Transpor Zat
Transpor zat yang terjadi pada sel, baik antarsel maupun organel sel dapat melalui
dua cara, yakni transpor pasif dan transpor aktif.
1. Transpor Pasif
Transpor pasif merupakan transpor ion, molekul, senyawa dari luar atau
dalam sel tanpa memerlukan energi. Zat-zat yang ditranspor bergerak dari daerah
berkonsentrasi tinggi hingga daerah berkonsentrasi rendah. Proses transpor pasif ini
dapat terjadi secara difusi dan osmosis.
a. Difusi
b. Osmosis
Osmosis adalah perpindahan ion atau molekul air (dari kerapatan tinggi ke
kerapatan rendah dengan melewati satu membran. Osmosis dapat didefinisikan
sebagai difusi lewat membran.
Membran sel dapat dilewati zat-zat tertentu yang larut dalam lemak, zat-
zat yang tidak bermuatan (netral), molekul-molekul asam amino, asam lemak,
gliserol, gula sederhana, dan air. Zat-zat yang merupakan elektrolit lemah lebih
cepat melewati membran daripada elektrolit kuat. Contoh zat-zat yang dapat
melewati membran dari yang paling cepat hingga yang paling lambat antara lain:
Na+, K+, Cl , Ca2+, Mg2+, SO42-, Fe3+. Membran sel bersifat permeabel terhadap
zat-zat yang mudah melewati membran.
2. Transpor Aktif
B. Osmosis
a. Ukuran molekul yang meresap: Molekul yang lebih kecil daripada garis pusat
lubang membran akan meresap dengan lebih mudah.
c. Luas permukaan membran: Kadar resapan menjadi lebih cepat jika luas
permukaan membran yang disediakan untuk resapan adalah lebih besar.
C. Telur Asin
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat,
mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya
relatif murah. Telur dapat dimanfaatkan sebagai lauk, bahan pencampur berbagai
makanan, tepung telur, obat, dan lain sebagainya. Telur terdiri dari 13% protein,
12% lemak, serta vitamin, dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian
kuning telur. Kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta
mineral seperti: besi, fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian
protein dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur yang
jumlahnya sekitar 60% dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan
sedikit karbohidrat. Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik
kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme
melalui pori-pori telur. Oleh sebab itu usaha pengawetan sangat penting untuk
mempertahankan kualitas telur.
Telur asin adalah istilah umum untuk masakan berbahan dasar telur yang diawetkan
dengan cara diasinkan (diberikan garam berlebih untuk menonaktifkan enzim
perombak). Kebanyakan telur yang diasinkan adalah telur itik, meski tidak menutup
kemungkinan untuk telur-telur yang lain. Telur asin baik dikonsumsi dalam waktu
satu bulan (30 hari).
Di Indonesia, terutama di pulau Jawa telur asin biasanya diproduksi dari telur bebek
pelari (Anas platyrhynchos domesticus) yang memiliki ciri khas cangkang telur yang
berwarna hijau-kebiruan.
Sebagian besar telur yang biasa di buat untuk telur asin adalah telur itik.
Keuntungan dalam pengawetan telur asin adalah,
1. Telur yang di asinkan bersifat stabil, dapat di simpan tanpa mengalami proses
perusakan
2. Dengan pengasinan, rasa amis telur berkurang tidak berbau busuk, dan
rasanya enak.
Pengasinan telur umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu perendaman dalam
larutan garam dan pemeraman oleh adonan campuran garam dengan tanah liat,
atau abu gosok atau bubuk bata merah Prinsip kedua cara tersebut adalah
dehidrasi osmosis, yaitu proses pengurangan air dari bahan dengan cara
membenamkan bahan dalam suatu larutan ber- konsentrasi tinggi, larutan tersebut
mempunyai tekanan osmosis tinggi. Dehidrasi osmosis (osmotic dehydration)
merupakan proses perpindahan massa secara simultan (countercurrent flows)
antara keluarnya air dari bahan dan zat terlarut berpindah dari larutan ke dalam
bahan. Perpindahan massa osmosis dinyatakan sebagai kehilangan air dan
penambahan padatan, SG, solid gain). Aplikasi dehidrasi osmosis dalam proses
pengasinan, terlihat dengan keluarnya air dari dalam telur bersamaan dengan
masuknya larutan garam ke dalam telur.
Garam (NaCl) akan masuk ke dalam telur dengan cara merembes melalui pori-pori
kulit, menuju ke bagian putih, dan akhirnya ke kuning telur. Garam NaCl mula-mula
akan diubah menjadi ion natrium (Na+) dan ion chlor (Cl-). Ion chlor inilah yang
sebenarnya berfungsi sebagai bahan pengawet, dengan menghambat pertumbuhan
mikroba pada telur. Makin lama dibungkus dengan adonan, makin banyak garam
yang merembes masuk ke dalamnya, sehingga telur menjadi semakin awet dan
asin. Lamanya telur dibungkus adonan ini harus disesuaikan dengan selera
masyarakat yang akan mengonsumsinya.
Pada proses pembuatan telur asin terjadi pertukaran ion yang bersifat stokiometri,
yakni satu H+ diganti oleh suatu Na+. Pertukaran ion adalah suatu proses
kesetimbangan dan jarang berlangsung lengkap . Ion Na didapatkan dari garam
sedangkan ion H+ berasal dari air . Dengan demikian, ion Na masuk kedalam telur
dan kadar air berkurang, akibatnya telur menjadi asin.
Hal ini dibuktikan ada tidaknya molekul yang masuk, berat telur bertambah, hal
tersebut menunjukkan bahwa volume telur bertambah akibat masuknya sesuatu
molekul ke dalam telur, dalam hal ini air dan garamlah yang masuk ke telur, dan
bukti lain yang menunjukkan bahwa air tersebut masuk ke dalam telur adalah
berubahnya volume air setelah perendaman. Volume air setelah merendam telur
selama 10 hari lebih sedikit daripada volume air pada saat sebelumnya. Hal ini
menunjukkan air masuk ke dalam telur bukan isi telur yang keluar.
Dalam mempersiapkan telur yang akan direndam, telur sebaiknya diamplas dahulu.
Karena hal tersebut dapat mengikis kalsium yang ada di cangkangnya dan dapat
mempermudah molekul agar dapat masuk ke dalam telur. Larutan garam dapat
berfungsi sebagai pengawet karena garam dapat membunuh mikroorganisme dan
mikroorganisme pun tidak dapat hidup di lingkungan ini.
Telur asin yang di buat dengan memakai abu gosok pada dasarnya sama dengan
telur asin yang dibuat dengan larutan garam, hanya saja telur yang direndam lebih
terjamin mutunya dibanding yang memakai abu gosok karena telur hanya kontak
dengan larutan garam saja dan pembuatannya pun juga lebih steril dan bersih.
Berat telur bertambah dan volume air berkurang dikarenakan molekul air dan
garam bergerak masuk ke dalam telur karena larutan garam lebih hipotonis
dibanding isi telur yang hipertonis. Sehingga menyebabkan hemolisis atau
masuknya molekul air dan garam ke dalam telur, sehingga berat telur bertambah
tetapi volume air di luar berkurang.
Semakin encer larutan garam(jumlah garam lebih sedikit) maka akan semakin lama
pula proses pengasinan, karena garam yang masuk lebih sedikit dibandingkan
dengan garam yang masuk ke dalam telur ketika berada di larutan yang
pekat(garam yang lebih banyak).