Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mineral merupakan salah satu unsur kimia yang berperan dalam tubuh kita.
Meskipun diperlukan dalam jumlah kecil, mineral memiliki fungsi yang
signifikan bagi tubuh. Oleh karena itu, defisiensi mineral dapat menyebabkan
beberapa gangguan fungsi tubuh yang dapat berakibat fatal. Mineral dapat
digolongkan menjadi dua kelompok utama yaitu mineral makro dan mineral
mikro berdasarkan kebutuhannya didalam tubuh. Mineral makro adalah mineral
yang menyusun hampir 1% total berat badan manusia dan dibutuhkan dengan
jumlah lebih dari 1000 mg/hari, sedangkan Mineral mikro merupakan mineral
yang dibutuhkan dengan jumlah kurang dari 100 mg/hari. Kromium atau Krom
(Cr) merupakan salah satu mineral mikro yang dibutuhkan tubuh.
Krom telah diakui sebagai nutrien esensial yang berfungsi antara lain dalam
metabolisme karbohidrat, lipid dan asam nukleat. Kromium berperan dalam
menanggulangi diabetes melitus, aterosklerosis dan penyakit jantung koroner.
Salah satu faktor yang disalahkan adalah pola diet tinggi karbohidrat yang
diolah (refined) seperti kue, es krim dan sirup kaya sukrosa. Makanan sejenis itu
selain miskin krom juga menguras kandungan krom tubuh. Krom adalah nutrien
esensial, efektif jika dipakai untuk mencegah dan mengobati keadaan
defisiensinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari Cr?
2. Apa fungsi Cr?
3. Bagaimana proses metabolisme Cr?
4. Bagaimana proses transpor Cr?

1
5. Bagaimana proses absorbsi dan ekskresi Cr?
6. Berapa angka kecukupan Cr?
7. Apa sajakah sumber Cr?
8. Bagaimana akibat dari defisiensi Cr?
9. Bagaimana toksisitas yang ditimbulkan Cr

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Mahasiswa dapat menyebutkan dan menjelaskan definisi dari Cr.
2. Mahasiswa dapat menyebutkan dan menjelaskan fungsi Cr.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana proses metabolisme Cr.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan proses transpor Cr.
5. Mahasiswa dapat menjelaskan proses absorbsi dan ekskresi Cr.
6. Mahasiswa dapat menyebutkan angka kecukupan Cr.
7. Mahasiswa dapat menyebutkan dan menjelaskan sumber Cr.
8. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana akibat dari defisiensi Cr.
9. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana toksisitas yang ditimbulkan Cr.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kromium

Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cr dengan nomor atom 24. Kromium adalah salah satu unsur yang lazim
ditemukan di kerak bumi dan air laut. Kromium tersedia di alam dalam bentuk
logam (Cr0), kromium trivalent (+3) dan hexavalent (+6). Kromium trivalen
diperlukan dalam jumlah kecil dalam metabolisme gula pada manusia.
Kekurangan kromium trivalen dapat menyebabkan penyakit yang disebut

2
penyakit kekurangan kromium (chromium deficiency). Kromium hexavalen
disintesis dari oksidasi trivalent dan memiliki toksisitas tinggi. (William, 2004).

2.2 Fungsi Kromium Secara Umum

Kromium berperan penting dalam metabolisme dan penggunaan karbohidrat,


sintesis asam lemak, kolesterol, dan protein. Kromium sendiri berperan dalam
mengendalikan kerja insulin dalam tubuh atau biasa disebut dengan faktor
pengendali kadar gula darah (GTF/Glucose Tolerance Factor). Percobaan pada
hewan menunjukkan bahwa kekurangan krom dapat menyebabkan gangguan
toleransi terhadap glukosa, walaupun konsentrasi insulin normal. Dengan
konsumsi kromium yang cukup sehari-hari, pemanfaatan insulin menjadi lebih
efisien serta kadar glukosa darah dalam tubuh terjaga.

Selain fungsi di atas, kromium juga mampu menurunkan kemungkinan


terjadinya hipertensi pada tiap individu. Hal ini dilakukan dengan mekanisme
kromium yang mampu menurunkan kadar trigliserida dalam darah dan juga
mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah serta mampu menurunkan
angka kejadian yang menunjukkan kadar LDL dalam darah manusia

Kromium ini sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai alat pencegahan


terhadap kehilangan memori dan penyakit alzheimer. Manfaat lain yang bisa kami
peroleh dari kromium adalah bahwa jenis mineral ini merupakan suplemen
kesehatan yang dapat mengurangi risiko penyakit jantung. Kromium mampu
mengontrol denyut jantung agar tetap normal. Kromium juga memiliki
kemampuan untuk menangkal infeksi dan melindungi sel dari kerusakan. Selain
itu, kromium juga dapat menghilangkan rasa lapar, sehingga sangat bermanfaat
dalam penurunan berat badan.

2.3 Digesti Kromium

3
4
Dalam larutan asam Cr dapat ditemukan di lambung, Cr3+ terlarut dan
membentuk kompleks dengan ligan. Kromium diserap di seluruh saluran
pencernaan terutama di jejenum. Meskipun model penyerapan belum jelas
diketahui, namun diduga diserap secara difusi dan melalui carrier-mediated
tranporter. Sekitar 0,4 2,5% Cr yang dikonsumsi diserap masuk ke sel usus.
Tubuh mengandung sekitar 4 6 mg Cr. Jaringan yang mengandung Cr
tinggi adalah ginjal, hati, otot, limpa, jantung, pankreas dan tulang. Kadar Cr
jaringan menurun sesuai dengan umur. Unsur Cr diduga disimpan dalam jaringan
bersama dengan besi dalam bentuk ferri (Fe3+) karena diangkut oleh tranferin
(Gropper et al. 2009).
Peningkatan penyerapan Cr dipengaruhi oleh: adanya asam amino dan
ligan lain dapat membentuk chelat dengan Cr dalam lambung. Asam amino

5
seperti phenylalanin, methionin dan histidin, dapat berperan sebagai ligan untuk
memperbaiki penyerapan Cr. Pikolinat dapat berperan sebagai ligan Cr.
Chelating tersebut membantuk Cr tetap larut dan mencegah proses olasi
pada pH alkalin di usus halus. Senyawa lipophilic seperti pikolinat juga
bermanfaat meningkatkan penyerapan melalui membran sel lipid. Vitamin C juga
meningkatkan penyerapan Cr. Mengkonsumsi 1 mg Cr (CrCl2) bersama dengan
100 mg askorbate akan meningkatkan kadar Cr plasma dibandingkan tanpa
minum asam askorbat.
Terdapat inhibitor yang mempengaruhi penyerapaan Cr. Kromium
anorganik dalam lingkungan netral atau basa bereaksi dengan hidroksil (OH-),
yang akan segera berpolimerisasi membentuk senyawa dengan bobot molekul
tinggi dalam proses yang disebut olasi. Reaksi ini mengkibatkan presipitasi
(pengendapan) Cr sehingga menurunkan penyerapan. Antacid dan phytat
menurunkan penyerapan Cr secara nyata (Gropper et al. 2009; Solomon 1988;
Luseba 2005).

2.4 Absorbsi dan Ekskresi Kromium

Metabolisme Cr diabsorbsi di dalam usus halus sebanyak 10-25%. Proses


absorbsi Cr dibantu oleh asam-asam amino yang mencegah Cr mengendap dalam
media alkali di usus halus. Cr yang ditransfer ke jaringan terikat pada transferin
yang terdapat pada mitokondria hati, mikrosom, dan sinositol. Ekskresi Cr
dikeluarkan melalui urin dan ekskresi akan meningkat apabila mengkonsumsi
gula sederhana yang tinggi, aktivitas fisik yang berat serta terjadi trauma fisik.

2.5 Metabolisme Kromium

2.6 Angka Kecukupan Kromium

Kekurangan krom karena makanan jarang terjadi, oleh karena itu AKG untuk
krom belum ditentukan. Amerika serikat menetapkan jumlah yang aman untuk
dikonsumsi oleh seorang dewasa adalah sebanyak 50-200 mcg sehari.

6
2.7 Sumber

Kromium adalah trace element yang banyak dijumpai di lingkungan, antara


lain di udara, air, tanah, tumbuhan, dan hewan. Sumber kromium yang baik di
antaranya adalah daging, biji-bijian misal gandum, dan rempah-rempah (Pakar
Gizi Indonesia, 2016).

Sumber krom terbaik adalah makanan nabati. Kandungan krom dalam


tanaman bergantung pada jenis tanaman, kandungan krom tanah dan musim.
Sayuran mengandung 30 hingga 50 ppm, biji-bijian dan serealia utuh 30 hingga
70 ppm dan buah 20 ppm. Hasil laut dan daging juga merupakan sumber krom
yang baik (Almatsier, 2004).

Menurut Institute of Medicine (2001) kromium ditemukan pada berbagai jenis


makanan, namun sebagian besar makanan yang mengandung kromium hanya
menyumbang kurang dari 1-2 g per sajinya . Menentukan kandungan kromium
dalam makanan sangat sulit karena kurangnya metode analisis yang standar.
Selain itu jumlah kromium dalam makanan bisa bertambah atau berkurang karena
proses persiapan dan pemasakan. Akibatnya, konsumsi kromium dalam diet tidak
bisa ditentukan secara akurat karena data mengenai hal tersebut belum cukup
banyak (Ngaisyah, 2010).

2.8 Defisiensi Kromium

Defisiensi kromium dapat menyebabkan timbulnya diabetes, terhambatnya


pertumbuhan, serta gangguan dan metabolisme asam amino (Pakar Gizi Indonesia,
2016). Kromium memiliki peran dalam metabolisme karbohidrat dan lipid dalam
tubuh. Kromium bekerja sama dengan insulin dalam memudahkan masuknya
glukosa ke dalam sel. Kekurangan kromium dalam tubuh dapat menyebabkan
gangguan toleransi terhadap glukosa, walaupun konsentrassi insulin normal. Terapi
nutrisi kromium (dalam bentuk kromium pikolinat yang paling mudah diserap)
yang dilakukan di Amerika dalam bentuk tablet dengan dosis 200 g/hr untuk

7
orang dewasa sehat dan 400-1000 g/hr untuk penderita diabetes melitus terbukti
memberikan dampak fisiologis antara lain meningkakan daya kerja insulin,
menormalkan gula darah dan meningkatkan kolesterol HDL (Atmosukarto dan
Rahmawati, 2004).

2.9 Toksisitas

Kelebihan krom karena makanan belum pernah ditemukan. Pekerja yang


terkena limbah industri dan cat yang mengandung krom tinggi dikaitkan dengan
kejadian penyakit hati dan kanker paru-paru. Kromat adalah bentuk krom dengan
valensi 6. Tubuh tidak dapat mengoksidasi krom makanan dengan valensi 3 yang
tidak toksik menjadi bentuk valensi 6 yang toksik. Jadi, krom di dalam makanan
tidak ada kaitannya dengan kanker paru-paru (Almatsier, 2004).

8
BAB III

PENUTUP

9
3.1 Kesimpulan

Kromium berperan penting dalam metabolisme dan penggunaan karbohidrat,


sintesis asam lemak, kolesterol, dan protein. Kromium sendiri berperan dalam
mengendalikan kerja insulin dalam tubuh atau biasa disebut dengan faktor
pengendali kadar gula darah (GTF/Glucose Tolerance Factor). Dengan konsumsi
Kromium yang cukup sehari-hari, pemanfaat insulin jadi lebih efisien serta kadar
glukosa darah dalam tubuh terjaga.

10

Anda mungkin juga menyukai