Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat merupakan
pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel graft, atau korpus luteum,
atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epithelium
ovarium.
Pasien dapat melaporkan atau tidak melaporkan nyeri abdomen akut atau
kronik. Gejal-gejala tentang rupture kista menstimulasi berbagai kedaruratan
abdomen akut, seperti apendisitis, atau kehamilan ektopik. Kista yang lebih besar
dapat menyebabkan pembengkakan abdomen dan penekanan pada organ-organ
abdomen yang berdekatan.
Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm, dan tampak terisi oleh cairan atau
fisilogis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk
menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista. Sekitar 98 % lesi yang terjadi
pada wanita yang berumur 29 tahun dan yang lebih muda adalah jinak. Setelah usia
50 tahun, hanya 50 % yang jinak. Perawatan pascaoperatif setelah pembedahan
untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah
pembedahan abdomen, dengan satu pengecualian. Penurunan tekanan
intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya
mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah sampai
suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Membantu mahasiswa dalam memahami secara umum konsep dari kista ovarium
2. Tujuan Khusus
Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan kista ovari
Mampu menemukan masalah keperawatan pada klien dengan kista ovari
Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kista ovari
Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kista ovari

1 | Gangguan reproduksi dengan kista ovarium


Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan pada klien dengan kista
ovari

Mampu mengidentifikasi factor-faktor pendukung, penghambat serta dapat


mencari solusinya.
Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan
atau benda seperti bubur (Dewa, 2000).
Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari
pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ).
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de
graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari
epithelium ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).
Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan
umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik ( Sjamsoehidayat. 2005: 729
).

B. Etiologi
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor
pemicu yaitu :
1. Gaya hidup tidak sehat.
Diantaranya
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b. Zat tambahan pada makanan
c. Kurang olah raga

2 | Gangguan reproduksi dengan kista ovarium


d. Merokok dan konsumsi alcohol
e. Terpapar denga polusi dan agen infeksius
f. Sering stress
g. Zat polutan

2. Faktor genetic
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu
yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan
yang bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena
radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

C.Anatomi Fisiologi

Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, dibawah dan di belakang tuba
fallopii. Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pada pria. Ukuran
dan bentuk setiap ovarium menyerupai sebuah buah almond berukuran besar. Saat
ovulasi ukuran ovarium dapat menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang
berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum
menarke, permukaan ovarium licin.
Setelah maturitas seksual, luka parut akibat ovulasi dan ruptur folikel yang berulang
membuat permukaan nodular menjadi kasar.

Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi


hormon (estrogen dan progesteron). Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung
sangat banyak ovum primordial (primitif). Diantara interval masa usia subur
(umumnya setiap bulan), satu atau lebih ovum matur dan mengalami ovulasi.
Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid (estrogen,
progesteron, dan androgen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
perkembangan dan fungsi wanita normal. (Lowdermilk, dkk, 2005)
Ovarium terdiri atas medula dan korteks. Medula merupakan bagian internal yang
mengandung pembuluh limfe dan darah yang disangga oleh jaringan ikat. Korteks
merupakan bagian eksternal mengandung folikel ovarium atau sel sel telur yang
terbenam dalam stroma. Ovarium tidak dibungkus oleh peritonium sejati. Sebaliknya

3 | Gangguan reproduksi dengan kista ovarium


ovarium mengandung bentuk peritonium yang sudah mengalami modifikasi, yaitu
epitelium germinalis. (Farrer, 2001).

D. Klasifikasi
Jenis kista indung telur meliputi:
1. Kista Fungsional
Sering tanpa gejala, timbul gejala rasa sakit bila disertai komplikasi seprti
terpuntir/ pecah, tetapi komplikasi ini sangat jarang. Dan sangat jarang pada
kedua indung telur. Kista bisa mengecil dalam waktu 1-3 bulan.
2. Kista Dermoid
Terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi kemudian tumbuh
menjadi beberapa jaringan seperti rambut, tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada
kedua indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit bila kista
terpuntir/ pecah.
3. Kista Cokelat (Edometrioma)
Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid
dan terlihat keluar dari kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam ragim tetapi
melekat pada dinding luar indung telur. Akibat peristiwa ini setiap kali haid,
lapisan tersebut menghasilakan darah haid yang akan terus menerus tertimbun dan
menjadi kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu
rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexsuale intercourse.
4. Kistadenoma
Berasal dari pembungkus indung telur yang tumbuh menjadi kista. Kista jenis
ini juga dapat menyerang indung telur kanan dan kiri. Gejala yang timbul biasanya
akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti VU sehingga dapat
menyebabkan inkontinensia. Jarang terjadi tetapi mudah menjadi ganas terutama
pada usia diatas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.
Contoh Kistadenoma ;

Kistadenoma ovarii serosum

4 | Gangguan reproduksi dengan kista ovarium


Berasal dari epitel germinativum. Bentuk umunya unilokuler, bila multilokuler
perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar
kista musinosum.
Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain teraba massa
intraabdominal, dapat timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama seperti
Kistadenoma ovarii musinosum.

Kistadenoma ovarii musinosum


Asal kista belum pasti. Menurut Meyer, kista ini berasal dari teratoma,
pendapat lain mengemukakan kista ini berasal dari epitel germinatifum atau
mempunyai asal yang sama dengan tumor Brener. Bentuk kista multilobuler,
biasanya
unilatelar dapat tumbuh menjadi sangat bersar.
Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif
sehingga timbul pelekatan kista dengan omentum, usus dan peritoneum parietal.
Selain itu, bisa terjadi ileus karena perlekatan dan produksi musin yang terus
bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.
Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista tanpa pungsi terlebih dahulu
dengan atau tanpa salpingo ooforektomi tergantung besarnya kista.

E. Tanda dan gejala

Kebayakan tumor ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian


besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormone atau
komplikasi tumor tersebut.

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa ;

Gangguan haid
Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih.
Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan
nyeri spontan dan sakit diperut.
Nyeri saat bersenggama
Pada stadium lanjut;

5 | Gangguan reproduksi dengan kista ovarium


Asites
Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut
(usus dan hati)
Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
Gangguan buang air besar dan kecil.
Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

F. Patofisiologi
1. Kista non neoplasma (Ignativicius, Bayne, 1991 )

a. Kista non fungsional

Kista serosa inklusi, di dalam kortek yang dalam timbul invaginasi dari
permukaan epitelium yang berkurang. Biasanya tunggal atau multiple, berbentuk
variabel dan terbatas pada cuboidal yang tipis, endometri atau epitelium tuba.
Berukuran 1 cm sampai beberapa cm.

b. Kista fungsional
1). Kista folikel. Kista dibentuk ketika folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel
yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus menstruasi. Bila ruptur
menyebabkan nyeri akut pada pelvis. Evaluasi lebih lanjut dengan USG atau
laparaskopi. Operasi dilakukan pada wanita sebelum pubertal, setelah menopause
atau kista lebih dari 8 cm.
2). Kista korpus luteum. Terjadi setelah ovulasi dikarenakan meningkatnya hormon
progesteron. Ditandai dengan keterlambatan menstruasi atau menstruasi yang
panjang, nyeri abdomen bawah atau pelvis. Jika ruptur pendarahan intraperitonial,
terapinya adalah operasi oovorektomi.
3). Kista tuka lutein. Ditemui pada kehamilan mola, terjadi pada 50 % dari semua
kehamilan. Dibentuk sebagai hasil lamanya slimulasi ovarium dari berlebihnya HCG.
Tindakannya adalah mengangkat mola.
4). Kista Stein Laventhal. Disebabkan kadar LH yang berlebihan menyebabkan
hiperstimulasi dari ovarium dengan produksi kista yang banyak. Hiperplasia

6 | Gangguan reproduksi dengan kista ovarium


endometrium atau koriokarsinoma dapat terjadi. Pengobatan dengan kontrasepsi
oral untuk menekan produksi LH dan oovorektomi.
2. Kish neoplasma jinak (Wiknjosastro, et.all, 1999)
a. Kistoma ovarii simplek. Kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan torsi (putaran
tangkai). Di duga kista ini adalah jenis kistadenoma serosum yang kehilangan
kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista. Tindakannya adalah pengangkatan
kista dengan reseksi ovarium.
b. Kistadenoma ovarii musinosum. Asal tumor belum diketahui secara pasti, namun
diduga berasal dari teratoma yang pertumbuhan satu elemen mengalahkan elemen
yang lain, atau berasal dari epitel germinativum.

c. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium


(germinal ovarium). Bila kista terdapat implantasi pada peritonium disertai asites
maka harus dianggap sebagai neoplasma yang ganas, dan 30% sampai 35% akan
mengalami keganasan.

d. Kista endometroid. Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada


dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel
endometrium.

e. Kista dermoid. Adalah suatu teratoma kistik yang jinak dimana


strukturstruktur ektoderma dengan diferensiasi sempurna seperti epitel kulit,
rambut, gigi dan produk glandula sebasea putih menyerupai lemak nampak lebih
menonjol dari pada elemen-elemen ektoderm dan mesoderm. Tumor berasal dari
sel telur melalui proses patogenesis.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor


berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.

7 | Gangguan reproduksi dengan kista ovarium


2. Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau
solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak.

3. Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya,


pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto
rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon
disebut di atas.

4. Parasentesis

Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites.
Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei
dengan kista bila dinding kista tertusuk. (Wiknjosastro, et.all, 1999).

5. Pap smear

Untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya


kanker/kista.

H. Penatalaksanaan

a. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah,
misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.

b. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan


menghilangkan kista.

8 | Gangguan reproduksi dengan kista ovarium


c. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium
adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu
pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang
berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai
penyangga.

d. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan


pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti
kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan
tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda tanda infeksi, perawatan insisi
luka operasi. ( Lowdermilk.dkk. 2005:273 ).

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan tuba
(Salpingo-oovorektomi). (Wiknjosastro, et.all, 1999)

Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang
mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi.
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran,
rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan.
Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap eliminasi,
penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu. (Hlamylton, 1995).

Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena


kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap keseimbangan
cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran
kemih, drainese urin dan perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan bagaimana
aktifitas pasien di rumah setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan

9 | Gangguan reproduksi dengan kista ovarium


setelah satu minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-
4 minggu, hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat

menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6
minggu setelah operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran
(Long, 1996).

I. Komplikasi

Menurut manuaba ( 1998:417 ) komplikasi dari kista ovarium yaitu :

a. Perdarahan intra tumor

Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan


memerlukan tindakan yang cepat.

b. Perputaran tangkai

Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen.

c. Infeksi pada tumor

Menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu aktifitas


sehari-hari.

d. Robekan dinding kista

Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah
kedalam rungan abdomen.

e. Keganasan kista ovarium

Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun.

10 | G a n g g u a n r e p r o d u k s i d e n g a n k i s t a o v a r i u m
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian

1. Biodata Meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab dan identitas


masuk.

2. Riwayat kesehatan, meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat


kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat sosial ekonomi.

3. Status Obstetrikus, meliputi :

Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau

Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia perkawinan

Riwayat persalinan

Riwayat KB

4. Pengkajian pasca operasi rutin, menurut (Ingram, Barbara, 1999)

Kaji tingkat kesadaran

Ukur tanda-tanda vital

Auskultasi bunyi nafas

Kaji turgor kulit

Pengkajian abdomen

Inspeksi ukuran dan kontur abdomen

Auskultasi bising usus

11 | G a n g g u a n r e p r o d u k s i d e n g a n k i s t a o v a r i u m
Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa

Tanyakan tentang perubahan pola defekasi

Kaji status balutan

Kaji terhadap nyeri atau mual

Kaji status alat intrusive

Palpasi nadi pedalis secara bilateral

Evaluasi kembajinya reflek gag

Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan lamanya
waktu di bawah anestesi.

Kaji status psikologis pasien setelah operasi

5. Data penunjang

pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap (NB, HT, SDP)

terapi : terapi yang diberikan pada post operasi baik injeksi maupun peroral

B. Diagnosa Keperawatan

1. Pre Oprerasi

a. Cemas b.d prosedur operasi, perubahan konsep diri.

b. Nyeri b.d proses penyakit (penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang


abdomen
c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah intake
yang tidak adekuat.

12 | G a n g g u a n r e p r o d u k s i d e n g a n k i s t a o v a r i u m
d. Gangguan harga diri b.d masalah tentang ketidaknyamanan mempunyai anak,
perubahan feminimitas dan efek hubungan seksual.
e. Disfungsi seksual, resiko tinggi terhadap kemungkinan pola respon seksual

f. Eliminasi urinarius, perubahan / retensi b.d adanya edema pada jaringan lokal
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d
kurang terpajan / mengingat, salah interpretasi informasi.

2. Post Operasi

a. Nyeri b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan

b. Risiko infeksi b.d invasi kuman sekunder terhadap pembedahan

c. Kerusakan integritas kulit b.d pengangakatan bedah kulit.( jaringan, perubahan


sirkulasi).

d. Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler, nyeri / ketidaknyamanan,


pembentukan edema.

e. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan berlebih.

f. Gangguan harga diri b.d biofisikal prosedur bedah yang mengubah gambaran
tubuh, psikososial, masalah tentang ketertarikan social.

C. Intervensi Keperawatan

1. Pre Operasi

Dx 1 : cemas b.d prosedur operasi perubahan konsep diri.

Intervensi;

1. Yakinkan informasi klien tenteng diagnosis, harapan, intervensi pembedahan dan


terapi yang akan datang.

2. Jelaskan tujuan dan persipan untuk tes diagnostic

3. Berikan lingkungan perhatian, kterbukaan dan penerimaan juga privasi untuk


pasien / orang terdekat.

13 | G a n g g u a n r e p r o d u k s i d e n g a n k i s t a o v a r i u m
4. Dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk mengekspresikan takut.

5. Kaji tersedianya dukungan pada pasien.

6. Diskusikan / jelaskan peran rehabilitasi setelah pembedahan.

Dx 2 : Nyeri berhubungan dengan prases penyakit (penekanan/kompresi) jaringan


pada organ ruang abdomen
Intervensi
1. Identifikasi karakteristik nyeri dan tindakan penghilang nyeri.
2. Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung), hiburan dan
lingkungan.
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Kembangkan rencana manajemen nyeri antara pasien dan dokter
5. Berikan analgesic sesuai resep.

2. Post Operasi

Dx 1 : Nyeri b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan

Intervensi:

1. Kaji keluhan nyeri, perhataikan lokasi, lama dan intensitas (skala 0-10), perhatikan
petunjuk verbal dan nonverbal

2. Bantu pasien menemukan posisi nyaman.

3. Berikan tindakan kenyamanan dasar

4. Berikan obat nyeri yang tepat pada jadwal terakhir

5. Kolaborasi : berikan / analgetik sesuai indikasi

Dx 2 : Resiko infeksi b.d invasi kuman sekunder terhadap pembedahan

14 | G a n g g u a n r e p r o d u k s i d e n g a n k i s t a o v a r i u m
Intervensi :

1. Kaji tanda-tanda infeksi dan monitor TTV

2. Gunakan tehnik antiseptik dalam merawat pasien

3. Isolasikan dan instruksikan individu dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum
mendekati pasien

4. Tingkatkan asupan makanan yang bergizi

5. Berikan terapi antibiotik sesuai program dokter

Dx 3 : kerusakan integritas kulit b.d pengangkatan bedah kulit / jaringan, perubahan


sirkulasi.

Intervensi:

1. Kaji balutan / untuk karakteristik drainase, kemerahan dan nyeri pada insisi dan
lengan.

2. Tempatkan pada posisi semi fowler pada punggung / sisi yang tidak sakit dengan
lengan tinggi dan disokong dengan bantal.

3. Jangan melakukan pengukaran TD, menginjeksikan obat / memasukan IV pada


lengan yang sakit.

4. Inspeksi donor/ sisi donor ( bila dilakukan ) terhadap warna, pembentukan lepuh
perhatikan drinase dan sisi donor

5. Kosongkan drain luka, secara periodic( catat jumlah dan karakeristik drainase)

6. Dorong klien untuk menggunakan pakaian yang tidak sempit / ketat.

7. Kolaborasi: berikan antibiotic sesuai indikasi.

D. Evaluasi

a. Cemas klien berkurang

b. Kerusakan integritas kulit tidak terjadi

c. Nyeri berkurang

15 | G a n g g u a n r e p r o d u k s i d e n g a n k i s t a o v a r i u m
d. Nutrisi klien terpenuhi

e. Penyebaran infeksi tidak terjadi

f. Pengetahuan klien bertambah.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat merupakan
pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel graft, atau korpus luteum,
atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epithelium
ovarium.
Pasien dapat melaporkan atau tidak melaporkan nyeri abdomen akut atau
kronik. Gejal-gejala tentang rupture kista menstimulasi berbagai kedaruratan
abdomen akut, seperti apendisitis, atau kehamilan ektopik. Kista yang lebih besar
dapat menyebabkan pembengkakan abdomen dan penekanan pada organ-organ
abdomen yang berdekatan.

2. Saran

Berikan penjelasan yang jelas kepada pasien dan tentang penyakitnya.


Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil
yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.
Diharapkan kepada pembaca agar dapat memberikan kritik dan sarannya yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

16 | G a n g g u a n r e p r o d u k s i d e n g a n k i s t a o v a r i u m
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.

Doenges, E, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta :


EGC.

Lowdermilk, perta. 2005. Maternity Womens Health Care. Seventh edition.


Philadelphia : Mosby.

Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta :
EGC.

http://healthreference-ilham.blogspot.com/2008/07/kondas-kista-ovarium.html

http://www.rafani.co.cc/2009/07/askep-kista-ovari.html

http://www.scribd.com/doc/20837143/Askep-Kista-Ovari

17 | G a n g g u a n r e p r o d u k s i d e n g a n k i s t a o v a r i u m
18 | G a n g g u a n r e p r o d u k s i d e n g a n k i s t a o v a r i u m

Anda mungkin juga menyukai