Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN IKLAN ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK

PADA REMAJA DI SMA NEGERI 23 KOTA BANDUNG

Oktarian Pratama,S.Kep.,Ners,.M.KM1, Ejeb Ruhyat, S.KM.,M.KM2


Tomi Darmansyah, S.Kep3 123Program studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKes Dharma Husada Bandung Jl. Terusan Jakarta 75 Bandung

ABSTRAK

Rokok dapat memberikan dampak bagi jutaan orang termasuk didalamnya bagi perokok pasif. WHO
menyebutkan setiap 1 batang yang dihisap 85% dihirup oleh orang disekitar mereka yang terpapar
asap rokok. Persentase perilaku merokok di Kota Bandung sebesar 34% yang termasuk didalamnya
adalah remaja usia sekolah. Faktor yang mendorong mempengaruhi remaja untuk merokok, salah
satunya adalah iklan, iklan, frekuensi, daya tarik iklan, dan jenis rokok. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara paparan iklan rokok dengan perilaku merokok pada remaja di SMA N
23 Bandung. Jenis penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Jumlah
populasi 220 siswa dan sampel yang digunakan dengan teknik sampel stratified dan random sampling
yaitu sebanyak 69 siswa. Instrumen penelitian yaitu kuesioner. Analisis menggunakan univariat dan
bivariat. Hasil penelitian menunjukan hampir separuhnya 81,2% remaja merokok, sebagian besar
76,8% remaja terpapar iklan rokok, hampir seluruhnya 91,3% remaja jenis iklan dari media
elektronik, frekuensi>3 Kali Sehari 81,2%, daya tarik media iklan menarik 78,3%, dan jenis rokok
filter 81,2%. Hasil uji chie square menunjukan ada hubungan paparan iklan rokok (p=0,000), jenis
media iklan (p=0,000), frekuensi iklan (p= 0,000), daya tarik media iklan (p=0,000) dan tidak ada
hubungan antara jenis rokok dengan perilaku merokok (p=0,279). Bagi pihak sekolah diharapkan agar
memberikan teguran dan larangan kepada remaja yang diketahui merokok, agar tidak merokok.
Cigarettes can have an impact on millions of people including the passive smokers. WHO says every
one rod smoked 85% inhaled by people around them who are exposed to cigarette smoke. The
percentage of smoking behavior in Bandung by 34%, which shall include adolescents of school age.
Factors that affect encourage teenagers to smoke, one of which is advertising, advertising, frequency,
advertising appeal, and types of cigarettes. This study aims to determine the relationship between
exposure to cigarette advertising and smoking behavior in adolescents SMA N 23 Bandung. The type
of descriptive correlational with cross sectional approach. Total population of 220 students and the
sample used by the stratified sampling techniques and random sampling as many as 69 students.
Research instruments were questionnaires. Using univariate and bivariate analysis. The results
showed nearly half of whom 81.2% of teens smoke, most of the 76.8% of adolescents exposed to
cigarette advertising, 91.3% of adolescents was almost entirely ad types of electronic media, the
frequency of> 3 times a day 81.2%, the appeal of advertising media interesting 78.3%, and 81.2%
type of cigarette filter. The test results chie square showed no correlation exposure to cigarette
advertising (p = 0.000), the type of advertising media (p = 0.000), the frequency of ads (p = 0.000),
the appeal of advertising media (p = 0.000) and there was no relationship between the type of
cigarettes with smoking behavior (p = 0.279). For schools expected to give warning and prohibition
to adolescents who are known to smoke, not to smoke.

Kata Kunci : Paparan Iklan, Perilaku, Remaja, Rokok

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG 1


PENDAHULUAN milyar batang pertahun (RISKESDAS, 2010).
Merokok sampai saat ini masih menjadi Hal ini tidak terlepas dari iklan rokok di
masalah nasional yang perlu secara terus- Indonesia yang sangat bebas terpampang
menerus diupayakan penanggulangannya disudut-sudut jalan raya negeri ini. Data dari
(Kementerian kesehatan, 2011). Rokok adalah General Agreement Trade and Servis (GATS,
hasil olahan tembakau termasuk cerutu atau 2011) mengungkapkan 47,6% melihat iklan
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman rokok di toko atau penjual, sedangkan 82,5%
Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan melihat iklan atau promosi rokok di luar toko,
spesies lainnya atau sintesisnya yang seperti sponsor di acara olahraga dan lain
mengandung Nikotin dan Tar, dengan atau sebagainya.
tampa bahan tambahan (Kesowo dalam Riana, Rokok juga memberikan dampak yang tak
2015). Rokok dapat memberikan dampak pada kalah buruknya bagi jutaan orang yang tidak
paru-paru, jantung, dan pembuluh darah, pada bersalah (perokok pasif). WHO menyebutkan
kehamilan, impotensi dan terjadinya kanker setiap 1 batang yang dihisap, perokok
(Tandra, 2005). menghirup 15% asap rokoknya dan 85%
Menurut data yang diperoleh dari World dihirup oleh orang disekitar mereka yang
Health Organization (WHO, 2008) terpapar asap rokok. Hasilnya seorang perokok
menunjukkan bahwa 1 kematian karena aktif dapat membunuh 200 ribu perokok pasif
tembakau di seluruh dunia terjadi dalam setiap dalam satu tahun. Hal ini dikarenakan para
6 detik. Kematian karena tembakau pada tahun perokok pasif juga dapat terjangkit penyakit
2005 tercatat ada sebanyak 5,4 juta jiwa dan jantung koroner, asma, bronchitis, stroke,
selama abad ke 20 terjadi sebanyak 100 juta terganggunya pertumbuhan janin bagi ibu
kematian akibat tembakau. Jika hal ini yang sedang hamil sehingga bayi lahir
dibiarkan maka akan terjadi 8 juta kematian prematur. Selain dampak kesehatan, rokok
pada tahun 2030 dan diperkirakan akan terjadi juga memberikan dampak buruk bagi
kematian sebanyak 1 milyar jiwa akibat perekonomian, total kerugian ekonomi secara
tembakau selama abad ke 21. Pada tahun makro tahun 2010 akibat konsumsi rokok
2030, diproyeksikan 80% kematian terkait mencapai 245,41 triliun rupiah, angka ini 4
tembakau terjadi di negara berkembang. kali lebih besar dari pada penerimaan negara
Sedangkan penelitian Global Youth Tobacco terhadap cukai hasil tembakau (Kemenkes,
menunjukkan tingkat prevalensi perokok 2011).
remaja di Indonesia sudah sangat Rokok memiliki dampak yang dapat
menghawatirkan. Diperkirakan dari 70 juta membahayakan kesehatan tubuh kita, karena
anak di Indonesia, 37% atau sama dengan 25,9 terdapat kandungan zat kimia yang berbahaya
juta anak Indonesia adalah perokok dan didalam rokok. Dengan mengkonsumsi rokok
jumlah itu menjadikan Indonesia sebagai dalam kehidupan sehari-hari, maka kita telah
negara dengan jumlah perokok terbanyak di memasukkan bahan-bahan berbahaya tersebut
Asia (Aula, 2010). Seiring dengan hal tersebut kedalam tubuh kita. Penyakit- penyakit yang
hasil riset kesehatan Indonesia tahun 2010 dapat disebabkan oleh rokok antara lain
memperlihatkan prevalensi perokok di serangan jantung, stroke, penyakit paru
Indonesia sebesar 34,7% dari jumlah obstruktif kronik (PPOK), emfisema, dan
penduduk dan 1,7% dari perokok mulai kanker (terutama kanker paru-paru, kanker
merokok saat berumur 5-9 tahun sedangkan laring dan mulut, dan kanker pankreas) (Bekti,
43,3% nya merokok sejak usia remaja yaitu 2010).
15-19 tahun (Kemenkes, 2011). Walaupun rokok sudah banyak diketahui
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) survei bahaya nya dan menimbulkan banyak penyakit
nasional kesehatan berbasis populasi yang namun masih banyak orang yang tetap
dilakukan secara rutin setiap 3 tahun di merokok. Salah satu alasannya karena didalam
Indonesia, pada tahun 2010 kenaikan rokok menimbulkan kecanduan bagi para
prevalensi merokok adalah tiga kali lipat pada penghisapnya sehingga apabila mereka tidak
remaja laki-laki dan lima kali lipat pada merokok maka mereka akan merasakan
remaja perempuan dibandingkan tahun gangguan seperti gelisah, berkeringat dingin,
sebelumnya, terbukti Indonesia mengalami sakit perut, dll (Wawan, 2010). Remaja
peningkatan tajam komsumsi tembakau, yaitu sekarang sudah banyak yang mulai merokok,
65 juta perokok atau 28% penduduk, dari 225 karena pada masa inilah anak mulai

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG ii


terpengaruh dan mulai mencoba-coba untuk kehidupan remaja. Terkadang remaja yang
merokok (Notoatmojo, 2003) . menjadi perokok pemula tersebut akibat
Peralihan masa kanak-kanak dan masa dewasa melihat iklan rokok di lingkungan mereka,
menghadapkan remaja pada kebingungan. karena remaja belum mengerti benar mengenai
Remaja tidak memiliki tempat yang jelas bahaya yang disebabkan oleh rokok ataupun
disatu sisi dia bukan anak-anak akan tetapi penyakit yang dapat timbul karena rokok,
juga bukan orang dewasa. Situasi-situasi inilah sehingga orang tua dapat memberi pemahaman
yang menimbulkan konflik dalam diri remaja terhadap anak-anaknya tentang merokok
yang menyebabkan perilaku-perilaku aneh, (Wawan, 2010) .
canggung, dan jika tidak terkontrol dapat Paparan iklan mempengaruhi perilaku
menjadi kenakalan (Marheni, 2007). Dalam merokok remaja dan akan semakin
masa peralihan ini remaja dihadapkan pada meningkatkan perokok remaja di Indonesia.
dinamika perkembangan dan perubahan yang Hal tersebut ditunjukkan dalam penelitian
sangat pesat. Remaja memiliki risiko tinggi Budiarty dan Yunni (2008), dengan judul
terhadap gangguan tingkah laku, kenakalan, analisis pengaruh paparan iklan rokok di
dan kekerasan baik sebagai korban maupun televisi terhadap keputusan pembelian oleh
pelaku dari tindak kekerasan (Windiani, 2007). para remaja. Penelitian ini menunjukkan iklan
Gangguan tingkah laku yang paling sering rokok memiliki keeratan hubungan dengan
terjadi pada remaja adalah perilaku merokok keputusan membeli rokok oleh para remaja.
yang sampai saat ini masih menjadi masalah Berdasarkan penelitian tersebut juga diketahui
nasional di Indonesia. rokok yang dibeli oleh para remaja yaitu rokok
Banyak faktor yang mendorong dan yang paling banyak diiklankan.
mempengaruhi remaja untuk merokok, salah Riset yang dilakukan Dinas Kesehatan Jawa
satunya adalah iklan. Iklan merupakan suatu Barat pada tahun 2013 menyebutkan kebiasaan
media untuk menyampaikan informasi kepada merokok di Jawa Barat rata-rata didominasi
masyarakat terhadap suatu produk dan iklan sejak usia remaja, persentase mencapai 50,4%
memiliki fungsi untuk menyampaikan (dinkes Kota Bandung, 2013). Sedangkan
informasi, membujuk, atau untuk jumlah perokok di Kota Bandung
mengingatkan masyarakat terhadap produk persentasenya sekitar 34% dari perokok di
rokok (Agung, 2010) . iklan rokok yang jawa barat, sekitar 34% penduduk kota
semakin gencar dilakukan oleh industri rokok. Bandung masuk kategori perokok (Dinkes
Hal ini dapat dilihat dengan semakin Kota Bandung 2015). 10% dari penduduk
banyaknya media iklan rokok yang digunakan yang kecanduan rokok ini mulai merokok
oleh industri rokok contohnya poster atau sejak usia remaja tercatat sekitar 10,9 juta
gambar rokok yang dipajang di jalan dan warga kota Bandung menjadi perokok
pertokoan. Industri rokok juga menjadikan (Tobacco Atlas dalam Riana, 2015).
tokoh panutan remaja seperti atlit-atlit atau Berdasarkan hasil wawancara dengan guru
artis menjadi bintang iklan rokok untuk Bimbingan dan konseling (BK) SMA N 23
mempengaruhi persepsi remaja terhadap Kota Bandung pada tahun 2015, didapat data
penampilan dan manfaat rokok (Subanada, beberapa siswa yang ketahuan membawa
2007). rokok di dalam tas saat dilakukan rajia dan
Dengan melihat iklan yang ada di televisi dan sering ditemukan siswa merokok pada saat
media massa, remaja mulai mengenal dan pulang sekolah. Berdasarkan data di dari UPT
mencoba untuk merokok (Agung, 2010). puskesmas Antapani ditemukan di SMA 23
karena gencarnya iklan rokok yang beredar di Kota Bandung terdapat 2 siswa diketahui
masyarakat, ditambah dengan adanya image menderita penyakit TBC (Tuberkulosis).
yang dibentuk oleh iklan rokok sehingga Kemudian peneliti melakukan studi
terlihat seakan orang yang merokok adalah pendahuluan yang dilakukan di SMA N 23
orang yang sukses dan tangguh yang dapat Bandung pada tanggal 19 oktober 2016
melalui rintangan apapun (Wawan, 2010). peneliti mendapatkan data dengan
Iklan, promosi, ataupun sponsor merupakan mewawancarai 15 orang siswa, 11 orang
kegiatan yang dilakukan oleh para produsen diantaranya pernah merokok dan 4 orang tidak
rokok untuk mempermudah produsen rokok pernah merokok. Dari 11 orang siswa yang
dalam mempengaruhi remaja dan anak-anak. merokok diantaranya pernah menyatakan
Pengaruh iklan sangat mempengaruhi dalam pernah mengalami kesehatan akibat merokok,

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG iii


batuk-batuk, mengalami kerusakan gigi, gigi XI IPS I 24
kuning, nafas bau, saat wawancara sering XI IPS II 22
menutup mulut. Jadi dampak merokok tidak XI IPS III 22
hanya hanya pada masalah fisik tetapi juga XI IPS IV 25
masalah psikologis. Kebanyakan responden JUMLAH 220
mengenal rokok dari internet, iklan di televisi,
billboard, teman dan ayahnya. Sampel
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut Sampel adalah bagian terkeci dari jumlah dan
membuat peneliti tertarik untuk meneliti karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tentang hunbungan antara paparan iklan rokok (sugiyono, 2014). Mengingat populasi besar
dengan perilaku merokok pada remaja di SMA dan dan peneliti tidak mungkin mempelajari
N 23 Bandung. semua yang ada pada populasi karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti menggunakan sampel yang diambil
METODE PENELITIAN dari populasi sebagai objek penelitian.
Jenis Penelitian Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti
Jenis penelitian yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah random sampling,
penelitian ini yaitu menggunakan jenis yaitu pengambilan sampel dari populasi
penelitian deskriptif korelasional. Dalam dilakukan secara acak tampa memperhatikan
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strata yang ada dalam populasi (Sugiyono,
Hubungan antara paparan iklan rokok dengan 2014), dengan mempertimbangkan kriteria
perilaku merokok pada remaja SMA N 23 iklusi maupun kriteria eklusi agar karakteristi
Bandung. sampel yang diambil tidak menyimpang dari
populasi.
Pendekatan Waktu Pengumpulan Data Cara yang digunakanuntuk menentukan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian sampel yaitu melalui teknik undian. Rumus
ini adalah pendekatan Cross Sectional yaitu perhitungan sampel :
suatu penelitian untuk mempelajari dinamika N
korelasi antara faktor-faktor resiko dengan =
1 + N()2
efek melalui pendekatan, observasi, atau Keterangan:
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat n = Besar sampel
(point time approach), artinya tiap subjek N = Besar populasi
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan d = Tingkat kesalahan (0,1)
pengukuran dilakukan terhadap status karakter (Notoatmodjo, 2010).
atau variabel saja pada saat pemeriksaan, 220
=
1 + 220(0,1)2
Populasi 220
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian =
atau subjek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 1 + 220 (0,01)
220
2010). Adapun populasi dalam penelitian ini =
adalah siswa di SMA N 23 Bandung yang 1 + 2.20
220
berjumlah 220 siswa. = 3.20 = 68,75 dibulatkan menjadi 69
responden.
Tabel 3.2 populasi siswa SMA N 23 Jadi besar sampel yang didapatkan adalah 69
Bandung responden, adapun dalam penentuan sampel
Kelas Sampling tiap kelas adalah dengan menggunakan rumus:
Siswa Siswa
=
XI IPA 1 20
XI IPA II 14 Keterangan :
XI IPA III 17 nx : jumlah sampel tiap kelas
XI IPA IV 20 xi : jumlah populasi tiap kelas
XI IPA V 21 x : jumlah seluruh populasi
XI IPA VI 17 n : jumlah seluruh sampel
XI IPA VII 18

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG iv


Tabel 3.3 pembagian responden tiap siswa Variabel Penelitian
SMA N 23 Bandung Variabel penelitian adalah sebuah konsep yang
dapat dibedakan menjadi dua, yakni yang
Kelas Penentuan bersifat kuantitatif dan kualitatif (Aziz, 2013).
sampel Variabel merupakan karakteristik subjek
Populasi Sampling penelitian yang berubah dari satu subjek ke
XI IPA 1 20 6 subjek lainnya.
XI IPA II 14 4 Variabel independent atau variabel bebas yaitu
XI IPA III 17 5 variabel yang menjadi sebab perubahan atau
XI IPA IV 20 6 timbulnya variabel dependen (terikat).
XI IPA V 21 6 Variabel ini juga dikenal dengan nama
XI IPA VI 17 5 variabel bebas artinya bebas dalam
XI IPA VII 18 6 mempengaruhi variabel lain, variabel ini
XI IPS I 24 8 mempunyai nama lain seperti variabel
XI IPS II 22 7 prediktor, atau kuasa. Variabel dependent
XI IPS III 22 7 dalam penelitian ini adalah paparan iklan
XI IPS IV 25 9 rokok.
JUMLAH 220 69 Variabel dependent atau variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
Adapun dalam menetukan sampel berdasarkan karena adanya variabel bebas. Variabel ini
kriteria yang sudah di tentukan baik kriteria tergantung dari variabel bebas terhadap
inklusi maupun eksklusi . perubahan (Aziz, 2013). Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah perilaku merokok
Kriteria Inklusi remaja.
Kriteria inklusi merupakan karakteristik atau
ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setap subjek Hipotesis Penelitiaan
penelitian yang dapat dijadikan sebagai Ho : Tidak ada hubungan antara paparan iklan
sampel, meliputi (Riyanto, 2011). Kriteria rokok dengan perilaku merokok remaja.
inklusi dalam penelitian ini adalah siswa kelas Ha : Ada hubungan anatara paparan iklan
IX SMA 23 Bandung dengan kriteria laki-laki, rokok dengan perilaku merokok remaja.
yang berumur 15-17 tahun, dan bersedia
dijadikan sebagai responden. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode
Kriteria Eksklusi pengumpulan data kuantitatif yaitu penelitian
Kriteria eksklusi merupakan kriteria atau ciri- dengan menggunakan instrumen berupa
ciri dari subjek penelitian yang tidak bisa kuesioner yang mengukur paparan iklan rokok
dijadikan sebagai sampel (Riyanto, 2011). dengan perilaku merokok. Dalam
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah pengumpulan data, untuk menetukan sampel
siswa yang sedang izin saat penelitian yang peneliti meminta seluruh data siswa laki-laki
dilakukan dan siswa yang sedang sakit. kelas XI ke Tata Usaha (TU) SMA N 23
Bandung. Kemudian peneliti meminta bantuan
Instrumen Penelitian kepada bagian HUMAS untuk mengumpulkan
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang siswa yang telah di pilih untuk menjadi
digunakan untuk pengumpulan data responden dan melakukan informed consent
(Sugiyono, 2011). instrumen yang digunakan dengan responden, menjelaskan cara pengisian
dalam penelitian ini adalah kuesioner kuesioner kepada responden, kemuadian
berbentuk skala gutman yaitu merupakan skala Peneliti mendampingi responden ketika
yang bersifat tegas seperti jawaban ya atau mengisi kuesioner agar bisa menjawab,
tidak dan pernah atau tidak pernah. apabila responden tudak paham dengan
Pada penelitian ini dilakukan uji konten pengsisian kuasioner tersebut peneliti juga
kepada Kuslan Sunandar, memeriksa kembali kuesioner yang telah diisi
SKM,.M.Kep,.Sp.Kom dan hasilnya sudah oleh responden, dan mengingatkan kembali
relevan dan layak dilakukan penelitian. kepada responden kekurangan dengan
memberikan penjelasan kembali.

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG v


Pengolahan Data yaitu dilihat berdasarkan distrubusi frekuensi
Data yang diperoleh dikumpulkan menggunakan rumus persentase, sedangkan
menggunakan: Editing, Coding, untuk mengetahui hubungan analisis yang
Setelah kuesioner di sunting, selanjutnya Data digunakan dilihat berdasarkan uji chi square.
Entry atau processing, Pembersihan data Hasil penelitian dipaparkan dalam bentuk tabel
(Cleaning) sebagai berikut :

Analisa Data Tabel 4.1 Gambaran Paparan Iklan Rokok,


Analisa data untuk mengukur hubungan Jenis Media Iklan, Frekuensi, Daya Tarik
paparan iklan dengan perilaku merokok remaja Iklan, Dan Jenis Rokok Pada Remaja Di
digunakan analisis Univariat dan Bivariat. SMA N 23 Bandung (n=69)
Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk Variabel f %
menjelaskana atau mendeskripsikan Paparan Iklan Rokok
karakteristik setiap variabel penelitian guna Terpapar 58 84,1
mendapatkan gambaran data variabel Tidak Terpapar 11 15,9
independent yaitu paparan iklan rokok dan Jenis Media Iklan 69 100
perilaku merokok. Untuk melihat paparan Media Cetak 6 8,7
iklan rokok dengan perilaku merokok adalah Media Elektronik 63 91,.3
dengan kuesioner yang berisi pertanyaan. Frekuensi 69 100
Rumus yang akan digunakan untuk >3 Kali Sehari 56 81,2
menemukan frekuensi kategori responden <3 Kali Sehari 13 18,8
adalah sebagai berikut: Daya Tarik Media 69 100
n
= x 100% Iklan
N
Keterangan : Menarik 54 78,3
P= Presentase Tidak Menarik 15 21,7
n= Jumlah jawaban Ya Jenis Rokok 69 100
N= Jumlah seluruh pertanyaan Kretek 16 23,2
Filter 53 76,8
Analisis Bivariat 69 100
Analisa Bivariat yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau Berdasarkan tabel 4.1 diketahui dari total 69
berkolerasi dimana jenis data keduanya remaja menunjukan paparan iklan rokok
merupakan jenis data kategori, maka dengan sebagian besar yaitu terpapar sebanyak 58
menggunakan uji chi-square dengan rumus orang (76,8%), jenis media iklan hampir
sebagai berikut: seluruhnya remaja dapatkan yaitu media
(0 ) elektronik sebanyak 63 orang (91,3%),
2 = frekuensi menunjukan >3 Kali Sehari yaitu

= ( 1)( 1) sebanyak 56 orang (81,2%), daya tarik media
Keterangan iklan sebagian besar menunjukan menarik
O= Nilai observasi (pengamatan) yaitu sebanyak 54 orang (78,3%), jenis rokok
E= Nilai ekspektasi (harapan) didapatkan paling banyak yaitu filter sebanyak
b= jumlah baris 53 orang (81,2%) .
k= jumlah kolom
Tabel 4.2 Gambaran Perilaku Merokok
HASIL PENELITIAN Pada Remaja Di SMA N 23 Bandung (n=69)
Hasil penelitian ini dipaparkan berdasarkan
analisis yang telah dilakukan yaitu sesuai Variabel f %
dengan tujuan khusus adalah mengetahui Perilaku Merokok
gambaran paparan iklan Rokok pada remaja Merokok 56 81,2
yaitu jenis iklan, frekuensi, daya tarik iklan, Tidak Merokok 13 18,8
dan jenis rokok yang di iklan, perilaku 69 100
merokok beserta bagaimana hubungannya,
untuk gambaran dilakukan analisis univariat

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG vi


Berdasarkan tabel 4.2 diketahui dari total 69 remaja yang melihat jenis media cetak tidak
remaja menunjukan perilaku merokok paling merokok.
banyak didapatkan yaitu hampir separuhnya
menyatakan merokok sebanyak 56 orang Tabel 4.5 Hubungan Antara frekuensi Iklan
(81,2%). Dengan Perilaku Merokok Remaja di SMA
N 23 Bandung (n=69)
Tabel 4.3 Hubungan Antara Paparan Iklan Perilaku merokok Total
P
Dengan Perilaku Merokok Remaja di SMA Frekuensi Merokok
Tidak value
merokok
N 23 Bandung (n=69)
OR P F % f % f %
Perilaku merokok Total
(CI 95%) value>3 kali
183.33 56 100 0 0 56 81,2
Paparan Tidak sehari
Merokok (17.28- 0,000<3 kali
Iklan merokok 0 0 13 100 13 18,8 0,000
1944.28) sehari
f % F % f % Total 56 100 13 100 69 100

Terpapar 55 98,2 3 23,00 58 84,1


Tidak
terpapar
1 1,8 10 77,00 11 15,9 Berdasarkan tabel 4.4 bahwa terlihat terdapat
Total 56 100 13 100 69 100
hubungan antara frekuensi iklan >3 kali sehari
dengan perilaku merokok yaitu sebanyak 56
orang (100%). Hasil uji chi square
Berdasarkan tabel 4.2 bahwa terlihat terdapat menunjukan 0,000<(0,05) artinya terdapat
hubungan antara paparan iklan yang terpapar hubungan antara frekuensi iklan dengan
dengan perilaku merokok yaitu sebanyak 55 perilaku merokok
orang (98,2%). Hasil uji chi square
menunjukan 0,000 <(0,05) artinya terdapat Tabel 4.6 Hubungan Antara daya Tarik
hubungan paparan rokok dengan perilaku media Iklan Dengan Perilaku Merokok
merokok, dan OR sebesar 183,33 artinya pada Remaja di SMA N 23 Bandung (n=69)
remaja yang terpapar iklan rokok akan Perilaku merokok Total
OR P
Daya (CI 95%) value
mempunyai risiko 183,33 lebih besar tarik Tidak 7.50
Merokok 0,000
cenderung remaja akan merokok, media merokok (2,06-27,25)
iklan
dibandingkan dengan remaja yang tidak f % f % f %
terpapar iklan akan sedikit tidak merokok. Menarik 54 96,4 0 0 54 78,3
Tidak
2 3,6 13 100 15 21.7
Tabel 4.4 Hubungan Antara jenis media menarik

Iklan Dengan Perilaku Merokok Remaja di Total 56 100 13 100 69 100

SMA N 23 Bandung (n=69)


OR
P Berdasarkan tabel 4.5 bahwa terlihat terdapat
Perilaku merokok Total (CI
value
Jenis
95%) hubungan antara daya tarik iklan yang menarik
Tidak
Media Iklan Merokok
merokok dengan perilaku merokok sebanyak 54 orang
f % F % f % (96,4%). Hasil uji chi square menunjukan
9,00 0,000 <(0,05) artinya terdapat hubungan
Media Cetak 0 0 6 46,2 6 8,7 (4,47- 0,000
Media
18.09) antara daya tarik media iklan dengan perilaku
56 100 7 53,8 63 91,3 merokok, dan OR sebesar 7,50 artinya pada
Elektronik
Total 56 100 13 100 69 100 remaja yang terpengaruh terhadap iklan yang
menarik akan mempunyai risiko 7,50 lebih
Berdasarkan tabel 4.3 bahwa terdapat besar cenderung remaja akan merokok,
hubungan antara jenis media iklan paling dibandingkan pada remaja dengan daya tarik
banyak elektronik dengan perilaku merokok iklan yang tidak menarik tidak merokok.
yaitu sebanyak 56 orang (100%). Hasil uji chi
square menunjukan 0,000 <(0,05) artinya
terdapat hubungan jenis media iklan dengan
perilaku merokok, dan OR sebesar 9,00
artinya pada remaja yang melihat terhadap
jenis media iklan rokok di elektronik akan
mempunyai risiko 9,00 lebih besar cenderung
remaja akan merokok, dibandingkan dengan

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG vii


Tabel 4.7 Hubungan Antara jenis rokok rokok yang dibeli oleh para remaja yaitu rokok
Dengan Perilaku Merokok Remaja di SMA yang paling banyak diiklankan.
N 23 Bandung (n=69) Hasil penelitian yang dilihat berdasarkan jenis
P media iklan hampir seluruhnya remaja
Perilaku merokok Total
value
Jenis
Merokok
Tidak
0,279
dapatkan yaitu media elektronik sebanyak 63
rokok merokok
orang (91,3%), Hal tersebut iklan merupakan
f % f % f %
bentuk penyajian dan promosi ide, barang
Kretek 11 19,6 5 38,5 16 23,2 atau jasa secara nonpersonal oleh suatu
Filter 45 80,4 8 61,5 53 76,8 sponsor tertentu yang memerlukan
pembayaran secara sederhana, iklan
Total 56 100 13 100 69 100
didefenisikan sebagai pesan yang menawarkan
suatu produk yang ditujukan oleh suatu
Berdasarkan tabel 4.6 bahwa terlihat tidak masyarakat lewat suatu media.
terdapat hubungan antara jenis rokok dengan Sejalan dengan hasil penelitian yang telah
perilaku merokok yaitu sebanyak 45 orang dilakukan oleh Pratama tentang gambaran
(80,4%). Hasil uji chi square menunjukan jenis iklan rokok dengan remaja yang
0,279<(0,05) artinya tidak terdapat hubungan melakukan rokok rata-rata jenis iklan yang
antara jenis dengan perilaku merokok. sering dilihat adalah media elektronik karena
iklan rokok yang ada di media elektronik
Pembahasan menunjukan lebih peka terhadap rokok yang
Gambaran Paparan Iklan Rokok, Jenis diiklankan.
Media Iklan, Frekuensi, Daya Tarik Iklan, Menurut Hutapea (2013) banyaknya iklan
Dan Jenis Rokok Pada Remaja Di SMA N rokok di media cetak, elektronik dan luar
23 Bandung ruang telah mendorong rasa ingin tahu remaja
Hasil penelitian yang dilihat berdasarkan tentang produk rokok. Iklan rokok mempunyai
paparan iklan rokok menunjukan sebagian tujuan untuk mengumpulkan kalangan muda
besar remaja yang terpapar terpapar sebanyak yang belum merokok untuk mencoba merokok
58 orang (76,8%). Hal tersebut dipengaruhi dan setelah mencoba merokok akan terus
oleh sikap remaja terhadap paparan iklan berkelanjutan sampai ketagihan
rokok yang membuat para remaja tertarik Hasil penelitian yang dilihat berdasarkan
untuk menghisap rokok. Pada remaja yang frekuensi menunjukan >3 Kali Sehari yaitu
ditunjukan oleh sikap terhadap rokok sebanyak 56 orang (81,2%). Hal tersebut iklan
merupakan gambaran yang menunjukkan dibuat dengan tujuan untuk memberikan
respon remaja mengenai pernyataan yang informasi dan membujuk para konsumen
berkaitan dengan pandangan, perasaan, dan untuk mencoba atau mengikuti apa yang ada di
kecenderungan untuk melakukan tindakan iklan tersebut, yaitu berupa aktivitas
merokok mengkonsumsi produk dan jasa yang
Sejalan dengan hasil penelitian Reza (2014) ditawarkan.
yang menunjukan hasil 32% tidak terpapar Sejalan dengan hasil penelitian Priatana (2013)
iklan rokok, dan sebagian besar menunjukan tentang Hubungan Jumlah rokok yang
paling banyak yang terpapar rokok yaitu 68%, diiklankan dengan perilaku merokok di SMAN
hal tersebut iklan rokok terpengaruh pada Tulungagung yang mendapatkan hasil bahwa
sebagian remaja yang melakukan tindakan jumlah remaja dalam melihat rokok di media
merokok. elektronik rokok>3 kali sehari.
Paparan iklan mempengaruhi perilaku Secara teori perilaku merokok pada remaja
merokok remaja dan akan semakin juga dapat muncul sebagai akibat dari iklan di
meningkatkan perokok remaja di Indonesia. media massa. Iklan rokok di berbagai tempat
Hal tersebut ditunjukkan dalam penelitian dan media massa yang saat ini semakin
Budiarty dan Yunni (2008), dengan judul merajarela sangat menarik bagi para remaja.
analisis pengaruh paparan iklan rokok di Iklan merupakan media cetak atau elektronik
televisi terhadap keputusan pembelian oleh yang memberikan sponsor serta promosi
para remaja. Penelitian ini menunjukkan iklan melalui berbagai kegiatan. Melihat iklan di
rokok memiliki keeratan hubungan dengan media massa dan elektronik yang
keputusan membeli rokok oleh para remaja. menampilkan gambaran bahwa perokok
Berdasarkan penelitian tersebut juga diketahui adalah lambang kejantanan atau glamour,

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG viii


membuat remaja seringkali terpicu untuk nikotin yang terikut masuk ke dalam tubuh
mengikuti perilaku seperti yang ada dalam perokok.
iklan tersebut. (Widiyarso, 2008). Hasil penelitian yang dilihat berdasarkan
Hasil penelitian yang dilihat berdasarkan daya perilaku merokok paling banyak didapatkan
tarik media iklan sebagian besar menunjukan yaitu hampir separuhnya menyatakan merokok
menarik yaitu sebanyak 54 orang (78,3%). Hal sebanyak 56 orang (81,2%). Hal tersebut pada
tersebut menunjukkan bahwa remaja telah remaja yang merokok besar kemungkinan
memberikan penilaian tinggi terhadap daya dipengaruhi oleh paparan iklan rokok,
tarik iklan yang ada pada iklan rokok tersebut frekuensi iklan rokok yang ia lihat lebih dari 3
di televisi, dimana daya tarik yang ditampilkan kali sehari.
meliputi pesan iklan, Audio, Bintang Ikan,
Dialog, Penampilan Visual, dan Pengaturan. Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja
Hasil penelitian Shinta (2015) tentang daya Di SMA N 23 Bandung
tarik iklan dengan tindakan merokok, hasil Hasil penelitian yang dilihat berdasarkan
penelitianya menunjukan bahwa sebagian perilaku merokok paling banyak didapatkan
besar 58,4% remaja tertarik terhgadap iklan yaitu hampir separuhnya menyatakan merokok
rokok. sebanyak 56 orang (81,2%). Hal tersebut pada
Daya tarik menurut Shimp (2003) yang sering remaja yang merokok besar kemungkinan
digunakan dalam iklan para pengiklan juga dipengaruhi oleh paparan iklan rokok,
beralih menggunakan humor dengan harapan frekuensi iklan rokok yang ia lihat lebih dari 3
akan bisa mencapai berbagai tujuan kali sehari.
komunikasi untuk memperoleh perhatian, Perilaku merokok yang sampai saat ini masih
membimbing pemahaman konsumen tentang menjadi masalah nasional di Indonesia.
peryataanperyataan produk, mempengaruhi Banyak faktor yang mendorong dan
sikap, meningkatkan reliabilitas dari peryataan mempengaruhi remaja untuk merokok, salah
yang diiklankan, dan akhirnya menciptakan satunya adalah iklan. Iklan merupakan suatu
tindakan pembelian oleh pelanggan. media untuk menyampaikan informasi kepada
Hasil penelitian yang dilihat berdasarkan jenis masyarakat terhadap suatu produk dan iklan
rokok didapatkan paling banyak yaitu filter memiliki fungsi untuk menyampaikan
sebanyak 53 orang (81,2%). Hal tersebut informasi, membujuk, atau untuk
remaja rata-rata menghabiskan rokok yang mengingatkan masyarakat terhadap produk
memiliki jenis filter sebanyak 1-5 batang rokok (Agung, 2010) . iklan rokok yang
perhari. Alasan mereka memilih jenis rokok semakin gencar dilakukan oleh industri rokok.
filter karena memiliki citra rasa tersendiri. Hal ini dapat dilihat dengan semakin
Sejalan dengan hasil penelitian Tita (2014) banyaknya media iklan rokok yang digunakan
menunjukan hasil bahwa remaja paling banyak oleh industri rokok contohnya poster atau
mengahbiskan rokok filter dibandingkankan gambar rokok yang dipajang di jalan dan
dengan kretek. pertokoan. Industri rokok juga menjadikan
Rokok filter merupakan produksi yang tokoh panutan remaja seperti atlit-atlit atau
mengandung zat-zat yang bersifat adiktif artis menjadi bintang iklan rokok untuk
(menimbulkan kecanduan), dan jika mempengaruhi persepsi remaja terhadap
dikonsumsi dapat mengakibatkan bahaya penampilan dan manfaat rokok (Subanada,
bagi kesehatan individu dan masyarakat. 2007).
Karena dalam rokok terdapat kurang lebih
4000 macam zat kimia, antara lain nikotin Hubungan Antara Paparan Iklan Dengan
yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat Perilaku Merokok Remaja di SMA N 23
karsinogenik dan dapat mengakibatkan Bandung
penyakit seperti kanker, penyakit jantung, Hasil analisis Hasil uji chi square menunjukan
impotensia, penyakit darah, emfisema, 0,000 <(0,05) artinya terdapat hubungan
bronkitis kronik, gangguan kehamilan dan paparan rokok dengan perilaku merokok, dan
janin serta banyak lagi lainnya (Negoro, OR sebesar 183,33 artinya pada remaja yang
2000). Menurut Cadwell (2001) bahwa terpapar iklan rokok akan mempunyai risiko
dalam sebatang rokok mengandung sekitar 183,33 lebih besar cenderung remaja akan
20,9 mg nikotin, namun ha ya sekitar 2 mg merokok, dibandingkan dengan remaja yang

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG ix


tidak terpapar iklan akan sedikit tidak yang meliputi jenis media luar ruang, efek
merokok. media luar ruang dan efektifitas media luar
Sejalan dengan hasil penelitian Megawati ruang terhadap tindakan merokok siswa
(2011) tentang Hubungan Antara Iklan SMA Negeri 2 Medan. Dan efektifitas
Dengan Sikap Dan Perilaku Merokok Pada media luar ruang memiliki hubungan paling
Remaja (SMA Negeri 4 Semarang). Hasil dominan terhadap tindakan merokok siswa
penelitianya menunjukan bahwa terdapat SMA Negeri 2 Medan (Exp (B) = 7,561).
hubungan antara iklan dan perilaku merokok Melihat iklan rokok di media cetak dan
pada remaja (siswa SMA Negeri 4 Semarang. elektronik yang menampilkan gambaran
Iklan merupakan bentuk komunikasi bahwa perokok adalah lambang sifat jantan
pemasaran sebagai bentuk dari kegiatan atau glamour, membuat remaja seringkali
promosi agar terjadi tindakan atau perubahan terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang
sikap pada pemirsa iklan sesuai dengan ada dalam iklan tersebut (Suryaningrat, 2007).
keinginan pengiklan. Dengan iklan maka Meski iklan rokok tidak menunjukkan secara
pemasar mampu mencapai dalam langsung orang yang sedang menghisap rokok
memperkenalkan produknya kepada orang- namun secara tidak langsung dari kata-kata
orang yang tidak dapat dicapai oleh salesman promosi seperti selera pemberani, pria
dalam jangka waktu tertentu atau untuk punya selera, gak ada loe gak rame, dan
memasuki daerah pasar baru yaitu menarik lain sebagainya yang terdapat pada iklan
pelanggan baru. Selain itu Iklan merupakan rokok membujuk pasar untuk menghisap
bentuk komunikasi non personal yang rokok, terutama anak remaja yang sedang
dilaksanakan lewat media dan dibayar oleh mencari jati diri (Kurniawati, 2008).
sponsor yang jelas, ( Kotler, 2012). Meskipun Industri rokok memiliki banyak cara untuk
tidak secara langsung berakibat terhadap mempromosikan produknya baik secara
pembelian, iklan merupakan sarana untuk langsung maupun tak langsung. Strategi
menjalin komunikasi antar perusahaan dengan promosi langsung yaitu melalui beragam
konsumen dalam usahanya untuk menghadapi media massa seperti media elektronik, televisi
persaingan. dan radio, media on line, dan media cetak.
Menurut pandangan peneliti bahwa remaja Sedangkan promosi yang tidak langsung
yang terpapar rokok dan pernah melihat adalah dengan kegiatan sponsorship pada
paparan iklan secara bergantian disalah satu beragam acara seperti menyelenggarakan
televisi dapat mempengaruhi seseorang untuk kegiatan yang bersifat religius, beasiswa,
melakukan merokok, selain itu pada remaja kesenian, olah raga dan lain sebagainya. Hasil
yang tidak terpapar iklan rokok akan memiliki pemantauan iklan, promosi, dan sponsor rokok
sedikit untuk melakukan merokok. yang dilakukan Komisi Nasional Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2007,
Hubungan Antara jenis media Iklan tercatat 2.846 jumlah tayangan televisi yang
Dengan Perilaku Merokok Remaja di SMA disponsori oleh industri rokok di 13 stasiun
N 23 Bandung televisi, ditambah dengan 1.350 kegiatan yang
Hasil penelitian yang didapatkan berdasarkan disponsori industri rokok (Kurniawati, 2008).
analisis Hasil uji chi square menunjukan 0,000 Pandangan peneliti tidak terdapat hubungan
<(0,05) artinya terdapat hubungan jenis jenis media iklan dengan perilaku merokok
media iklan dengan perilaku merokok, dan OR yang berarti ditunjukan oleh perilaku remaja
sebesar 9,00 artinya pada remaja yang melihat terhadap rokok yang tidak memiliki perbedaan
terhadap jenis media iklan rokok di elektronik antara iklan eklektronik dan iklan media masa,
akan mempunyai risiko 9,00 lebih besar karena keduanya sama-sama media iklan yang
cenderung remaja akan merokok, membentuk atau memotivasi konsumen pada
dibandingkan dengan remaja yang melihat produk rokok dengan dialog dapat
jenis media cetak tidak merokok. memperkenalkan dan memperjelas tindakan
Tidak sejalan dengan hasil penelitian Rahman model iklan, selain itu remaja dipengaruhi oleh
(2012) tentang pengaruh iklan media luar penampilan Visual, dimana televisi
ruang terhadap perilaku merokok siswa di keunggulan pada gambar yang mendominasi
SMA Negeri 2 Medan. Menunjukan hasil sehingga menciptakan persepsi dalam pesan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan yang disampaikan. Dan terakhir adalah setting
secara statistik antara media luar ruang / pengaturan dimana pemilihan tempat baik di

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG x


studio maupun di luar studio perlu (Indriyati dan Ihalauw, 2002). Fenomena ini
diperhatikan, sehingga cerita iklan akan cocok disebut kejemuan akan iklan (advertising
dengan produk yang diiklankan (Kurniawati, wearout).
2008).
Hubungan Antara daya Tarik media Iklan
Hubungan Antara frekuensi Iklan Dengan Dengan Perilaku Merokok Remaja di SMA
Perilaku Merokok Remaja di SMA N 23 N 23 Bandung
Bandung Berdasarkan hasil penelitian menunjukan uji
Didapatkan hasil penelitian dengan analisis uji chi square menunjukan 0,000 <(0,05) artinya
chi square menunjukan 0,000<(0,05) artinya terdapat hubungan antara daya tarik media
terdapat hubungan antara frekuensi iklan iklan dengan perilaku merokok, dan OR
dengan perilaku merokok sebesar 7,50 artinya pada remaja yang
Sejalan dengan hasil penelitian Anggraeni terpengaruh terhadap iklan yang menarik akan
(2013) tentang Hubungan Antara Pengetahuan, mempunyai risiko 7,50 lebih besar cenderung
lingkungan Sosial, dan Pengaruh Iklan Rokok remaja akan merokok, dibandingkan pada
dengan Frekuensi Merokok (Studi pada Siswa remaja dengan daya tarik iklan yang tidak
Kelas 3 SMK Negeri 2 Kendal). Hasil menarik tidak merokok.
penelitian menunjukan uji statistik Rank Sejalan dengan hasil penelitian Permanasari
Spearman menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 (2015) tentang perilaku mahasiswa dalam
yang berarti ada hubungan yang signifikan menyerap informasi iklan rokok. Hasil
Antara frekuensi Iklan Dengan Perilaku penelitianya menunjukan bahwa niat
Merokok. berperilaku mahasiswa pada iklan rokok
Menurut Indriarto (2006) dalam Afrianto tidak berbeda dengan niat mahasiwa
(2010) Iklan yang semakin luas cakupan berperilaku pada iklan rokok, yang artinya
medianya dan semakin tinggi frekuensi iklan tersebut sudah berhasil untuk menarik
tayangnya memungkinkan penonton semakin daya perhatian para penggemarnya.
sering menerima informasi iklan dan Menurut Shimp (2014) daya tarik adalah
merasakan impresi iklan tersebut dan jika pendukung (endorsement) dalam iklan produk-
iklan tidak memilik 5 waktu yang tepat saat di produk di dalam periklanan mendapat
siarkan maka sasaran pun tidak sesuai target. dukungan (endorsement) eksplisit dari
Pandangan peneliti yang pada dasarnya remaja berbagai tokoh umum yang populer.
melihat frekuensi iklan >3 kali sehari, karena Terkadang iklan pun tidak menggaet artis
pada iklan rokok yang lebih ditayangkan pada tetapi orang biasa. Shimp (2003) menjelaskan
periode anatara jam 20:00 dan 23:00 dan besar mengenai fungsi-fungsi iklan dalam proses
kemungkinan remaja pada jam tersebut belum komunikasi yang penting bagi perusahaan
tertidur dan masih menonton acara ditelevisi, bisnis, diantaranya : informing, yakni
dan pada dasarnya iklan rokok dikenal sebgai membuat konsumen sadar (aware) akan
iklan prime time, dimana program iklan rokok merek-merek baru, mendidik menreka tentang
masih dapat menayangkan iklan yang terbaik berbagai fitur dan manfaat merek, serta
dan termahal, serta para pengiklan harus memfasilitasi pencipta merek yang positif.
membayar mahal untuk periode ini dan untuk Fungsi yang kedua adalah Persuading yaitu
iklan rokok mampu membayar iklan dengan membujuk pelanggan untuk mencoba produk
mahal untuk produknya yang diklankan, oleh dan jasa yang diiklankan. Fungsi berikutnya
karena itu rata-rata remaja tertarik dengan adalah Reminding, yakni menjaga agar merek
iklan yang ia lihat lebih dari 3 kali dalam satu suatu perusahaan tetap segar dalam ingatan
hari dan satu malam. konsumen. Fungsi yang terakhir adalah adding
Menurut Sihombing, (2010) suatu iklan baru value dimana perikalanan memberi nilai
akan efektif jika dilihat rata- rata tiga kali tambah pada merek dengan mempengaruhi
dalam satu hari. Jika hanya satu atau dua kali presepsi konsumen.
dianggap belum memberikan dampak yang Pandangan peneliti rata-rata remaja dengan
signifikan Namun penayangan iklan yang perilaku merokok tampaknya sudah
berlebihan juga dapat menimbulkan efek yang mempunyai niat berperilaku yang
merugikan yaitu sesudah jumlah tertentu ditimbulkan dari iklan rokok tersebut,
pengulangan maka pengulangan tambahan sehingga daya tarik iklan rokok lebih dapat
mungkin mengurangi keefektifan iklan

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG xi


mempengaruhi remaja dalam menghisap rokok sejumlah kandungan tembakau dan juga
yang sesuai dengan rokok yang di iklan. bahaya dari pembakaran yang dihasilkannya
(Jaya, M, 2009). Merokok adalah salah satu
Hubungan Antara jenis rokok Dengan aktivitas yang memerlukan keterlibatan fisik.
Perilaku Merokok Remaja di SMA N 23 Tidak seperti pengambilan minuman
Bandung beralkohol dan minuman kopi, rokok tidak
Didapatkan hasil penelitian yang dilihat memenuhi keperluan harian. Selain daripada
berdasarkan analisis Hasil uji chi square itu, merokok dalam kaangan remaja dikatakan
menunjukan 0,279<(0,05) artinya tidak didorong oleh berbagai faktor yang
terdapat hubungan antara jenis dengan menyumbang kepada perilaku remaja terhadap
perilaku merokok. gejala yang tidak sehat ini. Pengaruh sosial,
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang pengaruh lingkungan, pengaruh psikologi dan
terbungkus, sejenis cerutu atau bentuk lainnya sebagainya dikatakn di antara pengaruh yang
yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana menyumbang kepada remaja untuk merokok.
Tabacum, Nicotiana Rustica dan sejenisnya. Gejala ini juga mendatangkan kesan bukan
Ada dua jenis produk rokok di Indonesia yaitu hanya remaja, masyarakat maupun negara
rokok putih dan rokok kretek. Rokok putih karena jumlah remaja merokok yang semakin
sudah dikenal di seluruh dunia, namun rokok hari semakin meningkat (Malaysia journal,
kretek merupakan produksi yang unik dari 2013).
Indonesia. Berdasarkan bahan dan ramuan, Simpulan akhir pada penelitian ini yaitu
rokok digolongkan menjadi beberapa jenis perilaku merokok pada remaja yaitu rata-rata
yaitu (1) rokok kretek, yakni rokok yang terpapar iklan rokok yang terlihat di media
memiliki ciri khas adanya campuran cengkeh elektronik dengan jumlah frekuensi iklan >3
pada tembakau rajangan yang menghasilkan kali sehari, selain mereka tertarik untuk
bunyi kretek-kretek ketika dihisap melakukan tindakan merokok yang dilakukan
(Anonymous, 2001), oleh remaja tersebut. Remaja menghabiskan
Berdasarkan cara pembuatannya rokok kretek rokok paling banyak merokok di lingkungan
dapat dibedakan menjadi sigaret kretek tangan luar sekolah, besar kemungkinan jika
(SKT) yaitu rokok kretek yang dibuat dilingkungan sekolah akan ada peneguran dari
menggunakan tangan (Susanto, 2001), dan guru mereka, dan di sekolah pun ada selogan
sigaret kretek mesin (SKM) yang berawal sekolah bebas asap rokok, maka pada remaja
ketika pabrik rokok Bentoel menggunakan merasa takut untuk melakukanya.
mesin Karena kekurangan tenaga pelinting
(Susanto, 2001), (2) rokok putih, adalah rokok SIMPULAN
dengan atau tanpa filter menggunakan 1. Berdasarkan gambaran paparan iklan rokok
tembakau virginia iris atau tembakau laiinya sebagian besar remaja terpapar sebanyak 58
tanpa menggunakan cengkeh, digulung dengan orang (76,8%), jenis media iklan hampir
kertas sigaret dan boleh menggunakan bahan seluruhnya remaja dapatkan dari media
tambahan kecuali yang tidak diijinkan elektronik sebanyak 63 orang (91,3%),
berdasarkan ketentuan Pemerintah RI frekuensi menunjukan >3 Kali Sehari yaitu
(Anonymous, 2001) dan (3) cerutu, adalah sebanyak 56 orang (81,2%), daya tarik
produk dari tembakau tertentu berbentuk media iklan sebagian besar menunjukan
seperti rokok dengan bagian pembalut luarnya menarik yaitu sebanyak 54 orang (78,3%),
berupa lembaran daun tembakau dan bagaian jenis rokok didapatkan paling banyak yaitu
isisnya campuran serpihan tembakau tanpa filter sebanyak 53 orang (81,2%)
penambahan bahan lainnya. 2. Gambaran perilaku merokok pada remaja
Sedangkan menurut Aditama (2009), asap di SMA N 23 Bandung hampir separuhnya
rokok mengandung sekitar 4000 bahan kimia, menyatakan merokok sebanyak 56 orang
43 diantaranya bersifat karsinogen. Pengaruh (81,2%).
asap rokok dapat mengakibatkan infeksi pada 3. Ada hubungan paparan iklan rokok dengan
paru dan telinga serta kanker paru (Kesowo, perilaku merokok yaitu p-value 0,000 dan
2003). OR 183,33
Merokok adalah membakar tembakau dan 4. Ada hubungan jenis media iklan dengan
daun tar dan menghisap asap yang perilaku merokok p-value 0,000 dan OR
dihasilkannya. Asap ini membawa bahaya dan sebesar 1,2.

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG xii


5. Ada hubungan antara frekuensi iklan Badan Penelitiandan Pengembangan
dengan perilaku merokok p-value 0,000 Kesehatan (2010). Riset Kesehatan Dasar
6. Ada hubungan antara daya tarik media 2010. Diakses pada tanggal 20 April 2011
iklan dengan perilaku merokok p-value darihttp://www.diskes.jabarprov.go.id/do
0,000 dan OR sebesar 7,50 wnload.php?title=RISKESDAS%202010
7. Tidak ada hubungan antara jenis dengan &sourc
perilaku merokok p-value 0,276 e=data/download/201121152334.pdf
Budiarty, Etty dan Yunni. 2008. Analisa
Saran Pengaruh Paparan Iklan Rokok Di
1. Pada penelitian ini didapatkan bahwa Televisi Terhadap Keputusan Pembelian
remaja paling banyak yang melakukan Oleh Para Remaja. Jurnal Ekonomi
periaku merokok oleh karena itu pihak September 2008 Vol XVIII No 2.
sekolah diharapkan agar memberikan Bekti. (2010). Lindungi Remaja dari Bahaya
teguran dan larangan kepada remaja yang Rokok. Diakses tanggal 23 Februari 2011
diketahui merokok, agar tidak merokok. dari http://Bekti-medicastore.com.
2. Meningkatkan promosi kesehatan dan Departemen Kesehatan RI. 2010. Profil
Memberikan penyuluhan serta pendidikan Kesehatan Indonesia Tahun 2010. Jakarta
kesehatan tentang bahaya merokok bagi : Departemen Kesehatan.
kesehatan, agar perilaku tidak Dinas kesehatan Kota Bandung : Laporan
melakukannya. Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat Jawa Barat Tahun 2013. Kementrian
menambah informasi berhubungan dengan Kesehatan RI; 2014. Dinas kesehatan
materi dalam penelitian ini. Kota Bandung tahun 2015.
4. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya Hutapea, Ronald: why Rokok Temabakau dan
agar meneliti lebih lanjut tentang perilaku Peradaban Manusia. Jakarta: Bee Media
merokok pada remaja, agar menemukan Indonesia; 2013.
fenomena yang lain dengan variabel yang Hurlock B.E, 2006. Perkembangan Anak. Jilid
berbeda. Misalnya pengaruh pendidikan 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.
kesehatan dengan perilaku merokok. Helmi, Avin: Faktor-Faktor
Penyebabperilaku Merokok Pada
DAFTAR PUSTAKA Remaja. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Agung, A. 2010. Hubungan Antara Dukungan Mada; 2013.
Orang tua, Teman Sebaya dan Iklan Indriyanti, I. Satya dan J. J. O. I. Ihalauw.
Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada 2002. Pengulangan Pesan Suatu Iklan
Siswa Laki-Laki Madrasah Aliyah Negeri dalam Proses Pembelajaran Konsumen:
2 Boyolali. Universitas Muhammadiyah Studi Terhadap Iklan Pasta Gigi
Surakarta; Skripsi. Surakarta. Pepsodent. Jurnal Ekonomi & Bisnis,
Aditama. Rokok dan kesehatan, Edisi 3. Vol. 8, No. 1, pp.36-52.
Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta. Indriarto, Fidelis. 2006. Studi Mengenai
2009. Faktor Kekhawatiran dalam Proses
ASH research report: The Health Effects of Penyampaian Pesan Iklan. Jurnal Sains
Expsure to Ssecondhand Smoke Planned Pemasaran Indonesia, Vol. 5, No. 3,
Review Date: March 2017; 2014. pp.243-268
Amalia, Rizki & Salawati Trixi: Perilaku Indonesia Tobacco Atlas: Atlas Tembakau
Merokok Dikalangan Mahasiswa Indonesia. Jakarta: Tobacco Control
Universitas Muhammadiyah Semarang Support Center-Iklan Ahli Kesehatan
(Smoking Behavior Among Students in Masyarakat Indonesia; 2013.
UNIMUS). FKM, UNIMUS;2010. Jaya, Muhammad: pembunuh berbahaya itu
Armstrong, Gary dan Kotler, Philip, 2008, Bernama Rokok. Samarinda: Rizma;
Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi 12, 2009.
Erlangga: Jakarta. Kotler, Philip dan Keller, Kevin L., 2009,
Bangun, A.P. 2005. Panduan Untuk Perokok : Manajemen Pemasaran, Edisi 12, Indeks:
Solusi Tuntas Untuk Mengurangi Rokok Jakarta.
dan Berhenti Merokok. Jakarta : Milenia Kementrian kesehatan Rebuplik Indonesia
Populer. tahun,2011.

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG xiii


Machfoedz, Mahmud. 2010. Komunikasi Tandra H. 2009. 10 Negara dengan Jumlah
Pemasaran Modern. Yogyakarta : Cakra Perokok Terbesar di Dunia.
Ilmu. Tjiptono, Fandy, 2008, Strategi Pemasaran,
Malaysian journal of communication 29 (1) Edisi 3, ANDI: Yogyakarta.
2013. Social Factor Influence In The Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi
Effect Of No Smoking Campaign By The Yang Kreatif & Analisis Kasus Integrated
Malaysian Ministort Of Health; 2013. Marketing Communication. Jakarta : PT
Muchtar,A.F.,2005.Matikan Rokok Hidupkan Gramedia Pustaka Utama.
Semangat: Jalan Menuju Hidup Sehat Wawan, A. dan Dewi. 2010. Teori &
Bermakna.Penerbit Amanah Publishing Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
House: Bandung Perilaku Manusia. Nuha Medica.
Mutadi, Z. 2005. Rmaja dan Rokok. Yogyakarta.
http:www.episikologi.com Windiani, Trisna Ayu Gusti. 2007. Tumbuh
/remaja/050602.htm.diakses pada tanggal Kembang Remaja Dan Permasalahannya.
31 maret 2013. Jakarta: Sagung seto.
Notoadmodjo, S., 2003. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Dalam:
Notoadmodjo, S. Ilmu Kesehatan
Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, soekidjo: kesehatan masyarakat
ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta;
2011.
Notoatmodjo, soekidjo: Promosi Kesehatan
dan Perilaku Kesehatan . Jakarta: ;
Rhineka Cipta; 2012.
Notoatmodjo: Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi
Yang Kreatif & Analisis Kasus Integrated
Marketing Communication. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Riyanto, Agus: Kapita Selekta Kuesioner.
Jakarta: Salemba Medika; 2008.
Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi:
Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran
Terpadu. 5 ed. Jakarta: Erlangga
Sihombing, Indra Jaya., 2010b, Frekuensi,
Jumlah Audiens, dan Masa Beriklan
Suara Merdeka, 8 Mei 2010, h.1
Shimp, Terence , 2014, pengaruh Kualitas
pesan, Daya tarik, Frekuensi iklan
terhadap efektifitas iklan Indomie.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Stephen EG, Lisa CD, Jenifer SR, Donald H,
and Robin JM. Risk Factors for
Adolescent Smoking: Parental Smoking
and Mediating Role of Nicotine
Dependence. Available from: PubMed.
Surodjo, Basuki & Langi, Susi, Sifra: Stop
Smoking For Good. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama; 2013.
Sugiyono : metode penelitian kuantitatif
kualitatif. Bandung: Alfabeta; 2011.

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG xiv

Anda mungkin juga menyukai