Tugas Bangir
Tugas Bangir
Pada tubuh bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan guna mencegah
masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan saluran irigasi yang disebut dengan bangunan
pembilas. Bangunan pembilas merupakan salah satu perlengkapan pokok bendung yang terletak
didekat intake dan hilir setelah kantong lumpur.
Bangunan pembilas dirancang pada bendung yang dibangun di sungai dengan angkutan
sedimen yang relatif besar yang dikhawatirkan mengganggu aliran ke bangunan pengambilan.
Oleh karenanya diperlukan tinggi tekan yang cukup untuk pembilasan dan pertimbangan tidak
akan terjadi penggerusan setempat di hilir bangunan.
Sumber : http://psda.jabarprov.go.id/data/arsip/KP%2002%202010.pdf
Bangunan pembilas setelah kantong lumpur berfungsi untuk menguras atau membilas
sedimen keluar dari saluran kantong lumpur dengan aliran terkonsentrasi yang
berkecapatan tinggi. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mendimensi kantong
lumpur adalah :
Kecepatan aliran dalam kantong lumpur hendaknya cukup rendah, sehingga partikel
Kecepatan aliran tidak boleh kurang dari 0,3 m/dt, guna mencegah tumbuhnya vegetasi
Peralihan/transisi dari pengambilan ke kantong dan dari kantong ke saluran primer harus
Tipe (2) sekarang umum dipakai; tipe (1) adalah tipe tradisional; tipe (3) dibuat
di luar lebar bersih bangunan bendung dan tipe (4) menggabung pengambilan dan pembilas
dalam satu bidang atas bawah. Perencanaan pembilas dengan dinding pemisah dan pembilas
bawah telah diuji dengan berbagai penyelidikan model.
Tipe bangunan pembilas konvensional, terdiri dari satu dan dua lubang pintu. Umumnya
dibangun pada bendung kecil dengan bentang berkisar 20 m dan banyak terdapat pada bendung
tua warisan Belanda di Indonesia.
Gambar 2. Bangunan Pembilas Konvensional dan Skema
Sumber : http://www.scribd.com/doc/92870284/BANGUNAN-PEMBILAS
Saluran pembilas bawah harus direncana dengan hati hati untuk menghindari sudut
mati (dead corner) dengan kemungkinan terjadinya sedimentasi atau terganggunya aliran. Sifat
tahan gerusan dari bahan yang dipakai untuk lining saluran pembilas bawah membatasi
kecepatan maksimum yang diizinkan dalam saluran bawah, tetapi kecepatan minimum
bergantung kepada ukuran butir sedimen yang akan dibiarkan tetap bergerak.
a) Bentuk Mulut
Mulut undersluice diletakkan di udik mulut intake dengan arah tegak lurus,
Lebar mulut undersluice harus lebih besar dari (1,2 x lebar intake),
Elevasi bagian atas palat undersluice diletakkan sama tinggi atau lebih rendah dari
pada elevasi ambang/lantai intake, Lubang dapat terdiri dari atas 2 bagian atau
lebih,
Bila lebar mulut bagian udik jauh lebih lebar dari bagian hilir dapat dipersempit
dengan tembok penyangga.
b) Lebar bangunan
lebar pembilas total diambil (1/6 1/10) dari lebar bentang bendung untuk sungai
sungai yang lebarnya kurang dari 100 meter.
Lebar satu lubang maksimum 2,5 m untuk kemudahan operasi pintu dan jumlah
lubang tidak lebih dari tiga buah.
c) Tinggi dan panjang undersluice
Tinggi lubang undersluice diambil 1,5 m
Panjang ditentukan, mulut undersluice harus terletak dibagian udik intake,
Bentuk lantai undersluice rata tanpa kemiringan.
d) Elevasi lantai lubang
sama tinggi dengan lantai udik bendung,
lebih rendah atau lebih tinggi dari lantai udik bendung.
Dimensi dimensi dasar pembilas bawah hendaknya lebih besar 1,5 x diameter terbesar
sedimen dasar sungai.
Tinggi saluran pembilas bawah sekurang kurangnya 1,0 m.
Tinggi sebaiknya diambil (1/3 1/4)x kedalaman air didepan pengambilan selama normal.
Dimensi rata rata dari pembilas bawah direncanakan akan dibangun berkisar dari :
Luas saluran pembilas bawah (lebar x tinggi) harus sedemikian rupa sehingga kecepatan
minimum dapat dijaga (V = 1,0 1,5 m/dtk).
Sumber : http://www.scribd.com/doc/92870284/BANGUNAN-PEMBILAS
Sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai
berikut :
iii. lebar mulut undersluice harus lebih besar dari 1,2 x lebar intake;
iv. panjang undersluiceditentukan berdasarkan perletakan hulu intake dan tinggi under sluice
minimum 1,0 m;
kriteria desain lantai bangunan pembilas shunt undersluicesesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata
Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :
kriteria desain lantai bangunan tembok baya-baya sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara
Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :
i. penempatan menerus ke arah hulu dari pilar pembilas bagian luar/sisi bendung;
ii. bentuk mengecil ke arah hulu sebesar setengah lebar tembok pilar;
iii. tinggi mercu minimal 0,5 m di atas bendung dengan panjang ke arah hulu sama dengan
lebar mulut undersluicedan tidak menghalangi pengaliran ke intake
Bahan : Umumnya terbuat dari tembok pasangan batu, beton bertulang sebagai bahan
pilar jarang dibuat.
Bentuk : Bagian udik bulat dengan jarijari pembulatan setengah lebar pilar. Bagian
hilir runcing dengan jari-jari peruncingan 2x lebar pilar.
Ukuran : Lebar pilar sisi bagian luar dapat diambil sampai dengan 2 m dan sisi bagian
dalam 1 1,5 m.
Sumber : http://putusukmakurniawan.blogspot.com/2010/09/perencanaan-bendung.html
Sponeng : Fungsi pada pintu sorong kayu, untuk menahan tekanan air pada pintu.
Ukuran 25x25 cm atau 25x30 cm, dilengkapi dengan sponeng cadangan bentuk huruf T pada
bangunan bilas dengan undersluice.
Stang pintu : Berfungsi mengangkat dan menurunkan pintu. Ditempatkan dalam sponeng
diluar bukaan bersih. Jumlah stang pintu 2 buah diletakkan dibagian dalam dike-2 sisi, tidak 1
buah di tengah.
Penempatan : Tembok bayabaya ditempatkan menerus kearah udik dari plat pembilas
bagian luas / sisi bendung.
Ukuran : Tinggi mercu tembok gaya gaya 0,5 1m diatas mercu bendung.
Sumber : http://elib.unikom.ac.id
5. Pengoperasian Bangunan Pembilas
Sesuai dengan Pedoman Operasi Jaringan Irigasi Partisipatif pada Irigasi Air Permukaan
sebagai berikut :
Pada cara ini semua pintu pembilas ditutup. Hanya jumlah air yang diperlukan saluran
yang dialirkan ke dalam kantong pembilas, selebihnya dialirkan di bagian lain dari bangunan
utama. Kecepatan air di dalam kantong pembilas dengan demikian akan rendah, oleh karena itu
jumlah air yang masuk ke dalamnya kecil dan menyebabkan air yang masuk ke saluran relatif
bersih. Endapan dibiarkan mengendap di dalam kantong pembilas sampai mencapai ketinggian
kurang lebih 0,5 meter. Kemudian pintu pengambilan ditutup dan pintu pembilas dibuka untuk
membersihkan kantong pembilas. Setelah kantong pembilas bersih, pintu pembilas ditutup
kembali dan pintu pengambilan dibuka kembali untuk mengalirkan air ke saluran.
Cara pengoperasian ini disebut Operasi Kolam Tenang dan sangat efektif untuk
mengurangi endapan masuk ke saluran. Akan tetapi operasi semacam ini hanya dilakukan kalau
ambang pintu pengambilan relatif tinggi di atas dasar kantong pembilas, dan dapat
menyebabkan penghentian pengaliran ke saluran selama pembilasan.
Pada cara ini air dialirkan ke dalam kantong pembilas lebih besar dan debit yang
dialirkan ke dalam saluran. Kelebihan air dialirkan ke hilir melalui pintu pembilas yang dibuka
sebagian. Aliran air yang masuk ke dalam kantong pembilas dengan demikian akan terbagi dua
lapisan. Lapisan atas mengalir ke saluran melalui pintu pengambilan sedangkan lapisan bawah
dialirkan ke hilir melalui bukaan pintu pembilas. Akibat dari operasi ini kecepatan aliran di
kantong pembilas akan tinggi yang menyebabkan endapan melayang dan tidak mengendap,
bahkan dengan terjadinya aliran turbulen kadang-kadang dapat menaikkan endapan dasar ke
permukaan. Dengan demikian fungsi pengendapan di kantong pembilas akan berkurang.
Kelebihan dari cara ini ialah endapan terus menerus dibilas dan saluran tidak perlu ditutup
sebagaimana yang dilakukan pada cara operasi kolam tenang.
5.3 Operasi Pengaliran Terbuka.
Dua cara pengoperasian kantong lumpur sesuai denganPedoman Operasi Jaringan Irigasi
Partisipatif pada Irigasi Air Permukaansebagai berikut :
Pengurasan berkala pada saat terjadi pengendapan di kantong lumpur kecepatan air
akan bertambah dan proses pengendapan mulai berkurang pada saat endapan mulai akan
masuk ke dalam saluran. Untuk menanggulangi keadaan ini kantong lumpur harus dikuras.
Operasi dilakukan dengan cara berikut :
a) Pintu saluran ditutup dengan demikian pengaliran di kantong lumpur terhenti dan
permukaan air berangsur-angsur naik sampai sama dengan permukaan air di hilir
bendung.
b) Sesudah itu bukaan pintu pengambilan diatur sedemikian agar debit yang masuk sama
dengan debit yang dibutuhkan untuk pengurasan (sekitar 0,5 1,0 debit rencana
ruangan), kemudian pintu penguras diangkat sepenuhnya.
c) Dengan urutan seperti itu permukaan air di kantong lumpur turun dan air mulai masuk ke
kantong lumpur sesuai dengan debit yang diperlukan untuk pengurasan. Akibat kecepatan
air endapan di dasar kantong lumpur mulai terkuras. Setelah pengurasan selesai, pintu
penguras ditutup, permukaan air di kantong lumpur kemudian akan sama dengan
permukaan air di hulu bendung, selanjutnya pintu pengambilan dibuka penuh dan setelah
itu pintu saluran dibuka.
Pada kantong lumpur endapan tidak dibiarkan mengendap melainkan dikuras terus
menerus melalui pintu penguras yang dipasang di ujung kantong lumpur. Oleh karena itu
debit air yang masuk melalui pintu pengambilan harus lebih besar, sebanyak debit saluran
(Qs) ditambah debit pengurasan (Qp) dari dasar. Akan tetapi operasi semacam ini dilakukan
hanya pada saat banjir ketika kandungan endapan dalam air sungai cukup tinggi, sedangkan di
musim kemarau dapat diadakan pengurasan berkala. Agar di saat banjir air dan hilir bendung
tidak masuk ke dalam kantong lumpur melalui pintu penguras, dasar kantong lumpur harus
lebih tinggi dan muka air di hilir bendung atau pada saat muka air di hilir
bendung lebih tinggi dan dasar kantong lumpur, pintu penguras ditutup dan kalau perlu
pengaliran air ke saluran dihentikan
dengan kecepatan masuk 1,0 2,0 m/dtk yang merupakan besaran perencanaan normal dapat
diharapkan bahwa butir butir berdiameter 0,01 - 0,04 m dapat masuk.
Q = . . 2 . .
V = 2 .
Q =V.b.a
Dimana :
Dimana :
Elv. Mercu bendung direncanakan 0,10 diatas Elv. MA pengambilan yang dibutuhkan untuk
mencegah kehilangan air pada bendung akibat gelombang . Elv MA direncanakan 16,70 m
= 16,70 0,10
= 16,60 m
Elv. Ambang bangunan pengambilan ditentukkan dari tingginya dasar sungai. Ambang
direncanakan diatas dasar sungai dengan ketentuan sebagai berikut :
Harga harga diatas hanya dipakai untuk pengambilan yang digabung dengan pembilas
terbuka. Jika direncanakan pembilas bawah, maka criteria ini bergantung pada ukuran saluran
pembilas bawah, dalam hal ini umumnya ambang pengambilan direncanakan cm P 20 0
diatas ujung kantong lumpur dalam keadaan penuh.
Bila pengambilan mempunyai bukaan lebih dari satu, maka pilar sebaiknya
dimundurkan untuk menciptakan kondisi aliran masuk yang lebih mulus. (lihat gambar 5.2 KP
02)
Sumber : https://sites.google.com/site/kisaranteknik/assignments/teknik-irigasi-ii
Pengambilan hendaknya selalu dilengkapi dengan sponeng skot balok dikedua sisi pintu agar
pintu dapat dikeringkan untuk keperluan pemeliharaan dan perbaikan.
Guna mencegah masuknya benda benda hanyut, puncak bukaan direncanakan dibawah
muka air hulu.
Jika bukaan berada diatas muka air hulu maka harus dipakai kisi kisi penyaring.
Dimana :
= 2,42 = 1,8
= 14,96 m
= 14,96 + 0,20
= 15,16 m
= 16,70 - 0,10
= 16,60 m
Karena diangkut sungai adalah sedimen kasar, maka elevasi ambang pengambilan sekurang-
kurangnya 1,00 m - 1,50 m diatas dasar sungai.
= 13,40 + 1,50
= + 14,90 m
= 1,19 m
b = .
13,056
= 1,5 . 1,19
Pengalaman yang diperoleh dari banyakbendung yang sudah dibangun telah menghasilkan
beberapa pedoman menentukan pembilas :
Lebar pembilas ditambah pilar pembagi sebaiknya sama dengan (1/6 1/10) dari lebar
bersih bendung untuk sungai sungai yang kurang dari 100 m.
Lebar pembilas sebaiknya diambil 60% daritotal pengambilan termasuk pilar pilarnya
(0,6 x lebar total pengambilan).
Juga untuk dinding pemisah, dapat diberikan harga empiris (a) sebaiknya diambil sekitar
60 70.
Pintu pintu bilas dapat direncana dengan bagian depan terbuka atau tertutup.
Keuntungan keuntungan dari pintu bagian depan terbuka adalah sebagai berikut :
Ikut mengatur kapasitas debit bendung karena air dapat mengalir melalui pintu pintu yang
tertutup selama banjir.
Pembuangan benda benda terapung lebih mudah, khususnya dibuat dalam dua bagian
dan bagian atas diturunkan.
Kelemahan kelemahannya :
Sedimen akan terangkut ke pembilas selama banjir, hal ini dapat menimbulkan masalah
apalagi kalau sungai mengangkut bongkah bongkah ini dapat menumpuk didepan
pembilas dan sulit disingkirkan.
Benda benda hanyut dapat merusakan pintu.
Karena debit di sungai lebih besar dari debit dipengambilan maka air akan mengalir melalui
pintu pembilas, dengan demikian kecepatan menjadi lebih tinggi dan membawa lebih
banyak sedimen. Sekarang kebanyakan pembilas direncana dengan bagian depan terbuka.
Jika bongkah yang terangkut banyak, lebih menguntungkan untuk merencanakan pembilas
samping (shunt sluice) gambar 5.5. KP 02. Pembilas tipe ini terletak diluar bentang bersih
bendung dan tidak menjadi penghalang jika terjadi banjir.
Selama eksploitasi biasa dengan pintu pengambilan terbuka, pintu bilas berganti
berganti akan dibuka dan ditutup mencegah penyumbatan.
Karena sungai diperkirakan mengangkut batu batu bongkah diperlukan bangunan pembilas
dengan bagian bawah tertutup.
Dari hasil perhitungan sebelumnya, untuk perencanaan lebar pintu adalah 1,5 m dan lebar pilar
masing-masing 1,0 m
= 6,90 m
= 2,00 m
= 5,10 m
Direncanakan 3 (tiga) bukaan
5,10
b = 3,0
= 1,70 m
Sumber : https://sites.google.com/site/kisaranteknik/assignments/teknik-irigasi-ii
Pengurasan yang membawa efek paling kecil adalah pengurasan routline pada
saat air setinggi mercu + 16,70 m ( data perencanaan sebelumnya )
Untuk bendung dengan under sluice, pengurasan dapat ditinjau untuk dua
kondisi, yaitu :
- Pintu dibuka setinggi undersluice.
- Pintu dibuka penuh.
a) Pintu Dibuka Setinggi Pembilas Bawah (Undersluice).
Pada kondisi ini pintu undersluice dibuka penuh, pintu bilas ditutup.
Elev. Muka Air di Udik = Elevasi Mercu
Q = Debit (m3/dtk).
= Koefisien debit diambil = 0,80
B = Lebar pintu bilas.
Y = Tinggi lubang undersluice = 1,80 m.
g = Percepatan gravitasi (9,80 m/dtk2).
H = Tinggi MA udik terhadap undersluice = 16,70 + 12,90 = 3,80 m
Berdasarkan harga harga diatas diperoleh
1,80
Q = 0,80 . 1,70 . 1,80 2 . 9,80 (3,80 ( ))
2
= 18,456 m3/dtk
Kontrol Debit Pembilasan.
Qbilas 2 x Qrenc (syarat)
Qrenc = 10,88 m3/Dtk 2 x Qrenc = 21,76 m3/Dtk
Qbilas = 18,456 m3/Dtk < 21,76 m3/Dtk
1,80
= 0,80 2 . 9,80 (3,80 ( 2
))
= 6,031 m/dtk
= 0,67 m
Dengan demikian diameter butir yang dapat terbilas mempunyai diameter < 0,67 m
Dimana :
d = Diameter butir terbilas (m).
V = Kecepatan pembilasan (m/dtk).
C = Koefisien bentuk sedimen = 5,00 untuk Congulated Sand And Gravel.
Berdasarkan harga harga tersebut diperoleh :
Dengan demikian diameter butir yang dapat terbilas mempunyai diameter < 0,957 m.
z = 1/3 H
-
Pintu Bilas Atas
Z= H
-
Pintu Bilas Bawah
Gambar 3.6. Bentuk Pintu Bilas Atas Dan Pintu Bilas Bawah
Sumber : https://sites.google.com/site/kisaranteknik/assignments/teknik-irigasi-ii