Jepara.

B. CARA KERJA

Cara kerja yang dilakukan adalah dengan metode pendekatan sistem. Pengumpulan data
dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan pencatatan data yang diperlukan. Cara
kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data primer dan data sekunder, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Konsultasi dengan Kepala Puskesmas dan Pembimbing.

b. Observasi dan wawancara dengan tenaga kerja fungsional Puskesmas Batealit


Jepara.

c. Pencatatan dan pengumpulan data-data yang diperlukan.


6
2. Pengolahan data dilakukan dengan cara analisis deskriptif.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DASAR PEMIKIRAN

Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan


pusat pengembangan kesehatan masyarakat, yang juga membina peran serta masyarakat
disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan.
Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan keadaan infrastruktur lainnya
merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas.
Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk.
Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit
pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yaitu Puskesmas Pembantu dan Puskesmas
Keliling.
Pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang
meliputi pelayanan pengobatan (kuratif), upaya pencegahan (preventif), peningkatan
kesehatan (promotif) dan pemullihan kesehatan (rehabilitatif) yang ditujukan kepada semua
penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan golongn umur, sejak pembuahan dalam
kandungan sampai tutup usia.

Fungsi dan Peran Puskesmas

Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional, Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan


kesehatan tingkat pertama mempunyai tiga fungsi sebagai berikut:
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan.
Memiliki makna bahwa puskesmas harus mampu membantu menggerakkan
(motivator dan fasilitator) dan turut serta memantau pembangunan yang
diselenggarakan di tingkat kecamatan agar dalam pelaksanaannya mengacu,
berorientasi, serta dilandasi oleh kesehatan sebagai faktor pertimbangan utama.
Diharapkan setiap pembangunan yang dilaksanakan seyogyanya yang
mendatangkan dampak positif terhadap kesehatan.
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga.
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non instruktif
guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu
mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan
memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas
sektoral maupun LSM dan tokoh masyarakat.
Pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non instruktif
guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuyan keluarga agar mampu
mengidentifikasi masalah, merencanakan dan mengambil keputusan untuk
melakukan pemecahannya dengan benar, tanpa atau dengan bantuan pihak lain.

7
3. Upaya Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama yang diselenggarakan puskesmas
bersifat holistik, komprehensif/menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat pokok (basic
health service), yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta
mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi pelayanan kesehatan masyarakat dan
pelayanan medik. Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat
pelayanan rawat jalan (ambulatory/out patient service).
Sebagai pusat pelayanan tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas
merupakan sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang wajib menyelenggarakan
pelayanan kesehatan secara bermutu, terjangkau, adil dan merata.
Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi:
Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan promotif
dan preventif, dengan pendekatan kelompok masyarakat, serta sebagian besar
diselenggarakan bersama masyarakat melalui upaya pelayanan dalam dan luar
gedung di wilayah kerja puskesmas.
Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan, kuratif dan
rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya, melalui
upaya rawat jalan dan rujukan.
Pada kondisi tertentu dan bila memungkinkan dapat dipertimbangkan puskesmas
dapat memberikan pelayanan rawat inap sebagai rujukan antara sebelum dirujuk
ke Rumah Sakit.

Pengertian Sistem Rujukan

Rujukan adalah sarana dan prasarana yang digunakan sebagai alat untuk memberikan
informasi, untuk menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Rujukan dapat
berwujud alat bukti, nilai-nilai, dan/atau kredibilitas. Sumber materi rujukan adalah tempat
materi tersebut ditemukan.

Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan


pelimpahan wewenang atau tanggung jawab secara timbal balik, terhadap suatu kasus penyakit
atau masalah kesehatan. Sistem rujukan dapat berjalan secara vertikal maupun horizontal.
Secara vertikal dalam arti rujukan dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada
unit yang lebih mampu. Secara horizontal dalam arti rujukan antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya.

Jenis Rujukan

Sistem rujukan menurut azas penyelenggaraan puskesmas (Kepmenkes No. 128 Tahun
2004) dibagi menjadi:

1. Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada dasarnya menyangkut masalah


medik perorangan yang antara lain meliputi:

8
a. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operasional dan
lain-lain.
b. Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang lebih
lengkap.
c. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau mengirim
tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi
pelayanan, ahli pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas
pelayanan.

2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah kesehatan


masyarakat yang meluas meliputi:
a. Rujukan sarana dan logistik, antara lain bantuan laboratorium dan teknologi
kesehatan.
b. Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan
sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu penyakit serta
penanggulangannya pada bencana alam, gangguan kamtibmas, dan lain-lain.
c. Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada saat
terjadi bencana, pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi keracunan masal,
pemeriksaan air minum penduduk, dan sebagainya.

Gambar 1. Skema pelaksanaan azas rujukan menurut Kepmenkes No. 128 Tahun 2004
.
Sistem rujukan dalam bidang obstetri dibagi menjadi:

1. Rujukan Terencana, rujukan ke rumah sakit yang telah disiapkan dan direncanakan
jauh-jauh hari bagi ibu risiko tinggi. Ada 2 macam rujukan terencana yaitu :
a. Rujukan Dini Berencana (RDB), untuk ibu dengan resiko tinggi yang masih
sehat dan belum inpartu, belum ada komplikasi persalinan, ibu masih dapat

9
berjalan sendiri atau naik kendaraan umum, dan tidak membutuhkan alat ataupun
obat.
b. Rujukan Dalam Rahim (RDR), meliputi rujukan In Utero bagi janin dengan
masalah dan janin risiko tinggi yang masih sehat (misalnya kehamilan dengan
riwayat obstetrik jelek pada ibu diabetes mellitus, partus prematurus iminens).
Bagi janin, selama pengiriman rahim ibu merupakan alat transportasi dan
inkubator alami yang aman, nyaman, hangat, steril, murah, mudah, memberi
nutrisi dan O2, tetap pada hubungan fisik dan psikis dalam lindungan ibunya.
Pada jam-jam krisis pertama bayi langsung mendapatkan perawatan spesialistik
dari dokter spesialis anak. Manfaat RDB/RDR: pratindakan diberi KIE, tidak
membutuhkan stabilisasi, menggunakan prosedur, alat, obat standar (obat
generik), lama rawat inap pendek dengan biaya efisien dan efektif terkendali,
pasca tindakan perawatan dilanjutkan di puskesmas.

2. Rujukan Tepat Waktu (RTW), rujukan untuk ibu dengan gawat darurat obstetrik,
perdarahan antepartum, preeklampsi berat/eklampsia, dan ibu dengan komplikasi
persalinan dini yang dapat terjadi pada semua ibu hamil dengan atau tanpa faktor
resiko.

Sistem rujukan menurut tata hubungannya dibagi menjadi:

1. Rujukan Internal, adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam
institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke
puskesmas induk.

2. Rujukan Eksternal, adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan
kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap)
maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

Sistem rujukan menurut lingkup pelayanannya dibagi menjadi:

1. Rujukan Medis:
Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operatif dan lain-lain.
Pengiriman bahan (spesiemen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat.

2. Rujukan Kesehatan:
Rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat
preventif dan promotif, yang antara lain meliputi bantuan.
Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa atau
berjangkitnya penyakit menular.
Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah.
Penyidikan sebab keracunan, bantuan tekhnologi penanggulangan keracunan
dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan massal.
Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas
terjadinya bencana alam.

10
Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air
bersih bagi masyarakat umum.
Pemeriksaan spesiemen air di Laboratorium Kesehatan dan sebagainya.

Jenjang Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan, maka jenjang pelayanan kesehatan dibagi


menjadi lima jenjang, yaitu:
1. Tingkat rumah tangga.
Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh keluarga sendiri.
2. Tingkat masyarakat.
Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka sendiri, misalnya posyandu,
polindes, saka bakti husada, dan lain-lain.
3. Fasilitas pelayanan tingkat pertama.
Upaya kesehatan tingkat pertama yang dilakukan puskesmas dan unit fungsional
dibawahnya, yaitu praktek dokter swasta, bidan swasta, dokter keluarga, dan lain-lain.
4. Fasilitas pelayanan tingkat kedua.
Upaya kesehatan tingkat kedua (rujukan spesialis) oleh Balai Pengobatan Penyakit
Paru (BP4), Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), Balai Kesehatan Kerja
Masyarakat (BKKM), Balai Kesehatan Olah Raga Masyarakat (BKOM), Sentra
Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T), rumah sakit
kabupaten atau kota, rumah sakit swasta, klinik swasta, dinas kesehatan kabupaten
atau kota, dan lain-lain.
5. Fasilitas pelayanan tingkat ketiga.
Upaya kesehatan tingkat ketiga (rujukan spesialis lanjutan atau konsultan) oleh rumah
sakit provinsi atau pusat atau pendidikan, dinas kesehatan provinsi dan departemen
kesehatan.

Jalur Rujukan

Jalur rujukan dibagi menjadi dua, yaitu:


1. Rujukan upaya kesehatan perorangan:
1) Antara masyarakat dengan puskesmas.
2) Antara puskesmas pembantu atau bidan di desa dengan puskesmas.
3) Intern petugas puskesmas atau puskesmas rawat inap.
4) Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit atau fasilitas pelayanan
lainnya.
2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat:
1) Dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten atau kota.
2) Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral maupun
lintas sektoral.
3) Bila rujukan ditingkat kabupaten atau kota masih belum mampu mananggulangi,
bisa diteruskan ke provinsi atau pusat (Trihono, 2005).

Keuntungan Sistem Rujukan


1. Pelayanan dan pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah, dan secara psikologis
memberikan rasa aman pada pasien dan keluarga pasien.
11
2. Penataran yang diadakan secara teratur dan berkala akan meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan petugas daerah, sehingga semakin banyak kasus yang dapat dikelola
di daerahnya masing masing, serta meningkatkan kewaspadaan tenaga kesehatan
akan kasus-kasus sulit tertentu yang harus segera dirujuk.

3. Memudahkan masyarakat di daerah terpencil agar dapat memperoleh pelayanan tenaga


ahli dan fasilitas kesehatan dari jenjang yang lebih tinggi.

Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan

Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun
kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari:
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu
diatasi.
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus
disertai pasien yang bersangkutan.
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.
TATA CARA PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN
Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang terlibat
yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan dengan rincian beberapa prosedur
sebagai berikut :
1. Prosedur standar merujuk pasien.
2. Prosedur standar menerima rujukan pasien.
3. Prosedur standar memberi rujukan balik pasien.
4. Prosedur standar menerima rujukan balik pasien.

1. Prosedur standar merujuk pasien


a. Prosedur Klinis:
1. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk
menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding.
2. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus.
3. Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.
4. Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas Medis/Paramedis yang kompeten
dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
5. Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas keliling atau ambulans, agar petugas
dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut
mendapat pelayanan dan kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan.
b. Prosedur Administratif:
1. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2. Membuat catatan rekam medis pasien.

12
3. Memberikan Informed Consent (persetujuan/penolakan rujukan).
4. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2.
Lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang bersakutan.
Lembar kedua disimpan sebagai arsip. Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan
pasien.
6. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi dengan tempat
tujuan rujukan.
7. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi yang
bersangkutan.

2. Prosedur standar menerima rujukan Pasien.


a. Prosedur Klinis:
1. Segera menerima dan melakukan stabilisasi pasien rujukan.
2. Setelah stabil, meneruskan pasien ke ruang perawatan elektif untuk perawatan selanjutnya
atau meneruskan ke sarana kesehatan yang lebih mampu untuk dirujuk lanjut.
3. Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien.
b. Prosedur Administratif:
1. Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang telah diterima untuk
ditempelkan di kartu status pasien.
2. Apabila pasien tersebut dapat diterima kemudian membuat tanda terima pasien sesuai aturan
masing-masing sarana.
3. Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada kartu catatan medis dan
diteruskan ke tempat perawatan selanjutnya sesuai kondisi pasien.
4. Membuat informed consent (persetujuan tindakan, persetujuan rawat inap atau pulang
paksa).
5. Segera memberikan informasi tentang keputusan tindakan/perawatan yang akan dilakukan
kepada petugas/keluarga pasien yang mengantar.
6. Apabila tidak sanggup menangani (sesuai perlengkapan Puskesmas/RSUD yang
bersangkutan), maka harus merujuk ke RSU yang lebih mampu dengan membuat surat
rujukan pasien rangkap 2, kemudian surat rujukan yang asli dibawa bersama pasien,
prosedur selanjutnya sama seperti merujuk pasien.
7. Mencatat identitas pasien di buku register yg ditentukan.

3. Prosedur standar membalas rujukan pasien


a. Prosedur Klinis:
1. Rumah Sakit atau Puskesmas yang menerima rujukan pasien wajib mengembalikan pasien
ke RS/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim setelah dilakukan proses antara lain:
a. Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat tetapi penyembuhan selanjutnya perlu
di follow up oleh Rumah Sakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim.
b. Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan klinis, tetapi pengobatan
dan perawatan selanjutnya dapat dilakukan di Rumah
Sakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim.
13
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosa bahwa kondisi pasien sudah memungkinkan
untuk keluar dari perawatan Rumah Sakit / Puskesmas tersebut dalam keadaan:
a. Sehat atau Sembuh.
b. Sudah ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan.
c. Belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke tempat lain.
d. Pasien sudah meninggal.
3. Rumah Sakit / Puskesmas yang menerima rujukan pasien harus memberikan
laporan/informasi medis/balasan rujukan kepada Rumah
Sakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim pasien mengenai kondisi klinis terahir
pasien apabila pasien keluar dari Rumah Sakit / Puskesmas.
b. Prosedur Administratif:
1. Puskesmas yang merawat pasien berkewajiban memberi surat balasan rujukan untuk setiap
pasien rujukan yang pernah diterimanya kepada Rumah
Sakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes yang mengirim pasien yang bersangkutan.
2. Surat balasan rujukan boleh dititip melalui keluarga pasien yang bersangkutan dan untuk
memastikan informasi balik tersebut diterima petugas kesehatan yang dituju, dianjurkan
berkabar lagi melalui sarana komunikasi yang memungkinkan seperti telepon, handphone,
faksimili dan sebagainya.

4. Prosedur standar menerima balasan rujukan pasien


a. Prosedur Klinis:
1. Melakukan kunjungan rumah pasien dan melakukan pemeriksaan fisik.
2. Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah Sakit/Puskesmas yang
terakhir merawat pasien tersebut.
3. Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan memantau (follow up)
kondisi klinis pasien sampai sembuh.
b. Prosedur Administratif:
1. Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di buku register pasien
rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis pasien yang bersangkutan dan
memberi tanda tanggal/jam telah ditindaklanjuti.
2. Segera memberi kabar kepada dokter pengirim bahwa surat balasan rujukan telah diterima.

Persiapan Rujukan

1. Persiapan Tenaga Kesehatan, pastikan pasien dan keluarga didampingi oleh minimal
dua tenaga kesehatan (dokter dan/atau perawat) yang kompeten dan memiliki
kemampuan untuk tatalaksana kegawatdaruratan medis, maternal dan perinatal.

2. Persiapan Keluarga, beritahu pasien dan keluarga pasien tentang kondisi terakhir
pasien, serta alasan mengapa perlu dirujuk. Anggota keluarga yang lain harus ikut
mengantar pasien ke tempat rujukan.

3. Persiapan Surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi identitas pasien, alasan
rujukan, tindakan dan obatobatan yang telah diberikan pada pasien.
14
4. Persiapan Alat, bawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan.

5. Persiapan Obat, membawa obatobatan esensial yang diperlukan selama perjalanan


merujuk. Jenis-jenis obat yang dibutuhkan diantaranya:
a. Epinephrin
b. Lidokain
c. Sulfas atropin
d. Dopamin
e. Magnesium sulfat
f. Morfin
g. Kortikosteroid
h. Natrium bikarbonat
i. Kalsium glukonat/Kalsium klorida
j. Furosemide
k. Diazepam

6. Persiapan Kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik, yang memungkinkan


pasien berada dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan
secepatnya.
Kelengkapan ambulance, alat, dan bahan yang diperlukan:
a. Tas PP (Kit PP)
Tas PP sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat dan tahan air. Isi tas PP:
1. Pembalut gulung
2. Pembalut segitiga
3. Kassa steril
4. Plester
5. Kapas putih
6. Plester cepat (misal Tensoplast, dll)
7. Cairan antiseptik
8. Cairan pencuci luka rivanol
9. Obat-obatan
10. Alat medis tambahan
11. Gunting
12. Pinset
13. Senter
14. Peniti
15. Buku catatan dan alat tulis
16. Stetoskop
17. Tensimeter
18. Termometer
b. Alat pelindung diri
c. Sepatu bot
d. Perlengkapan medis
1. Alat pemeriksaan
2. Emergency kit
e. Airways and breathing set
1. Ventilator mobile/portable
2. Tabung oksigen portable
3. Suction unit
4. Bag valve mask
5. ETT
6. Laringoscope
7. Pulse Oxymetri
8. Oxyhood
f. Circulation set
1. Vena sectie set
2. Hanging blood pressure monitor
3. Automatic external defibrilator
4. EKG monitor
5. Intraosseus needle
15
g. Trauma set
1. Necsplint/collar splint
2. Long spine board
3. Wound toilet set
4. Minor surgery set
h. Alat angkut evakuasi
1. Scoope stretcher
2. Stretcher beroda
i. Lain-lain
1. Infus set
2. Bantal, sarung bantal, sprei, selimut
3. Kantung muntah
4. Box tissue
5. Satu pak gelas
6. Satu pak tissue basah
7. Empat liter air steril/NaCl
8. Empat buah alat pengikat lunak
9. Kantung sampah
j. Obat-obatan
k. Alat komunikasi
1. Radio medik
2. Mobile phone

7. Persiapan Uang, ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat-obatan dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempat rujukan.
8. Persiapan Donor Darah, siapkan kantung darah sesuai golongan darah pasien atau
calon pendonor darah dari keluarga untuk berjagajaga dari kemungkinan kasus yang
memerlukan donor darah.

Mekanisme Rujukan

1. Menentukan kegawatdaruratan penderita:


a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu, dan puskesmas.
2. Menentukan tempat rujukan.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga.
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju:
a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama
dalam perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim.
5. Melakukan persiapan rujukan.
6. Pengiriman penderita.
7. Tindak lanjut penderita:
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan dari tempat rujukan.
b. Melakukan kunjungan rumah pada penderita yang memerlukan tindakan lanjut
tetapi memiliki hambatan melapor.

B. MEKANISME RUJUKAN PUSKESMAS BATEALIT JEPARA


1. Menentukan kegawatdaruratan penderita:
Keputusan untuk melakukan rujukan dilakukan apabila puskesmas tidak dapat
memberikan pelayanan medis dan/atau pemeriksaan penunjang yang
dibutuhkan pasien.
Instalasi gawat darurat: dilakukan oleh perawat dan dokter jaga UGD.
Rawat inap: dilakukan oleh perawat dan dokter jaga UGD.
16
Rawat jalan: dilakukan oleh perawat dan dokter jaga BP.
PONED: dilakukan oleh bidan.
2. Menentukan tempat rujukan:
Sebagian besar pasien dirujuk ke RS Kartini Jepara dan RS Islam Jepara, atas
saran dan penjelasan dari perawat, bidan, atau dokter jaga, dengan persetujuan
pasien dan keluarga.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga.
Memberikan informasi mengenai alasan pasien dirujuk kepada pasien dan
keluarga pasien.
Instalasi gawat darurat: dilakukan oleh perawat dan dokter jaga UGD.
Rawat inap: dilakukan oleh perawat dan dokter jaga UGD.
Rawat jalan: dilakukan oleh perawat dan dokter jaga BP.
PONED: dilakukan oleh bidan.
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju:
Tidak dilakukan pemberitahuan terlebih dahulu bahwa akan ada penderita
yang dirujuk.
5. Melakukan persiapan rujukan.
a. Persiapan Tenaga Kesehatan, tidak terdapat ketentuan jumlah tenaga medis

yang harus ikut mendampingi pasien dan keluarga pasien hingga sampai di
tempat rujukan.
b. Persiapan Keluarga, pasien dan keluarga pasien diberikan informasi mengenai

alasan dilakukan rujukan.


c. Persiapan Surat, keluarga pasien diberi surat pengantar/surat rujukan yang
berisi identitas pasien, alasan rujukan, tindakan dan obatobatan yang telah
diberikan pada pasien.
Pasien rujukan PONED diberikan surat rujukan dari puskesmas, surat dibuat
rangkap tiga, satu untuk dibawa pasien dan keluarga sebagai pengantar ke
tempat rujukan, satu disimpan oleh bidan, satu disimpan di instalasi PONED
puskesmas. Dilakukan pencatatan pasien yang dirujuk di buku rujukan.
Pasien rujukan instalasi gawat darurat dan rawat inap diberikan satu surat
rujukan sebagai pengantar ke tempat rujukan. Tidak dilakukan pencatatan
rujukan pasien dari instalasi gawat darurat dan rawat inap.
Pasien rujukan pasien rawat jalan/BP dilakukan untuk kepentingan pendataan
asuransi/jaminan kesehatan, dicatat di buku rujukan. Surat rujukan memiliki
format yang berbeda dengan surat rujukan instalasi gawat darurat, rawat inap,
dan PONED. Surat dibuat rangkap dua, satu untuk pasien dan satu untuk
disimpan puskesmas.

17
Gambar 1. Surat rujukan Puskesmas Batealit
.
Isi surat rujukan Puskesmas Batealit terdiri atas kop surat, nomor surat, perihal,
tempat dan tanggal penulisan surat, tempat rujukan yang dituju, identitas pasien
(nama, umur, dan alamat pasien), diagnosa/diagnosa sementara, gejala,
tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan, serta tempat untuk tanda tangan
Kepala Puskesmas Batealit. Surat tidak selalu ditandatangani oleh Kepala
Puskesmas Batealit, dapat ditandatangani oleh dokter jaga.
d. Persiapan alat, obat, dan kendaraan.
Kendaraan yang digunakan sebagai ambulance Puskesmas adalah
Toyota Kijang F60 standard tahun pembuatan 2004 dengan kapasitas
silinder 1781cc bernomor polisi K 9597 C atas nama pemilik
Pemerintah Kabupaten Jepara. Kondisi ambulance dirasa kurang
nyaman untuk pasien, keluarga pasien, dan tenaga medis yang ikut
mengantar karena AC tidak dingin yang mungkin dikarenakan adanya
gangguan pada freon AC tersebut. Ketersediaan oksigen pada saat
mengantar juga harus menjadi perhatian serius,oksigen sebaiknya harus
selalu berada dalam kondisi penuh dan air oksigen yang selalu terisi.
Lampu sirine berwarna biru menyala kurang terang dan pengeras sirine
perlu diadakan servis agar suara yang dihasilkan lebih keras. Berikut
beberapa hal yang dapat dijadikan perhatian untuk perbaikan ambulance
ke depannya:
Tidak terdapat Tas PP
Tidak terdapat alat pelindung diri
Tidak terdapat perlengkapan medis di dalam mobil ambulance,
tenaga medis menyiapkan sendiri perlengkapan medis yang
diperlukan saat itu
Tidak terdapat airway dan breathing set
Tidak terdapat circulation set
Tidak terdapat trauma set
Alat angkut berupa stretcher beroda
18
Tidak terdapat infus set, kantung muntah, kantung sampah, dan
perlengkapan tambahan lain di dalam mobil ambulance. Obat-
obatan, infus set, dan perlengkapan lain yang dibutuhkan saat itu
disiapkan sendiri oleh tenaga medis sesaat sebelum merujuk
pasien.
Tidak terdapat alat komunikasi di dalam mobil ambulance. Untuk
berkomunikasi digunakan alat komunikasi pribadi milik keluarga pasien
atau tenaga medis yang ikut mengantar.

Gambar 2. Mobil ambulance tampak depan.

Gambar 3. Mobil ambulance tampak belakang.

19
Gambar 4. Bagian dalam mobil ambulance.

Gambar 5. Kelengkapan mobil ambulance berupa tabung oksigen.

6. Pengiriman penderita.
Dilakukan dengan mobil ambulance milik puskesmas, kelengkapan mobil
ambulance kurang, tidak memiliki sopir ambulance tetap.
Tidak ada ketentuan jumlah tenaga medis yang harus ikut mengantar dan
mendampingi pasien dan keluarga ke tempat rujukan.

7. Tindak lanjut penderita:


Puskesmas melakukan pelayanan medis lanjutan kepada penderita yang
datang ke puskesmas setelah selesai mendapatkan pelayanan (pengobatan
rawat jalan, rawat inap, pemeriksaan penunjang tertentu) di tempat rujukan.
Puskesmas memberikan surat pengantar rujukan ke tempat rujukan sesuai
permintaan pasien untuk mendapatkan pelayanan medis di tempat rujukan.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Telah dilaporkan laporan manajemen Puskesmas mengenai manajemen sistem rujukan.


Secara keseluruhan,manajemen sistem rujukan di Puskesmas Batealit Kabupaten Jepara sudah
sesuai dengan pelaksanaan sistem rujukan yang berpedoman kepada Sistem kesehatan
Nasional. Tenaga medis yang ditunjuk merujuk oleh Kepala Puskesmas Batealit, juga sudah
melaksanakan tugasnya dengan baik. Akan tetapi, ada beberapa kekurangan yang masih ada:

a.Kurang lengkapnya sistem pencatatan dan pendataan rujukan.

b.Kondisi kendaraan yang kurang nyaman.

20
c.Kelengkapan alat maupun srana dan prasarana yang diperlukan

Semoga kekurangan tersebut dapat diatasi demi peningkatan pelayanan kesehatan di


Puskesmas Batealit.

Saran-saran:

a. Perlunya dibuat suatu susunan form tertulis yang tetap setiap melakukan tindakan
rujukan.
b. Karena tidak selalu ditandatangani dan dikarenakan kesibukan Kepala Puskesmas dan
lain sebagainya, maka perlu dipertimbangkan redaksi pada surat rujukan dapat
ditandatangani oleh dokter, perawat, maupun bidan yang bersangkutan saat erujuk.

c. Diperlukan pencatatan dan pelaporan untuk kepentingan evaluasi seusai merujuk


apakah sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional.

d. Sebaiknya surat rujukan dibuat dalam dua rangkap.

e. Perlunya dipertimbangkan pengadaan alat-alat maupun sarana dan prasarana medis dan
nonmedis untuk diintegrasikan secara komprehensif pada mobil ambulance puskesmas.

f. Perlunya komunikasi yang intensuif antara puskesmas dengan pihak yang merujuk dan
pihak tempat rujukan, terkait persiapan sebelum merujuk maupun pada saat
penerimaan pasien di tempat rujukan (pentingnya pemberitahuan melalui telepon
terlebih dahulu pada tempat rujukan)

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI:


Pedoman Pengembangan dan Pembinaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan di
Indonesia, Direktorat Rumah Sakit, Departemen Kesehatan R.I, Jakarta, Tahun 1978.
2. Departemen Kesehatan RI:
Pedoman Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal di Tingkat Kabupaten/Kota.
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Tahun 2005.
3. Departemen Kesehatan RI:
Sistem Informasi Rumah Sakit Di Indonesia (Sistem Pelaporan Rumah Sakit Revisi V),
Keputusan Menkes RI No.1410/Menkes/SK/X/2003, Tanggal 1 Oktober 2003, Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik, Jakarta Tahun 2003.
21
4. Notoatmodjo Soekidjo:
http://sehatuntuksemua.wordpress.com/2008/07/14/sistem-rujukankesehatan-di-indonesia.
Konsultasi tanggal 24 Januari 2011.
5. Nasution, Abdul Bari., Adriaansz, George., Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Buku Acuan

Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal

6. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo Trihono. 2005. Arrimes Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma


Sehat. Jakarta : Sagung Seto

7. www.puskel.com/4-macam-sistem-rujukan-upaya-kesehatan/
8. www.scribd.com/poedji-rochjati

22
LAMPIRAN

CONTOH FORM RUJUKAN

Puskesmas :

Kecamatan :

Nomor :

Mohon pemeriksaan, pengobatan, perawatan untuk :

Nama :

Umur ibu : tahun

Alamat :

KASUS MATERNAL

1. Anamnesis a. Obat
a. Gravida ( ), Para ( ), Abortus ( ) belum diberi ( ), sudah diberi ( )
b. Anak hidup ( ) Bila sudah diberi, yaitu :
c. Persalinan yang lalu :
Normal ( ), ada kelainan ( ) b. Tindakan yang telah dilakukan
d. Bila ada kelainan, sebutkan : :................................................
e. Saat ini hamil( )minggu 4. Diagnosis sementara
2. Pemeriksaan fisik
a. Tekanan darah : / mmHg
b. Tinggi fundus uteri : cm
c. His : Kuat ( ), Lemah ( )
Frekuensi ..........kali/menit
d. Denyut jantung janin :
kali/menit
e. Teratur ( ), tidak teratur ( )
f. Pembukaan serviks : cm Tanggal merujuk......./......./.......
g. Ketuban : utuh ( ), pecah ( )
Bila pecah, air ketuban : jernih ( ), Yang menerima rujukan
keruh ( )
h. Faktor risiko yang ditemukan
3. Obat dan tindakan yang diberikan

Kepada :

Yth.

RSUD

Di

Kelamin bayi : lelaki ( ), perempuan ( )

Umur bayi :............hari...............jam

Kecamatan :

KASUS PERINATAL
23
1. Anamnesis
a. Umur kehamilan ibu ( ) minggu
b. Cara bersalin :
spontan ( ), forsep ( ), vakum ( ),
operasi sesar ( )
c.
Presentasi bayi :
kepala ( ), sungsang ( ), lintang ( )
2. Pemeriksaan fisik
a. Asfiksia :
1. tidak asfiksia( ),
2. Ringan ( ),
3. Sedang ( ),
4.berat ( )
b. Berat badan
1. saat lahir ........ gram,
2. Saat rujuk........gram
c. Gejala yang ditremukan
(beri tanda yang sesuai)
Panas ( ), sesak ( ), kebiruan ( ),
krjang ( ), memar/luka/bengkak ( ),
kelainan kongenital ( ), lain-lain.......
d. Faktor resiko yang ditemukan
3. Obat dan tindakan yang diberikan
a. obat :
belum diberi ( ),
sudah diberi ( ),
bila sudah diberi yaitu
yaitu :..................................................
......
b. tindakan resusitasi yang dilakukan :
.........................................................
4. Diagnosis sementara

Jam merujuk .....: .....

Yang merujuk

24

Anda mungkin juga menyukai