Anda di halaman 1dari 60

Gizi Mikro

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Indonesia

CHROMIUM
Yudhi Adrianto
Fathia Maulida
Irmawati A Thobias
Syally Nadya Octavia
3
CHROMIUM
 Merupakan gugus metal yang banyak terdapat pada reaksi
oksidasi dari Cr2- dan Cr6+
 Banyak ditemukan di air, udara dan tanah
 Chromium trivalent atau Cr3+ merupakan bentuk stabil mineral ini
dalam proses oksidasi dan terikat pada ligan nitrogen, oksigen
atau sulfur membentuk hexacoordinate atau octahedral kompleks.
 Bentuk trivalent  dibutuhkan manusia
 Diperkirakan dalam tubuh terdapat 4 – 6 mg Cr

2
Fungsi dan
Mekanisme Cr3+
▪ Cr3+ berpotensi dalam aksi insulin (mekanisme masih diinvestigasi)
▪ Terikat dalam komplek asam nikotinat dan asam amino membentuk
glucose tolerance factor (GTF) banyak terdapat pada yeast (ragi)
▪ Komplek dinikotinato chromium terikat dalam asam amino (glutamate,
cysteine dan glycine) dan bentuk stabil berfungsi dalam memfasilitasi
ikatan insulin.
▪ Penelitian banyak menyebutkan chromium berfungsi dalam sekresi
insulin pancreas, ekspressi dan efektifitas insulin.
▪ Meningkatkan plasma insulin melaluin reseptor transferrin
membentuk apochromodulin dari 4 atom chromium
3
SUMBER
 Bentuk trivalent atau Cr3+ banyak pada daging, ikan, jeroan
unggas, serealia.
 Cr3+ dalam jumlah besar banyak terdapat pada keju, dark
chocolate, jamur, kacang hijau, bayam, apel, pisang, jeruk, anggur
 Pengolahan makanan mempengaruhi kandungan Cr3+ sebagai
contoh gula rafinasi telah dihilangkan kandungan Chromiumnya
dibandingkan brown sugar.
 Chromium dapat larut dalam peralatan stainless dan berubah
menjadi asam
4
5
ABSORPSI, TRANSPORT DAN
PENYIMPANAN
ABSORPSI
- Dalam asam Cr3+ larut dan berikatan dengan ligan.
- Diserap dalam usus halus (jejenum) mode
penyerapan masih belum diketahui (difusi atau
transport terfasilitasi)
- 0.4% sampai 2.5% intake Cr3+ diserap kedalam sel
usus halus dan dapat digunakan tubuh

6
ABSORPSI,
TRANSPORT DAN
PENYIMPANAN
FAKTOR PENGARUH ABSORPSI
Ehancer
 Berikatan dengan ligan dan asam amino seperti phenylalanine,
methionine dan histidine
 zat lipophilic juga meningkatkan penyerapan seperti picolinate
 Vit C : 1 mg Cr3+ diserap bersama 100 mg ascorbate
Inhibitor
 Proses Olasi: Cr3+ inorganic bersifat netral alkali yang bereaksi dengan (OH-)
 Konsumsi antasida menurunkan konsentrasi Cr3+ dalam jarrah dan jaringan
7
 Phytat dalam sereal dan kacang-kacangan menurunkan penyerapan
TRANSPORT
- Dalam darah Cr3+ terikat kompetitif dengan transferrin dan
ditransport berikatan dengan besi di transferrin
- Jika transferrin tidak mengandung Cr3+ maka Cr3+ akan diangkut
oleh albumin
- Dalam konsentrasi tinggi globulin dan lipoprotein mentransport
mineral ini
- Dalam darah Cr3+ dapat tersirkulasi secara bebas
- Proses transport dalam darah masih belum diketahui.

8
PENYIMPANAN

- Dalam tubuh 4 sampai 6 mg Cr3+ disimpan dalam jaringan.


Konsentrasi paling tinggi terdapat pada ginjal, hati, otot,
pancreas, linfa dan tulang.
- Konsentrasi Cr3+ menurun sesuai usia
- Cr3+ tersimpan dalam jaringan berikatan dengan ferric iron
dan ditransport dalam transferrin.

9
Ekskresi
 Sebagian besar chromium diekskresikan oleh tubuh
melalui urin.
 95% dari ekskresi chromium mencerminkan intake
terbaru.
 Urin chromium 0,2 – 0,4 ꭒg/hari, dan asupan 0,5% -
2% diekresikan dengan intake 40 ꭒg dan 10 ꭒg (6,8,
36-38).

10
Ekskresi
▪ Diet tinggi gula sederhana (35% gula sederhana, 15%
karbohidrat kompleks) meningkatkan kadar chromium dalam
urin.
▪ Berbeda dengan konsumsi tinggi karbohidrat (35% karbohidrat,
15% gula sederhana), selain kadar urin chromium sedikit,
sejumlah kecil chromium hilang melalui dekuamasi sel kulit.
▪ Chromium tidak endogen diekskresikan melalui empedu ke
dalam feses

11
Chromium
(Cr3+) dan
Reaksi Insulin

12
Interaksi dengan
Zat Gizi Lain
o Karena kromium diangkut dalam darah yang terikat pada transferin
(protein pengikat besi), banyak dugaan bahwa kromium jika
diberikan dalam jumlah besar dapat memindahkan besi dari
transferrin.
o Konsumsi kromium (̴200 ꭒg) sebagai kromium klorida dan kromium
pikolinat dikaitkan dengan penurunan yang signifikan dalam serum
feritin, kapasitas pengikatan besi total (TIBC), dan saturasi transferrin
pada pria.
o Studi lain menunjukkan bahwa konsumsi chromium dan pikolinat
(924 ꭒg) tidak memiliki efek pada indeks hematologi pada laki-laki
13
PENILAIAN GIZI

▪ Tidak ada tes khusus untuk


menentukan status kromium

14
Angka Kecukupan
Gizi

▪ Estimasi intake kromium yang aman dan cukup


pertama kali dilaporkan pada tahun 1980.
▪ Tahun 1989, estimasi intake kromium yang aman
dan cukup, yaitu 50-200 ꭒg /hari untuk orang
dewasa.

15
Angka Kecukupan
Gizi
 Kecukupan intake kromium untuk laki-laki dan perempuan
hingga usia 50 tahun, masing-masing adalah 35 ꭒg dan 25
ꭒg.
 Angka ini turun menjadi 30 ꭒg dan 20 ꭒg ketika berumur 50
tahun ke atas.
 Selama kehamilan dan menyusui, asupan kromium yang
direkomendasikan adalah 30 ꭒg dan 45 ꭒg .

16
UMUR (TAHUN) AI (ꭒg )
Infants 0 – 1 0.2 – 5.5
Children 1 – 8 11 – 15
Males
9 – 13 25
14 – 50 35
> 50 30
Females
9 – 13 21
14 – 18 24
19 – 50 25
> 50 20
Pregnancy
< 18 29
> 18 30
Lactation
< 18 44
17 > 18 45
Defisiensi
▪ Kekurangan kromium ditemukan pada beberapa orang yang
menerima pemberian asupan intravena (total parental
nutrition) tanpa kromium dan tanpa asupan makanan oral
▪ Tanda dan gejala defisiensi: penurunan berat badan, neuropati
perifer, peningkatan konsentrasi plasma glukosa atau gangguan
penggunaan glukosa (resistensi insulin yang ditandai dengan
hiperinsulinnemia), dan konsentrasi plasma asam lemak bebas
yang tinggi.
▪ Peningkatan toleransi glukosa yang terganggu pada usia lanjut
berhubungan dengan asupan kromium yang tidak memadai
18
atau penurunan konsentrasi jaringan
Defisiensi

 Peningkatan status kromium, jika awalnya kurang optimal,


menghasilkan peningkatan metabolisme glukosa pada
penderita diabetes dan intoleransi glukosa.
 Trauma berat dan stres dapat meningkatkan kebutuhan akan
kromium. Stres misalnya, meningkatkan sekresi hormon
seperti glukagon dan kortisol, yang mengubah glukosa dan
metabolisme kromium

19
Defisiensi

▪ Kebutuhan kromium juga dapat meningkat pada


penyakit tertentu, seperti diabetes mellitus dan
penyakit jantung, meskipun hubungan antara
kromium dan penyakit ini tidak konklusif.
▪ Kekurangan kromium menghasilkan resistensi
insulin yang ditandai oleh hiperinsulinemia, faktor
risiko penyakit jantung
20
Defisiensi

▪ Kekurangan kromium ringan juga merupakan faktor


risiko untuk sindrom metabolik.
▪ Sindrom metabolik adalah kelainan konstelasi yang
meningkatkan risiko penyakit jantung termasuk
hiperinsulinemia, resistensi terhadap insulin yang
merangsang penyerapan glukosa, intoleransi glukosa,
hipertrigliseridemia (konsentrasi tinggi trigliserida
dalam darah), penurunan konsentrasi HDL darah dan
hipertensi.

21
SUPLEMENT
▪ Kromium tersedia dalam bentuk suplemen sebagai garam
anorganik, seperti dengan klorida, atau sebagai kompleks
organik, seperti dengan asetat, asam nikotinat saja atau dengan
asam amino, atau asam pikolinat
▪ Meskipun semua bentuk tampaknya diserap dan digunakan,
bentuk suplemen tampaknya mempengaruhi konsentrasi
jaringan pada tikus. Kromium pikolinat, karena kelarutannya
yang meningkat, disebut-sebut lebih unggul daripada bentuk-
bentuk kromium lainnya, tetapi dapat menyebabkan kerusakan
kromosom, penelitian lain menunjukkan potensi kerusakan
22 organ.
Toksisitas
▪ Suplementasi oral kromium dalam bentuk Cr3+ hingga 1000 µg
akan aman dikonsumsi.
▪ Kromium dalam bentuk kromium pikolinat terbukti menyebabkan
kerusakan pada kromosom sel hamster.
▪ Kromium pikolinat pada 600-2400 µg akan menyebabkan gagal
ginjal dan disfungsi hati.
▪ Toksisitas dikaitkan dengan paparan bentuk heksavalen kromium
yang dapat diserap melalui kulit dan masuk ke dalam tubuh.
Menghirup atau kontak langsung dengan kromium heksavalen
dapat menyebabkan penyakit pernapasan, dermatitis dan ulserasi
kulit, kerusakan hati juga dapat terjadi
23
Toksisitas
Asam kromat (CrO3) yang mengandung kromium heksavalen,
menyebabkan penyakit :
Perdarahan
Asidosis Berat Gastrointestinal

Gagal Ginjal Cedera Hati

Kematian

24
PENELITIAN
TERBARU

25
Background
▪ Incidence of diabetes mellitus (DM) has been remainin
high world wide. The chronic disease has caused 1.6
million people to die in 2015 and WHO predicts th
number of patients would be over 592 million people in
2035.
▪ As the 4th fatal illness of the non communicable diseases
It worsens patients’ health and quality of life severely.
▪ Previous studies have shown increasing prevalence o
diabetes in China, which is the world’s largest diabete
epidemic now.
Method
▪ Ethical Statements. This retrospective study was approved by the
Ethics Committee of the First Hospital of Jilin University. All
patients provided signed informed consent.
▪ Subjects. impaired fasting glucose (IFG, n=12 people), impaired
glucose tolerance (IGT,n=15),type 1 diabetes (T1D,n=25), type 2
diabetes without complications (T2D, n=29), diabetic nephropathy
(DN, n=24), diabetic retinopathy (DR, n=34), and diabetic
peripheral neuropathy (DPN, n=50), The control group (CON,
n=50)
▪ Element Measurement. Limits of detection (LOD) were 1.0 𝜇g/L
for Cr and Fe. The recovery of standard trace elements (accuracy)
ranged from 93.3% to98.9% using an inductively coupled plasma
spectrometer
▪ Result
Serum Cr levels decreased in T2D without complications,
diabetic retinopathy (DR), diabetic peripheralneuropathy
(DPN),and diabetic nephropathy (DN)(P<0.05).
▪ The urinary Cr level in T1D was the highest of all, which
significantly exceeded those of the T2D groups with and without
complications.
▪ No significant differences of serum Fe levels were found among
all groups. The urinary Fe level of T1D was significantly
increased (P<0.05).
▪ The correlation between serum Cr and serum Fe in T2D was
obviously positive (P<0.05). One month of simvastatin therapy
exerted no effects on serum or urinary Cr and Fe levels.
▪ These results suggest the potential role of Cr and Fe in diabetes
should receive attention.
Conclusion
▪ Trace elements and diabetes affect each other mutually.
Research is now clinically focused on supplement
effectiveness and control glucose as a result.
▪ For the reason that it has not yet accessibly arrived at an
evidence based aspect, there is no final conclusion
concerning safety and availability.
▪ What remains a current and difficult point in future
research is to accurately extract and analyze the
relationship and mechanism of synergy and antagonism
through hingenious experimental design and research.
Penelitian Terkait
▪ Kromium adalah logam berat yang terjadi secara alami dan
Pendahuluan
biasanya ditemukan di lingkungan dalam trivalen, Cr (III),
dan hexavalent, Cr (VI). Senyawa Cr (VI) telah dinyatakan
sebagai karsinogen kerja yang kuat di antara para pekerja di
lapisan krom, baja tahan karat, dan industri pigmen.
▪ Di sisi lain, krom adalah nutrisi penting diperlukan untuk
mempromosikan aksi insulin dalam jaringan tubuh sehingga
tubuh dapat menggunakan gula, protein dan lemak.
Chromium sangat penting dalam mengubah respon imun
dengan proses imunostimulator atau imunosupresif seperti
yang ditunjukkan oleh efeknya pada T dan B limfosit,
makrofag, produksi sitokin dan respons imun yang dapat
memicu reaksi hipersensitivitas.
▪ Effects
Efek of chromium
kromium padaonlimfosit telah diselidiki dalam beberapa
lymphocytes
penelitian. Borella et al, menyelidiki in vitro pengaruh logam
beracun termasuk Cr (III) dan Cr (VI) pada blastogenesis
yang diinduksi fitohemeagglutinin pada limfosit manusia.
▪ Di sisi lain, beberapa penelitian menunjukkan garam /
paduan kromium tidak berpengaruh pada sel-sel sistem
kekebalan tubuh. Yucesoy et al menyelidiki imunotoksik
efek timbal, kadmium, nikel dan kromium pada aktivitas sel
pembunuh alami (NK) in vitro. Hasilnya menunjukkan tidak
ada Efek yang terlihat pada pembelahan sel dalam limfosit
darah perifer pada tukang las baja stainless yang terpapar
kromium dan nikel yang terkandung dalam asap las.
▪ Effects of chromium
Penghirupan
macrophages
on
kromium tidak mempengaruhi morfologi
paru-paru, tetapi makrofag diperbesar, berinti banyak
atau vakuola dan terakumulasi dalam ruang intra-
alveolar sebagai nodul.
▪ Dosis Cr (VI) yang lebih tinggi menekan fagositosis
aktivitas makrofag alveolar dan kekebalan humoral
respon, sedangkan dosis yang lebih rendah dari Cr (VI)
merangsang fagositosis aktivitas makrofag alveolar dan
meningkatkan respon imun humoral. Makrofag bisa
diinduksi untuk menghasilkan nitric oxide (NO), yang
penting untuk berbagai fungsi.
▪ Effects
Burton et al of chromium
mempelajari efek tambahan diet kromium pada
respon imun sapi perah mengalami tekanan fisik dan
on immune
metabolisme. Mereka menunjukkan bahwa kromium tambahan
response
meningkatkan antibodi anti-ovalbumin dan respons blastogenik
yang dirangsang oleh mitogen sel mononuklear darah perifer.
▪ Van de Ligt et al telah mempelajari efek kromium tripicolinate
suplemen diet pada respon imun babi selama periode
postweaning dan tidak menemukan efek pada status kekebalan
tubuh.
▪ Penelitian awal dilakukan pada manusia sel oleh Borella et al, yang
mempelajari efek dari Cr (VI) dan logam lain pada limfosit manusia
yang dikultur menemukan bahwa kromium menginduksi pada
kedua blastogenesis dan produksi imunoglobulin dalam
hubungannya dengan kemampuan untuk memasuki sel.
▪ Bukti klinis dan laboratorium menunjukkan bahwa kromium
heksavalen, Cr (VI), bertanggung jawab untuk sebagian besar
toksisitas. Chromium sangat beracun jika terhirup dan melalui rute
Conclusions
kulit dan menyebabkan kanker paru-paru, iritasi hidung, ulkus hidung
dan reaksi hipersensitif seperti dermatitis kontak dan asma.
▪ Chromium memengaruhi beragam komponen sistem kekebalan
tubuh dan dapat mengakibatkan imunostimulasi atau imunosupresi.
Pengurangan Cr (VI) hingga Cr (III) menghasilkan pembentukan zat
antara reaktif yang bersama dengan stres oksidatif dan oksidatif
kerusakan jaringan dan kaskade acara seluler termasuk modulasi gen
pengatur apoptosis berkontribusi pada sitotoksisitas, genotoksisitas
dan karsinogenisitas senyawa yang mengandung Cr (VI).
▪ Ekspos terhadap Cr (VI) dapat menyebabkan berbagai titik mutasi
pada DNA dan kerusakan kromosom, serta oksidatif perubahan
protein.
▪ Setelah diserap, kromium didistribusikan ke berbagai
jaringan tubuh, namun paling tampak terkonsentrasi di
ginjal, otot dan hati.
▪ Protein pembawa untuk kromium adalah transferrin, yang
juga berperan penting dalam pergerakan kromium dari
darah.
▪ Migrasi reseptor transferin ke membran plasma sel yang
tidak sensitif insulin, setelah menstimulasi insulin, transferrin
yang mengandung ikatan plasma kromium dipostulatkan
untuk diikat oleh transferrin reseptor dan diinternalisasi oleh
endositosis.
▪ karena berikatan dengan reseptor insulin yang diaktifkan-
insulin dan menghasilkan stimulasi aktivitas tirosin kinase
nya. Hasil dari proses ini adalah aktivasi kinase reseptor
insulin dan potensiasi tindakan insulin
▪ Kromium juga telah terbukti menghambat fosfotasease
fosfatase, enzim yang membelah fosfat dari reseptor
insulin, menyebabkan penurunan sensitivitas insulin.
Aktivasi reseptor kinase dan insulin penghambatan
reseptor fosfatase insulin akan menyebabkan
peningkatan fosforilasi dari reseptor insulin dan
peningkatan sensitivitas insulin (20). Keseimbangan
antara aktivitas kinase dan fosfatase dapat
memfasilitasi peran insulin dalam glukosa yang
bergerak cepat ke dalam sel. Selain itu, telah
disarankan (7) bahwa krom meningkatkan ikatan
insulin, nomor reseptor insulin, internalisasi insulin,dan
sensitivitas -sel
▪ Pada penelitian ini dilihat pada pasien diabetes
tipe 1 dan 2. ketika diberikan kromium maka
mengalami peningkatan yang signifikan.
▪ Pemberian kromium klorida (200 mg/hari) akan
memberikan efek pada toleransi glokosa, lipid
serum dan dosis obat-obatan antidiabetes.
▪ chromium chloride, ragi bir yang mengandung kromium
sebagai GTF, ekstrak ragi bir tanpa GTF, dan plasebo pada 43
pasien dengan diabetes juga terbukti positif efek kromium
pada metabolisme glukosa dan insulin. FPG dan respons
glukosa terhadap makanan standar atau tolbutamide tidak
berubah secara signifikan oleh salah satu perawatan, tetapi
pasien yang resisten terhadap ketosis mengalami
peningkatan yang signifikan dalam insulin postprandial
setelahnya perawatan dengan ragi bir itu mengandung GTF.
Hasil dari penelitian tambahan menunjukkan bahwa
kromium suplementasi berpengaruh positif signifikan efek
pada metabolisme glukosa dan insulin pada pasien dengan
diabetes. Satu studi (68) melaporkan bahwa 10 hari
perawatan dengan CrP (200 g / hari) meningkat secara
signifikan sensitivitas insulin pada pasien dengan tipe 1 atau
2 diabetes dan juga pengurangan dalam dosis insulin dan /
atau obat antidiabetik oral pada pasien ini.
▪ Prevalensi obesitas di AS adalah tinggi, dan
lebih dari setengah dari semua orang dewasa
saat ini kelebihan berat badan atau obesitas.
Obesitas secara signifikan meningkatkan
risiko pengembangan diabetes tipe 2,
hipertensi, dan CVD (75). Beberapa penelitian
telah mengevaluasi efek kromium suplemen
pada berat badan dan komposisi pada
individu dengan dan tanpa diabetes.
Suplemen Chromium memiliki efek variabel
pada berat badan dan komposisi pada pasien
dengan diabetes
menunjukkan bahwa kromium elemen penting yang terlibat
dalam aksi insulin seperti yang ditunjukkan dalam studi tentang
defisiensi kromium. Meskipun kekurangan kromium belum telah
didefinisikan lebih dari itu pada pasien yang menerima TPN,
studi epidemiologi menunjukkan bahwa tingkat jaringan
kromium berkurang di antara individu diabetes, terutama pada
mereka dengan CVD yang ada, dibandingkan dengan subyek
kontrol yang sehat. Dua studi kasus-kontrol juga menemukan itu
tingkat kromium kuku kaki yang lebih rendah memprediksi risiko
MI pada subjek yang tampaknya sehat.
peran suplementasi kromium di luar negara bagian kekurangan
yang langka. Ini masih kontroversial apakah kromium suplemen
harus direkomendasikan kontrol glikemik di antara pasien
diabetes.
Diabetes Mellitus adalah penyakit kompleks di mana metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak terganggu dan hidup berdampingan dengan resistensi
insulin. Kerusakan terjadi pada sekresi insulin, pada reseptor insulin atau
kejadian pasca reseptor. Ini bermanifestasi sebagai keadaan hiperglikemik
dengan dislipidemia dan cacat metabolisme lainnya. Insulin meningkatkan
penyerapan glukosa melalui reseptornya di permukaan sel dengan
menghasilkan sinyal yang menghasilkan translokasi transporter glukosa (GLUT)
ke permukaan sel. Kemudian, glukosa diangkut ke sitoplasma melalui reseptor
ini dengan difusi difasilitasi dalam sel otot dan jaringan adiposa.

Kromium trivalen (Cr) vital mikronutrien diperoleh dari diet yang berfungsi untuk
mempotensiasi kerja insulin dan menjaga toleransi glukosa normal. Studi
menyarankan, kromium adalah kofaktor penting yang diperlukan untuk aktivitas
insulin yang optimal. Cr meningkatkan angka reseptor insulin pada permukaan
sel sel target karenanya memfasilitasi lebih banyak pengikatan reseptor insulin.
Trivalent Cr, terutama Cr tri-picolinate dan kromium histidinat efektif dalam
resistensi insulin. Penggantian Chromium sangat penting dalam kondisi yang
kurang dan fakta ini telah mapan, tujuan ulasan ini adalah untuk menilai peran
kromium dalam patologi diabetes.
▪ Kromium memiliki peran penting peran dalam
homeostasis glukosa dan lipid normal dan juga
membantu dalam pengurangan trigliserida dan
plasma kolesterol. Kromium trivalen telah
terlihat menghambat pelepasan sitokin dan
mengurangi stres oksidatif
Kromium trivalen adalah bentuk kromium yang paling aman yang tersedia dari
makanan dan juga dalam bentuk makanan suplementasi.

Aktivitas kromium sebagai faktor toleransi glukosa dan juga sebagai insulin
sensitizer telah disarankan sebagai kemungkinan mekanisme perannya dalam
diabetes tipe 1 dan tipe 2. Itu fakta bahwa kromium berperan dalam insulin
normal fungsi dan aktivitas dan juga lemak dan karbohidrat metabolisme, telah
mapan oleh berbagai studi hewan dan manusia. Chromium juga berkurang
kadar insulin dan mengarah ke kontrol glikemik yang lebih baik di populasi
obesitas dengan diabetes tipe 2. CrPic adalah a biasa digunakan sebagai
suplemen makanan di Amerika Serikat. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa CrPic mengurangi kadar glukosa darah tanpa meningkatkan insulin
sekresi, dan CrPic telah dianggap sebagai insulin
sensitizer. CrPic telah menunjukkan banyak efek menguntungkan pada pasien
DMT2 termasuk atenuasi berat badan mendapatkan, peningkatan profil lipid,
dan peningkatan
fungsi endotel.
▪ Tanpa suplementasi Cr, pasien
menunjukkan penurunan berat badan,
disertai dengan intoleransi glukosa dan
neuropati, bahkan pada 50 unit insulin per
hari. Setelah 200 mg Cr dalam bentuk Cr
klorida ditambahkan TPN-nya selama 3
minggu, seperti diabetes gejala membaik
dan pemberian insulin .dari luar tidak lagi
diperlukan
Obesitas dan diabetes saling terkait. Senyawa kromium trivalen miliki telah banyak
digunakan sebagai suplemen untuk meningkatkan resistensi insulin dan kontrol
pertambahan berat badan. Studi menunjukkan bahwa senyawa kromium trivalen
tidak hanya membantu mempertahankan karbohidrat, lemak, dan lemak normal
metabolisme tetapi juga membantu dalam pengaturan nafsu makan dan
mengurangi ngidam gula. Selanjutnya, mereka juga memiliki peran dalam
pengurangan lemak dan peningkatan massa lemak. Dalam sebuah penelitian, 43 anak
muda, gemuk, tidak banyak gerak namun sehat orang dewasa dipilih untuk
menunjukkan efek Chromium suplemen bersama dengan olahraga untuk berat badan
reduksi dalam rentang 9 minggu. Chromium suplemen diberikan dua kali sehari dalam
dosis 200μg, juga, kelompok lain menerima plasebo (inert zat). Hasilnya menunjukkan
penurunan berat badan yang signifikan hanya di grup yang menggunakan Chromium
suplementasi dan olahraga. Juga menurun respon insulin terhadap suplementasi
glukosa oral adalah ditunjukkan dalam grup ini. Berat badan pasien tidak
menunjukkan perubahan pada kelompok di mana pasien hanya
dilakukan tetapi tidak ada suplemen kromium yang diberikan, dan juga dalam
kelompok yang menerima suplemen tetapi tidak berolahraga.
▪ Kesimpulan
Suplementasi kromium, khususnya trivalen Senyawa
kromium bermanfaat dalam meningkatkan toleransi
glukosa seperti yang telah didokumentasikan menurun
kadar glukosa darah dalam studi manusia dan hewan. Cr
juga memiliki peran penting dalam homeostasis kolesterol.
Chromium menghambat stres oksidatif dan juga senyawa
seperti kromium histidinat mengurangi gangguan ginjal
karena diabetes. Senyawa kromium dapat memainkan a
peran yang relevan dalam pencegahan diabetes,
metabolisme sindrom dan penyakit terkait.
51
▪ Trivalent chromium (Cr3þ) adalah elemen penting yang terlibat
dalam fungsi insulin. Kekurangan Cr mengakibatkan penurunan
sensitivitas insulin, glukosa intoleransi dan peningkatan risiko
diabetes. Status Cr menurun dengan usia yang menunjukkan
bahwa lansia mungkin berisiko tinggi mengalami defisiensi Cr.
▪ Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang
kandungan Cr makanan di Prancis dan asupan Cr pada lansia yang
hidup bebas di Prancis.
▪ Mengukur makanannya Kandungan Cr dan asupan Cr harian dari
diet yang dipilih secara bebas selama 3 hari di dua belas lansia
Prancis yang hidup bebas dan ekskresi Cr dan hormon plasma
variabel terkait, leptin, insulin dan kortisol.

52
▪ Dua belas sukarelawan mandiri yang bebas (8 perempuan dan 4) pria)
berusia 70 hingga 85 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. M
▪ ereka direkrut di Rumah Sakit Pusat Valeri Geriatric yang telah dipilih
sebelumnya dipilih sebagai perwakilan dari Populasi lansia Prancis
untuk penyelidikan di EURONUT Studi Seneca.
▪ Kriteria inklusi didefinisikan sebagai Orang Prancis dengan kebiasaan
diet biasa tanpa kebiasaan diet Prancis, tanpa jejak unsur dan
suplemen antioksidan 3 bulan sebelum penelitian, BMI antara 22 dan
30, tidak merokok, 30 g / d konsumsi alkohol untuk pria dan, 20 g / d
untuk wanita, tidak ada patologi parah (kanker, CVD, stroke), tidak
operasi dalam waktu 3 bulan penelitian, tidak ada diabetes,
kreatininemia .

53
▪ Catatan makanan selama tiga hari berturut-turut dianalisis dan Isi
Cr semua makanan (sarapan, makan siang, makanan ringan,
makan malam dan minuman) ditentukan. Minuman dan
makanan dianalisis saat dikonsumsi.

▪ Sampel urin dikumpulkan setelah puasa 12 jam semalam. Urine


void pagi kedua dikumpulkan menggunakan wadah snap-tutup
polietilen steril (Fisher Scientific, Pittsburgh, PA, AS). Sampel
disimpan di es, dan disimpan pada suhu 220ºC sebelum analisis.
Darah dikumpulkan setelah puasa 12 jam semalam dan
disentrifugasi selama 30 menit pada 2000 g. Setelah sentrifugasi,
serum diberikan disimpan pada 220ºC sebelum analisis

54
▪ Urin Cr dianalisis dengan serapan atom tungku grafit
menggunakan AAnalyst 800, (Perkin-Elmer
Corporation, Norwalk, CT, USA) menggunakan
tabung grafit capped. Dua sampel urin yang
dikumpulkan, yang konsentrasi Cr-nya telah
diverifikasi oleh empat metode independen, diuji
setidaknya dua kali setiap hari untuk memvalidasi
reliabilitas analitik Cr urin konsentrasi15. Data
dinyatakan sebagai ng kreatinin Cr / mg dengan
standar deviasi. Isi Cr makanan dianalisis
menggunakan instrumen yang sama
55
▪ Penelitian ini jelas menunjukkan bahwa meskipun subjek lansia
Perancis memiliki kebiasaan diet yang baik dan mengkonsumsi
makanan yang seimbang, asupan Cr harian mereka secara
dramatis lebih rendah dari rekomendasi Prancis. Analisis
kandungan Cr makanan menunjukkan bahwa asupan Cr rendah
terutama disebabkan oleh kepadatan makanan yang rendah.
Potensi kebutuhan suplementasi Cr pada orang tua di Prancis
masih menjadi perdebatan karena beberapa penelitian gagal
menunjukkan efek menguntungkan dari suplementasi Cr pada
lansia 20,40. RDA Prancis untuk Cr serupa untuk orang dewasa dan
orang tua. Asupan khusus yang direkomendasikan untuk lansia
harus dipindahkan dari menghindari status kekurangan hingga
mencegah penyakit kronis

56
▪ Kesimpulannya, penelitian masa depan di
sepanjang garis ini diperlukan untuk menetapkan
persyaratan Cr khusus untuk lansia terutama untuk
pola makan termasuk gula rendah dan makanan
tinggi lemak yang tidak hanya rendah Cr tetapi juga
meningkatkan kekurangan Cr.

57
DAFTAR PUSTAKA
▪ Gropper S, Smith J, Groff J. 2012. Advance Nutrition and Human
Metabolism. Wadsworth Cengage Learning.
▪ Prasad A. Role of Chromium Compounds in Diabetes.
Departement of Pharmacology, North DMC Medical College. Delhi.
▪ Shrivastava R, Upreti R.K, Seth P.K, Chaturvedi U.C. 2002. Effects of
Chromium on The Immune System. FEMS Immunology and
Medical Microbiology.
▪ Roussel A.M, Sanchez M.A, Ferry M. Bryden N.A, Anderson R.A.
2007. Food Chromium Content, Dietery Chromium Intake and
Related Biological Variables in French free-living Elderly. British
Journal of Nutririon.

58
DAFTAR PUSTAKA
▪ Zhou QI, Guo Wenjia, Jia Yanan, Xu Jiancheng. 2019. Comparison
of Chromium and Iron Distribution in Serum and Urine among
Healthy People and Prediabetes and Diabetes Patients. Hindawi
BioMed Research International.
▪ Wulandari, Vivi. 2014. Hubungan Pola Konsumsi Makanan Sumber
Kromium (Cr) terhadap Kadar Gula Darah Puasa Pasien Diabates
Mellitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang. Universitas Brawijaya.

59
60

Anda mungkin juga menyukai