PAPER
Priandhany Kusuma
165080307111023
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap orang memerlukan berbagai zat gizi, baik bagi anak-anak maupun
orang dewasa. Anak-anak sangat membutuhkan nutrisi untuk perkembangannya
sedang orang dewasa membutuhkannya untuk menjaga tubuh tetap sehat. Zat gizi
adalah bahan-bahan kimia dalam makanan yang memberikan energi bagi tubuh. Zat
gizi dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu makronutrisi dan mikronutrisi. Makronutrisi
terdiri dari protein, lemak, karbohidrat dan beberapa mineral yang dibutuhkan tubuh
setiap hari dalam jumlah yang besar. Mikronutrisi adalah nutrisi yang diperlukan tubuh
dalam jumlah sangat sedikit (hanya dalam ukuran miligram sampai mikrogram),
seperti vitamin dan mineral.
Mineral adalah suatu unsur atau senyawa yang dalam keadaan normalnya
memiliki unsur kristal dan terbentuk dari hasil proses geologis. Istilah mineral termasuk
tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk
dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat
kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak
termasuk). Fungsi mineral yang utama adalah menyongkong sel dan struktur tubuh
contohnya kalsium dan fosfor membantu menguatkan tulang dan besi sebagai bagian
penting dalam sel darah merah. Mineral juga berperan untuk mengatur banyak proses
dalam tubuh kita contohnya sodium dan potasium sangat penting bagi fungsi sistem
nerves (nervous system). Kromium membantu menjaga kadar glukosa darah agar
tetap normal.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kromium merupakan unsur yang berwarna perak atau abu-abu baja, dan
keras. Kromium terdapat 0,00003 % dari berat badan tubuh. Kromium tidak ditemukan
dalam bentuk logam bebas di alam. Kromium banyak digunakan dalam berbagai
bidang. Misalnya dalam bidang biologi, kromium memiliki fungsi dalam metabolism
glukosa. Dalam bidang kimia, kromium digunakan sebagai katalis seperti K2Cr2O7
yang merupakan agen oksidasi dan digunakan dalam analisis kuantitatif. Kromium
yang digunakan dalam bidang medis seperti Cr-51 yang digunakan untuk mengukur
volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah.
2
Fungsi utama Cr adalah untuk meningkatkan aktivitas insulin dalam
metabolisme glukosa dan untuk mempertahankan kecepatan transpor glukosa dari
darah kedalam sel. Cr juga berperan dalam mengaktifkan kerja beberapa enzim.
Defisiensi Cr menyebabkan terganggunya toleransi glukosa (Glucose Tolerance).
Defisiensi yang lebih parah akan mengakibatkan pertumbuhan terganggu,
hiperglikemia (hyperglycemia), glikosaria (glycosaria) dan meningkatnya kadar
kolesterol dalam serum. Struktur GTF tersusun dari komplek antara Cr3+ dengan 2
molekul asam nikotinat dan 3 asam amino yang terkandung dalam glutation yaitu
glutamat, glisin dan sistein (Linder, 1992).
1. Beras merah
2. Buah (terutama anggur)
3. Sayur (terutama pada brokoli)
4. Kentang
5. Ikan laut
6. Kuning telur
7. Daging (terutama hati)
8. Sereal
9. Bawang putih jamur
10. Gandum
11. Kacang- kacangan
12. Biji-bijian (terutama pada kedelai)
3
Kromium ( III ) klorida dan kromium ( III ) sulfat telah digunakan sebagai
suplemen diet (disetujui untuk pembuatan makanan untuk keperluan nutrisi tertentu
dan dalam suplemen makanan di Uni Eropa ), sedangkan Kromium organik ( III )
kompleks picoli - nate kromium dan nicotinate tidak disetujui di Eropa tetapi digunakan
secara luas di USA dalam bentuk multivitamin , multimineral produk . Selain itu krom
dipasarkan untuk menurunkan berat badan dan sebagai suplemen atletik ( Riihimäki
& Luotamo , 2006).
Ada dua macam transferin, yaitu transferin mukosa dan transferin reseptor.
Transferin mukosa berfungsi mengangkut kromium yang telah diabsorbsi dan
mendistribusikannya ke seluruh sel yang membutuhkan kromium. Sedangkan
transferin reseptor berfungsi menangkap kromium di dalam sel untuk kemudian akan
menjalankan metabolismenya. Ekskresi kromium sebagian besar lewat urin dan
sedikit melalui feces dan keringat.
4
Berikut ini merupakan gambaran dan skema mekanisme kromium terhadap
hormon insulin dalam menjaga homeostasis glukosa dalam darah.
5
Kromodulin akan berikatan dengan insulin reseptor dan mengaktifkan
transporter glukosa (GLUT 4). Ketika GLUT 4 telah aktif, maka sel dapat meng uptake
glukosa.
6
Kedua gambar tersebut menunjukkan perbedaan kadar gula darah dalam
tubuh yang dipengaruhi kemampuan sel dalam menyerap glukosa. Gambar bagian
atas menunjukkan sel yang resisten terhadap insulin dikarenakan tidak terdapat
kromium, akibatnya GLUT 4 tidak aktif dan menyebabkan sel tidak dapat meng-uptake
glukosa ke dalam sel sehingga menyebabkan glukosa berkumpul di dalam darah lalu
mengakibatkan hiperglikemia. Pada gambar bagian bawah menunjukkan sel normal
dengan kromium. Sel dengan kromium dapat meng-uptake glukosa ke dalam sel
sehingga menyebabkan kadar glukosa dalam darah normal.
7
2.4 Angka kecukupan gizi untuk kromium
8
Kromium bervalensi tiga merupakan materi essensial dan memiliki sifat racun
yang rendah dibanding dengan kromium enam valensi yang merupakan pengoksida
tinggi. Kromium ini dapat berfungsi untuk menangkal hipertensi dan penyakit kencing
manis, meningkatkan efisiensi kadar insulin dalam tubuh yang secara langsung juga
akan membantu mengatur kadar gula darah dalam tubuh.
Kadar yang lebih rendah umumnya dimiliki oleh individu yang berusia lanjut.
Peran kromium penting bagi tubuh karena kromium sangat membantu melindungi
9
tubuh terhadap resiko diabetes. Semakin bertambah usia, semakin buruk pula
penyerapan kromium oleh usus dan akibatnya mereka yang berusia lanjut ternyata
beresiko kekurangan kromium di dalam tubuh. Selain faktor penyerapan, kekurangan
kromium disebabkan karena mereka yang berusia lanjut lebih banyak mengalami
kehilangan kromium melalui urine. Kehilangan kromium
ini sendiri berhubungan dengan meningkatnya pengeluaran kromium seiring dengan
bertambahnya usia dan asupan kromium pada mereka yang berusia lanjut juga
diketahui lebih rendah. Padahal, kekurangan kromium dapat mengganggu
metabolisme glukosa, metabolisme lemak, dan kerja hormon insulin. Akibatnya,
tingkat risiko penyakit diabetes meningkat.
10
d. Mudah lelah.
e. Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan
jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik.
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes melitus adalah
sebagai berikut:
1. Kesemutan.
2. Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum.
3. Rasa tebal di kulit.
4. Kram.
5. Capai
6. Mudah mengantuk.
7. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata
8. Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita.
9. Gigi mudah goyah dan mudah lepas kemampuan seksual
menurun,bahkan impotensi.
10. Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.
Krom dialam berada pada valensi 3 (Cr3+) dan valensi 6 (Cr 6+). Cr6+ lebih
toksik dibandingkan dengan Cr3+, karena sifatnya yang berdaya larut dan mobilitas
tinggi di lingkungan . Melalui rantai makanan kromium dapat terdeposit pada bagian
tubuh makhluk hidup yang pada suatu ukuran tertentu dapat menyebabkan racun.
Apabila masuk ke dalam sel, dapat menyebabkan kerusakan struktur DNA hingga
terjadi mutasi (Larashati 2004).
11
Logam kromium dan persenyawaannya dapat mengganggu fungsi organ yang
bekerja dalam proses metabolisme apabila masuk kedalam tubuh manusia. Apabila
Cr3+ masuk ke dalam tubuh dengan pH 7 dapat mengendapkan RNA dan DNA,
sedangkan pada Cr6+ dapat menghambat kerja enzim binzopiren hidroksilase yang
dapat menyebabkan lambatnya pertumbuhan sel sehingga sel dalam tubuh tumbuh
dengan liar dan tidak terkontrol yang dapat menyebabkan kanker, oleh sebab itu
kromium digolongkan dalam logam bersifat toksik (Palar, 2012).
Kontaminasi kromium dalam tubuh dapat dilihat melalui darah, urine, kuku,
dan rambut. Menurut WHO pemeriksaan kadar kromium dalam urine dapat
merefleksikan kontaminasi kromium selama 1–2 hari, sedangkan pada darah relatif
lebih lama selama 74 hari. Hal tersebut terbukti dalam penelitian Mirasa (2004) yang
menunjukkan bahwa kandungan kromium pada urine lebih tinggi dibandingkan
kandungan kromium pada darah masyarakat yang mengonsumsi kerupuk rambak,
selain itu kerupuk rambak yang bahan bakunya berasal dari pabrik penyamak kulit
sudah tercemar kromium yang dapat membahayakan kesehatan dan merusak
lingkungan. Faktor diet seperti defisiensi protein, vitamin C, dan vitamin D dapat
dipengaruhi oleh bertambahnya usia yang mengakibatkan terjadinya penurunan kerja
organ tubuh seperti ginjal dan mekanisme enzim yang dapat menyebabkan seseorang
lebih mudah terpajan zat toksik (Ardani, 2013).
Pada umumnya, semakin tinggi kromium terutama pada udara dan lama
pajanan, efek toksik yang ditimbulkan lebih besar (Ardani, 2013). Hal tersebut
menunjukkan dengan adanya pajanan dari uap pada proses pembuatan kerupuk
rambak dapat menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan. Pada penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa terbukti adanya hubungan antara kadar kromium
urin dengan gangguan fungsi ginjal pada pekerja pelapisan logam di Kabupaten Tegal
dan menunjukkan semakin tinggi kadar kromium dalam urin maka dapat
menyebabkan semakin meningkat gangguan fungsi ginjal pada pekerja pelapisan
kromium (Sudarsana et al., 2013).
Pada umumnya pajanan yang berasal dari industri masuk kedalam tubuh
melalui kulit atau terhirup, dan umumnya kejadian keracunan diakibatkan karena
pajanan masuk karena tertelan (ingestion). Keracunan akut akibat pajanan logam
12
berat dapat diukur dengan pemeriksaan urine yang ditandai dengan adanya
pembengkakan pada hati (Palar, 2012). Biotransferin merupakan fungsi penting
dalam hati yang berperan mendetoksifikasi dan melakukan penyederhanaan zat untuk
diekskresikan melalui urine. Kandungan kromium dalam urine dapat direfleksikan
dengan cepat selama 1–2 hari (Mirasa, 2004).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sumber krom yang baik terdapat secara alami di berbagai sayuran, buah-buahan,
daging, ragi, dan biji-bijian. Kekurangan unsur ini menyebabkan masalah jantung,
gangguan metabolisme, dan diabetes. Efek toksik chromium dapat merusak dan
mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, pankreas dan usus.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ardani, 2013. Paparan Logam Berat Kromium dalam Darah Tekniker Gigi di
Laboratorium Surabaya. Skripsi FKG Unair.
Larashati, S. 2004. Reduksi Krom (Cr) Secara In Vitro Oleh Kultur Campuran Bakteri
Yang Di isolasi Dari Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA). Thesis :
ITB.
Linder, M.C. 1992. Nutrisi dan Metabolisme Mikromineral. Dalam Biokimia Nutrisi dan
Metabolisme dengan Pemakaian secara Klinis. Cetakan Pertama. Penerbit
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Mirasa, Y.A. 2004. Kadar Chromium Darah dan Urine Masyarakat yang Mengonsumsi
dan tidak Mengonsumsi Krupuk Rambak. Tesis FKM Unair Surabaya.
Palar, Heryando. 2012. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Jakarta: Rineka
Cipta.
Riihimaki, V., Luotamo, M. 2006. Health risk assessment report for metallic chromium
and trivalent chromium. Paris, International Chromium Development
Association (http://www.icdachromium.com/).
Sudarsana, Eka., Onny Setiani, dan Suhartono. 2013. Hubungan Riwayat Pajanan
Kromium dengan Gangguan Fungsi Ginjal pada Pekerja Pelapisan Logam di
Kabupaten Tegal. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 12 No. 1/April
2013.
15
Susi, Nurohmi., Rimbawan., Faisal, A., Adi , Teruna. 2016. Penilaian kromium serum
darah pada penyandang diabetes mellitus tipe 2 dan non diabetes. Jurnal
MKMI. 12 (4) : 269-277.
16