Anda di halaman 1dari 3

KROM

1. I. PENDAHULUAN

Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor
atom 24. Kromium trivalen (Cr(III), atau Cr3+) diperlukan dalam jumlah kecil dalam
metabolisme gula pada manusia. Kekurangan kromium trivalen dapat menyebabkan penyakit
yang disebut penyakit kekurangan kromium (chromium deficiency). Kromium merupakan logam
tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Dengan sifat ini, kromium
(krom) banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada
komponen kendaraan seperti knalpot pada sepeda motor. Perpaduan Kromium dengan besi dan
nikel menghasilkan baja tahan karat. Logam kromium murni tidak pernah ditemukan di alam,
umumnya berada dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur lain.

Kromium adalah logam yang tahan korosi oleh karena itu banyak digunakan sebagai pelapis
elektrolit dan inhibitor korosi dalam campuran baja (alloy). Senyawa kromium dalam bentuk
kromat dan dikromat sangat banyak digunakan oleh industri tekstil, fotografi, pembuatan tinta
dan industri zat warna. Tingkat bilangan oksidasi kromium yang sering dijumpai adalah III dan
VI. Cr(III) dalam larutan asam berupa ion Cr(H2O)63+, sedangkan dalam larutan yang basa berupa
ion Cr{(OH)5(H2O)}2- dan CR(OH)63- Cr(VI) dalam larutan asam (pH lebih kecil dari 6) berupa
ion HCrO4- dan Cr2OH42- yang berwarna jingga, sedangkan dalam larutan basa berupa ion CrO42-
uang berwarna kuning. Pada pH yang rendah (sangat asam) hanya ion Cr2O72- yang ada di dalam
larutan. Kromium yang telah ditemukan di alam kemudian masuk ke lingkungan melalui limbah
industri dari lumpur elektroplating seperti limbah penyamakan dan pabrik inhibitor korosi
(Suhendrayatna, 2008).

Pada masa sekarang ini, krorn telah diakui sebagai nutrien esensial yang berfungsi antara lain
dalam metabolisme karbohidrat, lipid dan asam nukleat. Peranannya dalam menanggulangi
diabetes melitus, aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Salah satu faktor yang
“disalahkan” adalah pola diet tinggi karbohidrat yang diolah (refined) seperti kue, es krim dan
sirop kaya sukrosa. Karena makanan sejenis itu selain miskin krom juga menguras kandungan
krom tubuh. Krom adalah nutrien esensial, efektif jika dipakai untuk mencegah dan mengobati
keadaan defisiensinya.

1. II. ISI

1. A. Bentuk Kromium

Seperti logam jarang lain yang esensial, krom adalah suatu unsur peralihan dalam tabel berkala.
Kemampuan deret unsur-unsur ini untuk membentuk senyawa koordinasi dan kelat adalah suatu
sifat kimia penting yang membuat logam-logam esensial tersedia untuk sistem-sistem kehidupan.
Krom di dalam makanan terdapat sekurang-kurangnya dalam dua bentuk yaitu sebagai Cr3+ dan
di dalam suatu molekul yang aktif secara biologis. Walaupun belum sepenuhnya dicirikan,
molekul yang aktif secara biologi itu tampaknya ialah suatu kompleks dinikotinatokrom3+,
terkoordinasikan dengan asam-asam amino (mungkin sekali glutation) yang membuat molekul
itu stabil (Nasoetion dan Karyadi, 1988).
1. B. Fungsi Kromium

Kromium membantu mengawal tahap gula dalam darah. Ia mungkin juga membantu dalam
mengurangkan simptom kelaparan fisiologi dan memainkan peranan dalam mengurai lemak.
Adapun Fungsi Utama dari Kromium adalah:

 Kromium terlibat dalam pengeluaran tenaga dari lemak dan karbohidrat.

 Kromium dipercayai bekerja dengan hormon insulin untuk mengawal tahap gula dalam
badan dan membantu dalam menurunkan tahap kolesterol.

1. C. Sumber Kromium

Kromium dibutuhkan tubuh untuk proses yang mengubah makanan menjadi energi, membantu
sel-sel utama insulin untuk mengambil glukosa. Jumlah krom yang tersedia dari makanan untuk
keperluan metabolik, sebagian bergantung pada krom total dalam suatu jenis makanan tertentu
dan sebagian lagi pada bentuk kimianya. Kadar krom rata-rata yang direkomendasikan untuk
konsumsi harian adalah 50-200 mikrogram. Adapun sumber-sumber kromium terbaik adalah
daging (terutama hati dan daging organ lain), ragi bir, biji-bijian tak disosoh, kacang-kacangan,
keju roti, gandum, sereal, bir dan anggur. Makanan yang bersifat asam memperbesar pelarutan
krom dari peralatan masak baja tahan karat, akan tetapi belum dapat dipastikan apakah hal ini
ada manfaatnya untuk penambahan sumber krom makanan.

1. D. Defisiensi Kromium

Bahwa defiensi krom diaplikasikan dalam beberapa bentuk diabetes telah ditunjukkan dalam
studi-studi kassus alimentasi parental. Penurunan kandungan krom jaringan dengan umur dapat
mencerminkan sekurang-kurangnya untuk sebagian, adamya defisiensi krom di dalam makanan
Di Amerika Serikat dan di masyarakat lain yang teknologinya sudah maju. Schoeder et al.
Mengkorelasikan nilai-nilai kandengan krom jaringan dengan nilai dugaan konsumsi krom dalam
makanan berbagai populasi dan menemukan konsumsi krom dalam makanan di Amerika Serikat
berkisar antara 5 sampai 150 per hari dengann rata-rata 60 , jauh lebih rendah daripada
konsumsi-konsumsi yang dilaporkan dari berbagai wilayah di selur dunia.

Kandungan krom yang lebih rendah diduga terjadi akibat pengolahan dan pemurnian pangan,
dengan kehilangan krom diperkirakan sampai 80 persen untuk jenis bahan pangan, karena ada
kecenderungan orang lebih menyukai serealia, biji-bijian, lemak dan gula yang telah dimurnikan
dan diolah lebih lanjut, dan mengingat bahwa dalam bentuknya yang dimurnikan bahan-bahan
itu adalah sumber krom. Amerika Serikat agaknya terdapat konsumsi krom yang sanagt
marginal.

Penelitian-penelitian tentang suplementasi Cr3+ pada subjek manula memberikan dugaan adanya
difisiensi krom dalam kelompok inidan memperkuat proporsi bahwa konsumsi krom dalam
makanan Amerika Serikat mungkin tidak cukup untuk memelihara kandungan krom jaringan
sepanjang hayat. Ketidakcukupan konsumsi krom dapat bertanggung jawab sekurang-kurangnya
atas beberapa kasus peningkatan ketidaktoleran glukosa dengan meningkatnya usia. Masalah
analitik dan intrumental menghambat suatu usaha pembuktian adanya hubungan langsung seperti
itu pada manusia.

1. E. Toksisitas Kromium

Kontaminasi logam berat di lingkungan merupakan masalah besar dunia saat ini. Persoalan
spesifik logam berat di lingkungan terutama karena akumulasinya sampai pada rantai makanan
dan keberadaannya di alam, serta meningkatnya sejumlah logam berat yang menyebabkan
keracunan terhadap tanah, udara dan air meningkat. Proses industri dan urbanisasi memegang
peranan penting terhadap peningkatan kontaminasi tersebut. Suatu organisme akan kronis apabila
produk yang dikonsumsikan mengandung logam berat. Kromium (Cr) merupakan elemen
berbahaya di permukaan bumi dan dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr(II) sampai Cr(VI),
tetapi hanya kromium bervalensi tiga dan enam memiliki kesamaan sifat biologinya. Kromium
bervalensi tiga umumnya merupakan bentuk yang umum dijumpai di alam dan dalam material
biologis kromium selalu berbentuk tiga valensi, karena kromium enam valensi merupakan salah
satu material organik pengoksida tinggi. Kromium tiga valensi memiliki sifat racun yang rendah
dibanding dengan enam valensi. Pada bahan makanan dan tumbuhan mobilitas kromium relatif
rendah dan diperkirakan konsumsi harian komponen ini pada manusia di bawah 100 µg,
kebanyakan berasal dari makanan, sedangkan konsumsinya dari air dan udara dalam level yang
rendah.

III. PENUTUP

Kromium adalah zat gizi esensial untuk hewan dan mungkin untuk manusia. Teloransi glukosa
akan terganggu pada hewan yang kekurangan kromium, tetapi suatu postulat tentang faktor
teloransi glukosa belum diisolasikan atau dicirikan. Konsumsi yang di anjurkan oleh Food and
Nutition Board National Research Council serta dianggap aman dan cukup adalah 50 sampai 200
µg per hari. Penentuan kebutuhan kromium yang tepat untuk manusia, tetap merupakan
pekerjaan yang sulit, meliputi indentifkasi fungsi fisiologik khusus yang berhubungan dengan
kadar kromium, tidak terang-terangan melawan dan berpengaruh terutama terhadap fungsi-fungsi
tersebut dengan faktor-faktor yang berdampingan.

Anda mungkin juga menyukai