Anda di halaman 1dari 108

BIMBINGAN K O N S E L I N G |1

SEPUTAR BIMBINGAN KONSELING


Bimbingan dan Konseling merupakan kajian yang tidak tanpa pondasi seperti rumah yang
harus memiliki pondasi-pondasi kokoh agar tujuan dari pembangunan rumah itu tercapai. Bimbingan
dan Konseling sebagai suatu kajian psikologi pendidikan harus dilandasi pondasi-pondasi yang kuat,
agar tujuan konseling klinis dan konseling berkembang tercapai. Bukan saja mencapai tujuan diatas,
namun lebih dari ketahanan Bimbingan dan Konseling dalam prosesnya menjalankan tugas-tugas
profesi.

Sebuah rumah yang kokoh tentu menciptakan kesan nyaman bagi pemiliknya karena mereka
merasa pondasi rumah mereka tidak akan membahayakan atau mancelakakan mereka. Bahkan lebih
jauh lagi pondasi tersebut akan menimbulkan rasa percaya atau legitimasi bahwa sebuah rumah dapat
menghindarkan pemiliknya dari panas, hujan, angin, dan sebagainya, sehingga kualitas hidup mereka
lebih baik daripada mereka yang rumahnya tidak memiliki pondasi yang kokoh. Begitu juga
Bimbingan dan Konseling, sama halnya rumah yang memiliki pondasi yang kokoh, Bimbingan dan
Konseling sebagai salah satu program profesi dan kependidikan harus menjawab pertanyaan ilmiah
sebagaimana rumah memberikan rasa nyaman pada pemiliknya. Bimbingan dan Konseling
seyogyanya dapat menjadi sahabat siswa (kependidikan) atau seorang konselor yang membuat klien
nyaman dalam proses bimbingannya.

BAB I.

KONSEP DASAR BIMBINGAN


KONSELING
BIMBINGAN K O N S E L I N G |2

A. Latar Belakang Bimbingan dan Konseling

Sudah cukup lama dipahami sebagai bagian integral dari pendidikan modern. Walaupun
sebagai suatu konsep bimbingan dan konseling baru dikenal pada tahun 60-an, namun
sebagai suatu fungsi atau kegiatan pendidikan, bimbingan sudah dilaksanakan dalam praktik
pendidikan sehari-hari sejak munculnya gerakan pendidikan nasional yang dipelopori Ki
Hajar Dewantara.

Latar belakang perlunya bimbingan dan konseling di sekolah karena adanya: kesadaran
akan perlunya sistem pengajaran dan pelayanan kependidikan yang berpusat pada kebutuhan
dan karakteristik anak, kesadaran akan perlunya penerapan konsep demokrasi dalam
pendidikan, kesadaran akan permasalahan individu dalam kehidupan masyarakat yang selalu
berubah dan berkembang, kesadaran akan persoalan yang akan dihadapi dalam kehidupan
mereka.

B. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan merupakan terjemahan dari Guidance dan Konseling merupakan serapan


kata dari counseling. Guidance berasal dari akar kata guide yang secara luas bermakna :
mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to manage), menyampaikan (to
BIMBINGAN K O N S E L I N G |3

descript), mendorong (to motivate), membantu mewujudkan (helping to create), memberi (to
giving), bersungguh-sungguh (to commit), pemberi pertimbangan dan bersikap demokratis
(democratic performance). Sehingga bila dirangkai dalam sebuah kalimat: Konsep
Bimbingan adalah Usaha secara demokratis dan sungguh-sungguh untuk memberikan
bantuan dengan menyampaikan arahan, panduan, dorongan dan pertimbangan, agar yang
diberi bantuan mampu mengelola, mewujudkan apa yang menjadi harapannya Sedangkan
Counseling maknanya melingkupi proses (process), hubungan (interaction), menekankan
pada permasalahan yang dihadapi klien (performance, relationship), professional, nasehat
(advice, advise, advisable). Sehingga clue yang bisa di ambil dari definisi tersebut adalah
proses interaksi pihak yang professional dengan pihak yang bermasalah yang lebih
menekankan pada pemberian advice yang advisable.

Jadi apabila digabungkan Bimbingan dan Konseling adalah usaha secara demokratis
dan atas dasar komitmen antara counselor dengan counselee dalam memberikan bantuan
dalam bentuk arahan, panduan, dorongan dan pertimbangan yang bersifat advisable agar
counselee mampu mengelola dan mewujudkan harapannya sendiri.

Bimbingan

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita,
yang telah terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadai
kepada seseorang individu dari semua usia untuk membantunya mengatur kegiatan-kegiatan
hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan
sendiri, dan menanggung bebannya sendiri (Crow & Crow, 1960: 14).

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu-individu dalam menentukan


pilihan-pilihan dan mengadakan berbagai penyesuaian secara bijaksana dengan
lingkungannya. Tujuan utama adalah bimbingan adalah untuk mengembangkan setiap
individu sesuai dengan kemampuannya (Jones, dalam Djumhur dan M.Surya 1975:10.
BIMBINGAN K O N S E L I N G |4

Bimbingan dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan program pendidikan yang
membantu menyediakan kesempatan-kesempatan dengan pribadi dan layanan-layanan
petugas ahli dengan mana setiap individu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan
dan kecakapankecakapannya secara penuh sesuai dengan yang diharapkan (Mortensen
Schmuller, 1964z: 3).

Walaupun masing-masing ahli itu merumuskan pengertian bimbingan dengan cara yang
berbeda, namun terdapat beberapa kesamaan, yaitu:

a. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan. Namun demikian, tidaklah berarti


bahwa setiap bentuk bantuan adalah bimbingan. Untuk dapat dikatakan sebagai bimbingan,
maka bentuk bantuan itu harus memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu prinsip, tujuan dan
metode tertentu sebagaimana terkandung di dalam pengertian bimbingan itu sendiri.

b. Bimbingan itu diberikan ke individu yang membutuhkannya, baik laki-laki maupun


wanita, baik anak-anak maupun orang dewasa.

c. Bimbingan itu. diberikan kepada individu agar dia dapat mandiri dalam menetapkan
pilihan dan membuat keputusan-keputusan. Keputusan-keputusan yang dibuat itu harus
dapat dipertanggungjawabkannya sendiri.

d. Bimbingan itu diberikan dengan menggunakan bahan-bahan berupa data atau keterangan-
keterangan tentang siswa dan luas data tentang lingkungan.

e. Bimbingan itu diberikan dalam hubungan. interaksi antara pembimbing dan individu yang
dibimbing. Dalam hubungan interaksi ini terjadi proses yang akhirnya bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi oleh individu yang dibimbing.

f. Bimbingan itu diberikan dalam suasana sadar, bukan dalam suasana tidak sadar atau
setengah sadar. Kesadaran itu-disertai dengan proses penalaran yang penuh.
BIMBINGAN K O N S E L I N G |5

g. Bimbingan itu diberikan dalam bentuk gagasan-gagasan atau ide-ide yang perlu
dipertimbangkan oleh individu yang dibimbing sebelum dia membuat sesuatu keputusan.

h. Bimbingan itu diberikan dengan jalan asuh dan asih. Artinya bimbingan itu selalu
dilakukan atas dasar kasih sayang dan kecintaan demi kebahagiaan individu yang
dibimbingnya.

i. Bimbingan itu diberikan dengan mempedomani norma-norma atau nilai-nilai yang dianut.
Pelayanan bimbingan tidak boleh menyimpang atau melanggar norma-norma atau nilai-nilai
yang berlaku di masyarakat sekitarnya.

j. Bimbingan diberikan oleh tenaga ahli, yaitu orang-orang yang memiliki pengetahuan, dan
terlatih secara baik dalam bidang bimbingan dan konseling.

Untuk memudahkan mengingat pengertian bimbingan di atas Prayitno (1987: 36)


merumuskan pengertian bimbingan yang unsur-unsur pokoknya diawali oleh huruf-huruf
yang ada dalam istilah bimbingan itu sendiri, yaitu:

B = Bantuan
I = Individu
M = Mandiri
B = Bahan
I = Interaksi
N = Nasihat
G = Gagasan
A = Alat dan
N = Norma

Konseling

Dalam bahasa Latin, istilah konseling disebut "Counsilium" yang berarti "dengan"
atau bersama. Dalam kamus Bahasa Indonesia, untuk istilah itu mengandung pengertian
kurang lebih sama dengan penyuluhan. Namun demikian penggunaannya sehari-hari telah
BIMBINGAN K O N S E L I N G |6

sangat meluas, dan lebih bersifat non-konseling. Sebagaimana dengan istilah bimbingan,
istilah konseling juga telah didefinisikan oleh banyak ahli, antara lain adalah:
a. Proses dalam mana konselor membantu klien membuat interpretasi-interpretasi tentang
fakta-fakta yang berkaitan dengan suatu pilihan, rencana, atau penyesuaian-penyesuaian
yang perlu dibuatnya (Glenn e. Smith, dalam Shertzer and Stone, 1974: 18)
b. Proses yang terjadi dalam hubungan-hubungan seseorang dengan seseorang antara
individu yang berkesulitan karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri
dengan seorang pekerja yang karena latihan dan pengalaman yang dimilikinya mampu
membantu orang lain memperoleh pemecahan-pemecahan berbagai jenis masalah pribadi
(Milton E. Hann and Malcolm S.O Maclean, dalam Shertzer and Stone, 1974: 18).
c. Interaksi yang (a) terjadi antara dua individu yang masing-masing disebut konselor dan
klien; (b) diadakan dalam suasana profesional; (c) diciptakan dan dikembangkan sebagai
alat untuk memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien (Pepinsky and
Pepinsky, dalam Bruce and Shertzer).
Patterson (1967: 219-227) menyatakan bahwa sewaktu-waktu perlu mendekati
suatu definisi dengan mengenyampingkan atau menunjuk hal-hal apa yang tidak termasuk
dalam konseling. Dengan pengenyampingan itu, banyak kesalahan konsepsi yang ada di
sekitar konseling dapat dikenali, di antaranya adalah:
a.Konseling bukanlah pemberian informasi, kendatipun informasi dapat diberikan dalam
konseling.
b. Konseling bukanlah pemberian nasihat, saran-saran, dan rekomendasi-rekomendasi
(nasihat hendaklah dipandang sebagaimana adanya dan bukan ditafsirkan sebagai
konseling).
c. Konseling bukanlah mempengaruhi sikap-sikap, kepercayaan-kepercayaan, atau tingkah
laku dengan cara-cara mengajak mengarahkan atau meyakinkan.
d. Konseling bukanlah mempengaruhi tingkah laku dengan jalan memberi teguran,
peringatan, atau paksaan.
BIMBINGAN K O N S E L I N G |7

e. Konseling bukanlah pemilihan atau penugasan individu untuk berbagai pekerjaan atau
kegiatan.
f. Konseling bukanlah wawancara (kendati pun wawancara itu dilibatkan).

C. Tujuan Bimbingan dan Konseling


Semua siswa memiliki kebutuhan untuk mengembangkan pemahaman diri, serta
pemahaman dan apresepsi terhadap individu yang hidup di dunia ini. Di dalam suatu
masyarakat yang majemuk individu harus memperoleh informasi dan memberikan respon
yang tepat. Bimbingan perkembangan didasarkan atas suatu premis bahwa penghargaan
yang positif terhadap martabat manusia merupakan suatu yang esensial dalam masyarakat
yang saling bergantung (interdependent society), seperti sekarang ini.
Agar mencapai tujuan-tujuan ini, setiap orang yang terlibat dalam program
bimbingan dan konseling ini harus berupaya mencapai tujuan berikut ini, yaitu semua siswa
dapat:
1. Mengalami perasaan positif dari interaksi dengan teman sebayanya, gurunya, orang tua
dan orang dewasa lainnya.
2. Memperoleh makna pribadi dari aktivitas belajarnya.
3. Mengembangkan dan memelihara perasaan positif terhadap dirinya, terhadap kekhasan
nilai yang dimilikinya serta dapat memahami dan menghubungkan perasaannya.
4. Menyadari akan pentingnya nilai yang dimiliki dan mengembangkan nilai-nilai yang
konsisten dengan kebutuhan hidup dalam masyarakat yang majemuk.
5. Mengembangkan dan memperkaya keterampilan studi untuk memaksimumkan kecakapan
yang dimilikinya.
6. Belajar tentang berbagai ketrampilan yang diperliukan untuk hidup yang lebih baik dalam
perkembangan yang wajar dan dalam memecahkan masalah-masalah yang mungkin
dihadapinya.
BIMBINGAN K O N S E L I N G |8

7. Mengembangkan keterampilan-keterampilan penyusunan tujuan, perencanaan dan


pemecahaan masalah.
8. Mengembangkan sikap-sikap positif terhadap kehidupan.
9. Menunjukan tanggung jawab terhadap tingkah lakunya.
10. Bekerja dengan orang tua dalam berbagai program yang terencana untuk membantu
anak mengembangkan sikap dan keterampilan yang dapat memperkaya kemampuan
akademik dan kemampuan sosial anaknya.
11. Bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memperkaya aktivitas belajar anak.

Tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu dalam mencapai:


1. Kebahagiaan hidup pribadi sebagai mahluk Tuhan
2. Kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat
3. Hidup bersama dengan individu-individu lain
4. Harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimiliki.
BIMBINGAN K O N S E L I N G |9

D. Fungsi Bimbingan dan Konseling


Dari sejumlah fungsi bimbingan dan konseling yang telah dikemukakan oleh
masing-masing ahli itu dapat dikemukakan beberapa fungsi umum bimbingan dan konseling
yaitu:
1. Fungsi Pemahaman
Yang pertama dan paling awal harus dilakukan oleh pembimbing adalah mengetahui
siapa dan bagaimana individu yang dibimbing itu. Mengetahui siapa dan bagaimana
individu siswa yang dibimbing itu berarti berusaha mengungkapkan dan memahami apa
masalah dan kesulitan yang dihadapinya, apa dan bagaimana kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan. Hal ini diperoleh melalui berbagai keterangan tentang diri siswa
yang bersangkutan, baik dengan menggunakan alat atau prosedur yang sudah baku
(standardized) maupun yang belum baku.
2. Fungsi Pencegahan
Pelayanan bimbingan dan konseling harus memiliki fungsi pencegahan, yaitu
penciptaan suatu suasana agar pada diri siswa tidak timbul berbagai masalah yang dapat
menghambat proses belajar dan perkembangannya. Untuk menjalankan fungsi ini kiranya
suatu program bimbingan yang terencana dan terarah perlu ditempuh sehingga segala
sesuatu yang dapat menghambat pencapaian tujuan pendidikan, seperti kesulitan belajar,
kekurangan informasi, masalah-masalah ketertiban sekolah, dan masalah sosial lainnya
dapat di hindari. Beberapa kegiatan bimbingan yang dapat mengarah pada pemenuhan
fungsi ini antara lain adalah:
a. Pemberian orientasi dan informasi, yaitu informasi tentang pendidikan lanjutan, cara-
cara belajar yang baik, masalah kehidupan sosial-pribadi, dan peraturan-peraturan sekolah.
b. Penciptaan kondisi pendidikan yang sehat dan menunjang, seperti melengkapi sarana
dan prasarana sekolah yang memadai, menciptakan peraturan-peraturan yang logis dan
menyelenggarakan proses belajar-mengajar yang menyenangkan.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 10

c. Kerjasama dengan orang tua murid guna menghasilkan kesepakatan dan kesamaan
pandangan serta sikap dalam melaksanakan pendidikan bagi anak-anak mereka.

3. Fungsi Pemecahan (pemberian bantuan)


Walaupun berbagai upaya telah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya tetapi masih
terjadi juga masalah pada diri siswa, maka dalam hal ini diperlukan adanya upaya
pemberian bantuan pemecahan masalah yang disebut Fungsi pemecahan atau bantuan.
Dalam hal ini, diperlukan agar masalah-masalah yang dialami siswa dapat teratasi sesegera
mungkin.
Fungsi pemecahan merupakan usaha sekolah untuk mengatasi berbagai masalah
atau kesulitan yang dialami siswa dalam proses belajar di sekolah. Masalah-masalah yang
dialami siswa itu dapat berupa sikap dan kebiasaan yang buruk dalam belaiar kesulitan
dalam menangkap isi pelajaran, kurang motif dalam belajar, tidak dapat menyesuaikan diri
secara baik dengan teman-temannya, masalah kesehatan, dan sebagainya. Fungsi pemecahan
ini dapat diselenggarakan oleh konselor atau guru sesuai dengan jenis dan sifat dari
kesulitan yang dialami oleh siswa.

4. Fungsi Pengembangan
Pelayanan bimbingan dan konseling bukan sekadar mengatasi kesulitan yang dialami
siswa melainkan juga berupaya agar siswa dapat mengembangkan segenap potensi yang
dimilikinya. Fungsi ini dapat dilakukan antara lain dengan menyalurkan bakat, kemampuan,
dan minat, serta cita-cita siswa dengan menyediakan berbagai kegiatan di di sekolah seperti
kegiatan olah raga, kesenian, kelompok-kelompok studi tertentu, karyawisata, palang merah
remaja, pramuka, dan kelompok pencinta alam.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 11

E. Asas-asas Bimbingan dan Konseling


Yang dimaksud dengan asas adalah dasar atau landasan yang mendasari
penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Berdasarkan landasan yang ada, akan
terbangunlah berbagai konsep penyelenggaraan bimbingan dan konseling (termasuk prinsip-
prinsip bimbingan sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu).
1. Asas Kerahasiaan
Penerapan asas kerahasiaan dalam layanan bimbingan dan konseling mengandung
pengertian bahwa segala sesuatu yang dibicarakan individu dalam proses bimbingan dan
konseling tidak boleh disampaikan kepada orang lain yang petugas bimbingan
berkepentingan. Dengan demikian para petugas bimbingan (konselor, guru, wali kelas, dan
bimbingan lainnya) harus menyimpan dan menjaga kerahasiaan segala data dan keterangan
tentang siswa, baik yang diperoleh langsung dari murid itu sendiri maupun yang diperoleh
dari orang lain. Asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam bimbingan dan konseling.
Jika asas ini benar-benar ditetapkan, maka petugas bimbingan akan mendapat kepercayaan
dari murid. Pada gilirannya pelayanan bimbingan dan konseling yang disediakan itu akan
dimanfaatkan secara baik oleh siswa-siswa di sekolah.
2. Asas Kesukarelaan
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 12

Asas kesukarelaan mengandung pengertian bahwa pelayanan bimbingan dan konseling


hendaknya berlangsung atas dasar kesukarelaan dan ketulusan, baik dari pihak konselor
maupun dari pihak klien. Bagaimana kalau guru merasa perlu memanggil murid untuk
membicarakan segala sesuatu yang menyangkut dengan kesulitan-kesulitannya? Dalam hal
ini harus diingat bahwa berkewajiban menumbuhkan sikap kesukarelaan itu pada diri siswa,
sehingga dia mampu menghilangkan kesukarelaan rasa keterpaksaan berada dalam suasana
bimbingan tersebut. Asas kesukarelaan sangat erat kaitannya dengan asas kerahasiaan. Jika
siswa telah meyakini bahwa masalahnya akan dirahasiakan oleh gurunya, maka sangat siswa
diharapkan siswa tadi akan mendatangi gurunya secara sukarela.
3. Asas Keterbukaan
Bimbingan dan konseling akan memperoleh hasil yang besar bila berlangsung dalam
suasana saling terbuka. Diharapkan masing-masing pihak bersedia membuka diri untuk
kepentingan pemecahan masalah yang dialami oleh klien. Siswa yang menjadi klien
diharapkan dapat mengungkapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan
masalahmasalahnya secara terbuka tanpa ada yang ditutup-tutupi, dan begitu pula
pembimbing hendaknya dapat menanggapi permasalahan tersebut secara terbuka.
4. Asas Kekinian
Masalah yang perlu dan langsung ditanggulangi dalam bimbingan dan konseling adalah
masalah yang sedang dialami atau sedang dirasakan oleh klien pada saat sekarang, bukan
masalah yang dialami pada mass lampau, dan juga bukan masalah yang mungkin terjadi
pada masa yang akan datang. Dengan demikian pembimbing tidak akan membahas masalah
yang dialami klien pada masa lampau yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan
keadaannya sekarang. Begitu pula pembimbing juga tidak akan menangani masalah klien
yang mungkin dialami pada masa yang akan datang bila keadaan tersebut tidak berkaitan
dengan masalahnya sekarang.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 13

5. Asas Kemandirian
Seperti dikemukakan terdahulu bahwa kemandirian merupakan tujuan dari usaha
bimbingan dan konseling. Asas kemandirian mengandung pengertian bahwa pelayanan
bimbingan dan konseling berguna untuk membuat siswa menjadi mandiri, tidak tergantung
kepada orang lain umumnya, dan kepada pembimbing khususnya. Dalam penerapan asas
kemandirian ini termasuk pula pemahaman tentang keunikan individu siswa. Seseorang
yang mandiri akan mampu berkepribadian sendiri tanpa tenggelam atau terbawa arus oleh
penyamaran (peniruan) buta terhadap orang lain.
6. Asas Kegiatan
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak akan membuahkan hasil yang
berarti bilamana siswa tidak melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dalam usahanya mencari
tujuan bimbingan dan konseling. Asas kegiatan dalam bimbingan dan konseling
mengharapkan siswa melakukan kegiatan-kegiatan tertentu sehubungan dengan isi dan
proses layanan yang diterimanya. Oleh sebab itu, guru hendaklah berusaha membangkitkan
semangat dan minat siswa untuk mau melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan
untuk penyelesaian masalah yang dihadapinya.
7. Asas Kedinamisan
Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri siswa
yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan yang menjadi tujuan dari
bimbingan dan konseling tidak hanya sekedar mengulang hal-hal lama yang bersifat
monoton, melainkan perubahan yang menuju ke sesuatu yang baru, kreatif dan maju.
8. Asas Keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling hendaknya dapat memadu berbagai aspek
kepribadian siswa, seperti keterpaduan antara cita-cita dengan kemampuan, bakat, minat,
dan emosi dari siswa yang bersangkutan. Masalah-masalah yang dialami murid dapat
disebabkan karena tidak adanya saling kesesuaian dan keterpaduan dari berbagai segi yang
ada pada dirinya. Asas keterpaduan berisi keterpaduan yang ada pada diri siswa, dan juga
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 14

keterpaduan antara isi dan proses layanan yang diberikan. Jangan sampai terjadi aspek
layanan yang satu tidak sesuai dengan aspek layanan yang lain.
9. Asas Kenormatifan
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan menurut norma-norma
yang berlaku baik norma agama, norma adat, norma hukum maupun kebiasaan sehari-hari.
10. Asas Keahlian
Asas keahlian mengandung pengertian bahwa pelayanan bimbingan dan konseling
hendaklah dilakukan secara teratur, sistematik, dan menggunakan teknik serta peralatan
yang memadai. Agar dapat melakukan kegiatan seperti itu pars petugas bimbingan perlu
mendapatkan latihan yang memadai sehingga dengan demikian layanan tersebut mencapai
hasil yang sebaik-baiknya.
11. Asas Alih-Tangan
Jika guru telah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu siswa, tetapi
siswa itu belum juga mampu menyelesaikan masalahnya yang dihadapinya, maka guru
harus mengalih tangankannya kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli. Di samping
itu, asas ini juga mengisyaratkan bahwa guru melayani masalah-masalah sesuai dengan
kewenangannya. Jika masalah yang ditanganinya itu di luar kewenangannya, petugas
bimbingan harus mengalih tangankan siswa kepada petugas atau badan yang lebih
berwewenang untuk mengatasi masalah tersebut.
12. Tutwuri Handayani
Bimbingan dan konseling hendaknya secara keseluruhan dapat memberi rasa aman,
mengembangkan keteladanan, memberi rangsangan dan dorongan serta kesempatan seluas-
luasnya kepada siswa.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 15

BAB II.

JENIS-JENIS MASALAH
SISWA
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 16

A. Pengertian Masalah
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat
sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan ada pula yang mengartikannya sebagai
suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno dalam Badarudin (1985) mengemukakan bahwa
masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri
dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan.
Adapun masalah yang timbul pada individu terutama dalam konteks pendidikan
yaitu siswa. Masa remaja ditinjau dari rentang kehidupan manusia merupakan masa
peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke dewasa, dimana tugas perkembangan pada
masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak, akibatnya
hanya sedikit anak lakilaki dan anak perempuan yang diharapkan mampu menguasai tugas-
tugas tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat menurut
Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 126). Oleh karena itu dalam menjalankan tugas
perkembangannya peran serta dari orang tua sangat dibutuhkan terutama dalam belajar atau
bidang akademik.

B. Jenis-Jenis Masalah Siswa


1. Masalah pribadi
Dalam situasi tertentu murid dihadapkan pada suatu kesulitan yang bersumber dari
dalam dirinya. Masalah-masalah itu timbul karena individu merasa kurang berhasil dalam
menghadapi dan menyesuaikan diri dengan hal-hal dari dalam dirinya sendiri. Misalnya
konflik berlarut-larut dan gejala-gejala frustasi merupakan sumber timbulnya masalah-
masalh pribadi lain. Masalah-masalah ini sering dialami para pemuda pada waktu menjelang
masa adolesensi yang ditandai dengan perubahan-perubahan yang cepat baik fisik maupun
mental. Pada umumnya masalah pribadi ini timbul karena individu tidak berhasil dalam
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 17

mempertemukan antara aspek-aspek pribadi di satu pihak dan keadaan lingkungan di pihak
lain.

2. Masalah Sosial

Kadang-kadang murid menghadapi kesulitan dalam hubungannya dengan individu


lain atau ddengan lingkungan sosialnya. Masalah ini timbul karena kekurangan kemampuan
murid berhubungan dengan lingkungan sosialnya atau lingkungan sosial itu sendiri kurang
sesuai dengan keadaan dirinya. Misalnya kesulitan dalam mencari teman belajar, teman
bermain, merasa terasing dalam pekerjaan-pekerjaan kelompok dan sebagainya. Kita sering
menjumpai murid-murid yang sebetulnya pandai dalam pelajaran, tetapi kurang mampu
untuk berhubungan dengan teman-temannya. Ia kurang disenangi dalam pergaulan.
Masalah-masalah tersebut disebut masalah sosial dan merupakan salah satu jenis masalah
yang sering dihadapi murid-murid.

3. Masalah Ekonomi (Pekerjaan)


Masalah pekerjaan adalah masalah yang dihadapi siswa dalam bidang pekerjaan.
Masalah pekerjaan akan lebih mendesak pada sekolah-sekolah kejuruan (STM, SPG,
SMEA), namun bukan berarti pada siswa sekolah menengan umum tidak ada masalah.
Contohnya merasa bimbang akan pekerjaan dimasa mendatang, sulit mencari pekerjaan,
tidak memiliki keterampilan tertentu, dan sebagainya.

4. Masalah Belajar
Masalah belajar adalah masalah yang dihadapi siswa khusus dalam belajar.
Masalah ini merupakan bagian dari masalah pendidikan. Bentuk-bentuk masalah belajar
misalnya sukar konsentrasi dalam belajar, kebiasaan belajar yang buruk, sukar menangkap
pelajaran, mudah lupa apa yang dipelajari, dan lain sebagainya.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 18

5. Masalah Keluarga

Hurlock (1980,233) mengemukakan sebab-sebab umumpertentangan keluarga pada


masa remaja: standar perilaku, metode disiplin, hubungan dengan saudara kandung, sikap
yang kritis pada remaja dan masalah palang pintu. Masalah palang pintu adalah peraturan
keluarga tentang penetapan waktu pulang, teman bergaul, teman lawan jenis yang ada
kriteria menurut keluarga.

6. Masalah Perilaku Seksual

Pada masa ini siswa menengah mulai tertarik pada lawan jenis dan dikuti oleh
keinginan kuat untuk memperoleh keinginan dan perhatian dari lawan jenis akibatnya nafsu
seksnya tinggi. Seharusnya mereka mendapatkan pendidikan seks dari orang tua, tapi
kenyataannya mereka mendapatkan informasi dari sumber-sumber yang kurang baik.
Misalnya adalah perilaku seks bercumbu, masturbasi, bersenggama. Dimana jika hal ini
mereka lakukan dengan tidak menggunakan alat pengaman maka akan menimbulkan
kehamilan.

7. Masalah Penggunaan Waktu Senggang

Masalah ini dirasakan oleh murid dalam menghadapi waktu-waktu luang yang
tidak terisi oleh suatu kegiatan tertentu. Persoalannya adalah bagaimana cara mengisi
waktu-waktu tersebut dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri
maupun bagi masyarakat di lingkungannya.

Ketidakmampuan menggunakan waktu senggang kadang-kadang dapat


menimbulkan masalah-masalah yang lebih besar lagi, misalnya kenakalan anak, melamun
dan sebagainya. Masalah penggunaan waktu senggang misalnya bagaimana merencanakan
suatu kegiatan dalam waktu luang, mengisi waktu luang dan memilih kegiatan yang cocok.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 19

Murid-murid di sekolah pada umumnya banyak menghadapi masalah ini, terutama pada
waktu hari libur dan di luar jam pelajaran.

8. Masalah Narkoba
Di Indonesia, perkembangan pencandu narkoba semakin pesat. Para pencandu
narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah
usia produktif atau usia pelajar. Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya
diawali dengan perkenalannya dengan rokok. Karena kebiasaan merokok ini sepertinya
sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan
terus meningkat, apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang
yang sudah menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami
ketergantungan.

7. Masalah Pacaran
Masa remaja adalah masa-masa yang paling indah. Pencarian jati diri
seseorang terjadi pada masa remaja. Dalam kondisi saat ini banyak faktor mulai dari
perkembangan dan kemudahan IPTEK sampai kurangnya pengetahuan remaja
menyebabkan perilaku penyimpanagan seksual merajalela di lingkungan kita. Namun
begitu, banyak remaja tidak mengindahkan bahkan tidak tahu dampak dari perilaku seksual
mereka terhadap kesehatan reproduksi baik dalam waktu yang cepat ataupun dalam waktu
yang lebih panjang.

8. Masalah Emosi
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 20

Emosi remaja sering kali sangat kuat, tidak terkendali, dan tampak irasional. Hal
ini dapat diliahat dari gejala sepeti mudah marah dan dirangsang, emosi meledak-ledak, dan
tidak mampu mengendalikan perasaan. Sekolah sebagai lembaga formal bertanggung jawab
untuk membantu subjek didik menuju kedewasaan. Misalnya dengan pelayanan melalui
program layanan informasi, layanan konseling dan layanan bimbingan dan konseling
kelompok.

BAB III.

TEKNIK dan ALAT


PENGUMPUL DATA NON-TES
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 21

A. JENIS-JENIS INSTRUMENTASI BK NON-TES


Untuk melengkapi data hasil tes akan lebih akurat hasilnya bila dipadukan dengan
data-data yang dihasilkan dengan menggunakan teknik yang berbeda, dapat disajikan alat
pengumpul data dalam bentuk non-tes.
1. Observasi
Observasi diartikan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
gejalayang tampak pada objek penelitian. Berikut ini alat dan cara melaksanakan observasi:
a. Catatan anekdot (Anekdotal Record)
Alat untuk mencatat gejala-gejala khusus atau luar biasa menurut aturan kejadian,
terhadap bagaimana kejadiannya, bukan pendapat pencatat tentang kejadian tersebut.
b. Catatan Berkala (Insidental Record)
Dilakukan berurutan menurut waktu munculnya suatu gejala tetapi tidak dilakukan
terus menerus, melainkan pada waktu tertentu dan tebatas pula pada waktu yang telah
ditetapkan untuk tiap-tiap kali pengamatan.

c. Daftar Check (Check List)


Penataan data dilakukan dengan menggunakan sebuah daftar yang memuat nama
observer dan jenis gejala yang diamati.
d. Skala Penilaian (Rating Scale)
Pencatatan data dengan alat ini dilakukan seperti check list. Perbedaannya terletak
pada kategorisasi gejala yang dicatat. Dalam rating scale tidak hanya terdapat nama objek
yang diobservasi dan gejala yang akan diselidki akan tetapi tercantum kolom kolom yang
menunjukkan tingkatan atau jenjang setiap gejala terasebut.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 22

e. Peralatan Mekanis (Mechanical Device)


pencatatan dengan alat ini tidak dilakukan pada saat opservasi berlangsung, karena sebagian
atau seluruh peristiwa direkam dengan alat sesuai dengan keperluan
2. Angket Tertulis
Alat ini memuat sejumlah item atau pertanyaan yang harus di jawab oleh siswa
secara tertulis juga. Dengan mengisi angket ini, siswa memberikan keterangan tentang
sebuah hal yang relevan bagi keperluan bimbingan, seperti keterangan tentang keluarga,
kesehatan jasmani, riwayat pendidikan, pengalaman belajar sekolah, di rumah, pergaulan
sosial, rencana pendidikan lanjutan, kegiatan di luar sekolah, hobi, dan kesukaan yang
mungkin dihadapi.

3. Wawancara Informasi
Wawancara informasi merupakan salah satu metode pengumpulan data untuk
memperoleh data dan informasi dari siswa secara lisan. Proses wawancara dilakukan
dengan cara tatap muka secara langsung dengan siswa. Selama proses wawancara petugas
bimbingan mengajukan pertanyaan, meminta penjelasan dan jawaban dari pertanyaan yang
akan diberikan dan membuat catatan mengenai hal hal yang di ungkapkan kepadanya.

Wawancara menurut tujuanya, dibedakan menjadi empat:


a. The employment interview, yaitu wawancara yang bertujuan untuk mendapatkan
gambaran tentang sifat-sifat yang dimiliki seseorang terhadap kriteria yang dibutuhkan.
b. Informational interview, wawancara yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan.
c. Administrasi interview, wawancara yang dijalankan untuk keperluan administrasi guna
untuk mendapatkan perubahan-perubahan dalam tindakannya.
d. Konseling interview, yaitu wawancara yang bertujuan untuk keperluan konseling yang
khusus dijalankan dalam proses konseling.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 23

Menurut jumlah orang yang diwawancara, dibedakan menjadi:

a. Wawancara Perseorangan (Individual Interview).

b. Wawancara Kelompok atau Golongan (Group Interview).

Menurut peranan yang dimainkan, dibedakan menjadi:


a. The Non-Directive, wawancara yang kurang terpimpin dan kurang mendasar atas
pedoman-pedoman tertentu.
b. The Focused Interview, wawancara yang ditujukan kepada orang-orang tertentu yang
mempunyai hubungan dengan objek-objek yang diselidiki.
c. The Repeated Interview, yaitu wawancara yang berulang, yang biasanya digunakan untuk
mengikuti perkembangan tertentu, terutama dalam proses sosial.

Keunggulan:

a. Diperoleh informasi dalam suasana komunikasi secara langsung, yang


memungkinkan siswa selain memberikan data faktual seperti yang ditulis dalan
angket, juga mengungkapkan sikap, pikiran, harapan, dan perasaan

b. Rumusan pertanyaan dapat disesuaikan dengan daya tangkap siswa. Dapat


ditanyakan hal-hal yang bersifat sensitive, seperti suasana keluarga, corak
pergaulan dengan saudara kandung dan teman sebaya, penggunaan bahan
narkotika, pengalaman seksual, dsb.

c. Interview penting untuk memperoleh informasi, tidak hanya merngenai item-item


yang faktual seperti yang biasa tercakup pada kuisioner pengumpul data-siswa,
namun juga mengenai sikap, ambisi dan hal afektif lain yang menyusun studi kasus
ini.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 24

Kelemahan:
a. Memakan banyak waktu bagi petugas bimbingan.

b. Petugas bimbingan mendengarkan terlalu selektif atau bertanya-tanya dengan cara yang
sugestif.

4. Otobiografi
Otobiografi merupakan karangan yang dibuat siswa mengenai riwayat hidupnya
sampai pada saat sekarang. Riwayat hidup ini dapat mencakup keseluruhan hidupnya
dimasa lampau atau beberapa aspek kehidupannya saja.

5. Studi Kasus
Suatu metode penyelidikan untuk mempelajari kejadian mengenai perseorangan.
Dengan kata lain, suatu metode untuk menyelidiki riwayat hidup seseorang. Penerapan
metode ini tidak membutuhkan banyak informasi tetapi kita memerlukan tinjauan yang
mendalam.

Studi kasus, sebagai suatu metode untuk mengadakan persiapan konseling, terdiri
atas:

a. Data Identifikasi (data pengenal).


b. Tanda-tanda atau gejala yang menampak.
c. Interpretasi dari data.
d. Langkah-langkah yang akan diambil dalam memberikan konseling.

6. Sosiometri
Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang jaringan
sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil antara 10-50 orang, data diambil
berdasarkan prefensi pribadi antara anggota kelompok.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 25

Keunggulan:
Teknik ini memberikan informasi obyektif mengenai fungsi-fungsi individu dalam
kelompoknya, dimana informasi ini tidak dapat diperoleh dari sumber yang lain.

Kelemahan:
a. Perlu diketahui bahwa tes sosiometri, tidak memberikan jawaban yang pasti. Tes ini hanya
bisa memberikan indikasi struktur sosial atau petunjuk bagi peneliti tentang individu pada
periode tertentu.
b. Siswa cenderung memilih bukan atas dasar pertimbangan dengan siapa dia akan paling
berhasil dalam melakukan kegiatan (sosiogroup) melainkan atas dasar simpati dan antipati
(psychogroup).

Tujuan Sosiometri Dalam Pelayanan Konseling, yakni:


1. Meningkatkan jaringan hubungan sosial seorang individu dengan individu lainnya,
meningkatkan hubungan sosial kelompok.
2. Menentukan kelompok kerja.
3. Meneliti kemampuan memimpin seseorang individu dalam kelompok sosial tertentu.
4. Mengetahui bagaimana hubungan sosial berteman seorang individu
5. Mencoba mengenali problem penyesuaian diri seorang individu.
6. Menemukan mana individu yang ditolak atau diterima dalam lingkungan sosial tertentu.

Kegunaan Sosiometri Dalam Pelayanan Konseling, yakni:


Dalam pelayanan konseling sosiometri dapat digunakan oleh seorang konselor untuk:
1. Menemukan murid atau klien mana yang mempunyai masalah penyesuaian diri dalam
kelas/kelompoknya.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 26

2. Membantu meningkatkan partisipasi sosial di antara murid murid dalam lingkungan


sosialnya.
3. Membantu meningkatkan pemahaman dan pengertian murid terhadap masalah pergaulan
yang sedang di alami oleh individu tertentu.
4. Merencanakan program konstruktif untuk menciptakan iklim sosial yang lebih baik dan
sekaligus membantu masalah penyesuaian di kelas tertentu.

Pelaksanaan sosiometri ini dapat dilakukan dengan:


1. Tahap persiapan
Menentukan kelompok siswa yang akan di selidiki, memberikan informasi atau
keterangan tentang tujuan penyelenggaraan.
2. Tahap pelaksanaan
Membagikan dan mengisi angket sosiometri. Mengumpulkan kembali dan
memeriksa apakah angket sudah diisi dengan benar.
3. Tahap pengolahan
Memeriksa hasil angket mengolah data sosiometri dengan cara menganalisa indeks,
menyusun tabel tabulasi, membuat sosigram.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 27

B. KEGUNAAN HASIL INSTRUMENTASI NON-TES


Secara umum kegunaan hasil pengungkapan melalui intsrumen non-tes ialah dapat
membantu konselor dalam:
1. Memperkokoh dasar dasar pertimbangan berkenaan dengan berbagai masalah pada
individu seperti masalah penyesuaian dengan lingkungan, masalah prestasi hasil belajar,
masalah penempatan dan penyaluran.
2. Memahami sebab sebab terjadinya masalah dari individu
3. Mengenali individu yang memiliki kemampuan yang sangat tinggi dan sangat rendah
yang memerlukan bantuan khusus.
4. Memperoleh gambaran tentang kecakapan. Kemampuan atau keterampilan seseorang
individu dalam bidang tertentu.

Sedangkan kegunaan hasil intsrumentasi non-tes bagi siswa antara lain:


1. Membantu siswa memperoleh pemahaman diri dan pengarahan diri dalam proses
mempersiapkan diri untuk bekerja dan berguna dalam masyarakat.
2. Siswa dapat menilai dan memahami dirinya terutama mengenai potensi dasar, minat,
sikap, kecakapan dan cita citanya.
3. Siswa akan sadar dan memahami nilai nilai yang ada dalam masyarakat
4. Siswa dapat menemukan hambatan hambatan yang sifatnya dari dirinya dan dapat
mengatasi hambatan hambatan itu.
5. Membantu siswa dalam melaksanakan masa depannya, hingga dia dapat menemukan
karier yang cocok dalam kehidupannya.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 28

C. PENGGUNAAN HASIL INSTRUMENTASI NON-TES


1. Konselor Sekolah
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan setting yang subur bagi
konselor, karena di jenjang itulah konselor dapat berperan secara maksimal dalam
memfasilitasi konseling mengaktualisasikan petensi yang dimilikinya secara optimal.
Konselor berperan untuk membantu peserta didik dalam menumbuhkan potensinya.
Potensi yang di miliki oleh peserta didik berkembang dengan optimal yang didasari
atas kemandirian, agar peserta didik tidak salah dalam menata dan memilih bahkan
membantu dalam merancang masa depan, demi memilih memutuskan karier yang akan di
masuki. Seperti kemampuan mengambil keputusan penting dalam kehidupannya, yang
berhubungan dengan pendidikan atau pun persiapan kariernya. Dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling, konselor bekerja sama dengan berbagai pihak yang disebut
(kolaborasi) yang terkait, diantaranya kepala sekolah, guru guru dan bahkan orang tua
(wali murid).
Pelayanan bimbingan dan konseling lebih difokuskan kepada upaya membantu dan
memfokuskan kepada upaya mengokohkan pilihan dan pengembangan karier sejalan dengan
bidang yang dipilihnya.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 29

Konselor adalah Tenaga pendidik yang berkualifikasi strata satu (S-1) dan menyelesaikan
program studi profesi (PPK), konselor sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli atau
tenaga profesional yang bertugas:
a) Melaksanakan pelayanan konseling
b) Merancanakan program bimbingan dan konseling untuk satu waktu tertentu. Program itu
dapat dikemas kedalam program harian, mingguan, bulanan, semester bahkan tahunan.
c) Melaksanakan program pelayanan bimbingan dan konseling
d) Menilai proses dan hasil pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
e) Menganalisis hasil pelayanan bimbingan dan konseling
f) Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaiyan pelayanan bimbingan dan
konseling
g) Mengadministrasikan kegiatan program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan
h) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dalam bimbingan dan konseling secara
menyeluruh kepada koordinator bimbingan dan konseling serta kepala sekolah.
i) Mempersiapkan diri, menerima dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan kepengawasan
terkait dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling
j) Berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas serta pihak terkait dalam
pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
2. Guru Mata Pelajaran
Sebagai pemberi mata pelajaran atau pratikum, guru dalam pelayanan bimbingan
dan konseling ikut serta dalam membantu pengumpulan data tentang peserta didik.
a. Membantu konselor mengidentifikasikan peserta didik, peserta didik yang memerlukan
pelayanan bimbingan dan konseling, serta membantu pengumpulan data tentang peserta
didik.
b. Mereferal peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
konselor.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 30

c. Menerima peserta didik alih tangan dari konselor, yaitu peserta didik yang menurut
konselor memerlukan pelayanan pengajaran atau latihan khusus (pengajaran, perbaikan, dan
program pengayaan).
d. Memberikan kesempatan dan memudahkan kepada peserta didik yang memerlukan.
e. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah masalah peserta didik seperti
konferensi kasus.
f. Membantu dalam pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjut.

3. Wali Kelas
Sebagai pembina kelas dalam pelayanan bimbingan dan konseling wali kelas
berperan:
a. Melaksanakan perannya sebagai penasehat kepada peserta didik khusunya dikelas yang
menjadi tanggung jawabnya.
b. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi peserta didik, khusunya dikelas
yang menjadi tanggung jawabnya untuk mengikuti atau menjalani pelayanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling.
c. Berpartisipasi aktif dan konferensi kasus.
d. Mereferal peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
konselor.

4. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah adalah penanggung jawab menyeluruh kegiatan sekolah termasuk
kegiatan bimbingan dan konseling:
a. Memahami dan peduli terhadap bimbingan dan konseling
b. Mengintekrasikan program bimbingan dan konseling dengan program sekolah
c. Memfasilitasi pengembangan program bimbingan dan konseling
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 31

d. Melaksanakan penilaian bimbingan dan konseling


e. Melaksanakan pembinaan bimbingan dan konseling
f. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling
g. Responsif terhadap upaya inovasi bimbingan dan konseling di sekolah

5. Siswa
Siswa sebagai peserta didik dan sekaligus klien yang harus mengikuti segala
program yang di berikan konselor yang berfungsi:
a. Memberikan informasi/data yang menjadi persoalan yang sedang di hadapi.
b. Melaksanakan semua program atau seluruh kegiatan yang telah dipersiapkan oleh
konselor.
c. Berperan aktif dalam menjalani seluruh kegiatan yang telah diberikan demi kelangsungan
program layanan bimbingan dan konseling.
d. Mempersiapkan diri untuk menjalankan apa apa yang telah diperoleh.

6. Orang Tua
Orang tua sangat berperan penting dalam memotivasi anaknya dan orang tua
bertugas:
a. Memberikan support atau dorongan kepada anaknya dalam hal apapun demi
mengembangkan minat dan bakatnya.
b. Membantu dalam mengevaluasi anaknya dalam melaksanakan program atau kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling yang diperoleh.
Pihak yang terkait (staf administrasi) dalam memperlancar pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling dan bertugas:
a. Membantu menyediakan format format diperlukan dalam pelaksanaan program
bimbingan dan konseling
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 32

b. Membantu konselor dalam memelihara data dan sarana dan fasilitas bimbingan dan
konseling yang ada.

6. Instrumentasi Aum Umum


AUM Umum adalah alat untuk mengungkapkan masalah masalah umum.
Instrument ini cukup sederhana dan mudah untuk mengkomunikasikan berbagai masalah
yang dialami (calon) klien kepada personil yang akan membantunya, seperti dosen
pembimbing ataupun konselor. AUM terbagi 2, yaitu:
a) AUM untuk mengungkapkan masalah masalah umum, yaitu AUM Umum
b) AUM untuk mengungkapkan masalah masalah khusus, yaitu yang berkaitan dengan
upaya dan penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar, yaitu AUM Belajar (PTSDL).
Alat yang dikenal dengan AUM ini dibentuk dalam :
a) Format 1 untuk mahasiswa
b) Format 2 untuk siswa SLTA
c) Format 3 untuk siswa SLTP
d) Format 4 untuk siswa SD
e) Format 5 untuk anggota masyarakat

Tujuan AUM Umum, diantaranya:


a) Untuk mengungkapkan masalah seseorang secara umum
b) Untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah pribadi dan masalah berat yang
dialami siswa
c) Untuk mengetahui masalah kelompok di kalangan siswa sesuai dengan bidang masalah

7. Instrumentasi Aum PTSDL


Kegiatan belajar siswa dalam mengikuti PBM dan belajar di luar kelas itu
bergantung pada lima hal:
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 33

a) Persyaratan penguasaan materi pelajaran (disingkat P)


b) Keterampilan belajar (disingkat T)
c) Sarana belajar (disingkat S)
d) Keadaan diri pribadi (disingkat D)
e) Lingkungan belajar sosio emosional (disingkat L)
Keadaan PTSDL siswa akan menentukan mutu kegiatan belajar yang selanjutnya
akan menentukan hasil belajar mereka. Dalam kaitan itu, keadaan PTSDL siswa/mahasiswa
perlu di ungkapkan dalam rangka peningkatannya demi pencapaian hasil belajar yang
optimal bagi siswa/mahasiswa yang bersangkutan.
AUM PTSDL adalah alat untuk mengungkapkan masalah masalah yang
berkenaan dengan upaya dan penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. AUM terbagi 2,
yaitu:
a. AUM untuk mengungkap masalah masalah umum, yaitu AUM UMUM
b. AUM untuk mengungkap masalah masalah khusus yang berkaitan dengan upaya dan
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, yaitu AUM Belajar (PTSDL). Alat yang dikenal
AUM ini bentuk dalam:
a. Format 1 untuk mahasiswa
b. Format 2 untuk SLTA
c. Format 3 untuk SLTP
d. Format 4 untuk SD

Tujuan AUM PTSDL, yakni:


a. Mengungkap masalah siswa dalam belajar
b. Untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah belajar.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 34
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 35

BAB IV.

TEKNIK dan ALAT


PENGUMPUL DATA MELALUI
TES

Untuk memperoleh data atau informasi dalam studi kasus tentu perlu dilakukan
kegiatan pengumpulan data. Data sebagai informasi awal yang dibutuhkan sebagai
penunjang studi kasus, untuk itu diperlukan data-data mengenai klien dalam aspek-aspek
sebagai berikut:

1. Latar Belakang Keluarga

Data tentang orang tua, saudara-saudara, taraf sosial ekonomi keluarga,


suasanan kehidupan keluarga, adat istiadat, pola asuh orang tua.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 36

2. Riwayat Sekolah

Jenjang Pendidikan sekolah yang telah disesuaikan dalam waktu beberapa


tahun, tamat dimana, tahun berapa, kesulitan belajar yang dialami.

3. Taraf Prestasi

Dalam bidang-bidang studi yang relevansi bagi perencanaan pendidikan


lanjutan dan penentuan jabatan kelak.

4. Taraf Kemampuan Intelektual dan Kemampuan Akademik

Kemampuan untuk mencapai prestasi disekolah yang didalamnya berpikir


merupakan peranan pokok.

5. Bakat Khusus

Kemampuan untuk mencapai prestasi yang tinggi di tingkat tertentu.

6. Minat terhadap Bidang Studi dan Bidang Pekerjaan Tertentu

Kecenderungan menetap untuk merasa tertarik pada sesuatu.

7. Pengalaman Di Luar Sekolah

Kegiatan muda-mudi dan pengalaman organisasi.

8. Kesehatan Jasmani
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 37

Keadaan kesehatan pada umumnya, gangguan pada alat-alat indera, cacat


jasmani dan penyakit serius yang pernah diderita.

Metode Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data tentu diperlukan sebuah alat atau instrument
pengumpul data. Alat pengumpul data dapat dibedakan menjadi dua yaitu pertama alat
pengumpul data dengan menggunakan metode test dan metode non test.

A. Pengumpulan Data Dengan Metode Tes

Tes merupakan suatu metode penelitian psikologis untuk memperoleh informasi tentang
berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan batin seseorang, dengan menggunakan
pengukuran (measurement) yang menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif tentang aspek
yang diteliti.

Keunggulan metode ini adalah:

1. Lebih akurat karena test berulang-ulang direvisi

2. Instrument penelitian yang objektif

Kelemahan metode ini adalah:


BIMBINGAN K O N S E L I N G | 38

1. Hanya mengukur satu aspek data.

2. Memerlukan jangka waktu yang panjang karena harus dilakukan secara berulang-
ulang.

3. Hanya mengukur keadaan siswa pada saat test itu dilakukan.

B. Jenis-Jenis Tes
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 39

1. Tes Intelegensi

Tes kemampuan intelektual, mengukur taraf kemampuan berfikir, terutama berkaitan


dengan potensi untuk mencapi taraf prestasi tertentu dalam belajar di sekolah (Mental ability
Test; Intelegence Test; Academic Ability Test; Scholastic Aptitude Test). Jenis data yang
dapat diambil dari tes ini adalah kemampuan intelektual atau kemampuan akademik. Contoh
Tes Intelegensi, yakni: (a) Kemampuan Numerik, dan (b) Kemampuan Verbal.

2. Tes Bakat

Tes kemampuan bakat, mengukur taraf kemampuan seseorang untuk berhasil dalam
bidang studi tertentu, program pendidikan vokasional tertentu atau bidang pekerjaan
tertentu, lingkupnya lebih terbatas dari tes kemampuan intelektual (Test of Specific Ability;
Aptitude Test ). Kemampuan khusus yang diteliti itu mencakup unsur-unsur intelegensi,
hasil belajar, minat dan kepribadian yang bersama-sama memungkinkan untuk maju dan
berhasil dalam suatu bidang tertentu dan mengambil manfaat dari pengalaman belajar
dibidang itu.

3. Tes Minat

Tes minat, mengukur kegiatan-kegiatan seperti apa yang paling disukai seseorang. Tes
macam ini bertujuan membantu orang muda dalam memilih macam pekerjaan yang kiranya
paling sesuai baginya (Test of Vocational Interest).
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 40

4. Tes Kepribadian

Tes kepribadian, mengukur ciri-ciri kepribadian yang bukan khas bersifat kognitif,
seperti sifat karakter, sifat temperamen, corak kehidupan emosional, kesehatan mental,
relasi-relasi social dengan orang lain, serta bidang-bidang kehidupan yang menimbulkan
kesukaran dalam penyesuaian diri.

Tes Proyektif, meneliti sifat-sifat kepribadian seseorang melalui reaksi-reaksinya


terhadap suatu kisah, suatu gambar atau suatu kata, angket kepribadian, meneliti berbagai
ciri kepribadian seseorang dengan menganalisa jawaban-jawaban tertulis atas sejumlah
pertanyaan untuk menemukan suatu pola bersikap, bermotivasi atau bereaksi emosional,
yang khas untuk orang itu. Tes ini ada yang berupa pertanyaan tunggal dan ada yang
berkaita menjadi seperti cerita pendek yang melibatkan kita didalamnya.

Kelemahan Tes Proyektif hanya di administrasi oleh seorang psikolog yang


berpengalaman dalam menggunakan alat itu dan ahli dalam menafsirkannya.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 41

Berikut akan dipaparkan beberapa pertanyaan untuk menguji tes


kepribadian.

Inilah Tipe Kepribadian Anda:

SCORE > 60 : PENGATUR

Orang lain melihat Anda sebagai seorang yang dapat menangani. Anda terlihat
sombong, egois dan seorang yang sangat mendominasi. Orang lain mungkin mengagumi
Anda, berharap mereka dapat lebih seperti Anda, tetapi tidak selalu percaya pada Anda,
dan ragu-ragu untuk terlalu dekat dengan Anda.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 42

SCORE 51 60 : MOTIVATOR

Orang lain melihat Anda sebagai seorang yang bersemangat, mudah berubah pendirian,
agak berkepribadian impulsive (menurutkan perasaan), pemimpin berbakat, seorang yang
cepat membuat keputusan, berfikir tidak hanya dari satu sisi, mereka melihat Anda sebagai
pemberani dan petualang, seseorang yang akan mencoba setiap sesuatu, seseorang yang
mengambil resiko dan suka petualangan. Mereka senang berada di perusahaan Anda
karena kegembiraan Anda memancar.

SCORE 41 50 : PENGHIBUR

Orang lain melihat Anda sebagai seorang yang segar, hidup, mempesona, lucu, praktis dan
selalu menarik; seseorang yang secara konstan dalam pusat perhatian, tetapi cukup
seimbang tidak menjadikanya besar kepala. Mereka juga melihat Anda seorang yang baik,
penuh perhatian, dan mengerti; seseorang yang akan selalu menghibur dan membantu
mereka.

SCORE 31 40 : BIJAK

Orang lain melihat Anda sebagai seorang yang bijaksana, perhatian, hati-hati, dan praktis.
Mereka melihat Anda cerdas, berbakat, tetapi rendah hati. Bukan seorang yang terlalu
cepat atau mudah membuat jalinan pertemanan, tetapi dia adalah seseorang yang sangat
setia pada pertemanan yang dijalin dan seseorang yang mengharap kesetiaan itu dibalas.
Itulah yang membuat tahu siapa sesungguhnya Anda, orang tahu hal ini dapat sangat
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 43

menggoyahkan kepercayaan Anda pada teman Anda, dan sama halnya juga akan
membutuhkan waktu lama untuk meyakinkan jika kepercayaan Anda pernah dikhianati.

SCORE 21 30 : PERFECT (SEMPURNA)

Orang lain melihat mu sebagai seorang yang serius dan cerewet. Mereka melihat Anda
sebagai seorang yang sangat perhatian, sangat hati-hati, pelan dan tetap tekun. Akan
sangat mengaretkan mereka jika Anda pernah melakukan sesuatu secara impulsive
(menurutkan perasaan) atau tersemangati beberapa saat, mengharapkan Anda untuk
memeriksa setiap sesuatu dengan hati-hati dari setiap sudut dan kemudian biasanya
memutuskannya. Mereka pikir reaksi ini disebabkan oleh bagian dari sifat kehati-hatian
Anda.

SCORE < 21 : PENCEMAS

Orang mengira Anda pemalu, penakut, ragu-ragu, seorang yang membutuhkan penjagaan,
yang selalu ingin orang lain yang membuat keputusan dan yang tidak ingin dilibatkan
dengan seseorang atau sesuatu! Mereka melihat Anda sebagai seorang yang cemas yang
selalu melihat masalah padahal tidak ada. Beberapa orang mengira Anda sedang bosan.
Hanya beberapa orang yang tahu bahwa Anda sebenarnya tidak begitu.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 44

Contoh Tes Kepribadian:

Petunjuk: Sediakan kertas untuk menulis jawabannya, hal ini bertujuan agar klien
mengingat apa yang telah dipikirkan sebelumnya. Dijawab dengan spontan.

Situasi: Anda sedang berada di dalam hutan.

1. Dengan siapa anda berjalan?

sewaktu anda sedang berjalan,


anda menjumpai seekor hewan..
2. Hewan apakah itu?
3. Apa yang anda lakukan terhadap hewan tersebut?

Pilihan: (melihat hewan tersebut dan membiarkannya pergi/lari meninggalkan binatang


tersebut/menangkap hewan tersebut)

anda melanjutkan perjalanandan tiba - tiba menemukan seikat kunci..

4. Nyatakan jumlah kunci tersebut! (dari 1 - 10 anak kunci)

anda melanjutkan perjalanan, tiba- tiba anda melihat sebuah rumah di tengah hutan.
Dalam pikiran anda:
5. Apakah rumah tersebut mempunyai pagar?
6. Apakah pintu rumah tersebut terbuka atau tertutup?
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 45

anda masuk ke dalam rumah itu, anda pergi ke ruang tamu dan melihat meja.
7. Berbentuk apakah meja itu? (Bulat / Oval / Segiempat / Segitiga)

dan di atas meja ada cangkir


8. Seberapa banyak air yang ada dalam cangkir tersebut? ( penuh | setengah | kosong )
9. Dari bahan apa cangkir tersebut dibuat?
[ (Kaca | keramik | tanah liat ) (logam | plastik | kayu) ]

Anda menerusakan perjalanan ke belakang rumah. anda melihat sebuah air terjun
dari jauh.
10. Berapakah jarak air terjun itu ? ( antara 1 - 10 meter )

Anda terus berjalan dan melihat sebuah taman, dan di dalam taman tersebut terdapat
sebuah kotak.
11. Seberapa besar kotak tersebut ? ( kecil | sedang | besar )
12. Kotak itu terbuat dari bahan apa? (cupboard | kertas | kayu | logam)

tidak jauh dari taman tersebut anda melihat sebuah jembatan.


13. Apa bahan dasar material jembatan tersebut? ( beton | kayu | rotan )

di seberang jembatan, ada seekor kuda.


14. Apakah warna kuda itu? ( putih | kelabu | coklat | hitam)
15. Apa yang dilakukan kuda tersebut? ( diam dan tenang | memakan rumput | berlari )
16. Tiba-tiba, tanpa disangka ada angin kencang yang berhembus tidak jauh dari
kuda tersebut berada. Anda hanya mempunyai 3 pilihan:
(i) lari dan bersembunyi di dalam kotak
(ii) lari dan bersembunyi di bawah jembatan
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 46

(iii) lari ke kuda, naik dan terus pergi.

Berikut ini adalah jawaban tes kepribadiannya:

1. Dengan siapa anda berjalan merupakan orang yang paling dekat di hati anda.

2. Binatang yang anda jumpa simbolik kepada masalah yg anda hadapi. Ukuran binatang
yang besar menunjukkan anda menganggap sesuatu masalah itu besar.

3. Tindakan anda kepada binatang tersebut merupakan tindakan anda kepada masalah yang
anda hadapi. Jika anda lari dari binatang tersebut artinya anda memang suka lari dari
masalah.

4. Kunci jawaban:

1 : anda punya satu teman baik dalam hidup anda


2-5 : anda mempunyai beberapa teman baik dalam hidup anda
6-10 : anda mempunyaibanyak teman baik

5. Rumah
Berpagar : close-minded
Tidak berpagar : open minded

6. Pintu
terbuka : senang berbagi dan menceritakan cerita masalah kepada orang lain
tertutup : suka memendam suatu masalah sendiri
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 47

7. Meja
Bulat / oval : teman yang datang, anda akan menerima dan mempercayai mereka
sepenuhnya
Persegi : anda lebih percaya dan cenderung lebih dekat hanya teman sekelompok saja
Segitiga : anda seorang yang suka pilih-pilih teman sehingga anda tidak mempunyai terlalu
banyak teman.

8. Cangkir
Kosong : cita-cita dan keinginan hidup anda tidak terpenuhi
Setengah penuh : apa yang anda inginkan dalam hidup anda setengah telah tercapai
Penuh : keinginan dalam hidup anda benar-benar terpenuh

9. (kaca | tanah liat | keramik) : anda lemah dalam hidup anda dan cenderung menjadi
rapuh
(logam | plastik | kayu) : anda kuat dalam hidup anda

10. Air terjun


1-4 : ghairah seks rendah
5 : ghairah seks sederhana
6-9 : ghairah seks tinggi
10 : ghairah seks sangat tinggi.

11. Ukuran kotak:


kecil : ego rendah
menengah : ego sederhana
besar : ego tinggi
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 48

12. Material Kotak :


cupboard | kertas | kayu (tidak-bersinar) : rendah hati
logam : lebih suka membanggakan diri

13. Material Jembatan:


jembatan beton : punya ikatan yang sangat kuat dengan teman-teman anda
jembatan kayu : hubungan sederhana dengan teman-teman anda
rotan : anda tidak berada dalam hubungan baik dengan teman-teman anda

14. Warna Kuda:


putih : pasangan anda adalah baik dalam hati anda.
kelabu / coklat : pasangan anda sederhana di hati.
hitam : pasangan anda sepertinya tidak begitu baik di hati dan tampaknya menjadi pertanda
buruk.

15. Tindakan Kuda


diam dan tenang / memakan rumput : pasangan anda sangat sederhana dan rendah hati.
berlari-lari : pasangan anda adalah sedikit lebih liar

16. Ini yang terakhir tapi yang paling penting bagian dari ujian ini.
Dari bagaimana saya mengakhiri cerita, pendekatan angin yang sangat kencang.
(i) lari dan bersembunyi di dalam kotak
(ii) lari dan bersembunyi di bawah jembatan
(iii) lari ke kuda, naik dan pergi

Angin yang sangat kencang : masalah dalam hidup anda


BIMBINGAN K O N S E L I N G | 49

kotak : anda
Jembatan : teman - teman anda
Kuda : pasangan

(i) Jika anda memilih kotak, anda bergantung kepada diri sendiri setiap kali anda
menghadapi masalah.
(ii) Jika anda memilih jembatan, anda akan pergi ke teman- teman anda setiap kali anda
menghadapi masalah.
(iii) Jika anda memilih kuda, anda mencari pasangan anda setiap kali anda menghadapi
masalah.

5. Tes Pengembangan Vokasi

Tes vokasional, mengukur taraf perkembangan orang muda dalam hal kesadaran kelak
akan memangku suatu pekerjaan atau jabatan (vocation); dalam memikirkan hubungan
antara memangku suatu jabatan dan cirri-ciri kepribadiannya serta tuntutan-tuntutan social-
ekonomis; dan dalam menyusun serta mengimplementasikan rencana pembangunan masa
depannya sendiri. Kelebihan tes semacam ini meneliti taraf kedewasaan orang muda dalam
mempersiapkan diri bagi partisipasinya dalam dunia pekerjaan (career maturity). Soal tes ini
hampir sama seperti soal tes kepribadian, hanya tema pertanyaannya saja yang berbeda.

6. Tes Hasil Belajar (Achievement Test)

Tes yang mengukur apa yang telah dipelajari pada berbagai bidang studi, jenis data
yang dapat diambil menggunakan tes hasil belajar (Achievement Test) ini adalah taraf
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 50

prestasi dalam belajar. Tes ini dilakukan dengan 2 bentuk, yakni: (1) Soal Pilihan Ganda,
dan (2) Soal Isian/Esay.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 51

BAB V.

LANGKAH-LANGKAH
PEMECAHAN MASALAH

A. Proses dan Langkah-langkah Konseling


Menurut Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling, (2011:
83), Proses konseling pada dasarnya bersifat sistematis. Ada tahapan-tahapan yang harus
dilalui untuk sampai pada pencapaian konseling yang sukses. Tetapi sebelum memasuki
tahapan tersebut, sebaiknya konselor memperoleh data mengenai diri klien melalui
wawancara pendahuluan (intake interview). Gunarsa (1996) mengatakan bahwa manfaat
dari intakeinterview adalah memperoleh data pribadi atau hasil pemeriksaan klien. Setelah
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 52

itu, konselor dapat memulai langkah selanjutnya. Menurut Tohirin, Bimbingan Konseling di
Sekolah dan Madrasah Proses konseling dapat ditempuh dengan beberapa langkah yaitu:

1. Menentukan masalah

Proses Identifikasi Masalah atau menentukan masalah dalam konseling dapat


dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi masalah (identifikasi kasus-kasus)
yang dialami oleh klien. Setelah semua masalah teridentifikasi untuk menentukan masalah
mana untuk dipecahkan harus menggunakan prinsip skala prioritas.

Penetapan skala prioritas ditentukan oleh dasar akibat atau dampak yang lebih
besar terjadi apabila masalah tersebut tidak dipecahkan. Pada tahap ini konselor diharapkan
aktif dalam mencegah permasalahan klien. Konselor perlu lebih banyak memberikan
pertanyaan terbuka dan mendengar aktif(active listening) terhadap apa yang dikemukakan
oleh klien. Mendengar aktif adalah suatu keterampilan menahan diri untuk tidak berbicara,
tidak mendengarkan secara seksama, mengingat-ingat dan memahami perkataan klien, dan
menganalisis secara seksama terhadap penjelasan klien yang relevan dan yang tidak relevan.

Ety Nurhayati dalam bukunya Bimbingan Konseling, dan Psikoterapi Inovatif


(2011: 196) Bukan pekerjaan yang sederhana mengikuti alur berbicara seseorang sambil
menahan diri tidak memotong, mengomentari, dan mendominasi pembicaraan.
Mengembangkan keterampilan mendengarkan aktif akan sangat membantu menciptakan
rasa aman klien. Selain itu metode klarifikasi dan refleksi perlu digunakan untuk
memperoleh kejelasan duduk persoalan klien. Tujuan tahap ini menggali permasalah yang
dialami klien, sehingga klien dapat menguraikan dan mendudukkan masalah secara tepat
dan jelas.

Contoh Identifikasi Masalah


BIMBINGAN K O N S E L I N G | 53

Bunga adalah siswa kelas V SD yang berumur 11 tahun, Bapaknya adalah seorang
pensiunan Gudang Garam, ibunya buka warung di rumah. Dia adalah anak keempat dari 4
bersaudara. Dia termasuk anak yang pandai, supel, dan kemayu istilah jawanya. Dia
merupakan salah satu anak yang mengalami penurunan prestasi belajar. Pada saat kelas 1 dia
mendapat peringkat 1 di kelasnya berlanjut sampai kelas 3 tapi pada saat kelas 4 dia
mengalami penurunan prestasi, menjadi peringkat 10 besar sampai kelas 5 saat ini.

2. Pengumpulan data

Setelah ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam konseling, selanjutnya


adalah mengumpulkan data siswa yang bersangkutan. Data yang dikumpulkan harus secara
komprehensif (menyeluruh) meliputi: data diri, data orang tua, data pendidikan, data
kesehatan dan data lingkungan.

Data diri bisa mencakup (nama lengkap, nama panggilan, jenis kelamin, anak
keberapa, status anak dalam keluarga (anak kandung, anak tiri, atau anak angkat), tempat
tanggal lahir, agama, pekerjaan, penghasilan setiap bulan, alamat, dan nama bapak atau ibu.
Data pendidikan dapat mencakup: tingkat pendidikan, status sekolah, lokasi sekolah,
sekolah sebelumnya, kelas berapa, dan lain-lain.

3. Analisis data

Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Data hasil tes bisa
dianalisis secara kuantitatif dan data hasil non tes dapat dianalisis secara kualitatif. Dari data
yang dianalisis akan diketahui siapa konseli kita sesungguhnya dan apa sesungguhnya
masalah yang dihadapi konseli kita.

4. Diagnosis
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 54

Diagnosis merupakan usaha konselor menetapkan latar belakang masalah atau


faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada klien. Konselor bisa memanggil kilen yang
bersangkutan lalu mengadakan wawancara face to face untuk mengetahui penyebab dari
masalah tersebut. Pada masalah yang dialami Bunga pembimbing menetapkan penyebab dan
latar belakang timbulnya masalah pada Bunga yaitu kurangnya perhatian dari kedua orang
tuanya. Sedangkan faktor-faktor penyebab prestasi belajar Bunga yang rendah yaitu sering
terlambat datang ke sekolah sering tidak mengerjakan PR, sering mengantuk saat jam
pelajaran berlangsung, sulit konsentrasi saat menerima pelajaran.

Berdasarkan informasi dari orang tuanya, maka dapat didiagnosis bahwa penurunan
prestasi belajar pada Bunga disebabkan oleh:

a. Bobot mata pelajaran yang semakin berat

b. Terlalu sering bermain dengan teman-temannya

c. Suka bermain handphone

Dari penurunan prestasi belajar tersebut, orang tua Bunga sudah menganjurkan
kepada Bunga agar bersedia mengikuti les tapi Bunga mengeluh karena tempat les yang
dianjurkan oleh orang tuanya tersebut melewati atau menyeberang jalan raya dan Bunga
juga meminta agar dia dicarikan tempat les lain yang lebih dekat, lebih nyaman, dan tidak
perlu menyeberang jalan raya.

Dan timbul satu permasalahan lagi, yaitu ketika belajar, Bunga tidak pernah mau
belajar di luar kamar, dia selalu belajar di dalam kamar dan ketika dicek oleh orang tuanya,
Bunga memang sedang belajar. Namun pertanyaannya, apakah Bunga benar-benar belajar,
ataukah dia hanya berpura-pura belajar dan melakukan hal lain di luar pengawasan orang
tuanya??
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 55

Tapi disisi lain, berdasarkan informasi dari guru Bunga, sikap Bunga saat di kelas:

a. Baik

b. Aktif bertanya jika kurang jelas

c. Aktif menjelaskan kepada teman-temannya

d. Nyambung saat diajak berbicara

e. Tapi juga kurang teliti

Dari keterangan yang telah berhasil kami kumpulkan, kami memperkirakan bahwa
masalah yang dihadapi oleh Bunga bersumber dari dalam diri Bunga sendiri. Sebenarnya
Bunga itu siswa yang pandai tetapi dia kurang bisa mengontrol dirinya. Perkiraan ini kami
buat karena dari pihak keluarga, Bunga telah dididik dengan baik. Kemungkinan Bunga
mengalami kejenuhan terhadap cara belajar, dan materi pelajaran di sekolahnya, disamping
itu Bunga juga telah mengalami ketertarikan terhadap lawan jenisnya.

Dia tetap bersikap seperti biasanya karena sebenarnya Bunga merupakan siswa
yang pandai, dia tetap aktif di kelas tapi dia tidak mau berpikir terlalu berat. Terlalu banyak
materi yang diberikan yang melebihi kapasitas.

5. Prognosis

Setelah pembimbing mengetahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada


klien kemudian konselor menentukan langkah-langkah bantuan yang akan dilaksanakan
dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi oleh Bunga,
pembimbing dapat memberikan bantuan misalnya, pengajaran remidial, les tambahan, dan
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 56

memberikan bimbingan khusus seperti pengertian-pengertian, nasihat, motivasi, penguatan


dan lain sebagainya.

Setelah melakukan diagnosis, konselor melakukan pendekatan kepada Bunga dan


berusaha memberikan motivasi untuk mengembalikan semangat belajarnya, serta memberi
arahan kepada orang tuanya agar sedikit mengurangi kebebasan Bunga untuk terlalu sering
bermain. Beberapa kemungkinan apabila masalah-masalah yang dihadapi Bunga bisa
diselesaikan, yaitu:

a. Bunga akan kembali bersemangat dalam belajar

b. Prestasi Bunga kembali meningkat

c. Bunga akan lebih berkonsentrasi dalam menerima materi pelajaran

Sebaliknya, beberapa kemungkinan apabila masalah-masalah yang dihadapi Bunga


masih belum bisa diselesaikan, yaitu:

a. Tidak ada perubahan prestasi belajar

b. Bunga akan semakin malas untuk berpikir

c. Kesulitan belajar yang akan datang semakin sulit untuk dipecahkan

6. Terapi

Setelah ditetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian bantuan selanjutnya


adalah melaksanakan jenis bantuan yang telah ditetapkan. Dalam contoh diatas,
pembimbing atau konselor melaksanakan bantuan belajar atau bantuan sosial yang
ditetapkan untuk memecahkan masalah konseling.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 57

Pemberian Bantuan

Dengan memberikan konseling individu untuk lebih mengenal watak dan karakter
Bunga. Setelah melakukan pendekatan dengan Bunga, kami akan memberi masukan kepada
Bunga bahwa belajar merupakan kewajiban bagi siswa. Serta memberikan motivasi bahwa
belajar bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Misalnya, membuat media belajar
yang menarik dengan dibantu oleh orang tua atau kakak-kakaknya. Dengan begitu
diharapkan Bunga tidak akan merasa bosan dengan cara belajarnya atau merasa jenuh
dengan materi pelajaran.

Selain memberikan konseling kepada Bunga, kita juga perlu mengadakan


pertemuan dan sharing masalah Bunga dengan orang tuanya, agar lebih bisa mengawasi
dan memberi batasan waktu bagi Bunga untuk bermain (bermain handphone atau bermain di
luar). Selain itu, orang tua juga harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
nyaman, seperti memberikan fasilitas belajar yang lengkap, menemani Bunga disaat belajar,
dsb.

Kerjasama Dengan Guru

Mungkin dengan mengubah metode mengajarnya, dengan cara-cara yang


menyenangkan, seperti:

a. Metode ceramah : diselingi dengan menyanyi bersama, sehingga siswa dengan guru
tidak cepat bosan dan suasana KBM terasa menyenangkan.

b. Metode diskusi : berkelompok, hasil dari kerja kelompok dikumpulkan, memberikan


kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya dengan diiming-imingi
tambahan nilai bagi yang tercepat.

7. Evaluasi dan Follow Up


BIMBINGAN K O N S E L I N G | 58

Sebelum mengakhiri hubungan konseling, konselor dapat mengevaluasi


berdasarkan performance klien yang terpancar dari kata-kata, sikap, tindakan, dan bahasa
tubuhnya. Jika menunjukkan indikator keberhasilan, pengakhiran konseling dapat dibuat.
Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah upaya bantuan yang telah diberikan memperoleh
hasil atau tidak. Apabila sudah memberikan hasil, apa langkah-langkah selanjutnya yang
perlu diambil, begitu juga sebaliknya apabila belum berhasil apa langkah-langkah yang
diambil berikutnya.

Setelah konselor memberikan konseling kepada Bunga dan orang tuanya. Kami
akan melihat perubahan pada diri Bunga dalam waktu yang ditentukan (1-2 bulan). Dilihat
dari:

a. Sikap Bunga di rumah (sering tidaknya Bunga belajar, atau bermain handphone).
b. Nilai Bunga di kelas, baik nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Apabila tidak terjadi perubahan dalam diri Bunga, konselor akan mengadakan
konseling kembali. Dengan mengubah strategi awal, yakni:

a. Memberikan arahan atau masukan lagi kepada orang tuanya untuk memberikan
penghargaan (hadiah) kepada Bunga saat Bunga mendapatkan nilai bagus atau prestasi
belajarnya meningkat.

b. Memberikan sanksi apabila Bunga mendapat nilai jelek atau menunjukkan prestasi
belajar yang menurun. Dengan penghargaan (hadiah) dan sanksi (hukuman) yang ditujukan
kepada Bunga tersebut, kita bisa melihat usaha apa yang akan dilakukannya, dan diharapkan
Bunga akan lebih giat lagi dalam belajar, sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat
kembali.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 59

BAB VI.

BK POLA 17+
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 60

A. Pengertian Pola BK 17 Plus


Pola bimbingan dan konseling pola 17+ adalah progam bimbingan dan
konseling/pemberian bantuan kepada peserta didik melalui, 4 bidang bimbingan, 7 layanan,
dan 6 layanan pendukung yang sesuai dengan norma yang berlaku.
Pola umum bimbingan konseling di sekolah sering disebut dengan BK Pola 17.
Disebut BK Pola 17 karena di dalamnya terdapat 17 (tujuh belas) butir pokok yang amat
perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan bimbingan konseling di sekolah.
Pola umum bimbingan konseling meliputi keseluruhan kegiatan bimbingan konseling
yang mencakup bidang-bidang bimbingan, jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan konselih. Seluruh kegiatan bimbingan konseling di sekolah ditujukan terhadap
seluruh peserta didik (siswa) yang secara langsung menjadi tanggungjawab guru
pembimbing atau guru kelas. Pelayanan bimbingan konseling di sekolah dilaksanakan
secara terprogram, teratur dan berkelanjutan. Pelaksanaan program-program itulah yang
menjadi wujud nyata dari diselenggarakannya kegiatan bimbingan konseling di sekolah.
1. Kegiatan bimbingan konseling (BK) secara menyeluruh meliputi empat bidang
bimbingan, yaitu:
(1) bimbingan pribadi, (2) bimbingan sosial, (3) bimbingan belajar dan (4)
bimbingan karier.
2. Kegiatan BK dalam keempat bidang bimbingan diselenggarakan melalui tujuh jenis
layanan, yakni:
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 61

(1) Layanan orientasi, (2) Layanan Penempatan dan Penyaluran, (3) Layanan
Konseling Perorangan, (4) Layanan Konseling Kelompok, (5) Layanan
Informasi, (6) Layanan Pembelajaran, dan (7) Layanan Bimbingan Kelompok.
3. Untuk mendukung ketujuh jenis layanan itu diselenggarakan lima kegiatan
pendukung, yaitu:
(1) instrumentasi bimbingan konseling, (2) himpunan data, (3) konferensi
kasus, (4) kunjungan rumah dan (5) alih tangan kasus.
4. Semua kegiatan BK tersebut didasari oleh satu pemahaman yang menyeluruh dan
terpadu tentang wawasan BK yang meliputi pengertian, tujuan, fungsi, prinsip dan
asas-asas BK.

I. Bidang-bidang Bimbingan Konseling


Pelayanan bimbingan konseling di sekolah merupakan kegiatan yang sistematis,
terarah dan berkelanjutan. Oleh karena itu pelayanan bimbingan konseling selalu
memperhatikan karakteristik tujuan pendidikan, kurikulum dan peserta didik.
a. Bidang Bimbingan Pribadi
Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan konseling
membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat
jasmani dan rohani. Bidang bimbingan pribadi ini dapat dirinci menjadi pokok-
pokok berikut:
Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya
untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif.
Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran
dan pengembangan.
Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha
penanggulangannya.
Pemantapan kemampuan mengambil keputusan
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 62

Pengembangan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan


yang diambil
Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat.
b. Bidang Bimbingan Sosial
Dalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan konseling di
sekolah berusaha membantu peserta didik mengenal dan berhubungan dengan
lingkungan sosialnya. Bidang ini dirinci menjadi pokok-pokok berikut:
Pemantapan kemampuan berkomunikasi baik melalui lisan maupun tulisan.
Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik
di rumah, di sekolah maupun di masyarakat.
Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis dan produktif dengan
teman sebaya.
Pemantapan tentang peraturan, kondisi dan tuntutan sekolah, rumah dan
lingkungan.
Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta
berargumentasi.
Orientasi tentang hidup berkeluarga.
c. Bidang Bimbingan Belajar
Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan konseling
membantu peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan
kebiasaan belajar yang baik. Bidang bimbingan ini memuat pokok-pokok
berikut:
Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari
berbagai sumber belajar.
Pemantapan disiplin belajar dan berlatih baik secara mandiri atau
kelompok.
Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah.
Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya
yang di lingkungan sekitar dan masyarakat.
Orientasi dan informasi tentang pendidikan yang lebih tinggi.
d. Bidang Bimbingan Karier
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 63

Dalam bidang bimbingan karier ini, pelayanan bimbingan konseling


ditujukan untuk mengenal potensi diri, mengembangkan dan memantapkan
pilihan karier. Bimbingan ini memuat pokok-pokok berikut:
Pengenalan terhadap dunia kerja dan usaha untuk memperoleh penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan hidup
Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang
hendak dikembangkan.
Pemantapan informasi tentang kondisi tuntutan dunia kerja, jenis-jenis
pekerjaan.
Pemanfaatan cita-cita karier sesuai dengan bakat minat dan kemampuan.

e. Bidang Bimbingan Kehidupan Keluarga


Bimbingan kehidupan berkeluarga merupakan suatu bimbingan yang berikan oleh
pembinmbing kepada individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan
berkeluarga. Yang bertujuan agar individu tersebut memperoleh pemahaman yang benar
tentang kehidupan berkeluarga.
f. Bidang Bimbingan Kehidupan Beragama
Bimbingan pengembangan kehidupan beragama adalah bantuan yang diberikan oleh
pembimbing kepada seorang individu agar mampu menghadapi dan memecahkan masalah-
masalah yang berkenaan dengan kehidupan beragama. Tujuannya agar individu tersebut
memiliki pemahaman yang baik dan benar tentang ajaran agama.

g. Layanan Bimbingan Konseling


Sebagaimana telah dijelaskan di awal bab ini bahwa semua jenis layanan bimbingan
konseling di sekolah mengacu pada bidang-bidang bimbingan konseling. Sedangkan bentuk
dan isi layanan disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Bidang
bimbingan konseling dengan jenis layanan sangat terkait.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 64

a. Layanan orientasi
Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan
peserta didik (klien) memahami lingkungan (sekolah) yang baru dimasukinya,
dalam rangka mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di
lingkungan yang baru itu. Adapun materi yang dapat diangkat melalui layanan
orientasi, antara lain:
Pengenalan lingkungan dan fasilitas sekolah.
Peraturan dan hak-hak serta kewajiban siswa
Organisasi dan wadah-wadah yang dapat membantu dan meningkatkan
hubungan sosial siswa.
Kurikulum dengan seluruh aspek-aspeknya
Peranan kegiatan bimbingan karier.
Peranan pelayanan bimbingan konseling dalam membentuk segala jenis
masalah dan kesulitan siswa.
b. Layanan informasi
Layanan informasi yaitu layanan bimbingan konseling yang
memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan
pengaruh yang besar kepada peserta didik (terutama orang tua) menerima dan
memahami informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang
dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan
sehari-hari sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Materi layanan
informasi, antara lain:
Informasi pengembangan pribadi
Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat.
Tata tertib sekolah, cara bertingkah laku, tata krama dan sopan santun.
Mata pelajaran dan pembidangannya seperti program inti, program khusus
dan tambahan.
Sistem penjurusan, kenaikan kelas, syarat-syarat mengikuti EBTA/
EBTANAS.
Informasi pendidikan tinggi.
c. Layanan penempatan dan penyaluran
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 65

Yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik


(klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya
penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau
program studi, program latihan, magang, kegiatan ekstra kurikuler sesuai
dengan potensi, bakat dan minat serta kondisi pribadi. Materi layanan
penempatan dan penyaluran, antara lain:
Penempatan di dalam kelas, program studi atau jurusan dan pilihan ekstrakulikuler
yang dapat menunjang pengembangan sikap, kebiasaan, kemampuan bakat dan
minat.
Penempatan dan penyaluran ke dalam kelompok belajar, organisasi kesiswaan.
Penempatan dan penyaluran ke dalam program yang lebih luas.

d. Layanan bimbingan belajar


Yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik
mengembangkan diri dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar dengan
kecepatan dan kesulitan belajar serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
Materi layanan bimbingan belajar, antara lain:
Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar tentang kemampuan, motivasi,
sikap dan kebiasaan belajar.
Pengembangan keterampilan belajar, membaca, mencatat, bertanya dan menjawab
serta menulis.
Pengajaran perbaikan
Program pengayaan

e. Layanan konseling perorangan


Yaitu layanan bimbingan konseling memungkinkan peserta didik mendapat layanan
langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 66

pembahasan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya. Pelaksanaan usaha


pengentasan permasalahan siswa dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pengenalan dan pemahaman permasalahan, 2) Analisis yang tepat, 3) Aplikasi dan
pemecahan permasalahan, 4) Evaluasi, baik evaluasi awal proses atau evaluasi akhir,
5) Tindak lanjut. Materi layanan konseling perorangan, antara lain:
Pemahaman sikap, kebiasaan, kekuatan diri dan kelemahan, bakat dan minat serta
penyalurannya.
Pengentasan kelemahan diri dan pengembangan kekuatan diri.
Informasi karier, dunia kerja dan prospek masa depan karier.
Pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi pribadi, keluarga dan sosial.

f. Layanan bimbingan kelompok


Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara
bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari
pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik
individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Layanan bimbingan kelompok mempunyai 3
fungsi yaitu informatif, pengembangan dan preventif dan kreatif. Materi layanan bimbingan
kelompok, yaitu:
Pemahaman dan pemantapan kehidupan keberagaman dan hidup sehat.
Pemahaman dan penerimaan diri sendiri dan orang lain sebagaimana adanya
(termasuk perbedaan individu, sosial dan budaya).
Pemahaman tentang dunia kerja, pilihan dan pengembangan karier.
Pengambilan keputusan dan perencanaan masa depan.

g. Layanan konseling kelompok


Yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh
kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui
dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup yang berdenyut, yang
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 67

bergerak, yang berkembang yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota
kelompok.
Tujuan konseling kelompok, meliputi:
Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak.
Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebaya.
Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok.
Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok
Proses pelaksanaan konseling kelompok dilaksanakan melalui tahap-tahap berikut:
Tahap pembentukan
Tahap peralihan
Tahap kegiatan
Tahap pengakhiran.

h. Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling


Selain kegiatan layanan bimbingan konseling sebagaimana yang telah dikemukakan pada
uraian terdahulu, dalam bimbingan konseling dapat dilakukan sejumlah kegiatan lain yang
disebut kegiatan pendukung. Kegiatan pendukung ini pada umumnya tidak ditujukan secara
langsung untuk memecahkan atau mengentaskan masalah klien, melainkan untuk
memungkinkan diperolehnya data dan keterangan lain serta kemudahan-kemudahan yang
akan membantu kelancaran dan keberhasilan kegiatan layanan terhadap peserta didik.
a. Aplikasi instrumentasi bimbingan konseling
Aplikasi instrumentasi bimbingan konseling bertujuan untuk mengumpulkan data
dari keterangan tentang peserta didik (baik secara individual maupun kelompok), keterangan
tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih luas (termasuk di dalamnya
informasi pendidikan dan jabatan). Data dan keterangan yang perlu dikumpulkan melalui
aplikasi instrumentasi bimbingan konseling pada umumnya meliputi:
Kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Kondisi mental dan fisik siswa, pengenalan terhadap diri sendiri.
Kemampuan pengenalan lingkungan dan hubungan sosial.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 68

Tujuan, sikap, kebiasaan dan keterampilan serta kemampuan belajar.


Informasi karier dan pendidikan.
Kondisi keluarga dan lingkungan.

b. Penyelenggaraan himpunan data


Yaitu kegiatan pendukung bimbingan konseling untuk menghimpun seluruh data dan
keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data
perlu diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu dan sifatnya
tertutup.
Data yang perlu dikumpulkan, disusun dan dipelihara meliputi:
Identitas pribadi
Latar belakang rumah dan keluarga
Kemampuan mental, bakat dan kondisi kepribadian
Sejarah pendidikan, nilai-nilai pelajaran
Sejarah kesehatan
Minat dan cita-cita

c. Konferensi kasus
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan konseling untuk membahas permasalahan yang
dialami oleh peserta didik dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak
yang diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan tersebut.
Tujuan konferensi kasus ialah untuk:
Diperolehnya gambaran yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh tentang
permasalahan siswa.
Terkomunikasinya sejumlah aspek permasalahan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, guru pembimbing atau guru kelas, wali kelas, guru mata pelajaran
dan kepala sekolah.
Terkoordinasinya penanganan masalah yang dimaksud sehingga upaya penanganan
itu lebih efektif dan efisien.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 69

d. Kunjungan rumah
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan konseling untuk memperoleh data, keterangan,
kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui
kunjungan ke rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang penuh antara orang tua
atau wali dan anggota keluarga lainnya dengan guru pembimbing.
Dengan kunjungan rumah akan diperoleh berbagai data dan keterangan tentang
berbagai hal yang besar kemungkinan ada sangkut paut dengan permasalahan peserta didik.
Data dan keterangan ini meliputi:
Kondisi rumah tangga dan orang tua
Fasilitas belajar yang ada di rumah
Hubungan antar anggota keluarga
Sikap dan kebiasaan siswa di rumah
Komitmen orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam perkembangan dan
pengentasan masalah siswa.

e. Alih tangan kasus (referral)


Yaitu kegiatan pendukung bimbingan konseling untuk mendapatkan penanganan
yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik dengan memindahkan
penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya.
Di sekolah alih tangan kasus dapat diartikan bahwa guru mata pelajaran atau
praktek, wali kelas dan/atau staf sekolah lainnya, atau orang tua mengalihtangankan siswa
bermasalah kepada guru pembimbing atau guru kelas.
Alih tangan kasus bertujuan untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan
tuntas atas masalah yang dialami siswa, dengan jalan memindahkan penanganan kasus dari
satu pihak kepada pihak yang lebih ahli. Fungsi utama bimbingan yang diemban oleh
kegiatan alih tangan kasus ialah fungsi pengentasan.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 70

B. Efektivitas BK Pola 17 Plus


(BK Pola 17+ ) itu sendiri Frank W. Miller dalam bukunya berjudul Guidance,
Principle and Service (1961), mengemukakan sebagai berikut:
a. Program bimbingan itu hendaknya dikembangkan secara berangsur-angsur atau tahap
demi tahap dengan melibatkan semua unsur atau staf sekolah dalam perencanaannya.
b. Program bimbingan itu harus memiliki tujuan yang ideal dan realitas dalam
perencanaannya.
c. Program bimbingan itu hendaknya mencerminkan komunikasi yang continue antara
semua unsur atau staf sekolah.
d. Program bimbingan itu hendaknya menyediakan atau memiliki fasilitas yang
diperlukan.
e. Program bimbingan itu hendaknya memberikan layanan kepada semua murid.
f. Program bimbingan itu hendaknya menunjukkan peranan yang penting dalam
menghubungkan dan mengintegrasikan sekolah dengan masyarakat.
g. Program bimbingan itu hendaknya memberikan kesempatan untuk melaksanakan
penilaian terhadap diri sendiri.
h. Program bimbingan itu hendaknya menjamin keseimbangan layanan bimbingan,
dalam hal :
Layanan kelompok dan individual
Layanan yang diberikan oleh berbagai jenis petugas bimbingan
Penggunaan alat pengukur atau teknik pengumpulan data yang obyektif maupun
subyektif.
Pemberian jenis-jenis bimbingan
Pemberian bimbingan secara umum dan penyaluran secara khusus
Pemberian bimbingan dengan berbagai program
Penggunaan sumber-sumber di dalam maupun di luar sekolah bersangkutan.
Kebutuhan individual dan kebutuhan masyarakat
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 71

C. Tujuan BK Pola 17+


Secara umum tujuan pola bimbingan dan konseling 17+ adalah memberikan arah
kerja/sebagai acuan dan evaluasi kerja bagi guru BK/konselor, membantu peserta didik
mengenal bakat, minat, dan kemampuannya, serta memilih dan menyesuaikan diri dengan
kesempatan, pendidikan, dan merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan kerja.

D. Fungsi BK Pola 17+


1. Fungsi pemahaman, fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan
pemahaman tentang diri siswa yang dapat digunakan dalam rangka pengembangan
siswa dan pemahaman tentang lingkungan.
2. Fungsi pencegahan, fungsi bimbingan dan konseling yang berupaya mencegah
peserta didik agar tidak mengalami sesuatu kesulitan atau pun menemui
permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat dalam proses perkembangan
peserta didik.
3. Fungsi perbaikan, fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu peserta didik
mengubah hal yang kurang baik menjadi lebih baik serta dapat mengatasi berbagai
permasalahan yang di hadapi.
4. Fungsi pemeliharaan, fungsi bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk
menjaga agar perilaku peserta didik yang sudah baik jangan sampai rusak kembali.
5. Fungsi pengembangan, fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu siswa
untuk mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik.
6. Fungsi penyaluran, fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu peserta didik
untuk memilih dan memantapkan penguasaan karier yang sesuai dengan bakat, minat,
keahlian, dan ciri-ciri kepribadian peserta didik.
7. Fungsi penyesuaian, fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu peserta didik
untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, keluarga, sekolah dan masyarakat
secara optimal.
8. Fungsi adaptasi, fungsi bimbingan dan konseling yang membantu staff sekolah
untuk mengadaptasikan program pengajaran dengan minat, kemampuan, serta
kebutuhan peserta didik.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 72

BAB VII.

LAYANAN BIMBINGAN
BELAJAR

A. Pengertian Belajar Menurut Ahli


Winkel, belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengelolaan pemahaman.
Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses
perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 73

perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh


lainnya.
Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis
perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya
berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan
tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau
latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang
bersifat naluriah.
Moh. Surya (1981:32), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.

Dari beberapa pengertian belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semua
aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan
perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 74

B. Sikap Dan Keterampilan Belajar

1. Pengertian Keterampilan Belajar


Definisi tentang keterampilan belajar seringkali didasarkan pada daftar
keterampilan yang spesifik seperti mengorganisasi, memproses, dan menggunakan informasi
yang diperoleh dari aktivitas membaca (Salinger, 1983). Barangkali definisi paling baik
digunakan untuk menjelaskan keterampilan belajar adalah suatu keterampilan yang dapat
mengembangkan kemandirian siswa dalam belajar (Dean, 1977 dalam Maher & Zins, 1987)
Moh. Surya (1992 : 28) mengungkapkan bahwa keterampilan merupakan kegiatan-kegiatan
yang bersifat neuromuscular, artinya menuntut kesadaaran yang tinggi. Dibandingkan
dengan kebiasaan, keterampilan merupakan kegiatan yang lebih membutuhkan perhatian
serta kemampuan intelektualitas, selalu berubah dan sangat disadari oleh individu.
Secara khusus, keterampilan belajar merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
memperoleh, mempertahankan, serta mengungkapkan pengetahuan dan merupakan cara
untuk menyelesaikan persoalan (Marshak & Burkle, 1981 dalam Maher & Zins, 1987).
Dalam memperoleh keterampilan belajar, siswa akan menyadari bagaimana cara belajar
yang terbaik sehingga menjadi lebih bertanggungjawab terhadap kegiatan belajarnya.

2. Hakikat Keterampilan
Hakikat keterampilan belajar meliputi 4 unsur utama yaitu:
a. Transformasi Persepsi Belajar

Dalam berbagai hal guna meningkatkan keahlian belajar dalam basic skills (membaca,
menulis dan mendengar) ataupun dalam menangani rasa takut dan kecemasan. Transformasi
ini tidak hanya melatih kemampuan kognitif saja akan tetapi juga meliputi domain afektif
dan psikomotorik dari setiap orang. Sehingga mampu menunjukkan pemahaman tentang
keterampilan dan strategi belajar yang diperlukan untuk sukses di sekolah.

b. Keterampilan Manajemen Pribadi


BIMBINGAN K O N S E L I N G | 75

Kemampuan menerapkan pengetahuan keterampilan belajar dan kekuatan (potensi)


belajar yang dimilikinya untuk mengembangkan strategi guna memaksimalkan dan
meningkatkan pembelajaran sehingga dapat meraih kesuksesan belajar di sekolah
menengah.

c. Interpersonal Dan Keterampilan Kerjasama Tim

Kemampuan mengidentifikasi dan menjelaskan pengetahuan dan keterampilan yang


diperlukan untuk sukses dalam hubungan interpersonal dan kerjasama tim. Selain itu, juga
menunjukkan kemampuan yang tepat untuk menerapkan keterampilan interpersonal dan
kerjasama tim dalam berbagai lingkungan belajar.

3. Tujuan Penerapan Keterampilan Belajar


Tujuan penerapan keterampilan belajar adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
2) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.
3) Membentuk peserta didik yang mandiri dalam belajar.

4. Karakteristik Siswa yang Memiliki Keterampilan Belajar


Beberapa karakteristik siswa yang memiliki keterampilan belajar, antara lain :
a. Percaya diri (Self-Esteem)
b. Tidak menyandarkan diri pada orang lain (independence)
c. Mampu merekonstruksi belajar sesuai dengan dirinya (mengorganisasi belajar)
d. Mampu berinisiatif sendiri
e. Bertanggung jawab (responsibility)
f. Mampu berpikir logis dalam mengarahkan tujuan belajar
g. Mempunyai kemampuan fleksibilitas dan adaptabilitas yang tinggi terhadap lingkungan
h. Selalu mempunyai gagasan baru (kreatif)
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 76

5. Aspek-aspek Keterampilan Belajar


a. Cara Mengatur Waktu dan Lingkungan
Manajemen waktu merupakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan produktivitas waktu. Manajemen waktu bertujuan kepada produktifitas yang
berarti rasio output dengan input.
Cara-cara mengatur waktu:
a) Membuat daftar kerjaan
b) Membuat jadwal harian/mingguan.
c) Merencanakan jadwal yang lebih panjang (bulanan).
d) Belajarlah dengan rutin setiap hari tetapi degan frekuensi waktu yang tidak terlalu
lama.
e) Atur waktu belajar sekitar 5-10 menit saja.
f) Dahulukan pelajaran yang dianggap sulit.
Cara-cara mengatur lingkungan:
1. Sebelum kegiatan belajar dimulai, lingkungan fisik hendaknya ditata sehingga tampak
menyenangkan.
2. Buku, jurnal, majalah, surat kabar, atau media lain, yang hendak dijadikan sebagai sumber
belajar perlu ditempatkan di dekat kegiatan belajar peserta didik.

b. Cara Mengikuti Pelajaran


Cara-cara mengikuti pelajaran adalah:
1. Niat
Semenjak melangkahkan kaki meninggalkan rumah pergi ke sekolah, siswa harus
sudah berniat dan membulatkan tekad untuk mencari ilmu yang tidak lupa diiringi dengan
doa. Dengan niat yang kuat dan dilandasi dengan doa menurut agama masing-masing, akan
memperoleh hasil belajar yang baik.
2. Kemauan yang kuat
Kemauan adalah modal yang penting dalam belajar, maka dengan kemauan belajar
yang kuat dan usaha yang keras akan diperoleh hasil yang lebih baik. Kemauan yang tidak
diiringi dengan usaha adalah separuh dari kegagalan. Oleh sebab itu, pelajar yang ingin
sukses dalam belajar harus siap siaga dan tak gentar menghadapi rintangan dan kesulitan.
3. Perhatian
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 77

Seorang pelajar harus dapat memfungsikan alat pengindraannya sebaik mungkin


untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Ia harus pandai menyikapi mana yang dianggap
penting dan mana yang harus banyak diulang.
4. Konsentrasi
Konsentrasi berarti pemusatan pikiran dan perasaan pada suatu masalah. Dalam hal
ini, seorang pelajar dalam belajar harus bisa memusatkan perhatiannya pada masalah
pelajaran yang sedang dihadapi.
5. Apersepsi
Apersepsi adalah mempersiapkan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah ada
untuk menerima hal-hal dan pengetahuan yang baru sehingga dalam kegiatan belajar
mengajar dapat memperoleh hasil yang memuaskan.
6. Catatan
Catatan ada 2 macam :
a. Catatan resmi adalah catatan mengenai apa yang dituliskan oleh guru sebagai rangkuman
materi pelajaran yang telah disajikan.
b. Catatan tidak resmi adalah catatan hasil jerih payah seorang pelajar untuk memperoleh
pokok-pokok, inti, isi atau kesimpulan materi pelajaran yang telah dipelajari.
7. Bertanya
Dengan bertanya materi pelajaran yang disajikan oleh guru akan menjadi lebih
jelas. Oleh sebab itu, apabila belum ada kejelasan dari keterangan guru hendaklah berani
bertanya.
c. Cara Membuat Ringkasan
Ringkasan merupakan sekumpulan berbagai informasi untuk mempermudah
pemahaman. Ringkasan memiliki banyak pengertian, diantaranya ringkasan (Precis yang
berarti memotong atau memangkas) adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu
karangan yang panjang dalam bentuk singkat. Sedangkan menurut Asmi (2004), Ringkasan
merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli, sedangkan perbandingan bagian atau
bab dari karangan asli secara proposional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang
singkat.
Cara-cara membuat ringkasan yang baik diantaranya:
1. Bacalah bahan pelajaran secara ringkas.
2. Membaca uraian materi secara cermat.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 78

3. Berilah tanda dan catatlah kalimat yang mengandung pokok pikiran dan gagasan utama.
4. Mulailah menyusun ringkasan. Catatan gagasan utama dikembangkan lagi. Keterangan
dari gagasan utama tersebut diuraikan dengan kalimat sederhana dan mudah dipahami.
5. Menyusun ringkasan ke dalam suatu skema.

d. Penggunaan Sumber-Sumber Belajar


Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan
wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah
maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan
belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Berdasarkan pengertian di atas, sumber belajar
terbagi atas enam jenis:
1) Sumber berupa pesan (informasi, bahan ajar, cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan
sebagainya)
2) Manusia (guru, instruktur, siswa, ahli, narasumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga,
tokoh karier dan sebagainya)
3) Bahan (buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk
pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya)
4) Peralatan (perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis,
generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya)
5) Teknik/metode (diskusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan,
percakapan biasa, diskusi, debat, talk show dan sejenisnya),
6) Lingkungan/setting (ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko,
musium, kantor dan sebagainya).

Secara garis besar, sumber belajar terdiri atas:


a) Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang
secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk
memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.
b) Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber
belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat
ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 79

Prosedur pemilihan sumber belajar adalah (1) mempelajari kurikulum, (2) menetapkan
kompetensi siswa yang hendak dicapai, (3) memilih dan menentukan materi yang akan
disajikan, (4) memilih dan menentukan jenis dan sumber belajar, (5) mengembangkan
sumber belajar, (6) mengevaluasi sumber belajar. Sebelum menentukan sumber belajar, guru
perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
1) Ekonomis atau biaya, apakah ada biaya untuk penggunaan suatu sumber belajar (yang
memerlukan biaya).
2) Teknisi (tenaga), apakah guru atau pihak lain yang mengoperasikan alat yang digunakan
sebagai sumber belajar.
3) Bersifat praktis dan sederhana, yaitu mudah dijangkau dan mudah dilaksanakan.
4) Bersifat fleksibel, maksudnya sumber belajar jangan bersifat kaku atau paten tapi harus
mudah dikembangkan.
5) Relevan dengan tujuan pengajaran.
6) Dapat membantu efisiensi dan kemudahan pencapaian tujuan pengajaran.
7) Memiliki nilai positif bagi proses pengajaran khususnya bagi peserta didik.
8) Sesuai dengan interaksi dan strategi pengajaran yang telah dirancang.

C. Penerapan Keterampilan Belajar Dalam BK


Dalam bimbingan konseling, konselor dapat menerapkan bimbingan belajar untuk
mengembangkan keterampilan belajar dengan melaksanakan bimbingan belajar. Bimbingan
belajar menurut Yusuf (2009) adalah bimbingan yang diarahkan untuk membantu siswa
dalam mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar dan memecahkan
masalah-masalah belajar. Sedangkan menurut Nurikhsan (2006) mengartikan bahwa
bimbingan belajar adalah sebagai bimbingan yang diarahkan untuk membantu siswa dalam
memecahkan masalah belajar. Layanan bimbingan belajar dilaksanakan melalui tahap-tahap
berikut ini:
a. Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar
b. Pengungkapan sebab-sebab timbulnya masalah belajar
c. Pemberian bantuan pengentasan masalah
Langkah-langkah yang ditempuh dalam bimbingan:
a) Menentukan masalah
b) Pengumpulan data
c) Analisis data
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 80

d) Diagnosis
e) Prognosis
f) Treatment/terapi
g) Tindak lanjut/follow up

Dalam bimbingan belajar, keterampilan belajar amat penting untuk diterapkan.


Berbagai cara belajar yang dimiliki, akan sangat mendukung para konselor mengembangkan
kemampuan dan potensi para siswa khususnya pada bidang akademik dengan menerapkan
berbagai keterampilan belajar ini. Meskipun demikian, keterampilan belajar perlu didukung
oleh program bimbingan untuk dapat mengembangkan keterampilan belajar siswa melalui:
1. Inventarisasi tingkat penguasaan keterampilan belajar siswa
2. Sikap dan kebiasaan belajar siswa
3. Pengetahuan yang memebantu siswa mengembangkan potensi diri dengan
mengembangkan keterampilan belajar.
4. Peran konselor sekolah sebagai ahli yang memiliki kemampuan memandirikan siswa
5. Mampu menuangkan atau memberdayakan semua potensi sekolah ke dalam
pengembangan program bimbingan dan konseling sekolah.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 81

1. Cara Belajar Yang Efektif Dan Efisien

Cara belajar efektif biasa disebut dengan cara belajar yang bermakna atau berkesan.
Atau cara yang ampuh untuk belajar memahami sesuatu atau pelajaran dengan mudah dan
cepat menggunakan cara-cara yang paling efisien dan efektif. Cara belajar efektif biasa
disebut dengan cara belajar yang bermakna atau berkesan. Inti dari cara belajar efektif
adalah fokus, fokus terhadap pelajaran yang sedang dipelajari dengan cara cepat yang
efektif. Tips Cara Belajar Efektif :

1. Anda harus fokus membaca, mengetahui atau mendapatkan gambaran tentang mata
pelajaran yang akan disampaikan esok hari oleh guru atau dosen anda.

2. Melakukan praktek atas inisiatif sendiri, karena anda menyukainya.

3. Mendiskusikan pelajaran-pelajaran dengan kawan-kawan anda yang memiliki


keinginan dan fokus belajar yang sama dengan anda.

4. Membaca materi pelajaran pada saat sebelum dan sesudah tidur dimalam hari. Cara
ini adalah cara belajar yang paling baik dan efektif untuk membuat pikiran anda
supaya bisa lebih memahami materi-materi pelajaran.

5. Cobalah untuk selalu mengajarkan setiap ilmu pengetahuan kepada orang lain.
Sebab contoh cara pembelajaran seperti ini adalah termasuk yang terbaik dalam hal
cara belajar efektif.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 82

2. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek
belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 1986: 75).

Demikian dalam belajar, prestasi siswa akan lebih baik bila siswa memiliki dorongan
motivasi orang tua untuk berhasil lebih besar dalam diri siswa itu. Sebab ada kecenderungan
bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan tinggi mungkin akan gagal berprestasi karena
kurang adanya motivasi dari orang tua.

Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi dalam belajar sangat penting artinya untuk mencapai tujuan proses belajar
mengajar yang diharapkan, sehingga motivasi siswa dalam belajar perlu dibangun. Menurut
Nasution (1982:77), motivasi memiliki tiga fungsi yaitu:

1. Mendorong atau membangun semangat manusia untuk berfikir lebih maju


BIMBINGAN K O N S E L I N G | 83

2. Menentukan arah perbuatan , yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.


3. Menyeleksi perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,
dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.

Jenis-jenis Motivasi Belajar


Secara umum motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
a. Motivasi Instrinsik
Menurut Prayitno (1989: 11) motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang
disebabkan oleh faktor pendorong dari dalam diri (internal) individu. Tingkah laku individu
itu terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor dari lingkungan. Tetapi individu bertingkah
laku karena mendapatkan energi dan pengaruh tingkah laku dari dalam dirinya sendiri yang
tidak bisa dilihat dari luar.
Thornburgh dalam Priyitno (1989: 10) berpendapat bahwa motivasi intrinsik adalah
keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri sendiri. Dari definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam individu,
dimana dorongan tersebut menggerakkan individu atau subyek untuk memenuhi kebutuhan,
tanpa perlu dorongan dari luar.

b. Motivasi Ekstrinsik
Sardiman (1990: 90) memberikan definisi motivasi ekstrinsik sebagai motif-motif
yang menjadi aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik
dapat dikatakan lebih banyak dikarenakan pengaruh dari luar yang relatif berubah-ubah.
Motivasi ekstrinsik dapat juga di katakan sebagai bentuk motivasi yang di
dalamnya aktivitas belajar di mulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang
tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar (Sardiman, 1990: 90).
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 84

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang bermotivasi
ekstrinsik melakukan sesuatu kegiatan bukan karena ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin
mendapatkan pujian, hadiah dan sebagainya.

Cara Membangkitkan Motivasi Belajar


Terdapat beberapa cara untuk membangkitkan motivasi belajar pada diri individu siswa
dalam melakukan aktivitas belajarnya. Menurut Nasution (1982:81) cara membangkitkan
motivasi belajar antara lain:
a. Memberi Angka
b. Memberi Hadiah
c. Hasrat Untuk Belajar
d. Mengetahui Hasil
e. Memberikan Pujian
f. Menumbuhkan Minat Belajar
g. Suasana yang Menyenangkan

3. Kesulitan Belajar
Pengertian Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar (Learning Difficulty) adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau
prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan. Kondisi
yang demikian umumnya disebabkan oleh faktor biologis atau fisiologis, terutama
berkenaan dengan kelainan fungsi otak yang lazim disebut sebagai kesulitan dalam belajar
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 85

spesifik, serta faktor psikologis yaitu kesulitan belajar yang berkenaan dengan rendahnya
motivasi dan minat belajar.

Kesulitan Belajar adalah hambatan/gangguan belajar pada anak dan remaja yang
ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf integensi dan kemampuan
akademik yang seharusnya dicapai. Hal ini disebabkan oleh gangguan di dalam sistem saraf
pusat otak (gangguan neorobioligis) yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan
seperti gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis, pemahaman, dan berhitung.
Anak-anak disekolah pada umumnya memiliki karakteristik individu yang berbeda, baik
dari segi fisik, mental, intelektual, ataupun sosial-emosional.

Ada beberapa kasus kesulitan dalam belajar yang termasuk dalam kategori ini,
sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Abin Syamsudin M, yaitu :

1) Kasus kesulitan dengan latar belakang kurangnya motivasi dan minat belajar.

2) Kasus kesulitan yang berlatar belakang sikap negatif terhadap guru, pelajaran, dan
situasi belajar.

3) Kasus kesulitan dengan latar belakang kebiasaan belajar yang salah.

4) Kasus kesulitan dengan latar belakang ketidakserasian antara kondisi obyektif


keragaman pribadinya dengan kondisi obyektif instrumental impuls dan lingkungannya.

4. Prestasi Belajar
Pengertian Prestasi Belajar
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 86

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan
perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Di dalam websters New
Internasional Dictionary mengungkapkan tentang prestasi yaitu: Achievement test a
standardised test for measuring the skill or knowledge by person in one more lines of work a
study (Websters New Internasional Dictionary, 1951:20). Mempunyai arti kurang lebih
prestasi adalah standar test untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang
didalam satu atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar. Dalam kamus populer prestasi
ialah hasil sesuatu yang telah dicapai (Purwodarminto, 1979 : 251)

D. Tujuan Bimbingan Belajar

Kegiatan bimbingan di sekolah merupakan bagian integral dari keseluruhan program


kegiatan sekolah, terutama pada bimbingan belajar sehingga dapat diartikan bahwa tujuan
yang ingin dicapai oleh sekolah merupakan tujuan yang ingin dicapai bimbingan. Yang
membedakan diantara keduanya ialah jenis kegiatannya, pendidikan terletak pada proses
belajar mengajar yang penekanannya pada usaha-usaha kognitif, afektif dan psikomorik,
sedangkan bimbingan terletak pada membina siswa dalam perkembangan pribadi, sosial
psikologi, yang didasarkan pada kenyataan yang dihadapi siswa sehingga memerlukan
bantuan tenaga profesional kependidikan dalam hal ini adalah guru pembimbing.

Proses belajar dapat diamati secara tidak langsung, artinya proses belajar yang
merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 87

Program-program pendidikan di sekolah termasuk program layanan bimbingan dapat


diintegrasikan dengan mata pelajaran sehingga proses pendidikan di sekolah akan lebih
bermakna sesuai dengan kebutuhan anak didik dan kebutuhan masyarakat serta
pembangunan.

Dengan perkataan lain, melalui kegiatan bimbingan di sekolah siswa mampu


mengembangkan potensi dalam dirinya. Potensi lingkungannya, sehingga ia merencanakan
masa depannya serta melanjutkan pendidikan kepada jenjang yang lebih tinggi. Dalam
rangka menjawab tantangan masa depan yang lebih komfektif dan komplek, tenaga-tenaga
profesional kependidikan mampu memberikan pelayanan yang terbaik pula bagi
perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

E. Fungsi Bimbingan Belajar

Belajar adalah merupakan kegiatan fisik dan psikis yang tertinggi dalam kehidupan
manusia, sebagai hasil kegiatan belajar dapat membawa pada perubahan dan peningkatan
pandangan sikap dan tingkah laku yang baru dari hasil latihan belajar tersebut.

Proses belajar yang terjadi di sekolah harus senantiasa mempunyai tujuan yang
jelas dan terarah sebagai pedoman dan panutan dalam aktivitas belajar sebagai seorang
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 88

siswa, dalam tujuan tersebut pada dasarnya menyangkut penguasaan bidang pengetahuan
pembinaan sikap dan pengembangan keterampilan yang merupakan cita-cita sekolah yang
diselenggarakan lewat pendidikan dan pengajaran.

Kehadiran bimbingan dalam proses pendidikan dan pengajaran yang dilaksanakan,


secara keseluruhan dapat berfungsi membantu dan menunjang usaha-usaha kearah
kemajuan, kesejahteraan dan tercapainya tujuan pendidikan bagi sekolah maupun bagi anak
didik terutama dalam proses belajar mengajar didalam pendidikan dan pengajaran yang
dijalankan.

Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan pembelajaran ialah fungsi
pemeliharaan yang pengembangan yang akan menghasilkan terpelihara dan
terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif anak didik dalam rangka
perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

Menurut Prayitno dalam bukunya Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah


mengemukakan ada tiga fungsi pokok pelayanan bimbingan yaitu :

1. Pengenalan diri

Upaya utama didalam bimbingan dalam rangka menemukan dan memberikan


pemahaman terhadap potensi dan kemampuan bakat dan minat, kebutuhan-kebutuhan, sifat-
sifat kepribadian, permasalahan dan kesulitan-kesulitan para siswa sesuai dengan fakta, data
dan informasi dirinya sehingga ia dapat menggali dirinya secara utuh dan menyeluruh agar
dapat disalurkan dengan sewajarnya.

2. Pencegahan masalah
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 89

Di dalam bimbingan terhadap upaya prinsip (pencegahan) dan kuratif (penyuluhan)


terhadap segala permasalahan, baik yang belum terjadi maupun yang sedang mengalami
kesulitan didalam memecahkannya, kemudian berupaya meluruskan agar para siswa dapat
berbuat dan bertindak tanpa adanya ketergantungan kepada orang lain.

3. Kesejahteraan sekolah

Bimbingan dapat mengefektifkan segala tujuan yang ingin dicapai di sekolah,


disamping membantu petugas-petugas sekolah terutama kepala sekolah dan guru-guru di
dalam rangka menciptakan situasi dan kondisi atau iklim sekolah yang harmonis, sehat dan
dinamis bagi keberhasilan pendidikan dan pengajaran.

BAB.VIII
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 90

KERJASAMA GURU BIDANG


STUDI DAN GURU
PEMBIMBING

A. Konsep Dan Pengertian Bimbingan Konseling

Kehadiran guru bimbingan dan konseling (guru BK) di Indonesia masih relatif baru.
Pada awal 1970-an, profesi ini baru diperkenalkan di negeri ini. Di negeri Paman Sam
tempat dilahirkannya profesi ini; guru BK dikenal dengan istilah scholl counselor (konselor
sekolah). Di Indonesia, pada awalnya dikenal dengan sebutan guru BP (bimbingan
penyuluhan). Karena dalam konteks tugas istilah konseling lebih sesuai daripada
penyuluhan, pada tahap selanjutnya sebutan guru BP berubah menjadi guru BK
(bimbingan konseling). Pada beberapa daerah ada pula guru BP yang disebut dengan istilah
guru pembimbing. Akhir-akhir ini, penggunaan sebutan konselor lebih dianjurkan.

Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah,


bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-
undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya
memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan
potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik,
emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 91

Konseling sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau
menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk
mencapai kematangan tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih
kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga
pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu
keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus,
atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan
dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.
Perkembangan konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun
sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam
lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat.

Bimbingan atau guidance yang didalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer &
Stone (1966) menemukakan bahwa guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to
direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan).
Sedangkan menurut W.S. Winkel (1981) mengemukakan bahwa guidance mempunyai
hubungan dengan guiding: showing a way (menunjukkan
jalan), leading (memimpin), conducting (menuntun), giving instructions (memberikan
petunjuk), regulating (mengatur), governing (mengarahkan) dan giving advice (memberikan
nasehat).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa bimbingan pada hakekatnya merupakan upaya untuk
memberikan bantuan kepada individu atau peserta didik. Bantuan dimaksud adalah bantuan
yang bersifat psikologis. Tercapainya penyesuaian diri, perkembangan optimal dan
kemandirian merupakan tujuan yang ingin dicapai dari bimbingan.

Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses
pendidikan sebagai suatu sistem. Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 92

kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri,
untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan
datang.

Ciri-ciri pokok konseling, yaitu:

1) Adanya bantuan dari seorang ahli.


2) Proses pemberian bantuan dilakukan dengan wawancara konseling.
3) Bantuan diberikan kepada individu yang mengalami masalah agar memperoleh
konsep diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah guna memperbaiki
tingkah lakunya di masa yang akan datang.

B. Peran Guru Dalam Bimbingan Konseling

Peran guru dalam bimbingan konseling, meliputi :

Peran guru kelas/mata pelajaran

Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat
diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di
sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi
siswanya.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 93

Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran
dalam bimbingan dan konseling adalah :

i. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada


siswa.
ii. Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data
tentang siswa-siswa tersebut.
iii. Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada guru pembimbing/konselor
iv. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang
menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan
khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
v. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan
dan konseling.
vi. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti/menjalani
layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
vii. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti
konferensi kasus.
viii. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.

Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan
BK yaitu:

Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,


laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun
umum.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 94

Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran


dan lain-lain.
Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya
(aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam
proses belajar-mengajar.
Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan
pengetahuan.
Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-
mengajar.
Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam
bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan
bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, Abin Syamsuddin dengan


mengutip pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam proses
pembelajaran peserta didik, yang mencakup:

Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan
dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).;
Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi,
memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai orang sumber
(resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam arti demokratis
& humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during teaching problems).
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 95

Guru sebagai penilai (evaluator), yang harus mengumpulkan, menganalisa,


menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas
tingkat keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan,
baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.

Lebih jauh, dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan dengan aktivitas
pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan dari sudut pandang
psikologis. Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi pendidikan,
guru berperan sebagai :

1) Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan


2) Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa suara
dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan
3) Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus
diajarkannya
4) Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peserta didik
melaksanakan disiplin
5) Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar
pendidikan dapat berlangsung dengan baik
6) Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk mengarahkan
perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris
masa depan
7) Penerjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk menyampaikan
berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.

Di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru berperan


sebagai:

1) Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan


pelayanan kepada masyarakat
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 96

2) Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara terus
menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya
3) Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap
peserta didik di sekolah
4) Model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus dicontoh
oleh mpara peserta didik
5) Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan akan
merasa aman berada dalam didikan gurunya.

Dari sudut pandang secara psikologis, guru berperan sebagai:

o Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang memahami


psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendidik.
o Seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relations), artinya guru
adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan antar
manusia, khususnya dengan para peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan
pendidikan.
o Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu mambentuk menciptakan
kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan.
o Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang yang mampu
menciptakan suatu pembaharuan bagi membuat suatu hal yang baik.
o Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru bertanggung
jawab bagi terciptanya kesehatan mental para peserta didik.
C. Tugas Pokok Dan Fungsi Guru Bimbingan Konseling
Bentuk Tugas Guru Pembimbing Di Sekolah

Spektrum tugas guru pembimbing yaitu melaksanakan kegiatan bimbingan dan


konseling sangat luas, namun bukan tanpa batas atau tidak jelas.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 97

Menurut SKB Mendikbud dan kepala BAKN No. 0433/P/1993 dan No.25/1993 bahwa
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah diampu oleh pejabat fungsional yaitu guru
pembimbing, namun panggilan guru pembimbing akan di ganti dengan konselor jika
yang bersangkutan berlatar belakang S1 (sarjana) BK dan telah menempuh pendidikan
profesi konselor (PPK), istilah konselor akan digunakan sebagai pengganti istilah guru
pembimbing yang diberi tugas tanggung jawab dan wewenang untuk menyelenggarakan
layanan bimbingan dan konseling (sekarang layanan konseling). Sebagai tenaga
kependidikan istilah konseling telah dipepulerkan pada UURI No. 20 tahun 2003 BAB 1
pasal 6.

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong pelajar, widyaiseara, turut, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Sebagai pejabat fungsional guru pembimbing/konselor dituntut melaksanakan berbagai


tugas pokok fungsionalnya secara profesional adapun tugas pokok guru pembimbing
menurut SK N. 84/1993 ada 5 yaitu:

1. Menyusun Program Bimbingan dan Konseling

Tugas pokok pertama guru pembimbing adalah membuat persiapan atau membuat
rencana pelayanan, semacam persiapan tertulis tentang pelayanan yang akan dilaksanakan.
Apabila guru bidang studi dituntut untuk membuat SAP (satuan acara pembelajaran) atau
RP (rencana pembelajaran) maka guru pembimbing juga dituntut untuk membuat tugas
pokok yang sama yaitu rencana pelayanan atau dikenal SATLAN (satuan layanan).

Ada beberapa macam program kegiatan yang perlu disusun oleh guru pembimbing
(Prayitno, 1997) mengemukakan 5 program kegiatan bimbingan dan konseling yang perlu
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 98

disusun yaitu (1) Program Tahunan, (2) Caturwulan, (3) Bulanan, (4) Program
Mingguan, (5) Program Harian.

1) Program Tahunan yaitu program bimbingan dan konseling meliputi kegiatan


selama satu tahun untuk masing-masing kelas sekolah.
2) Program Semesteran yaitu program bimbingan dan konseling meliputi selama
satu semester yang merupakan gambaran semesteran.
3) Program Bulanan yaitu program bimbingan dan konseling meliputi kegiatan
selama satu bulan yang merupakan gambaran program semesteran.
4) Program Mingguan yaitu program bimbingan dan konseling meliputi kegiatan
selama satu minggu yang merupakan gambaran program bulanan.
5) Program Harian yaitu program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan pada
hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan gambaran dari
program mingguan dalam bentuk layanan (satlan) dan atau kegiatan pendukung
(satkung) bimbingan dan konseling.

Guru pembimbing pertama-tama dan paling utama dituntut untuk mampu menyusun
satlan dan atau satkung serta mampu menyelenggarakan program yang tertuang dalam satlan
dan satkung.

2. Melaksanakan Program Bimbingan dan Konseling

Pelaksanaan kegiatan layanan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah


dipersiapkan pada bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, karier, kehidupan keragaman
dan kehidupan berkeluarga. Dilaksanakan melalui 9 jenis layanan yaitu layanan orientasi,
informasi, penempatan dan penyaluran, layanan konten, layanan bimbingan kelompok,
layanan konseling kelompok, layanan mediasi dan layanan konsultasi.

3. Mengevaluasi Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling


BIMBINGAN K O N S E L I N G | 99

Evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan menilai


keberhasilan layanan dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar,
bimbingan karier, bimbingan kehidupan beragama dan bimbingan kehidupan berkeluarga.
Kegiatan mengevaluasi itu meliputi juga kegiatan menilai keberhasilan jenis-jenis layanan
yang dilaksanakan. Evaluasi pelaksanaan BK dilakukan pada setiap selesai layanan
diberikan baik pada jenis layanan maupun kegiatan pendukung.

1) Evaluasi/penilaian hasil pelayanan bimbingan dan konseling dilakukan melalui 3


tahap (Prayitno, 2000)
2) Penilaian segera, yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan
pendukung BK untuk mengetahui perolehan peserta didik yang dilayani.
3) Penilaian jangka pendek, yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu minggu sampai
dengan satu bulan)
4) Penilaian jangka panjang, yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu bulan sampai
dengan satu semester) untuk mengetahui lebih jauh dampak layanan atau kegiatan
pendukung terhadap siswa.
5) Pelaksanaan penilaian

Menurut Prayitno (2000) penilaian dalam bimbingan dan konseling dapat dilakukan
dalam format individual atau kelompok/klasikal dengan media lisan atau tulisan.

4. Menganalisis Hasil Evaluasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Hasil evaluasi (tahap tiga) perlu dianalisis untuk mengetahui seluk beluk kemajuan dan
perkembangan yang diproleh siswa melalui program satuan layanan. Menurut Prayitno
(1997 : 176) analisis setidak-tidaknya.

1) Status perolehan siswa dan/atau perolehan guru pembimbing sebagai hasil kegiatan
khususnya dibandingkan dengan tujuan yang ingin dicapai.
2) Analisis diagnosis dari pronogsis terhadap kenyataan yang ada setelah dilakukan
kegiatan layanan/pendukung.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 100

5. Tindak Lanjut Pelaksanaan Program

Upaya tindak lanjut didasarkan pada hasil analisis. Menurut Prayitno (1997 : 177) ada
tiga kemungkinan kegiatan tindak lanjut yang dapat dilakukan guru pembimbing sebagai
berikut:

1) Memberikan tindak lanjut singkat dan segera misalnya berupa pemberian


penguatan (reinforcement) atau penugasan kecil (siswa diminta melakukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya).
2) Menempatkan atau mengikutsertakan siswa yang bersangkutan dalam jenis layanan
tertentu (misalnya dalam layanan bimbingan kelompok atau konseling kelompok).
3) Membentuk program satuan layanan atau pendukung yang baru, sebagai kelanjutan
atau pelengkap layanan/pendukung yang terdahulu.

Unsur Utama Tugas Pokok Guru Pembimbing

Pada dasarnya unsur utama tugas pokok guru pembimbing mengacu pada BK pola 17
plus meliputi:

i. Bidang bimbingan (bidang pribadi, bidang sosial, bidang belajar, bidang karier,
bidang kehidupan beragama, bidang kehidupan berkeluarga).
ii. Jenis pelayanan BK (layanan orientasi, layanan informasi, layanan
penempatan/penyalran, layanan konten, layanan bimbingan kelompok, layanan
konseling perorangan, layanan konseling kelompok, layanan mediasi, layanan
konsultasi).
iii. Jenis kegiatan pendukung (aplikasi instrumentasi, himpunan data, kunjungan
rumah, konverensi kasus, alih tangan, tampilan keperpustakaan)
iv. Tahap pelaksanaan (perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis, tindak lanjut).
v. Jumlah siswa asuh yang ditanggungjawabi guru pembimbing minimal berjumlah
150 orang siswa.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 101

Setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan guru pembimbing di


sekolah harus mencangkup unsur-unsur tersebut di atas yaitu bidang bimbingan jenis
layanan/kegiatan pendukung tahap yang ditunjukan untuk kepentingan semua siswa
asuhnya.

D. Tugas Pokok Dan Fungsi Serta Peranan Dan Tanggung


Jawab Guru Kelas Dan Guru Bidang Studi
Peranan dan Tanggungjawab Guru Kelas

Guru kelas adalah seorang pendidik sekaligus sebagai pengganti orang tua di sekolah.
Guru kelas mempunyai peranan, tanggungjawab dan hak dalam proses belajar mengajar
pada seluruh mata pelajaran dalam kelas tertentu. Beberapa peranan dan tanggungjawab
wali kelas, antara lain:

1)Sebagai tenaga edukatif sekaligus dibebani khusus yaitu sebagai penanggung jawab
administrasi
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 102

2)Secara khusus dan terarah, membina/ membimbing murid satu kelas dan bertindak
sebagai wakil orang tua di kelas yang di pimpinnya.
3)Melaksanakan tugas administrasi edukatif di kelas.
4)Menyiapkan program wali kelas dan mengatur organisasi di kelasnya.
5)Menyiapkan dan menyediakan buku bimbingan.
6)Bertanggung jawab atas pelaksanaan administrasi di kelas, pengisian daftar kelas,
lembar daftar kumpulan nilai dan rapor/ laporan bulanan siswa dikelasnya.
7)Bekerjasama dengan BP menyelesaikan masalah siswasiswinya dikelasnya,
konsultasi dengan orang tua siswa.
8)Mengarsipkan surat siswa siswi untuk mempertimbangkan kenaikan dan
kelulusan siswa.
9)Memberikan laporan pertanggungjawaban setiap akhir semester kepada kepala
sekolah.
10) Membuat dan memeriksa LKS, membuat pre test, post test, remedial bagi siswa
siswi yang dilaksanakan perbulan, persemester dan pertahun.
11) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan variasi dan metode yang
relevan.
12) Meyiapkan alat pelajaran/alat peraga.
13) Membuat laporan pengajaran/rencana belajar mengajar tatap muka/ semester.
14) Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
15) Mengisi daftar nilai siswa pada blanko atau leger/buku nilai.
16) Mengupayakan pengembangan setiap bidang studi yang menjadi
tanggungjawabnya.
17) Membuat catatan kemajuan hasil belajar siswasiswi.
18) Memeriksa daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran.
19) Mengisi agenda, berperan aktif untuk menegakkan tata tertib yang diterapkan
kepada siswasiswi sekolah.
20) Melaksanakan pengawasan terhadap siswasiswi, baik pada saat jam istirahat
maupun sepanjang pelajaran jam sekolah.

Peranan dan Tanggungjawab Guru Bidang Studi


BIMBINGAN K O N S E L I N G | 103

Guru bidang studi adalah guru yang mempunyai peranan, tanggungjawab dan hak
dalam proses belajar mengajar pada suatu mata pelajaran. Beberapa peranan dan
tanggungjawab guru bidang studi, antara lain:

1)Menyiapkan perangkat pengajaran (Rincian Minggu Efektif, Program


semester/tahunan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).
2)Menentukan SKBM sekaligus memberikan penilaian terhadap masing-masing
siswa dan mengisi daftar nilai.
3)Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar.
4)Membuat analisa terhadap hasil evaluasi belajar sekaligus melaksanakan.
5)Menyusun dan merencanakan program perbaikan dan pengayaan (remedial) bagi
siswa yang nilainya dibawah SKBM.
6)Menyediakan alat peraga yang mendukung.
7)Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
8)Melaksanakan tugas-tugas tertentu dari sekolah.
9)Membuat LKS.
10) Membuat catatan hasil kemajuan belajar.
11) Memiliki daftar hadir.
12) Mendukung tata tertib kelas dan tata tertib sekolah.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 104

E. Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran

Merumuskan apa-apa yang perlu diketahui oleh guru bukanlah pekerjaan yang mudah.
Beberapa guru yang handal, sangatlah kharismatik, sementara ada juga guru handal yang
menyebalkan, ada banyak guru yang efektif yang bersifat emosional, namun banyak pula
yang sabar. Banyak guru efektif yang bersifat keras, namun banyak pula yang bersifat
lembut terhadap siswa. Jadi, para profesional dapat memiliki sifat yang beragam meskipun
mereka semua dianggap sebagai profesional yang handal. Ada hal-hal yang berlaku umum
yang harus dimiliki guru yang diyakini dapat mempercepat proses belajar mengajar.

Guru yang efektif, harus memiliki tiga jenis pengetahuan agar mereka dapat mengajar
para siswanya dengan baik. Ketiga jenis pengetahuan tersebut adalah:
i. Pengetahuan tentang pembelajar dan bagaimana mereka belajar dan
berkembang dalam konteks sosial.
ii. Pemahaman tentang mata pelajaran yang diajarkan dan keterampilan yang
berkaitan dengan tujuan sosial pendidikan.
iii. Pemahaman tentang pengajaran yang berkaitan dengan materi ajar dan siswa yang
diajar, sebagaimana yang diindikasikan dari hasil penilaian dan yang didukung oleh
suasana kelas yang produktif.
Sebagai orang yang profesional, para guru memiliki komitmen untuk belajar apa yang
mereka perlu ketahui agar para siswa yang diajarkannya berhasil. Visi seorang guru yang
profesional harus menciptakan sinergi antara pengajaran dengan pembelajaran siswa dan
mensyaratkan agar guru dapat menunjukan hasil pembelajaran siswa. Visi guru yang
profesional juga mengharuskan guru benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan
mendidik siswa di alam demokrasi, sehingga, sebagai warga negara mereka dapat
berpartisipasi penuh dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 105

F. Kriteria-Kriteria Guru Yang Mendukung Proses Pembelajaran Untuk


Mengoptimalkan Perkembangan Peserta Didik

1. Mengetahui Gaya Belajar Peserta Didik


Siswa sangat beragam dalam hal gaya pembelajaran,yaitu pendekatan pembelajaran
yang paling baik bagi mereka. Perbedaan ini juga kecenderungan gaya pembelajaran atau
gaya kognitif. National task Force on Learning Style and Brain Behavior menyatakan
bahwa pola yang konsisten tentang perilaku dan kinerja yang digunakan individu untuk
melakukan pendekatan terhadapa pengalaman pendidikan. Ini adalah gabungan dari perilaku
kognitif, afektif dan psikologis karakteristik yang berfungsi sebagai indicator yang relatif
tentang cara seorang pembelajar menerima, berinteraksi, dan merespon lingkungan
pembelajaran. (Bennet, 1990, h.94)
Beberapa orang lebih cepat mempelajari hal-hal yang didengarnya, orang lain lebih
cepat belajar ketika mereka melihat materi tertulis. Beberapa membutuhkan banyak struktur,
ada pula yang paling baik ketika mandiri dan mengikuti keinginan sendiri. Beberapa
membutuhkan kesunyian untuk dapat berkonsentrasi, lainnya belajar dengan baik dalam
lingkungan yang aktif dan ramai. Pengetahuan tentang gaya belajar siswa membantu
membuat pengajaran individual dan memotivasi siswa.

2. Mampu Membangun Iklim Pembelajaran yang Inspiratif


Dalam usaha untuk menciptakan iklim pembelajaran yang inspiratif, aspek paling
utama yang harus diperhatikan oleh guru adalah bagaimana guru mampu untuk menarik dan
mendorong minat siswa untuk senang dan menyukai pelajaran. Rasa senang terhadap
pelajaran akan menjadi modal penting dalam diri siswa untuk menekuni dan menggeluti
pelajaran secara lebih optimal. Siswa akan bergairah dan senantiasa penuh semangat dalam
belajar.Salah ssatu usaha penting yang dapat dilakukan untuk membangkitkan semangat
belajar adalah mendesain pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 106

3. Mampu Membangun Kelas Yang Peduli


Kelas yang peduli akan menciptakan iklim kelas yang positif yang membuat dinamika
kelas yang kompleks sehingga Guru dan siswa menjadi kelompok yang terpadu, produktif
dan saling mendukung. Dalam upaya untuk mengembvangkan kemampuan ini, ingatlah
semangat yang tulus akan kepedulian adalah inti dari pembelajaran yang efektif. Pedagogi
yang peduli dapat menciptakan atau mengembalikan kepercayaan diri yang dibutuhkan
untuk ikut sertadalam kesempatan belajar yang positif dalam kelas. Pedagogi tersebut juga
dapat membantu membentuk landasan moral warga yang bertanggung jawab, keanggotaan
& kepemimpinan komunitas yang produktif, serta keterlibatan seumur hidup dalam
pembelajaran. (Paul & Colluci, 2000, h.45)
Cara membangun kelas yang peduli adalah seorang guru dapat mendemonstrasikan
kepedulian melalui upaya untuk membantu seluruh siswa belajar sampai potensi
sepenuhnya. Guru dapat belajar sebanyak mungkin dari kemampuan siswa dan hal-hal yang
dapat memotivasi mereka untuk melakukan yang terbaik. Guru yang efektif mengetahui
seluruh siswanya dengan baik (Harris Interactive, 2001). Selain itu guru juga dapat
membuat kelas menjadi tempat yang hangat untuk para peserta didik, orang tua/wali siswa.

4. Memiliki Orientasi Jauh Lebih Luas


Guru yang memiliki orientasi jauh lebih luas adalah guru yang inspiratif. Guru inspiratif
tidak hanya terpaku pada kurikulum, tetapi juga memiliki orientasi yang jauh lebih luas
dalam mengembangkan potensi dan potensi para peserta didik. Dunia memerlukan
keduanya, seperti kita memadukan validitas internal (dijaga oleh kurikulum) dan validitas
eksternal (yang dikuasai oleh guru inspiratif) dalam penjelajahan ilmu pengetahuan. Guru
yang inspiratif tidak hanya menekankan validitas internal yang bertumpu pada kurikulum,
tetapi juga bagaimana konstektualisasinya dalam validitas eksternal yang berupa beraneka
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 107

sikap dan pandangan serta jiwa yang kukuh dalam memandang dan menghadapi setiap
persoalan dan kehidupan yang kompleks. Guru yang inspiratif adalah guru yang mampu
melahirkan peserta didik yang tangguh dan siap menghadapi aneka tantangan dan perubahan
yang hebat sekalipun.

DAFTAR PUSTAKA

Azzet, Akhmad Muhaimin. 2013. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jogjakarta: Ar-ruzz
Media
Mugiarso, Heru. 2004. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES Press
Slameto. 1988. Bimbingan di Sekolah. Jakarta: Bina Aksara
Hadjar, Ibnu. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan.
Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Heriyanto, Albertus dan Sandjaja. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustaka
Pengertian Pengumpulan Data. Jakarta. Diambil dari:
http://tithagalz.wordpress.com/2011/03/27/pengertian-pengumpulan-data/(27 Maret 2011)
Siallagan. Tes Kepribadian (Lengkap dengan Jawaban.
Nurhayati, Eti. 2011. Bimbingan Konseling dan Psikoterapi Inovati. Yogyakarta:Pustaka
Pelajar

Aswadi. 2009. Iyadah dan Tazkiyah Perspektif Bimbingan Konseling Islam. Surabaya:
Dakwah Digital Press.

Lumongga Lubis, Namora. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan
Praktek. Jakarta: Kencana Media Prenada Group.

Lesmana, Jeanette Murad. 2008. Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia


Press.
BIMBINGAN K O N S E L I N G | 108

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT Raja
Grasindo Persada

Walgito, Bimo. 2005. Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir). Yogyakarta: Andi Offset
Prayitno, dkk. Panduan AUM Umum dan PTSDL . Padang: Deskip
Prayitno. 2004. Aplikasi Instrumentasi. Padang: UNP
Sasniar. 1993. Pengantar Teknik Pemahaman (NON TES). Padang: FKIP

Susanto, Eko. 2008. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. Diambil dari:
https://eko13.wordpress.com/2008/03/18/jenis-data-dan-metode-pengumpulan-data/
Sudianto, Akur. 2013. Bimbingan Konseling. Diambil dari:
http://emansaputra123.blogspot.co.id/2013/05/bimbingan-konseling-oleh-drs.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai