Anda di halaman 1dari 5

Bella Yanita dan Evi Kurniawaty| Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II

Bella Yanita1, Evi Kurniawaty2


1
Mahasiswa Fakultaskedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang terus meningkat prevalensinya di seluruh dunia dan sebagian
besar tergolong DM tipe 2. Peningkatan kasus DM tersebut sebagai akibat perubahan gaya hidup dan pola makan
masyarakat. Pada penelitian ini diteliti hubungan antara obesitas, aktivitas fisik, merokok dan umur dengan kejadian DM
tipe 2. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain case control. Penelitian ini adalah kasus-kontrol
berpasangan berdasarkan jenis kelamin dan riwayat keluarga dengan DM dimana kasus adalah pasien DM tipe 2 dan
kontrol adalah pasien bukan DM. Kasus dan kontrol dipilih dari pasien rawat jalan sebanyak 136 orang dengan
perbandingan 1:1. Data dikumpulkan dengan wawancara, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Analisis data
menggunakan uji McNemar dan regresi logistik.Dari analisis didapatkan obesitas dengan p=0,001, umur dengan p=0,001,
merokok dengan p=0,008 dan aktivitas olahraga dengan kejadian DM tipe 2, maka aktivitas olahraga dibagi menjadi dua
yaitu cukup jika responden melakukan olahraga 3 kali seminggu selama 30 menit dan kurang. Berdasarkan penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa pasien dengan obesitas umur dapat meningkatkan risiko DM Tipe 2. Oleh karena itu kejadian
obesitas di masyarakat perlu diturunkan dengan memperbaiki gaya hidup dan pola makan masyarakat.

Kata Kunci : DM tipe 2, faktor risiko

Risk Factors Related Type 2 Diabetes Mellitus Evidance


Abstract
Diabetes Mellitus (DM) is a degenerative disease that is increasing in prevalence worldwide and most are classified as type
2 diabetes Increasing cases of diabetes as a result of changes in lifestyle and diet of people. In this study investigated the
relationship between obesity, physical activity, smoking and age with the incidence of type 2Penelitian DM uses a
quantitative approach with case control design. This study is a case-control pairs by gender and family history of diabetes in
which the cases are type 2 diabetes mellitus patients and controls were patients not DM. Cases and controls were selected
from outpatients as many as 136 people with a ratio of 1: 1. Data were collected by interview, physical examination and
laboratory tests. Data analysis using the McNemar test and logistic regression. From the analysis we found obesity with p =
0.001, age and p = 0.001, smoked with p = 0.008 and sports activities with the incidence of type 2 diabetes mellitus, the
sports activities are divided into two, namely "sufficient" if the respondent to exercise 3 times a week for 30 minutes and
"less" Based on this study it can be concluded that obese patients with age may increase the risk of diabetes type 2.
Therefore, obesity in the community need to be reduced by improving the lifestyle and diet of people.

Keywords: risk factors, type 2 diabetes mellitus

Korespondensi:Bella Yanita, alamat Jl. Panglima Polim Gg. Randu 10 Bandar Lampung, HP 082281372080,
e-mail: bellayanita06@gmail.com

Pendahuluan secara efektif yang kemudian mengakibatkan


Diabetes Melitus (DM) merupakan kelebihan berat badan dan kurang aktivitas
penyakit kronis yang ditandai dengan fisik. Sedangkan diabetes gestasional adalah
hiperglikemia dan intoleransi glukosa yang hiperglikemia yang diketahui pertama kali saat
terjadi karena kelenjar pankreas tidak dapat kehamilan.1 Tingginya prevalensi DM yang
memproduksi insulin secara adekuat yang sebagian besar tergolong dalam DM tipe 2
atau karena tubuh tidak dapat menggunakan disebabkan oleh interaksi antara faktor-faktor
insulin yang diproduksi secara efektif atau kerentanan genetis dan paparan terhadap
kedua-duanya. Diabetes Melitus lingkungan.2
diklasifikasikan menjadi DM tipe 1, yang Diabetes Melitus (DM) merupakan
dikenal sebagai insulin-dependent atau penyakit kronis yang ditandai dengan
childhoodonset diabetes, ditandai dengan hiperglikemia dan intoleransi glukosa yang
kurangnya produksi insulin dan DM tipe 2, terjadi karena kelenjar pankreas tidak dapat
yang dikenal dengan non insulin dependent memproduksi insulin secara adekuat yang
atau adult onset diabetes, disebabkan atau karena tubuh tidak dapat menggunakan
ketidakmampuan tubuh menggunakan insulin insulin yang diproduksi secara efektif atau

Majority | Volume 5 | Nomor2 | April 2016 |27


Bella Yanita dan Evi Kurniawaty| Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II

keduauanya. Diabetes Melitus diklasifikasikan Peningkatan jumlah penderita DM yang


menjadi DM tipe 1, yang dikenal sebagai sebagian besar DM tipe 2, berkaitan dengan
insulin-dependent atau childhood onset beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak
diabetes, ditandai dengan kurangnya produksi dapat diubah, faktor risiko yang dapat diubah
insulin dan DM tipe 2, yang dikenal dengan dan faktor lain. MenurutAmerican Diabetes
non-insulin-dependent atau adult-onset Association (ADA) bahwa DM berkaitan
diabetes, disebabkan ketidak mampuan tubuh dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah
menggunakan insulin secara efektif yang meliputi riwayat keluarga dengan DM (first
kemudian mengakibatkan kelebihan berat degree relative), umur 45 tahun, etnik,
badan dan kurang aktivitas fisik. Sedangkan riwayat melahirkan bayi dengan berat badan
diabetes gestasional adalah hiperglikemia lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah
yang diketahui pertama kali saat kehamilan. menderita DM gestasional dan riwayat lahir
Tingginya prevalensi DM yang sebagian besar dengan berat badan rendah (<2,5 kg). Faktor
tergolong dalam DM tipe 2 disebabkan oleh risiko yang dapat diubah meliputi obesitas
interaksi antara faktor-faktor rentanan genetis berdasarkan IMT 25 kg/m2 atau lingkar perut
dan paparan terhadap lingkungan. Lingkungan 80 cm pada wanita dan 90 cm pada laki-laki,
yang diperkirakan dapat meningkatkan risiko kurangnya aktivitas fisik, hipertensi,
DM tipe 2 adalah perpindahan dari pedesaan dislipidemi dan diet tidak sehat.
ke perkotaan atau urbanisasi yang kemudian Faktor lain yang terkait dengan risiko
menyebabkan perubahan gaya hidup diabetes adalah penderita polycystic ovary
seseorang. Diantaranya adalah kebiasaan sindrome (PCOS), penderita sindrom
makan yang tidak seimbang akan metabolik memiliki riwayat toleransi glukosa
menyebabkan obesitas. Kondisi obesitas terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa
tersebut akan memicu timbulnya DM tipe 2. terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki
Pada orang dewasa, obesitas akan memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti
risiko timbulnya DM tipe 2 4 kali lebih besar stroke, PJK, atau PAD (Peripheral Arterial
dibandingkan dengan orang dengan status gizi Diseases), konsumsi alkohol, faktor stres,
normal kebiasaan merokok, jenis kelamin, konsumsi
Faktor lingkungan yang diperkirakan kopi dan kafein.
dapat meningkatkan risiko DM tipe 2 adalah Mengingat tingginya prevalensi dan
perpindahan dari pedesaan ke perkotaan atau tingginya biaya perawatan untuk penderita
urbanisasi yang kemudian menyebabkan DM yang diperkirakan biaya perawatan
perubahan gaya hidup seseorang. Diantaranya minimal untuk rawat jalan di Indonesia
adalah kebiasaan makan yang tidak seimbang sebesar Rp 1,5 milyar per hari atau RP. 500
akan menyebabkan obesitas.3 milyar pertahun maka perlu adanya upaya
Kondisi obesitas tersebut akan memicu untuk pencegahan dan penanggulangan
timbulnya DM tipe 2. Pada orang penyakit tersebut. Dengan mengetahui faktor-
dewasa,obesitas akan memiliki risiko faktor risiko yang berhubungan dengan DM
timbulnya DM tipe 2 4 kali lebih besar tipe 2 berdasarkan penelitian-penelitian
dibandingkan dengan orangdengan status gizi sebelumnya yang meliputi etnik, sosial
normal. ekonomi, dan gaya hidup di samping faktor
Selain pola makan yang tidak seimbang genetik dapat dilakukan upaya pencegahan.
dan gizi lebih, aktivitas fisik juga merupakan Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk
faktor risiko mayor dalam memicu terjadinya mengetahui faktor-faktor risiko yang
DM.4 Latihan fisik yang teratur dapat berhubungan dengan kejadian DM tipe 2.
meningkatkan kualitas pembuluh darah dan Selama ini belum banyak penelitian yang
memperbaiki semua aspek metabolik, bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
termasuk meningkatkan kepekaan insulin yang berhubungan dengan kejadian DM tipe
serta memperbaiki toleransi glukosa. Hasil 2.5
penelitian di Indian Pima, orang-orang yang Dalam penelitian ini dianalisis hubungan
aktivitas fisiknya rendah 2,5 kali lebih berisiko faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor
mengalami DM dibandingkan dengan orang- risiko yang dapat diubah dan faktor lain yang
orang yang 3 kali lebih aktif. dianggap relevan dengan tempat penelitian.
Faktor risiko yang tidak dapat diubah

Majority | Volume 5 | Nomor2 | April 2016 |28


Bella Yanita dan Evi Kurniawaty| Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II

yangditeliti adalah umur, faktor risiko yang kaptopril. Hasil penelitian yang berbeda oleh
dapat diubah yang diteliti adalah obesitas Gress8 menggunakan cohort prospective,
berdasarkan IMT dan lingkar pinggang, didapatkan bahwa risiko terjadinya DM tipe 2
hipertensi, aktivitas fisik dan faktor lain yang pada penderita hipertensi 2,43 kali lebih besar
diteliti adalah merokok dan obesitas. dibandingkan dengan yang tanpa hipertensi.
Isi
Hasil menunjukkan bahwa terdapat dua Merokok pada penelitian ini tidak terbukti
variabel yang terbukti meningkatkan kejadian meningkatkan risiko terjadinya DM tipe 2, hal
DM tipe 2 yaitu obesitas berdasarkan lingkar ini kemungkinan karena seringnya penyuluhan
pinggang dan umur. Sedangkan variabel lain tentang bahaya rokok oleh puskesmas dan
seperti hipertensi, aktivitas fisik, merokok dan juga melalui media elektronik serta adanya
obesitas berdasarkan IMT tidak terbukti dapat perda tentang kawasan tanpa rokok di Kota
meningkatkan kejadian DM tipe 2. Hal Denpasar. Penelitian ini mirip dengan hasil
tersebut didukung hasil penelitian yang serupa penelitian Suastika9 dengan cross sectional di
oleh Suastika9. RSUP Sanglah didapatkan bahwa tidak ada
Berdasarkan hasil ini variabel umur 50 korelasi antara merokok dengan resistensi
dapat meningkatkan kejadian DM tipe 2 insulin pada karyawan laki-laki. Sebaliknya
karena penuaan menyebabkan menurunnya pada penelitian Adiningsih 10 diperoleh hasil
sensitivitas insulin dan menurunnya fungsi bahwa merokok dapat meningkatkan risiko
tubuh untuk metabolisme glukosa. Hal terjadinya DM tipe 2. Aktivitas fisik sangat
tersebut didukung hasil penelitian yang serupa bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi
oleh Suastika6 di Bali didapatkan bahwa darah, menurunkan berat badan dan
prevalensi DM pada kelompok usia tua lebih memperbaiki sensitivitas terhadap insulin,
tinggi tiga kali lipat dibandingkan dengan sehingga akan memperbaiki kadar glukosa
kelompok yang lebihmuda. Variabel obesitas darah.
berdasarkan lingkar pinggang dapat Berdasarkan hasil penelitian, tidak
meningkatkan kejadian DM tipe 2. Hasil melakukan aktivitas fisik terbukti tidak
prevalensi obesitas berdasarkan lingkar meningkatkan risiko terjadinya DM tipe 2, hal
pinggang sebesar 35%, pada laki-laki dengan ini kemungkinan disebabkan oleh aktivitas
lingkar pinggang 90 cm sebesar 27,5% dan fisik yang dilakukan sehari-hari (seperti jalan
wanita dengan lingkar pinggang 80 cm ke pasar, mencangkul, mencuci, berkebun)
sebesar 43,4%. Hal ini dapat dijelaskan bahwa tidak dimasukkan melakukan aktivitas fisik
obesitas sentral khususnya di perut yang Pendapat
digambarkan oleh lingkar pinggang lebih yang berbeda diperoleh dari hasil penelitian
sensitif dalam memprediksi gangguan akibat cross-sectional, dengan hasil bahwa aktivitas
resistensi insulin pada DM tipe 2. fisik yang kurang dapat meningkatkan
Penelitian survei komunitas di Bahrain kejadian DM tipe 2. Obesitas tidak dapat
menemukan bahwa kegemukan merupakan meningkatkan kejadian DM tipe 2,
satu-satunya faktor yang berhubungan dengan kemungkinan responden lebih banyak pada
diabetes11. usia lanjut yang didukung oleh data dimana
Hipertensi pada hasil review jurnal ini pada kelompok umur 50 tahun pada kasus
tidak terbukti meningkatkan faktor risiko DM dan kontrol baik yang terpapar faktor risiko
tipe 2 kemungkinan disebabkan oleh maupun tidak terpapar lebih tinggi
seseorang yang menderita hipertensi sudah dibandingkan dengan kelompok umur <50
mendapatkan pengobatan hal ini didukung tahun. Obesitas berdasarkan Public Health
dari hasil penelitian dimana seseorang yang and Preventive Medicine Archive, Volume 1,
mempunyai riwayat hipertensi dan hasil Nomor 1, Juli 2013 IMT ditentukan oleh
pemeriksaan tekanan darahnya 140/90 bentuk dan proporsi tubuh sehingga belum
mmHg sebanyak 12 orang semuanya tentu memberikan obesitas yang sama pada
mendapat terapi kaptopril. Hal ini juga semua populasi terutama pada usia lanjut dan
diperkuat oleh hasil penelitian oleh pada atlit yang banyak otot. Hal ini didukung
Hasson7ditemukan penurunan risiko oleh penelitian case-control di RS Dr. Kariadi
terjadinya diabetes baru sebanyak 11% pada Semarang diperoleh hasil bahwa obesitas
kelompok yang mendapatkan pengobatan

Majority | Volume 5 | Nomor2 | April 2016 |29


Bella Yanita dan Evi Kurniawaty| Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II

berdasarkan IMT tidak terbukti dapat kali terjadi DM tipe 2 dibandingkan dengan
meningkatkan kejadian DM tipe 2. orang yang statusgizinya normal meskipun
Telah diperlihatkan bahwa aktivitas fisik secara statistik tidak bermakna.Hasil tabulasi
secara teratur menambah sensitivitas insulin silang didapatkan nilai p=0,000 dan odds ratio
dan menambah toleransi glukosa. Baru-baru (OR) sebesar 9,3. Hal ini menunjukkan bahwa
ini penelitian prospektif juga memperlihatkan orang yang berusia 45 tahun mempunyai
bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan risiko 9 kali untuk terjadinya DM tipe 2
berkurangnya risiko terhadap DM tipe 2. dibandingkan dengan yang berumur kurang
Penelitian ini lebih lanjut mengusulkan ada dari 45 tahun dan secara statistik bermakna.
gradien risiko dengan bertambahnya aktivitas Hasil analisis tabulasi silang didapatkan
fisik. Lebih lanjut aktivitas fisik mempunyai odds ratio (OR) sebesar 2,9 dan nilai p=0,008.
efek menguntungkan pada lemak tubuh, Hal ini menunjukkan bahwa orang yang
tekanan darah, dan distribusi lemak tubuh/ memiliki kebiasaan merokok memiliki risiko 3
berat badan, yaitu pada aspek ganda kali terjadinya DM tipe 2 dibandingkan dengan
sindroma metabolik kronik, sehingga juga orang yang tidak memiliki kebiasaan merokok
mencegah penyakit kardiovaskuler. Hubungan meskipun secara statistik tidak bermakna.
antara inaktivasi fisik dengan DM masih Untuk mengetahui aktivitas olahraga dengan
terlihat, bahkan setelah di-adjusted dengan kejadian DM tipe 2, maka aktivitas olahraga
obesitas, hipertensi, dan riwayat keluarga DM dibagi menjadi dua yaitu cukup jika
tipe 2. Dengan demikian olahraga memiliki responden melakukan olahraga 3 kali
efek protektif yang dapat dicapai dengan seminggu selama 30 menit dan kurang jika
pengurangan berat badan melalui responden melakukan olahraga kurang dari 3
bertambahnya aktivitas fisik. Pada penelitian kali seminggu selama 30 menit dan responden
ini aktivitas olahraga < 3 kali /minggu selama yang tidak melakukan olah raga.
30 menit menunjukkan risiko menderita DM
lebih tinggi dari pada aktivitas olah raga yang Ringkasan
rutin. Hal ini sesuai dengan penelitian- Diabetes Melitus (DM) merupakan
penelitian sebelumnya yang menunjukkan penyakit kronis yang ditandai dengan
bahwa kurangnya olah raga memperlihatkan hiperglikemiadan intoleransi glukosa yang
perbedaan prevalensi DM tipe-2 hingga 2-4 terjadi karena kelenjar pankreas tidak dapat
kali lipat. Diabetes Melitus Tipe 2 berasal dari memproduksi insulin secara adekuat yang
interaksi genetik dan berbagai faktor mental. atau karena tubuh tidak dapat menggunakan
Penyakit ini sudah lama dianggap insulin yang diproduksi secara efektif atau
berhubungan dengan agregasi familial. kedua-duanya. Faktor risiko yang tidak dapat
Penelitian di Jepang yang melibatkan 359 diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan
penderita DM tipe 2 dari 159 keluarga, faktor lain yang dianggap relevan dengan
mendukung bahwa penyakit ini berhubungan tempat penelitian. Faktor risiko yang tidak
dengan kromosom 3q, 15q, dan 20q, serta dapat diubah yang diteliti adalah umur, faktor
mengidentifikasi 2 loci potensial, yaitu 7p dan risiko yang dapat diubah yang diteliti adalah
11p yang mungkin merupakan risiko genetik obesitas berdasarkan IMT dan lingkar
bagi DM tipe-2 pada masyarakat jepang. pinggang, hipertensi, aktivitas fisik dan faktor
Dalam penelitian ini, orang yang memiliki lain yang diteliti adalah merokok dan obesitas
riwayat keluarga menderita DM lebih berisiko
daripada orang yang tidak memiliki riwayat Simpulan
keluarga menderita DM. Hal ini selaras dengan Dari penelitian ini dapat disimpulkan
penelitian-penelitian sebelumnya yang bahwa faktor risiko yang meningkatkan
menunjukkan terjadinya DM tipe-2 akan kejadian DM Tipe 2 adalah penderita dengan
meningkat dua sampai enam kali lipat jika obesitas merokok, aktivitas fisik dan umur.
orang tua atau saudara kandung mengalami Untuk menurunkan kejadian obesitas perlu
penyakit ini. dilakukan memperbaiki gaya hidup dan pola
Hasil analisis tabulasi silang didapatkan makan masarakat. Kegiatan lain berupa
odds ratio (OR) sebesar 1,62 dan nilai p= kegiatan deteksi dini/skrining dan check up
0,488. Hal ini menunjukkan bahwa orang teratur juga penting untuk dilakukan.
dengan status gizi overweight memiliki risiko 2

Majority | Volume 5 | Nomor2 | April 2016 |30


Bella Yanita dan Evi Kurniawaty| Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II

Daftar Pustaka Morlin C, Karlberg KE, Weste, PO, Bjorck


1. World Health Organization. Available JE. Effects of an Angiotensin-Converting
from http://www.who.int Enzyme Inhibition Compared with
/topics/diabetes_ mellitus/en/. Brussels: Conventional Therapy on Cardiovascular
International Diabetes. Morbidity and Mortality in Hypertension:
2. WHO. Prevention of diabetes mellitus. the Captopril Prevention Project (CAPPP)
Technical Report Series. 1994: 11-31. Randomised Trial. Lancet 1999; 353:611-
3. Satoto. Reposisioning pangan sebagai 6.
strategi KIE penanggulangan masalah gizi 8. Gress TW, Nieto J,Shaha E, Wofford MR,
ganda. Obesitas dan penatalaksanaan Brancati FL. Hypertension and
program diit. Semarang: PAM Gizi Depkes AntihypertensionTherapy as Risk Factors
RI Semarang; 1996. for Type 2 Diabetes Mellitus. N Engl Med
4. Darmojo B. 2000; 342: 905-12.
Perananpolakonsumsimakanandanpenya 9. Suastika K, Achmad B, Gotera W,
kitkardiovaskuler. Dalam: Budhiarta AAG, Sutanegara D. Smoking
SeminarPraWidyakaryaNasionalPanganda was not associated with insulin resistance
nGizi VI. Gizidankualitashidup. Semarang: in population of Bali. Ann Internal
LembagaPenelitian UNDIP; 1997. p 1-2. Medecine. Sanglah Hospital. Bali:
5. Tjokroprawiro A. Diabetes melitus Udayanan University Press; 2005.
klasifikasi, diagnosis, dan terapi. 2001. 10. Adiningsih RU. Faktor-Faktor Yang
Jakarta: Gramedia BerhubunganDenganKejadian DM Tipe 2
6. Suastika K, Dwipayana P, Budhiarta AA, Pada Orang Dewasa Di Kota Padang
Syrabefara DN, Aryana IGPS, Saraswati Panjang [tesis]. Padang:
IMR, Gotera W.EpidemiologyStudy of UniversitasAndalas; 2011.
Metabolic Syndrome in Rural Population 11. Darmono, Suhartono T, Pemayun TGD,
in Bali. International Journal of Obesity Padmomartono FS. Naskah lengkap
2004; 28: s55. diabetes melitus ditinjau dari berbagai
7. Hansson L, Lindholm LH, Niskanen L, aspek penyakit dalam. Semarang: Badan
Lanke J, Hedner T, Niklason A, Penerbit Universitas Diponegoro; 2007.
Luomanmaki K, Dahlo B, de Faire U,

Majority | Volume 5 | Nomor2 | April 2016 |31

Anda mungkin juga menyukai