Pengolahan Limbah B3 PDF
Pengolahan Limbah B3 PDF
PENGOLAHAN LIMBAH B3
Ir.Latar Muhammad Arief, MSc
Dosen FKM, Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Univ Esa Unggul
I. PENDAHULUAN
Berbagai jenis limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dibuang langsung ke lingkungan
merupakan sumber pencemaran dan perusakan lingkungan. Untuk menghindari terjadinya dampak
akibat limbah B3 diperlukan suatu sistem pengelolaan yang terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya
pengelolaan limbah B3 tersebut merupakan salah satu usaha dalam pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.
Agar usaha tersebut dapat berjalan dengan baik perlu di buat dan diterapkan suatu sistem manajemen
pengelolaan, terutama pada sektor-sektor kegiatan yang sangat berpotensi menghasilkan limbah B3,
seperti sektor industri, rumah sakit dan pertambangan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan
memberlakukan peraturan perundang-undangan lingkungan hidup sebagai dasar dalam pelaksanaannya.
Dengan diberlakukannya peraturan tersebut maka hak, kewajiban dan kewenangan dalam pengelolaan
limbah B3 oleh setiap orang/badan usaha maupun organisasi kemasyarakatan dijaga dan dilindungi oleh
hukum. Untuk menunjang pelaksanaan program-program tersebut, diperlukan sumber daya manusia
(SDM) yang menguasai manajemen pengelolaan limbah B3, hak dan kewajiban instansi/badan
usaha yang dipimpin dan kesadaran untuk melindungi lingkungan dari bahaya pencemaran dan
perusakan.
1.2. Pengertian
Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan
proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity,
flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan
manusia
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Menurut RCRA (RESOURCE CONSERVATION and RECOVERY ACT ) Limbah (Solid) atau gabungan
berbagai limbah yang karena jumlah dan konsentasinya, atau karena karakteristik fisik-kimia-dan ndaya
infeksiusnya bersifat :
o Dapat mengakibatkan timbulnya atau menyebabkan semakin parahnya penyakit yang tidak dapat
disembuhkan atau penyakit yang melumpuhkan
PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI- LIMBAH B3
o Menyebabkan timbulnya gangguan atau berpotensi menimbulkan gangguan terhadap kesehatan
manusia atau lingkungan, apabila tidak diolah, disimpan, diangkut , dibuang atau dikelola dengan
baik
Karakteristik Limbah B3 menurut PP No. 18 tahun 1999 yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria,
yaitu:
Mudah meledak
Mudah terbakar
Bersifat reaktif
Beracun
Menyebabkan infeksi
Bersifat korosif
Karakteristik Limbah B3 berdasarkan International Classification (UN-regulation)
Class 1 Explosives: Fireworks, Gelignite
PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI- LIMBAH B3
Class 2 Flammable / Inflammable / Toxic gases: Acetylene, LPG; Air, Argon; Chlorine,
ammonia
Class 3 Flammable liquids: Petrol, Kerosene
Class 4 Flammable solids, Combustible, Dangerous when wet : Sulfur, Nitrocellulose; Carbon
Black, Carbon; Calcium Carbide, Metal hydride
Class 5 Oxidizing agent: Hydrogen peroxide, Calcium Hypochlorite
Class 6 Toxic and infectious substances: NaCN, Hospital waste
Class 7 Radioactive substances: Uranium
Class 8 Corrosive substances: HCl, NaOH
Class 9 Miscellaneous: Aerosol
Dari sumber diatas maka penggolongan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik ditentukan dengan :
mudah meledak;
pengoksidasi;
sangat mudah sekali menyala;
sangat mudah menyala;
mudah menyala;
amat sangat beracun;
sangat beracun;
beracun;
berbahaya;
korosif;
bersifat iritasi;
berbahayabagi lingkungan;
karsinogenik;
teratogenik;
mutagenik.
Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter yaitu total solids residue (TSR),
kandungan fixed residue (FR), kandungan volatile solids (VR), kadar air (sludge moisture content),
volume padatan, serta karakter atau sifat B3 (toksisitas, sifat korosif, sifat mudah terbakar, sifat mudah
meledak, beracun, serta sifat kimia dan kandungan senyawa kimia).
Zat kimia yang peka terhadap suhu dan tekanan yang tinggi atau goncangan yang mendadak. Zat padat
atau cair atau campuran keduanya, akibat suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan
tekanan besar serta suhu yang tinggi sehingga bisa menimbulkan peledakan.
Contoh : Trinitrotoluen (TNT), itroglycerine, amonium nitrat.
Sedangkan Campuran eksplosif, dapat terjadi pula akibat pencampuran beberapa bahan, terutama
bahan oksidator dan reduktor dalam suatu reaktor maupun dalam penyimpanan.
Debu-debu seperti debu karbon dalam industri batu bara, zat warna diazo dalam pabrik zat warna dan
magnesium dalam pabrik baja adalah debu-debu yang sering menimbulkan ledakan.
Kebakaran .
Pada peristiwa kebakaran, uap akan Dalam hal ini gas-gas bakar yang panas dapat menyebar ke
bereaksi dengan oksigen sedemikian lingkungan di sekitamya. Agar kebakaran dapat terus
rupa, sehingga pada bidang antar- berlangsung, maka syarat-syarat berikut harus terpenuhi:
muka udara-bahan tidak timbul Bahan bakar yang cukup
gelombang tekanan melainkan api Oksigen yang cukup
Temperatur yang cukup tinggi Pada peristiwa
kebakaran, uap akan bereaksi dengan oksigen
sedemikian rupa, sehingga pada bidang antar-muka
udara-bahan tidak timbul gelombang tekanan melainkan
api.
Dalam hal ini gas-gas bakar yang panas dapat
menyebar ke lingkungan di sekitamya. Agar kebakaran
dapat terus berlangsung, maka syarat-syarat berikut
harus terpenuhi:
Bahan bakar yang cukup
Oksigen yang cukup
Temperatur yang cukup tinggi
PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI- LIMBAH B3
Titik Nyala (flash temperature)
Titik nyala adalah temperatur terendah di mana uap-uap yang
terbentuk dari suatu bahan dapat terbakar tanpa bahan
tersebut sendiri terbakar.
Contoh:
piridin, mempunyai titik nyala 21C; pada musim dingin tidak
dapat terbakar tanpa dipanasi sampai titik nyalanya, tetapi
pada musim panas akan membentuk uap yang mudah terbakar
1) Irritants
Zat kimia yang menyebabkan iritasi atau reaksi peradangan bila kontak dengan tubuh.
Contoh :
powdered chemicals
cutting oils
solvents
2) Sensitizers
Zat kimia yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan sementara/alergi
Biasanya tidak ada masalah pada kontak pertama
Dapat menyebabkan alergi pada kontak berikutnya
Contoh :
isocyantes/formaldehydes (digunakan sebagai lem dan busa)
Senyawa nickel (plating/metal cutting oils/jewelry
3) Reproductive Hazards
4) Carsinogen
5) Beracum (toksik)
Contoh
limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia
seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya. Cd dihasilkan dari lumpur dan limbah
industri kimia tertentu sedangkan Hg dihasilkan dari industri klor-alkali, industri cat, kegiatan
pertambangan, industri kertas, serta pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan
timah hitam dan accu. Logam-logam berat pada umumnya bersifat racun sekalipun dalam
konsentrasi rendah. Daftar lengkap limbah B3 dapat dilihat di PP No. 85 Tahun 1999:
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
6) Radioaktif
PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI- LIMBAH B3
Bahan kimia yang mempunyai kemampuan mengeluarkan sinar-sinar radioaktif dengan aktivitas jenis
lebih besar dari 0,002 microcurie/gr
Zat yang memancarkan radiasi adalah bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau
partikel radioaktif yang mampu mengionkan secara langsung atau tidak langsung materi bahan yang
dilalui
misalnya : cobalt, uranium, strontium, sinar-X, sinar a, sinar b, sinar gamma
Jenis-jenis proses pengolahan limbah secara fisik dan kimia antara lain :
Penerapan sistem pengolahan limbah harus disesuaikan dengan jenis dan karakterisasi dari limbah yang
akan diolah dengan memperhatikan 5 hal sebagai berikut :
1. Biaya pengolahan murah,
2. Pengoperasian dan perawatan alat mudah,
3. Harga alat murah dan tersedia suku cadang,
4. Keperluan lahan relatif kecil, dan
5. Bisa mengatasi permasalahan limbah tanpa menimbulkan efek samping terhadap lingkungan.
Pemilihan teknologi alternatif proses pengolahan limbah B3 dapat dilihat pada Gambar 1.1
PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI- LIMBAH B3
Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling populer di antaranya
ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan incineration.
4.3.2. Solidification/Stabilization
4.3.3. Incineration
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi pengolahan limbah.
Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat).
Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya
hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata.
Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa
kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang
dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value) limbah. Selain
menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value
juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang
paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized
bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari
semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah
limbah padat, cair, dan gas secara simultan
PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI- LIMBAH B3
DAFTAR PUSTAKA
A.K.SHAHA. 1997, Combustion Engineering and Fuel Technology OXFORD & IBH PUBLISHING CO.
Abdul Kadir, Prof., Ir., 1993. Pengantar Tenaga Listrik, Edisi Revisi, PT Pustaka LP3ES, Jakarta.
Bernasconi B., Gerster H., Hauser H., Stuble H., Schneiter E., Chemiche Technologie 2 (alih bahasa) M.Eng., M.
Handojo Lienda Dr. Ir., 1995. Kimia Teknologi 2, PT. Pradnya Paramita, Bandung.
Bernasconi B., Gerster H., Hauser H., Stuble H., Schneiter E., 1995. Chemiche Technologie 1 (alih bahasa)
M.Eng., M. Handojo Lienda Dr. Ir., Kimia Teknologi 1, PT. Pradnya Paramita, Bandung.
Corbitt, R. E., 1989. Standard Handbook of Environmental Engineering, McGraw-Hill Book Co., New York.
Don A. Watson, 2000. CONSTRUCTION MATERIALS AND PROCESSES. Mc Graw-Hill Book Company,
Sidney.
Erlinda N, Ir., 2004. Korosi Umum, Seminar Masalah Penanggulangan Korosi dengan Bahan Pengubah Karat,
LMN-LIPI.
Gabe, 1998. Principle of Metal. Surface Treatment and Protection, 2nd edition, Pergamon Press, London.
George T Austin, E. Jasjfi (alih bahasa), 1995. Industri Proses Kimia, Jilid 1, Edisi 5, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Katz, (Ed.) 1997. Methods Of Air Sampling and Analysis. Interdiscipplinary Books and Periodical, APHA,
Washington.
Kenneth N.Derucher, Conrad P. Heins 1996. MATERIALS. FOR CIVIL AND HIGHWAY ENGINEERIG.
Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey Kertiasa Nyoman, 2006. Laboratorium Sekolah &
Pengelolaannya, Pudak Scientific, Bandung.
Kusmulyana, 1993. Pemantauan Kualitas Udara. Pelatihan Pengelolaan dan Teknologi Limbah, ITB, Bandung.
M.G., Fontana, N.D. Greene, 2002. Corrosion Engineering, Mc. Graw Hill Book Co.
PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI- LIMBAH B3
McCabe L. Warren, Smith C. Julian, Harriot Peter, Unit Operation Of Chemical Enginering fourth Edition (alih
bahasa) M. Sc. Jasjfi E., Ir., 1999 Operasi Teknik Kimia, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
McCabe L. Warren, Smith C. Julian, Harriot Peter, 1999. Unit Operation Of Chemical Enginering fourth Edition
(alih bahasa) M. Sc. Jasjfi E., Ir., Operasi Teknik Kimia, Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Misnah Pantono BE, Suhardi, Bsc., 1979. Pesawat Tenaga Kalor/Ketel Uap 1, Edisi Pertama, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
N. Jackson. 1992, CIVIL NGINEERING MATERIALS. The Mac Millan Press Ltd. New Jersey.
Noil and Miller, 1997. Air Monitoring Survey Design. Ann Arbor Science, Michigan.
Oetoyo Siswono, Drs, 1982. Proses Kimia Industri Akademi Perindustrian Yogyakarta.
S. Juhanda, Ir., 1993. Pengantar Lapis Listrik, Proceeding Diklat TPLS Bidang Elektroplating, LMN-LIPI.
Sarengat, N., 2000. Dampak Kualitas Udara. Kursus AMDAL A, Bintari- UGM-UNDIP, Semarang.
Silman, H., BSc., 1998. Protective and Decorative Coating for Me tals, Finishing Publications Ltd., London.
Slamet Setiyo, Ir., Margono B.Sc., 1982. Mesin dan Instrumentasi 2, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.
Soedomo M. 1998. Pehigelolaan Limbah Gas dan Partikulat Lingkungan Perkotaan (Sumber Bergerak). Pelatihan
Pengelolaan dan Teknologi Limbah, ITB, Bandung.
Stern, A.C., 1996, Air Pollution, Third edition, Volume III Measuring, monitoring, and surveillance of air pollution.
Academic Press, New York.
Tata Surdia Ir. Msc Met E; Kenji Chijiwa Prof. Dr. 2000, Teknik Pengecoran Logam. Penerbit Pradnya Paramita,
Jakarta.
Ulrich D. Gael, 1984. A Guide To Chemical Engineering Process Design And Economics John Wiley & Sons,
USA.
Ulrich, Gael D., 1984, A guide to chemical Engineering Process Design and Economics John Wiley and Sons.
W.H.Taylor, 1999. CONCRETE TECHNOLOGY AND PRACTICE. Mc Graw- Hill Book Company, Sidney.
Wahyudin, K., 1990. Kursus Elektroplating dan Penerapannya, Lembaga Metallurgi Nasional-LIPI
BENGPUSMAT III.