Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Manajemen merupakan hal inti, bilamana dikaitkan dalam mengelola


kegiatan suaatu organisasi, termasuk proses penyelenggaraan pemerintahan.
Manajemen dalam penyelenggaraan pemerintahan merupakan proses dalam
merancang jalannya pemerintahan, baik melalui perencanaan dan pengawasan
dengan memanfaatkan suatu ilmu pengetahuan dan seni untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk itu perlu diketahui pemerintahan adala
dasar penyelenggaraan manajemen sebuah lembaga pemerintahan umum yang
disusun dan difungsikan sebagai alat negara dalam menyelenggarakan
kesejahteraan rakyatnya. Dengan kata lain, untuk menghadapi berbagai bentuk
perubahan yang terjadi diperlukan manajemen pemerintahan yang responsive,
akomodatif dan partisipatif dalam pemerintahan.

Pemerintahan sentralistik pada masa orde baru dipandang tidak lagi


mampu menjawab aspirasi dan harapan-harapan masyarakat ke depan. Kemudian
bergilirlah era desentralisasi dan otonomi daerah yang diatur oleh UU No.23
tahun 2014 sebagai solusi nyata untuk menjawab aspirasi dan harapan
masyarakat pada era globalisasi saat ini. Desentralisasi pada prinsipnya adalah
pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Pelimpahan ini didasarkan pada pemikiran bahwa pemerintah daerah lebih
mengetahui secara detail permasalahan pembangunan didaerah. Hal ini yang
kemudian mendasari perubahan tata kelola pemerintahan dan pembangunan
didaerah dari yang bersifat top down menjadi button up yang tak lain bertujuan
untuk mencapai kesejahteraan masyarakatnya.

Dalam pencapaian kesejahteraan pemerintahan daerah melaksanakan


berbagai urusan pemerintahan berdasarkan pembagian urusan yang diatur UU
No. 23 tahun 2014 yaitu urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan
konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan konkuren
sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 UU No. 23 tahun 2014 terdiri atas urusan
pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan
wajib terdiri atas urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar
dan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar sebagaimana tercantum dalam
pasal 12 ayat 2 UU No. 23 tahun 2014 secara jelas menempatkan
penyelenggaraan bidang kependudukan dan pencatatan sipil sebagai poin ke
enam urusan wajib pemerintahan daerah yang tidak berkaitan dengan pelayanan
dasar, untuk itu pemerintah daerah wajib melaksanakan program tersebut.
Pelayanan didalam pemerintahan dilakukan oleh pemerintah daerah dan SKPD.
Peran SKPD sangat strategis dalam menyiapkan dan mengembangkan sumber
daya manusia dalam jangka panjang maupun jangka pendek untuk memecahkan
permasalahan bangsa maupun permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah
daerah.

Penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan


penerima pelayanan maupun pelaksana ketentuan Perundang-undangan. Dengan
begitu pelaksanaan pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah harus benar-benar
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan juga melaksanakan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan ukuran keberhasilan penyelenggara pelayanan
ditentukan oleh tingkat kepuasan pihak penerima pelayanan dicapai apabila
penerima pelayanan memperoleh pelayanan sesuai yang dibutuhkan dan
diharapkan. Karena itulah perlunya pelayanan bagi masyarakat yang merupakan
suatu tujuan pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat dan sebagai alat
pemuas bagi masyarakat dan juga melaksanakan dan menjalankan Pelaksanaan
Peraturan Perundang-undangan. Mengingat fungsi utama pemerintah adalah
melayani masyarakat maka pemerintah perlu terus berupaya meningkatkan
kualitas pelayanan. Berhasilnya pembangunan memerlukan sistem dan aparatur
pelaksana yang mampu tanggap dan kreatif serta pengelolaan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip manajemen modern dalam sikap perilaku dan kemampuan
teknisnya termasuk di dalamnya adalah memberikan pelayanan yang efektif
kepada masyarakat. Pelayanan pada hakekatnya bukan hal yang berdiri sendiri,
seperti pelayanan kepada masyarakat (pelayanan publik) saja, namun dapat juga
dikatakan dalam arti teknis dan administrasi. Misalnya dalam suatu pelayanan
kepada masyarakat sehingga pelayanan ini sering menjadi suatu hal yang utama
yang berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi, karena itu dalam hal
ini mereka harus benar-benar mampu bagaimana memberikan kepuasan dan
terpenuhinya kebutuhan dan keinginan masyarakat. Salah satu bentuk pelayanan
yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat adalah pelayanan
administrasi kependudukan
Penduduk merupakan komponen penting dalam sebuah negara. Indikator
kependudukan seperti jumlah, pertumbuhan, komposisi dan distribusi penduduk
berpengaruh terhadap bidang ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan budaya.
Administrasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban
dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran
penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan
serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor
lain. Dalam sector administrasi kependudukan ditangani oleh Dinas
Kependudukan dan Pencatatan sipil (Disdukcapil) yang berperan sebagai lembaga
yang mewakili pemerintahan daerah dalam mengatur sumber data utama
mengenai masyarakat suatu negara termasuk di dalamnya mengatur data
administrasi kependudukan.

Penyelenggaraan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil, terkait dengan


beberapa fungsi yaitu fungsi pelayanan, fungsi hukum, fungsi statistik (data), dan
fungsi kerjasama. Begitu pula dengan hasil dari pelayanan adalah data dan
dokumen kependudukan. Dokumen yang diterbitkan sekaligus merekam data
penduduk dalam database yang mutakhir. Data yang valid inilah yang akan
digunakan untuk berbagai kepentingan yaitu perumusan kebijakan, perencanaan
pembangunan, serta penyelenggaraan pelayanan kependudukan dan pencatatan
sipil di daerah. Pelayanan administrasi kependudukan merupakan bagian dari
pelayanan publik yang harus diselenggarakan oleh negara guna memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam bidang administratif. Administrasi kependudukan
merupakan kebutuhan yang penting untuk dipenuhi karena menyangkut
penentuan status kewarganegaraan seorang penduduk yang dibuktikan dengan
dokumen-dokumen kependudukan yang dimilikinya. Untuk itu, penyelenggaraan
pelayanan administrasi kependudukan menjadi sebuah kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh setiap pemerintah daerah.

Dalam UU No. 24 tahun 2013 tentang perubahan atas UU No. 23 tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan menyebutkan bahwa Administrasi
Kependudukan adalah sebuah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban
dalam hal dokumen dan data kependudukan melaui pendaftaran penduduk,
pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta
pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan public dan pembangunan sector
lainnya. Sementara itu tertib administrasi kependudukan lebih kepaada kesadaran
para anggota masyarakat untuk melaporkan diri atas keberadaannya maupun
perubahan-perubahan atau kejadian peristiwa penting kependudukan dan
memiliki dokumen kependudukan serta menggunakan sesuai peruntukannya.

Administrasi kependudukan lahir dari tuntutan konstitusi yang


mengamanatkan bahwa negara dalam hal ini pemerintah berkewajiban secara
penuh untuk memberikan pengakuan, jaminan, dan kepastian hukum secara adil
dan merata serta memandang sama terhadap semua obyeknya. Dalam
perkembangannya administrasi kependudukan di Indonesia telah memasuki
babak baru dengan berbagai tools, applicant dan system yang diharapkan mampu
menjawab berbagai tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan administrasi
kependudukan. Oleh karena itu pemerintah dituntut untuk selalu
menyempurnakan data kependudukan. Masyarakat setiap waktu selalu menuntut
pelyanan berkualitas dari pemerintah, meskipun oleh pemerintah tuntutan
tersebut sering tidak sesuai harapan, karena secara empiris pelayanan yang
selama ini terjadi masih terkesan berbelit-belit, lambat mahal, dan melelahkan.
Kecenderungan seperti ini terjadi karena masyarakat masih diposisikan sebagai
pihak yang melayani bukan yang dilayani.

Pelayanan publik dikatakan efektif apabila penerima pelayanan merasa


puas terhadap pelayanan yang diberikan. Pelayanan publik dapat dinilai dari
proses dan produk layanannya. Aspek proses dan produk layanannya. Aspek
proses meliputi mekanisme sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses.
Sedangkan aspek produk layanan menyangkut jenis, kualitas dan kuantitas produk
layanan. Dalam UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dijelaskan
bahwa pelayanan public merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan untuk
kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan pelayanan public harus diberikan kepada seluruh masyarakat
Indonesia tanpa terkecuali.

Namun pada pelaksanaan di lapangan, kualitas dari pelayanan publik masih


belum berjalan dengan baik seperti yang dijanjikan oleh pemerintah. Hal ini
terlihat dari masih ada keluhan dan pengaduan dari masyarakat terkait pelayanan
yang mereka rasakan. Peristiwa ini sangat disayangkan mengingat Indonesia
adalah negara dengan berbagai macam keadaan, tidak hanya masyarakat
kalangan atas tetapi juga masyarakat kalangan bawah yang jumlahnya sangat
banyak dan tentunya ingin menikmati pelayanan secara prima dari pemerintah.
Kabupaten Aceh Utara terletak di provinsi aceh yang merupakan Ibukota
kabupaten ini dipindahkan dari Lhokseumawe ke Lhoksukon, menyusul
dijadikannya Lhokseumawe sebagai kota otonom. Kabupaten ini tergolong
sebagai kawasan industri terbesar di provinsi ini dan juga tergolong industri
terbesar di luar pulau Jawa, khususnya dengan dibukanya industri pengolahan gas
alam cair PT. Arun LNG di Lhokseumawe pada tahun 1974. Di daerah wilayah ini
juga terdapat pabrik-pabrik besar lainnya: Pabrik Kertas Kraft Aceh, pabrik Pupuk
AAF (Aceh Asean Fertilizer) dan pabrik Pupu Iskandar Muda (PIM). Berdasarkan
Undang Undang Nomor I tahun 1957 dan Keputusan Presiden Nomor 6 tahun
1959. Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Utara terbagi dalam 3 (tiga) Kewedanaan
yaitu: Kewedanaan Bireuen terdiri atas 7 kecamatan, Kewedanan Lhokseumawe
terdiri atas 8 Kecamatan, Kewedanaan Lhoksukon terdiri atas 8 kecamatan.
Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan wilayah, pertambahan
penduduk dan semangat otonomi daerah pada tahun 1999 pada bekas
kewedanaan Bireun ditetapkan menjadi Kabupaten Bireuen dan pada tahun 2001
Kota Lhokseumawe menyusul menjadi kotamadya yang baru lepas dari Kabupaten
Aceh Utara

. Kabupaten Aceh Utara terdiri dari 27 Kecamatan dan 852 Desa sebagai hasil
pemekaran daerah dari Provinsi Aceh , dimana total luas wilayah Kabupaten Aceh
Utara adalah 3.296,86 Km2 (329.686 Ha). Qanun Kabupaten Aceh Utara Nomor 2
Tahun 2010 tentang Perubahan atas Qanun Kabupaten Aceh Utara Nomor 2
Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kabupaten Aceh
Utara, dimana Susunan Organisasi Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil
terdiri dari:
a. Kepala Kantor;
b. Sub Bagian Tata Usaha;
c. Seksi Pelayanan Catatan Sipil;
d. Seksi Mutasi dan Pengendalian Penduduk;
e. Seksi Data dan Pelaporan;
f. Unit Pelaksana Teknis;
g. Kelompok Jabatan Fungsional;
(2) Bagan Susunan Organisasi Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil adalah
sebagaimana tercantum pada lampiran dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Qanun ini.
Pelayanan publik di Kabupaten Aceh Utara belum sepenuhnya berjalan dengan
baik, diantaranya yang berkaitan dengan pengadaan produk-produk pelayanan
administrasi kependudukan yang bersifat kewajiban seperti Kartu Tanda
Penduduk Eleketronik (KTP-el) Kartu Keluarga (KK), Akta Kelahiran dan lain-lain
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.

Akta kelahiran sebagai bentuk dokumen resmi yang memberikan


keterangan bagi setiap warga negara mengenai pengakuan orang tua kepada
anaknya dan keanggotaannya sebagai kewarganegaraan Indonesia, tentu ini
hal yang sangat penting. Akta kelahiran digunakan sebagai bukti sah seorang
anak. Sesuai pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 tahun 2013 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi
Kependudukan, bahwa Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk
kepada instansi pelaksana setempat paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak
kelahiran

Namun pada faktanya masih ada masyarakat yang belum memiliki Akta
Kelahiran khusunya di Kabupaten Aceh Utara yang ternyata masih terdapat
permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara, dan yang menjadi permasalahan utama
adalah pelayanan publik. Pelayanan publik di Kantor Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil masih bisa dibilang kurang baik dikarenakan masih ditemukan
masalah internal maupun eksternal serta faktor yang menghambat pelayanan
yang belum terselesaikan. Masalah Internal merupakan masalah yang terjadi
dalam organisasai birokrasi di kantor dinas itu sendiri. Seperti halnya masalah
sumber daya manusia yang masih kurang memahami tugas dan fungsi mereka
masing-masing, disiplin kerja yang masih rendah, serta masih berbelit-belit dalam
proses pelayanan Akta Kelahiran. Selain itu permasalahan yang ada di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara ialah proses
penertiban Akta Kelahiran yang terkadang membutuhkan waktu yang lama
sehingga waktu masyarakat tersita karena lamanya proses pelayanan pengurusan
Akta Kelahiran. Selain itu juga pelayanan pada pembuatan Akta Kelahiran
mengalami keterlambatan dari waktu yang telah disepakati atau sesuai dengan
peraturan yang berlaku dengan alasan kehabisan kertas, listrik yang sering mati,
kerusakan komputer dan sebagainya. Biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat
juga tidak sesuai dengan standar operasional yang berlaku, juga didapati ada
pegawai yang kurang ramah dalam memberikan pelayanan. Ada juga pegawai
yang melakukan tindakan yang bertentangan dengan pelayanan yang seharusnya,
dimana ada pegawai yang melakukan diskriminasi dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat dengan cara lebih mengutamakan hubungan kekerabatan dan
keluarga. Dalam proses pelaksanaan pelayanan Akta Kelahiran juga terhambat
karena sarana dan prasarana kantor yang masih terbatas. Seperti jumlah
komputer yang masih terbatas bahkan ada yang rusak serta ruang pelayanan yang
sempit. Kondisi ini diperparah dengan masalah eksternal yang ada seperti
kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya Akta
Kelahiran dan akses menuju Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
masih sulit dijangkau masyarakat yang berada diperkampungan karena
transportasi darat yang masih kurang memadai dan jarak yang terlampau jauh.
Berbagai macam masalah yang timbul dari proses pemberian pelayanan
berdampak pada masyarakat yang ingin mengurus dokumen Akta Kelahiran. Dari
beberapa permasalahan penyelenggaraan pelayanan Akta Kelahiran, pemerintah
diharapkan untuk lebih terbuka dan demokratis serta bertanggung jawab dalam
pelaksanaan pelayanan, sementara masyarakat diharapkan untuk lebih
berpatisipasi dalam penyelenggaraan pelayanan ataupun dalam pengawasan
pelayanan publik. Fenomena yang terjadi adalah warga hanya mengurus
dokumen Akta Kelahiran pada saat sedang membutuhkan, karena kurangnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya dokumen resmi kependudukan dan
pencatatan sipil tersebut.

Dengan jumlah pegawai dengan tingkat pendidikan serta sarana dan prasarana
yang terbatas maka dapat mempengaruhi pelaksanaan pelayanan administrasi
kependudukan bidang Akta Kelahiran kepada masyarakat. Banyak keluhan dari
masyarakat akan pelayanan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara menunjukan rendahnya kinerja aparat
dalam memberikan pelayanan. Perencanaan program peningkatan kualitas
pelayanan harus segera dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Utara
Provinsi Aceh terkait dengan strategi penyelenggaraan pelayanan administrasi
kependudukan di segala bidang terkhususnya pada pelayanan Akta Kelahiran.
Sehingga, masyarakat dapat merasakan pelayanan yang baik dan kinerja aparat
dalam menyelenggarakan pelayanan Akta Kelahiran dapat merubah opini
masyarakat kearah yang lebih positif, karena saat ini masyarakat masih diwarnai
dengan opini-opini yang negatif seperti cara, metode, atau etika pada saat proses
pelayanan yang diberikan terhadap masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas, maka peningkatan pelayanan administrasi
kependudukan yaitu akta kelahiran perlu dilakukan demi memenuhi tujuan
negara yaitu memajukan kesejahteraan umum dalam hal ini adalah
kesejahteraan masyarakat. Hal ini yang menarik minat penulis untuk
mengadakan penelitian dengan judul : Strategi Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil dalam Meningkatkan Pelayanan Akta Kelahiran di
Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh.

1.1.1 Permasalahan
1.1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di latar belakang yang telah
dikemukakan diatas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Kurangnya Pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
kepemilikan dokumen Akta Kelahiran.
2. Kurangnya akses informasi serta sosialisasi mengenai Pelayanan
Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
3. Sulitnya akses menuju Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
bagi masyarakat yang berada di Perkampungan.
4. Terbatasnya sarana dan prasarana yang ada di Kantor Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil
5. Masih kurangnya pemahaman pegawai terhadap tugas dan fungsi masing-
masing.
6. Sering tidak terkoneksinya jaringan server baik dari daerah ke pusat
maupun pusat ke daerah
7. Ruwetnya procedure dan syarat administratif yang harus di penuhi

1.2.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah serta untuk


mempersempit ruang lingkup penelitian, maka perlu adanya pembatasan
masalah sehingga dapat memudahkan penulis dalam melakukan penelitian yaitu
bagaimana strategi peningkatan pelayanan, faktor penghambat strategi serta
upaya untuk mengatasi faktor penghambat strategi dalam peningkatan Akta
Kelahiran di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara.
Penulis memilih Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten aceh Utara
sebagai lokus peneleitian dengan alasan pelayanan administrasi kependudukan
bidang akta Kelahiran masih belum berjalan dengan baik karena masih dijumpai
berbagai permasalahan dalam proses pelayanan.

1.2.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis merumuskan


beberapa masalah, yaitu:

1. Bagaimana strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam

meningkatkan pelayanan Akta Kelahiran di Kabupaten Aceh Utara?


2. Apakah faktor penghambat strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

dalam meningkatkan pelayanan Akta Kelahiran di Kabupaten Aceh utara?


3. Apakah upaya yang dilakukan untuk mengatasi faktor penghambat strategi

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam meningkatkan pelayanan


Akta Kelahiran di Kabupaten Aceh Utara?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini yakni mengamati dan menjelaskan strategi yang dilakukan
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam meningkatkan pelayanan, faktor
penghambat strategi serta upaya dalam mengatasi faktor penghambat tersebut
dalam pelayanan administrasi kependudukan bidang akta kelahiran di Kabupaten
Aceh Utara Provinsi Aceh.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam


meningkatkan pelayanan akta kelahiran di Kabupaten Aceh utara.

2. Mengetahui faktor penghambat strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan


Sipil dalam meningkatkan pelayanan akta kelahiran di Kabupaten Aceh Utara.
3. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi faktor penghambat strategi
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam meningkatkan pelayanan akta
kelahiran di Kabupaten Aceh Utara.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah sebagai bahan awal untuk
melakukan penelitian dan pengkajain lebih lanjut, dalam rangka pengembangan
ilmu pengetahuan, terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan strategi
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara dalam
meningkatkan pelayanan administrasi kependudukan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Bagi Daerah, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan


masukkan serta bahan referensi bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
dalam meningkatkan pelayanan akta kelahiran di Kabupaten Aceh Utara.

2. Bagi IPDN, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi


dalam kajian pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pengembangan ilmu
pemerintahan terkait dengan pelayanan publik.

3. Bagi Penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan


pengetahuan dan pengalaman dalam pelaksanakan tugas dilapangan dan untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Anda mungkin juga menyukai