Anda di halaman 1dari 29

SINUSITIS & FUNCTIONAL ENDOSCOPIC SINUS

SURGERY (FESS)

OLEH: PEMBIMBING:
MUHAMMAD ZULHUSNI BIN NGALI DR. IWAN HERTANTYO, SP. THT
112015445 RSU BHAKTI YUDHA
FK UKRIDA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA, JAKARTA
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA, DEPOK
LATAR BELAKANG FESS

Menggantikan tehnik obliterasi sinus dan pengangkatan mukosa yg lama.


Aspek fungsional dari FESS merujuk kepada hal berikut:
Memelihara struktur normal sinus
Hanya menyingkirkan obstruksi
Memelihara mukosa
Mengembalikan fungsi asal sinus ke semula
ANATOMI SINUS PARANASAL (SPN)
FUNGSI SINUS PARANASAL (SPN)

Sebagai pengatur kondisi udara (air-conditioning)


Sebagai penahan suhu (thermal insulators)
Membantu keseimbangan kepala
Membantu resonansi suara
Sebagai peredam perubahan tekanan udara
Membantu produksi mukus
DRAINASE SINUS

Frontal, ethmoid anterior dan maksilaris Kompleks Ostio-Meatal (KOM)


Etmoid posterior meatus superior
Sinus sfenoid recessus sfenoid-etmoid
KOMPLEKS OSTIO-MEATAL (KOM)

Daerah yg rumit dan sempit pada sepertiga tengah dinding lateral hidung, yaitu di meatus media, ada muara-muara
saluran dari sinus maksila, sinus etmoid anterior.
Pada potongan koronal SPN telrihat gambaran suatu rongga antara konka media dan lamina papirasea.
KOM tediri dari infundibulum etmoid, prosesus unsinatus, sel agger nasi, ressesus frontalis, bula etmoid, dan sel-sel
etmoid anterior dgn ostiumnya dan ostium sinus maksila.
KOM

Infundibulum area berbentuk corong yg merupakan tempat drainase sinus frontal, maksila dan etmoid anterior
Processus uncinatus struktur tulang etmoid yg berbentuk sabit
Hiatus semilunaris Bukaan infundibulum yg berbentuk separuh bulan.
ETIOLOGI & PREDISPOSISI SINUSITIS

ISPA akibat virus, infeksi bakteri, jamur, bermacam rhinitis terutama rhinitis alergi
Faktor lokal anomaly kraniofasial, obstruksi nasal, trauma, polip hidung, deviasi septum atau hipertrofi konka,
sumbatan KOM, infeksi tonsil, infeksi gigi,.
Pada anak hipertrofi adenoid
Faktor lain polusi udara, udara dingin dan kering, kebiasaan merokok
PATOGENESIS SINUSITIS
KLASIFIKASI SINUSITIS

Akut bila gejala berlangsung dari beberapa hari sampai 4 minggu


Subakut gejala berlangsung 4 8 minggu
Kronik gejala berlangsung lebih dari 2 bulan

Klasifikasi yg tepat adalah berdasarkan pemeriksaan histopatologik (pemeriksaan ini tidak rutin dikerjakan)
MANIFESTASI KLINIS SINUSITIS

Rasa nyeri / rasa tekanan di daerah sinus yg terkena (patognomonik)


Sakit kepala
Hiposmia/anosmia
Halitosis
Post nasal drip
Gangguan telinga akibat sumbatan kronik muara tuba eustachius
Gangguan ke paru spt bronchitis, bronkiektasis, asma
Pada anak, mukopus yg tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis akut (GEA)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK SINUSITIS

Anamnesis didapatkan keluhan spt sumbatan hidung, sakit kepala, nyeri atau rasa tertekan pada wajah, demam,
halitosis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Radiologi
Foto rontgen SPN (posisi Waters, lateral dan PA)
CT-Scan SPN
Nasoendoskopi
TATALAKSANA SINUSITIS - FESS

BSEF merupakan operasi terkini utk sinusitis kronik yg memerlukan intervensi operasi.
Tindakan ini telah menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu krn memberikan hasil yg lebih
memuaskan dan tindakan lebih ringan dan tidak radikal.
Indikasi sinusitis kronik yg tidak membaik setelah terapi adekuat, sinusitis kronik yg disertai kista atau kelainan yg
irreversibel, polip ekstensif, adanaya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.
FESS (FUNCTIONAL ENDOSCOPIC SINUS SURGERY)

Messserklinger dan Wigand (1970) pioneer FESS


Sebuah prosedur yg menggunakan endoskopi nasal (menggunakan teknologi lensa Hopkin) melewati kavum nasi
untuk menghindari sayatan pada kulit.
Tujuan mengembalikan fungsi sinus paranasal dengan mengembalikan aerasi ke keadaan awal yg normal dan pola
bersihan mukosilier yg seharusnya.
INSTRUMENTAL FESS
INSTRUMENTAL FESS (1)
INSTRUMENTAL FESS (II)
INDIKASI & KONTRAINDIKASI FESS

INDIKASI KONTRAINDIKASI
Sinusitis kronik yg refrakter trhdp terapi medikamentosa Abses orbita
Sinusitis berulang Osteitis
Poliposis nasal
Osteomyelitis tulang frontal yg disertai pembentukan
Polip antrokoanal sekuester
Mukokel sinus
Pasca operasi radikal dgn rongga sinus yg mengecil
Eksisi tumor
Hipertensi maligna
Penutupan LCS yg merembes
DM
Dekompresi orbita (spt Graves oftalmopati)
Dekompresi nervus optikus Kelainan hemostasis yg tidak terkontrol
Dakriosistorinostomi
Reparasi atresi koana
EVALUASI PASIEN PREOPERATIF (CT-SCAN)

Teknik CLOSE

C Cribriform
L Lamina papirasea
O Orbita, Onodi cells, Optic nerve
S Sfenoid, Skull base
E Ethmoid arteries
C - CRIBRIFORM
Evaluasi Tipe Keros nya
Perhatikan apakah ada asimetri

Klasifikasi Keros mengukur kedalaman cribriform plate


(fossa olfaktorius) dibandingkan dengan ketinggian fovea
etmoidalis
L LAMINA PAPIRASEA

Perhatikan apakah ada dehisensi atau fraktur patologik?


O ORBIT, OPTIC NERVE, ONODI CELLS

Perhatikan apakah ada dehisensi (patah/ terbuka)


Evaluasi Sel Onodi (superior-lateral sfenoid)
Slope orbita
S SFENOID, SKULL BASE (BASIS KRANIUM)

Perhatikan apakah ada dehisensi carotid dan pattern aerasi?


Conchal, pre-sellar dan sellar (ketebalan klivus)
*Analisa panjangnya, ketebalan,
adakah erosi atau tidak, asimetris,
tinggi dan slope nya
E ETHMOID ARTERY

Diidentifikasi kedudukannya
terhadap basis kranium
TAHAPAN FESS

Tahap operasi disesuaikan dengan luasnya penyakit.


Infundibulektomi dan Unsinektomi (membuka rongga infundibulum yg sempit sehingga drainase & ventilasi
sinus maksila terbuka, membuka akses ke ostium sinus maksila dan evaluasi ostium, apakah terbuka, tertutup, atau
sempit sehingga perlu diperlebar)
Antrostomi meatus medius
Etmoidektomi anterior
Etmoidektomi posterior
Sfenoidektomi
Bedah sinus frontal
PERAWATAN PASCA OPERASI FESS

Penggunaan tampon (nasal packing) tampon harus diangkat antara 1-7 hari pasca operasi atau rata-rata 2-3 hari
untuk hemostat.
Pembersihan menggunakan cairan saline (NaCl 0,9%) melembabkan bekuan darah dan krusta-krusta akibat
operasi
Perawatan lokal terhadap mukosa (debridemen krusta dibawah anestesi lokal) membuka sinekia
Pemberian antibiotik dan kortikosteroid jika terdapat edema mukosa hidung dan pembentukan jaringan
granulasi.
KOMPLIKASI FESS

Komplikasi intranasal sinekia, umumnya permukaan konka media dan dinding lateral hidung. Stenosis ostium
sinus maksila, dan kerusakan duktus nasolakrimalis.
Komplikasi periorbital/orbital edema kelopak mata, ekimosis, emfisema, perdarahan retrobulbar, kerusakan
nervus optikus & ggg pergerakan bola mata.
Kompllikasi intracranial kebocoran LCS (jarang terjadi)
Komplikasi sistemik infeksi dan sepsis. Pemakaian tampon hidung yg lama dpt menyebabkan Toxic Shock
Syndrome (TSS)
KESIMPULAN

Sinusitis merupakan inflamasi pada satu atau lebih dari ruang sinus paranasal yg disebabkan oleh alergi, virus,
bakteri dan jamur.
Gejala sinusitis demam dan lesu. Pada hidung terdapat sekret kental yg kadang-kadang berbau dan dirasakan
mengalir ke nasofaring
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala, PF, dan radiologi.
Sinusitis yg tidak mempan dengan terapi medikamentosa yg adekuat dianjurkan utk dilakukan Bedah Sinus
Endoskopi Fungsional (BSEF) /FESS
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai