Anda di halaman 1dari 64

Perhitungan

Tegangan (Stress) dan


Kekuatan (Strengh)

www.mairodi-training.com

1
Perancangan konstruksi dapat dilakukan dengan 2
(dua) cara, yaitu:

1. Pemilihan bahan
- Dimensi dan bahan komponen ditentukan
terlebih dahulu
- Gaya yang bekerja dianalisis dan dihitung
- Dilakukan pemeriksaan dengan
perhitungan trial and error
- Syarat memenuhi pemakaian konstruksi:
Tegangan yang terjadi Kekuatan ijin bahan

2
2. Perhitungan kekuatan

- Gaya yang bekerja dianalisis dan dihitung


- Menghitung tegangan yang terjadi
- Menentukan salah satu dari dimensi atau
bahan komponen yang digunakan
- Menghitung besar dimensi atau bahan
minimum
Tegangan yang terjadi Kekuatan ijin bahan
- Menetapkan dimensi atau bahan

3
TEGANGAN (STRESS)
Secara umum, gaya yang bekerja pada batang
dibedakan menjadi:

Gaya normal
yaitu gaya yang
bekerja dengan arah
tegak lurus dengan
Gaya tangensial penampang batang
yaitu gaya yang bekerja dengan arah
sejajar dengan penampang batang
4
Gaya yang bekerja merata pada seluruh
luas penampang, disebut TEGANGAN
(STRESS).

2 Gaya; F (N)
Tegangan; (N/mm ) =
Luas penampang; A (mm 2 )

5
Gaya Normal
1. Tegangan Tarik

Tegangan yang
F F terjadi pada batang
adalah tegangan
tarik; t (N/mm2)
F F = gaya; Newton (N)
t = A = Luas penampang; mm2
A
Luas penampang lingkaran; A = r2 ; r = jari-jari (mm)
Luas penampang segi empat; A = p l
6
2. Tegangan Tekan

Tegangan yang
F F terjadi pada batang
adalah tegangan
tekan; c (N/mm2)

F F = gaya; Newton (N)


c = A = Luas penampang; mm2
A
Luas penampang lingkaran; A = r2 ; r = jari-jari (mm)
Luas penampang segi empat; A = p l
7
3. Tegangan Bengkok
F
A C B Tegangan yang terjadi
pada batang adalah
tegangan bengkok;
L1 L2
b (N/mm2)
RA RB
L3

Mb Mb = momen bengkok; N mm
b = Wb = momen tahanan bengkok; mm3
Wb
3 1
d Wb = d h Wb = b h2
32 6
b
8
Gaya Tangensial
1. Tegangan Geser
Tegangan yang
terjadi pada batang
adalah tegangan
geser; s (N/mm2)
F
F F = gaya; Newton (N)
s =
A A = Luas penampang; mm2

Luas penampang lingkaran; A = r2 ; r = jari-jari (mm)


Luas penampang segi empat; A = p l
9
2. Tegangan Puntir

n, F Tegangan yang terjadi


A B
pada batang adalah
tegangan puntir; p
(N/mm2)

Mp Mp = momen puntir; N mm
p =
Wp Wp = momen tahanan puntir; mm3

3 h 1 1
d Wp = d Wp = b h2 + h b 2
16 6 6
b
10
Tegangan Kombinasi
1. Antara Gaya Tarik dan Gaya Tarik
eq = t,1 + t,2
2. Antara Gaya Tarik dan Gaya Bengkok
eq = t + b
3. Antara Gaya Tarik/Gaya Bengkok dan
Gaya Tekan
eq = t c atau eq = b c
11
4. Antara Gaya Normal dan Gaya
Tangensial
i. Tegangan normal kombinasi; eq
2
2
eq = +
2 2
ii. Tegangan geser kombinasi; eq
2

eq = + 2
2
Catatan:
diganti dengan t, atau b, atau c
diganti dengan s atau p
12
5. Antara Gaya Geser dan Gaya Geser

2 2
eq = s,1 + s,2 s,1 s,2 cos

6. Antara Gaya Geser dan Gaya Puntir

2 2
eq = s + p s p cos

13
Dalam perancangan bahwa:
Tegangan (yang terjadi) Kekuatan ijin



14
Dalam perancangan bahwa:
Tegangan yang terjadi kekuatan ijin
t, bahan
t t
v
c, bahan t, bahan = c, bahan = b, bahan
c c
v
s, bahan = p, bahan
b, bahan
b b
v Secara teoritik:
s, bahan s, bahan = 0,5 t, bahan
s s
v
p, bahan v dan t, elektroda diperoleh dari
p p
v tabel referensi
15
bahan
=
v
bahan 0,5 x bahan
= =
v v
= kekuatan utama ijin; N/mm2
= kekuatan geser ijin; N/mm2
bahan = kekuatan normal bahan; N/mm2
bahan = kekuatan geser bahan; N/mm2
v = faktor keamanan, tergantung kondisi beban

16
Setiap bahan (material) mempunyai
kekuatan bahan yang tergantung dari jenis
bahan (diperoleh dari tabel referensi).

Faktor keamanan tergantung kondisi beban


(ringan, menengah, kejut), umur komponen,
dsb. (diperoleh dari tabel referensi).

17
Beberapa Jenis Standar
AISI : American Iron and Steel Institute
SAE : Society Automotive Engineers
ISO : International Organization for
Standardization
JIS : Japan International Standard
ASME : American Society of Mechanical
Engineer
ASTM : American Society for Testing Materials
API : American Petroleum Institute
DIN : Deutsches Institut fur Normung
SNI : Standar Nasional Indonesia
18
Tabel Kekuatan Tarik Bahan
DIN, Deutsches Institut fur Nurmong

Material Kekuatan Tarik (N/mm2)


Baja (St) 50 500
Baja (St) 70 500 s.d 700
Baja (St) 90 700 s.d 900
Baja paduan 25 Cr Mo 4 700 s.d 900
Baja paduan 42 Cr Mo 4 900 s.d 1100
Stainless steel X 22 Cr Ni 17 800 s.d 1000
Stainless steel X 5 Cr Ni 18 500 s.d 700
Baja cor GS 40 500

19
Tabel Kekuatan Tarik Bahan
JIS, Japanese International Standards
Material Kekuatan Tarik (N/mm2)
Baja karbon JIS G 4051
- S30C 480 s.d 550
- S35C 520 s.d 580
- S45C 550 s.d 620
Baja karbon JIS G 3108
- SGD A 350 s.d 650
- SGD B 460 s.d 770
Baja khrom
- SCr3 90
- SCr4 95
- Scr5 100
20
Tabel Kekuatan Tarik Bahan
SAE, Society Automotive Engineers
ASTM, American Society for Testing Materials

Material Kekuatan Tarik (MPa)


SAE G2500 173
SAE G4000 276
ASTM A536 (60-40-18) 414
ASTM A536 (100-70-03) 690
ASTM A536 (32510) 345
Copper Nickel 372
Tin bronze 310
Aluminum bronze 586
1 MPa = 10 N/mm2 21
Tabel Faktor Keamanan

Kondisi pembebanan
Material
Statis Berulang Berganti Kejut
Metal rapuh 4 6 10 15
Metal yang lunak 5 6 9 15
Baja kenyal 3 5 8 13
Baja cor 3 5 8 15
Timah 6 8 12 18

22
Tabel Faktor Keamanan

Kondisi pembebanan
Material Steady load Live load Shock load
Cast iron 5 to 6 8 to 12 16 to 20
Wrought iron 4 7 10 to 15
Steel 4 8 12 to 16
Soft material and alloy 6 9 15
Leather 9 12 15
Timber 7 10 to 15 20

23
Contoh 1:
The outside or inside of the tank shell disambung secara
butt joint dengan tebal 5 mm (tebal las efektif), menerima
gaya sebesar 50 kN. Pengelasan SMAW dengan elektroda
JIS D5300. Rencanakan panjang las.
Penyelesaian:
Tegangan yang terjadi
adalah tegangan tarik

Dari tabel referensi,


F = 50 kN diperoleh:
- t, elektroda = 530 N/mm2
- v = 1,2
t = 5 mm

24
Kekuatan tarik ijin bahan elektroda ( t )
t, elektroda
t =
v
Panjang las minimum

t t
F t, elektroda

Lt v
Fv 50.000 x 1,2
L 22,6 mm
t t, elektroda 5 x 530

25
Tabel Kekuatan Tarik Bahan Elektroda
JIS; Japan Industrial Standards

Klasifikasi Kekuatan Tarik (N/mm2)


D4301 D4340 430
D5000, D5001, D5003 500
D5016, D5026, D5300 530
D5316, D5326 530
D5816, D5826 580

26
Tabel Kekuatan Tarik Bahan Elektroda
AWS; American Welding Standards dan
ASTM; American Society for Testing Materials

Klasifikasi Kekuatan Tarik (N/mm2)


E6010 436
E6011 436
E6012 471
E6013 471
E6020 436
E6027 436
E7014 E7028 492

27
Tabel Faktor Keamanan Sambungan Las

Tipe sambungan Faktor keamanan


Reinforced butt joint weld 1,2
Toe to transverse fillet weld 1,5
End of parallel fillet weld 2,7
T-butt joint with sharp corner 2,0

28
Contoh 2:
Sambungan plat menggunakan paku keling dengan
diameter 20 mm, menerima beban sebesar 50.000 N.
Bahan paku keling DIN 413 (kekuatan tarik 600 N/mm2).
Apakah kondisi sambungan memenuhi syarat pemakaian,
jika faktor keamanan 4.

paku keling

F
F = 50 kN

29
Penyelesaian:
Tegangan yang terjadi adalah tegangan geser
F F F = gaya; N
s = =
A 2 d = diameter paku keling; mm
n d n = jumlah paku keling
4
F F 50.000
s = = = = 159,1 N/mm2
A 2 2
n d 1 x x 20
4 4
paku keling

F
F = 50 kN
30
Kekuatan geser ijin bahan paku keling

bahan
s =
v
0,5 x bahan 0,5 x 600
s = = = 150 N/mm 2
v 4

Syarat perancangan:

s s 159,1 > 150 artinya sambungan tidak


memenuhi syarat pemakaian

31
Daya (power); P adalah

F = gaya; Newton (N)


P = F x v ; watt v = kecepatan; m/menit

F = m x a ; Newton
m = massa; kg
a = percepatan; m/detik2
dn
v= ; m/menit
1000
d = diameter; mm

32
Atau Daya (power); P adalah
P = Mp x ; watt Mp = momen torsi; N m
= kecepatan sudut; radian/detik
Mp = p x Wp ; N m
p = tegangan puntir; N/mm2
Wp = momen tahanan puntir; mm3

3 1 1
d Wp = d h Wp = b h + h b2
2

16 6 6
b
d = diameter; mm b = tebal/lebar; mm
H = tinggi/panjang; mm
2n
= ; rad/detik n = putaran; rpm
60
33
Contoh 3:
Poros transmisi pada motor penggerak
berdiameter d (mm), memindahkan putaran n
(rpm) dan daya P (W atau HP). Yang digerakkan
adalah sabuk dan puli. Hitung tegangan yang
terjadi dan syarat perancangan.
F
A C B
d
n
L1 L2

34
Poros menerima beban akibat gaya bengkok
dan gaya puntir, maka tegangan yang terjadi
adalah Tegangan kombinasi.

i. Tegangan puntir dari putaran motor


penggerak; p
1000 x P
Mp Mp = ; N mm 1 HP = 736 Watt
p =
Wp 2n
= ; rad/detik
60
3
1000 x P
Wp = d ; mm 3
16
2n
Mp 60 60 x 16 x 1000 x P 48.000 x P
p = = = 2 3
= 2 3
; N/mm 2
Wp 3 2 n d n d
d
16 35
Poros menerima beban akibat gaya bengkok
dan gaya puntir, maka tegangan yang terjadi
adalah Tegangan kombinasi.

i. Tegangan puntir dari putaran motor


penggerak; p
1000 x P
Mp Mp = ; N mm 1 HP = 736 Watt
p =
Wp 2n
= ; rad/detik
60
3
1000 x P
Wp = d ; mm 3
16
2n
Mp 60 60 x 16 x 1000 x P 48.000 x P
p = = = 2 3
= 2 3
; N/mm 2
Wp 3 2 n d n d
d
16 36
ii. Tegangan bengkok dari gaya sabuk dan puli; b
F
A C B
d

L1 L2
F x L2
RA RB Mb = ; N mm
(L1 + L 2 )
Mb
b = Wb =
3
d ; mm 3
Wb 32
F x L2
M (L + L 2 ) = 32 x F x L 2 ; N/mm 2
b = b = 1
Wb 3
d (L 1 + L 2 ) d3

32 37
Tegangan kombinasinya adalah
i. Tegangan normal kombinasi; eq
2
b b 2
eq = + p
2 2

ii. Tegangan geser kombinasi; eq


2
b 2
eq = + p
2

38
Kekuatan ijin bahan poros
bahan poros
= ; N/mm2
v
bahan poros 0,5 x bahan poros
= = ; N/mm 2
v v
Syarat perancangan bahwa,
Beban kombinasi yang terjadi Kekuatan ijin
eq atau eq

39
Contoh 4:
Sambungan plat logam seperti pada gambar, menerima
gaya sebesar 20 kN. Pengelasan SMAW dengan elektroda
AWS E6010. Direncanakan tebal las 4 mm. Hitung
tegangan yang terjadi.
R
4 50 100

F = 20 kN
Las 1

Las 2 c

70
Las 3
40
Penyelesaian:

Tegangan yang terjadi adalah tegangan kombinasi


antara tegangan geser dan tegangan puntir.
1 1
Tebal las efektif; a = 2t= 2 x 4 = 2,8 mm
2 2

Sambungan las menerima gaya geser, tegangan yang


terjadi adalah tegangan geser; s
F F
s = =
A1 + A 2 + A 3 a L1 + a L 2 + a L 3
20.000
s = = 41,6 N/mm2
2,8 x (50 + 70 + 50 )

41
Sambungan las menerima gaya puntir, tegangan yang
terjadi adalah tegangan puntir; p
a). Titik pusat berat las (x , y) x1 = 0,5 L1 = 25 mm
Tebal las dianggap sebuah garis. x2 = 0 mm
x3 = 0,5 L3 = 25 mm
y L1 L1 x1 + L 2 x 2 + L 3 x 3
x' =
L1 + L 2 + L 3
t x' =
(50 x 25) + (70 x 0 ) + (50 x 25) = 14,7 mm
50 + 70 + 50
x1
L1 y1 + L 2 y 2 + L 3 y 3
y' =
c L1 + L 2 + L 3
L2

y1

x y' =
(50 x 70 ) + (70 x 35) + (50 x 0 ) = 35 mm
50 + 70 + 50
y2
y

x2

o y1 = L2 = 70 mm
x y2 = 0,5 L2 = 35 mm
t L3 y3 = 0 mm
42
b). Momen L1
inersia pada
titik pusat t
berat las; Ip

r1
Ip = I X - X + I Y - Y X c X

L2
x

r2
o
r1 = 0,5 L2 = 35 mm
r2 = 0 mm t L3
r3 = 0,5 L3 = 35 mm
1 2 1 3 2 1 2
I X - X = L1 a3 + L1 a r1 + a L 2 + a L 2 r2 + L 3 a3 + L 3 a r3
12 12 12
1 1
I X-X = 2 x x 50 x 2,8 3 + 50 x 2,8 x 352 + x 2,8 x 70 3 + 2,8 x 70 x 0
12 12
I X - X = 427.516,8 mm 4
43
Y
L1

r5 r4

L2
x

y
r6

r4 = 0,5 L1 x= 35 14,7 = 10,3 mm o


r5 = x= 14,7 mm
t L3
r6 = 0,5 L3 x= 35 14,7 = 10,3 mm
Y
1 3 2 1 2 1 3 2
I Y-Y = a L 1 + a L 1 r4 + L 2 a3 + a L 2 r5 + a L 3 + a L 3 r6
12 12 12
1 1
I Y-Y = 2 x x 2,8 x 50 3 + 2,8 x 50 x (25 - 14,7) 2 + x 70 x 2,8 3 + 2,8 x 70 x 14,7 2
12 12
I Y - Y = 131.848,0 mm 4
44
Ip = I x - x + I y - y
Ip = 427.516,8 + 131.848,0 = 559.364,7 mm 4
Y
y L1

c). Jarak las terjauh; r


t

r5 r4 r= (L1 x')2 + r12


r

r1
X c X r= (50 14,7 )2 + 352
L2

x r = 49,7 mm
y

r2

r6

o
x
t L3

Y
45
Jadi, tegangan puntir; p adalah

FRr
p =
Ip
20.000 x (100 + 50 - 14,7 ) x 49,7
p =
559.364,7
p = 240,4 N/mm2

46
Sudut yang terbentuk antara arah tegangan geser
dan tegangan puntir;

L1
F

r cos =
(L1 x' )
r
c
cos =
(50 14,7 )
x 49,7
cos = 0,71
= 44,7 o

47
Tegangan yang terjadi adalah tegangan kombinasi
L1

r
s
c

x p

eq

2 2
eq = s + p s p cos

eq = 41,6 2 + 260,4 2 ( 41,6 x 240,4 x cos 44,7 o )


eq = 212,9 N/mm 2
48
Kekuatan geser ijin elektroda
Dari tabel referensi untuk elektroda AWS E6010
- t, elektroda = 436 N/mm2
- v = 2,7
elektroda
s =
v
0,5 x elektroda 0,5 x 436 2
s = = = 80,7 N/mm
v 2,7
Syarat perancangan:

eq s 212,9 > 80,7 artinya sambungan las


tidak memenuhi syarat pemakaian
49
Perhitungan Gaya
Pada Proses Pemesinan
Jika jig & fixture sebagai alat pemegang dan
pengarah pada proses pemesinan, maka dalam
perancangan diperlukan informasi besar gaya
yang terjadi (yang dibutuhkan) untuk
perhitungan tegangan pada jig & fixture.

Gaya yang terjadi pada proses pemesinan


menggunakan mesin perkakas disebut gaya
pemotongan.
50
1. Gaya Pemotongan pada
Proses Bubut

Fv = gaya potong; N
Ff = gaya pemakanan; N

51
Secara empirik gaya potong (Fv) dan gaya
pemakanan (Ff ) pada proses bubut, sbb.:

52
Secara empirik gaya pemakanan (Ff ) pada
proses bubut, sbb.:

53
Harga gaya potong ekstrapolatif, ks1.1 untuk
proses bubut dengan jenis pahat karbida

54
Harga gaya potong ekstrapolatif, ks1.1 untuk
proses bubut dengan jenis pahat karbida

55
2. Gaya
Pemotongan
pada Proses
Gurdi
Fv = gaya potong; N
F = gaya gesek; N
Fe = gaya ekstrusi di ujung
pahat; N

Ft = gaya tangensial; N
Ft = Fv + F
56
Secara empirik gaya tekan (Fz) dan momen
puntir (Mt) pada proses gurdi, sbb.:

57
Konstanta C1 dan C2 dan pangkat x, y, m, n
untuk momen puntir (Mt) dan gaya tekan (Fz)

58
Secara empirik gaya tangensial (Ft) pada proses
gurdi, sbb.:

59
3. Gaya Pemotongan pada
Proses Freis F = gaya dalam arah
z
sumbu z atau gaya
Pahat freis
muka; d
pemakanan (Ff ); N
Fy = gaya dalam arah
sumbu y; N

Fx = gaya dalam arah


sumbu x atau
gaya aksial (Fa); N
Fr = gaya radial; N
Ft = gaya potong
tangensial; N
60
Komponen gaya per mata
potong pada proses freis
Gaya dalam arah z (Fz) atau gaya pemakanan (Ff ):
Ff = Ft cos + Fr sin
= Ft {cos + (Fr /Ft) } sin
Gaya dalam arah y (Fy):
Fy = Ft sin + Fr cos
= Ft {sin + (Fr /Ft) } cos

Fr/Ft =rasio yang dipengaruhi oleh sifat benda


kerja, sudut geram dan afinitas geram
dengan bidang aktif pahat, umumnya
berharga 0,2 s.d 0,5 61
Karena tebal geram berubah-ubah selama
proses pemotongan berlangsung, maka
perhitungan gaya potong tangensial empirik Ft
untuk proses freis tegak dipilih harga tebal
geram rata-rata dan maksimum.

62
63
64

Anda mungkin juga menyukai