Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Dismenore
Hari/ Tanggal :
Waktu : 15 menit
Sasaran : anak remaja
Tempat : Rumah Kader

A. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, klien dapat mengetahui
mengenai dismenore.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan klien dapat menjelaskan:
a. Pengertian dismenore
b. Penyebab dismenore
c. Faktor resiko
d. Gejala dan tanda
e. Penatalaksanaan

B. MATERI
1. Pengertian Dismenore
2. Penyebab
3. Faktor resiko
4. Gejala dan tanda
5. qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqPenatalaksanaan
C. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahapan
Kegiatan Penyaji Kegiatan Peserta Waktu
Kegiatan
Pembukaan Pembukaan Menjawab salam 5 menit
Salam & perkenalan
Menjelaskan maksud dan memperhatikan,
tujuan dan menanggapi
Penyampaian Menyampaikan materi: Memperhatikan dan 15 menit
Materi Menjelaskan tentang menanggapi.
pengertian dismenore
Menjelaskan tentang penyebab
dismenore
Menjelaskan faktor resiko
dismenore
Menjelaskan gejala dan tanda
dismenore
Menjelaskan cara penanganan
dismenore
Penutupan & Evaluasi Menjawab 10 menit
Evaluasi Penutup dan salam pertanyaan evaluasi
dan menjawab salam

D. METODE
Metode yang digunakan adalah Ceramah dan Tanya jawab

E. ALAT
Media: Leaflet
Flip Chart
LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian Dismenore
Beberapa definisi dismenore yaitu:
a. Dismenore adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu
aktivitas sehari hari (Manuaba, 2001).

b. Dismenore adalah nyeri di perut bagian bawah ataupun di pungung


bagian bawah akibat dari gerakan rahim yang meremas remas
(kontraksi) dalam usaha untuk mengeluarkan lapisan dinding rahim yang
terlepas (Faizah, 2000).

c. Dismenore adalah nyeri saat haid yang terasa di perut bagian bawah dan
muncul sebelum, selama atau setelah menstruasi. Nyeri dapat bersifat
kolik atau terus menerus. Dismenore timbul akibat kontraksi disritmik
lapisan miometrium yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari
nyeri ringan hingga berat pada perut bagian bawah, daerah pantat dan sisi
medial paha (Badziad, 2003).

d. Dismenore atau nyeri haid adalah gejala-gejala ginekologik yang paling


sering dijumpai. Bahkan wanita-wanita dengan dismenore cenderung
untuk mendapat nyeri haid rekurens secara periodik yang menyebabkan
pasien mencari pengobatan darurat (Greenspan dan Baxter, 2000).

B. Klasifikasi Dismenore
Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya
kelainan yang dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi
menjadi, dismenore spasmodik dan dismenore kongestif.

1) Nyeri Spasmodik

Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berawal sebelum


masa haid atau segera setelah masa haid mulai. Banyak perempuan
terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita nyeri itu sehingga ia
tidak dapat mengerjakan apa pun. Ada di antara mereka yang pingsan,
merasa sangat mual, bahkan ada yang benar-benar muntah. Kebanyakan
penderitanya adalah perempuan muda walaupun dijumpai pula pada
kalangan yang berusia 40 tahun ke atas. Dismenore spasmodik dapat
diobati atau paling tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama walaupun
banyak pula perempuan yang tidak mengalami hal seperti itu.

2) Nyeri Kongestif
Penderita dismenore kongestif yang biasanya akan tahu sejak
berhari-hari sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba. Dia
mungkin akan mengalami pegal, sakit pada buah dada, perut kembung
tidak menentu, beha terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung,
pegal pada paha, merasa lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung,
kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau muncul
memar di paha dan lengan atas. Semua itu merupakan simptom pegal
menyiksa yang berlangsung antara 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2
minggu. Proses menstruasi mungkin tidak terlalu menimbulkan nyeri jika
sudah berlangsung. Bahkan setelah hari pertama masa haid, orang yang
menderita dismenore kongestif akan merasa lebih baik. Sedangkan
berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati, nyeri
haid dapat dibagi menjadi, dismenore primer dan dismenore sekunder.

a. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa
kelainan pada alat alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi
bersamaan atau beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12
bulan atau lebih, oleh karena siklus siklus haid pada bulan bulan
pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak
disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya
atau bersama sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk
beberapa jam walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung
beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang, biasanya terbatas pada
perut bawah tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha.
Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit
kepala, diare dan iritabilitas (Wiknjosastro, 1999). Dismenore primer
sering dimulai pada waktu perempuan mendapatkan haid pertama dan
sering dibarengi rasa mual, muntah, dan diare. Gadis dan perempuan
muda dapat diserang nyeri haid primer.

Dinamakan dismenore primer karena rasa nyeri timbul tanpa ada


sebab yang dapat dikenali. Nyeri haid primer hampir selalu hilang
sesudah perempuan itu melahirkan anak pertama, sehingga dahulu
diperkirakan bahwa rahim yang agak kecil dari perempuan yang belum
pernah melahirkan menjadi penyebabnya, tetapi belum pernah ada
bukti dari teori itu. Nyeri haid yang disebabkan karena kelainan yang
jelas dinamakan dismenore sekunder. Nyeri haid yang baru timbul 1
tahun atau lebih sesudah haid pertama dapat dengan mudah ditemukan
penyebabnya melalui pemeriksaan yang sederhana. Jika pada usia 40
tahun ke atas timbul gejala nyeri haid yang tidak pernah dialami,
penting sekali baginya untuk memeriksakan diri.

b. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan
anatomis genitalis (Manuaba, 2001). Sedangkan menurut Hacker
(2001) tanda tanda klinik dari dismenore sekunder adalah
endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan
kongesti pelvis. Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada
haid, kurang berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada
perempuan yang lebih tua (tiga puluhan atau empat puluhan tahun) dan
dapat disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan dan
perdarahan yang abnormal).

C. Penyebab
Dismenore sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25% wanita
yang mengalami dismenore. Penyebab dari dismenore sekunder adalah:
endometriosis, fibroid, adenomiosis, peradangan tuba falopii, perlengketan
abnormal antara organ di dalam perut, dan pemakaian IUD.

D. Faktor Risiko
Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3
tahun setelah menstruasi pertama. Sedangkan dismenore sekunder seringkali
mulai timbul pada usia 20 tahun. Faktor lainnya yang bisa memperburuk
dismenore adalah:
Rahim yang menghadap ke belakang (retroversi)
Kurang berolah raga
Stres psikis atau stres sosial.

Menurut Wiknjosastro (2007) terdapat beberapa faktor yang dapat


mempengaruhi dismenore antara lain:
a) Faktor Kejiwaan
Pada gadis- gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika
mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah
timbul dismenore. Dismenorea primer banyak dialami oleh remaja yang
sedang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik
maupun psikis. Ketidak siapan remaja putri dalam menghadapi
perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut, mengakibatkan
gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya,
misalnya gangguan haid seperti dismenore (Hurlock, 2007). Wanita
mempunyai emosional yang tidak stabil, sehingga mudah mengalami
dismenore primer. Faktor kejiwaan, bersamaan dengan dismenore akan
menimbulkan gangguan tidur (insomnia).

b) Faktor Konstitusi
Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan sebagai
penyebab timbulnya dismenore primer yang dapat menurunkan ketahanan
seseorang terhadap nyeri. Faktor ini antara lain:
1) Anemia
Anemia adalah defisiensi eritrosit atau hemoglobin atau dapat keduanya
hingga menyebabkan kemampuan mengangkut oksigen berkurang.
Sebagian besar penyebab anemia adalah kekurangan zat besi yang
diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga disebut anemia
kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel
otak dan dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang, termasuk daya
tahan tubuh terhadap rasa nyeri.

2) Penyakit menahun
Penyakit menahun yang diderita seorang perempuan akan menyebabkan
tubuh kehilangan terhadap suatu penyakit atau terhadap rasa nyeri.
Penyakit yang termasuk penyakit menahun dalam hal ini adalah asma dan
migrain (Wiknjosastro, 1999).

c) Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis


Teori tertua menyatakan bahwa dismenore primer disebabkan oleh
stenosis kanalis servikalis. Pada perempuan dengan uterus dalam
hiperantifleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan
tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai factor yang penting sebagai
penyebab dismenore. Banyak perempuan yang menderita dismenore
tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantifleksi.
Sebaliknya terdapat perempuan tanpa keluhan dismenore, walaupun ada
stenosis servikalis dan uterus terlatak dalam hiperantifleksi atau
hiperretofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium
dapat menyebabkan dismenore karena otot- otot uterus berkontraksi keras
dalam usaha untuk melainkan kelainan tersebut.
d) Faktor Endokrin
Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi yang
berlebihan. Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi
memproduksi prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot-otot
polos. Jika jumlah prostaglandin F2 berlebih akan dilepaskan dalam
peredaran darah, maka selain dismenore, dijumpai pula efek umum,
seperti diare, nausea, dan muntah.

e) Faktor Alergi
Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenore
primer dengan urtikaria, migren atau asma bronkial. Smith menduga
bahwa sebab alergi ialah toksin haid.

E. Gejala dan Tanda


Nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian
bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau
sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada.
Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi,
mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan
menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit
atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi muntah.
Dismenore secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat keparahan. Menurut
Manuaba (2001), dismenore dibagi 3 yaitu:
a. Dismenore Ringan
Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja
sehari hari.
b. Dismenore Sedang
Pada dismenore sedang ini penderita memerlukan obat penghilang rasa
nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya.
c. Dismenore Berat
Dismenore berat membutuhkan penderita untuk istirahat beberapa hari
dan dapat disertai sakit kepala, kemeng pinggang, diare dan rasa tertekan.
F. Penanganan
Pertambahan umur dan kehamilan akan menyebabkan menghilangnya
dismenore primer. Hal ini diduga terjadi karena adanya kemunduran saraf
rahim akibat penuaan dan hilangnya sebagian saraf pada akhir kehamilan.
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-
steroid (misalnya ibuprofen, naproksen dan asam mefenamat). Obat ini akan
sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan
sampai hari 1-2 menstruasi.
Selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan:
Istirahat yang cukup
Olahraga yang teratur (terutama berjalan)
Pemijatan
Yoga
Kompres hangat di daerah perut.
Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi
mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi.
Gejala juga bisa dikurangi dengan istirahat yang cukup serta olah raga
secara teratur.
Pengobatan untuk dismenore sekunder tergantung kepada penyebabnya.

Anda mungkin juga menyukai