Anda di halaman 1dari 6

GLYCOGEN STORAGE DISEASE

Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan analog dengan amilum pada
tumbuhan.Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai 6%), otot jarang melampaui jumlah 1%. Glikogen otot
berfungsi sebagai sumber heksosa yang tersedia dengan mudah untuk proses glikolisis di dalam otot itu sendiri.
Sedangkan glikogen hati sangat berhubungan dengan simpanan dan pengiriman heksosa keluar untuk
mempertahankan kadar glukosa darah, khususnya pada saat di antara waktu makan. Setelah 12-18 jam puasa,
hampir semua simpanan glikogen hati terkuras habis. Tetapi glikogen otot hanya terkuras secara bermakna setelah
seseorang melakukan olahraga yang berat dan lama.Seperti pati, glikogen merupakan polimer a-D-glukosa yang
bercabang (Murry, 2006).
Glikogen otot berfungsi untuk menjadi sumber heksosa yang tersedia bagi proses glikolisis di dalam otot itu sendiri.
Glikogen hepar sebagian besar berhubungan dengan simpanan dan pengiriman heksosa keluar untuk
mempertahankan kadarglukosa darah, khususnya pada saat-saat sebelum sarapan. Setelah 12-18 jam puasa, hatnpir
seluruh simpanan glikogen dalam hepar mengalami deplesi, sedangkan glikogen otot baru mengalami deplesi yang
berarti setelah seseorang melakukan olahraga yang berat dan lama. Penyakit simpanan glikogen (glycogen storage
disease) merupakan kelompok kelainan bawaan yang ditandai oleh gangguan mobilisasi glikogen dan penumpukan
bentuk-bentuk glikogen abnormal, sehingga mengakibatkan kelemahan otot dan bahkan kematian penderitanya
(Sharon, 1980).
Kelainan-kelainan penimbunan glikogen
Istilah penyakit simpanan glikogen (glycogen storage diseases) merupakan istilah generik yang dimaksudkan
untuk menjelaskan suatu kelompok kelainan bawaan yang ditandai oleh penumpukan glikogen dengan jumlah
atau jenis yang abnormal di dalam jaringan tubuh. Defisiensi enzim adenil kinase dan protein kinase yang
bergantung cAMP juga pernah dilaporkan. Beberapa kelainan yang dijelaskan berhasil ditolong dengan
transplantasi hepar.
Kelainan penimbunan glikogen "glycogen storage disease" adalah suatu penyakit yang diturunkan. Ada beberapa
tipe:
a) Tipe I glikogenosis ( von Gierke's disease )
Dalam sel-sel hepar dan "renal convulated tubules" penuh dengan glikogen. Secara me-tabolik glikogen ini tidak
bisa dipakai. Terbukti dengan terjadinya hipoglisemia pada penderita ini. Ketosis dan heperlipemia terjadi pada
penderita ini, yang merupakan suatu tanda adanya kekurangan karbohidrat. Dalam hepar, ginjal dan usus halus
aktivitas glu-kosa-6 fosfatase sedikit sekali atau tidak ada pada penderita ini.
b) Tipe II ( Pompe's disease )
Merupakan kelainan yang menyebabkan kematian. Terjadi kekurangan enzim lisosom -14 dan 16
glukosidase (asid maltase). Adapun fungsi kedua enzim tersebut adalah memecah glikogen. Sebagai akibatnya
adalah terjadi penimbunan glikogen dalam li-sosom.
c) Tipe III ( limit dextrinosis: Forbes' or Cori's disease ).
Enzim "debranching" tidak ada pada penderita ini. Limit dekstrin tertimbun dalam sel-sel jaringan.
d) Tipe IV ( amylopectinosis,Anderson's disease )
Pada tipe ini enzim "branching" tidak ada, hingga terdapat akumulasi polisakarida den-gan sedikit titik-titik cabang.
Kematian biasanya terjadi pada tahun pertama karena kega-galan jantung atau kegagalan hepar. 19
e) Tipe V glikogenosis ( myophosphorylase deficiency glycogenosis: McArdle's syn-drome)
Fosforilase otot tidak ada. Penderita dengan tipe ini tidak tahan olahraga. Meskipun kadar glikogen dalam otot tinggi
(2,5-4,1%) namun sedikit sekali atau tidak terukur adanya asam laktat dalam darahnya.
f) Tipe VI glikogenosis ( Hers' s disease ).
Dalam hepar kekurangan enzim fosforilase. Terjadi penimbunan glikogen dalam hepar. Ada tendensi mengalami
hipoglikemi.
g) Tipe VII glikogenosis ( Tarui's disease )
Fosfofrukto kinase dalam otot dan eritrosit menurun. Bisa mengalami anemi hemolitik.
h) Tipe VIII. glikokenosis.
Dalam hepar kekurangan enzim fosforilase kinase. Gejala mirip tipe VI (Howell, 1978).
GLIKOGENOSIS
Glikogenosis (Glycogen Storage Disease) adalah suatu istilah genetik untuk menjelaskan sekelompok penyakit
herediter yang ditandai oleh pengendapan glikogendalam jumlah atau tipe abnormal di jaringan atau kegagalan
memobilisasi glikogen (David dan Peter, 2012). Pada penderita glikogenosis, sejumlah glikogen yang abnormal
diendapkan di dalam jaringan tubuh seperti di otot dan hati (terutama di hati).
Glikogenosis disebabkan oleh tidak adanya satu atau beberapa enzim yang diperlukan untuk mengubah gula
menjadi glikogen (glikogenesis) atau mengubah glikogen menjadi glukosa (glikogenolisis), untuk digunakan sebagai
energi.
Beberapa defisiensi enzim yang dapat menyebabkan glikogenosis, antara lain :
1. Defisiensi G6Pase (Glukosa 6-fosfatase)
Fungsi dari enzim Glukosa 6-fosfatase adalah untuk mengubah kembali glukosa 6-fosfat menjadi glukosa
dalam reaksi glikogenolisis. Apabila seseorang mengalami defisiensi enzim ini, maka glukosa 6-fosfat hasil dari
reaksi glikogenolisis tidak dapat diubah menjadi glukosa, dan menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi
glukosa 6-fosfat. Karena perubahan glukosa 1-fosfat dan glukosa 6-fosfat adalah kesetimbangan, apabila glukosa 6-
fosfat berlebih maka jalan reaksi akan kembali ke jalur pembentukan glikogen (glikogenesis). Sehingga
menyebabkan terjadinya penimbunan glikogen.

2. Defisiensi Branching Enzyme


Ketika panjang cabang sudah mencapai antara 6 sampai 11 residu glukosa, maka branching enzyme(enzim
percabangan) memindahkan sebagian rantai 1 4 ke rantai di dekatnya membentuk ikatan 1 6 sehingga terjadi titik
percabangan baru. Apabila branching enzyme mengalami defisiensi, maka tidak ada percabangan, sehingga
menyebabkan terjadinya penimbunan polisakarida dengan sedikit titik percabangan.
3. Defisiensi Enzim Glikogen Fosforilase (di otot dan hati)
Glikogen fosforilase adalah suatu enzim yang bertugas mengatalisis pemecahan fosforolitik ikatan 1 4
glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat (David dan Peter, 2012). Apabila seseorang mengalami defisiensi
enzim glikogen fosforilase, maka glikogen yang terdapat di otot dan hati tidak dapat diubah kembali menjadi
glukosa. Sehingga terjadi penimbunan glikogen di otot dan hati.

4. Defisiensi Enzim lain yang Mengaktifkan Fosforilasi


Enzim fosforilase kinase bertugas untuk mengaktifkan enzim glikogen fosforilase, sehingga glikogen di hati
dan otot dapat diubah kembali menjadi glukosa. Defisiensi enzim ini sangat mempengaruhi regulasi dari jalur
glikogenolisis. Meskipun seseorang mempunyai enzim glikogen fosforilase, tetapi apabila tubuhnya defisiensi enzim
fosforilase kinase maka enzim glikogen fosforilase akan selalu berada dalam bentuk inaktif, dan tidak dapat
mengubah glikogen menjadi glukosa. Sehingga defisiensi enzim ini juga dapat menyebabkan penimbunan glikogen
di otot dan hati.
5. Defisiensi Debranching Enzyme
Debranching enzyme bertujuan untuk memecah ikatan glukosidik 1 6 dan glikogen kembali berubah menjadi
glukosa. Apabila seseorang kekurangan enzim ini, maka akan menyebabkan penimbunan polisakarida bercabang
yang khas.

PATOFISIOLOGIS GLIKOGENOSIS
Glikogenosis dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hati dan kelemahan otot, dengan gejala klinis yang
muncul sebagai berikut :
Pembesaran hati dan ginjal
Pembesaran abdomen
Mimisan
Hypotonia (kondisi yang ditandai oleh penurunan berat otot)
Hyperthropic
Lemas otot bagian proximal
Volume otot menurun
Refleks tendon menurun dan atau hilang
Cardiomegaly dengan cardiomyopathy

Akibat yang ditimbulkan oleh penyakit Glikogenosis, antara lain :


1. Gangguan fungsi ginjal
2. Ketidakefektivan sistem pernapasan
3. Pertumbuhan terhambat
4. Sirosis Hati
5. Sideropenic anemia
6. Lemas otot atau lumpuh
7. Kematian

Tipe-tipe glikogenosis
Glikogenosis dibagi menjadi beberapa macam tipe :
(1) Tipe O
Gejala yang ditimbulkan adalah pembesaran hati disertai penimbunan lemak di dalam sel hati dan serangan
hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah) selama berpuasa. Enzim yang hilang adalah glikogen sintase di hati
dan otot.
(2) Penyakit von Gierke (Tipe IA)
Terjadi dalam sel-sel hepar dan renal convulated tubules. Ditandai dengan adanya kekurangan atau tidak adanya
aktivitas glukosa-6 fosfatase dalam hati dan ginjal. Gejala yang ditimbulkan adalah pembesaran hati dan ginjal,
pertumbuhan yang lambat, dan kadar asam, lemak, asam urat yang tinggi dalam darah.
(3) Sel tipe IB
Penyakit ini menyerang hati dan sel darah putih dengan enzim yang hilang adalah glukosa-6 fosfatase translokase.
Gejala yang timbul sama dengan penyakit von Gierke tetapi tidak terlalu berat, jumlah sel darah putih berkurang,
infeksi mulut dan usus.
(4) Penyakit Pompe (Tipe II)
Penyakit ini menyerang semua organ ditandai dengan hilangnya lisosomal glukosidase. Gejalanya adalah
pembesaran hati dan jantung.
(5) Penyakit Forbes (Tipe III)
Organ yang terkena adalah hati, otot, jantung, sel darah putih ditandai dengan hilangnya sistem enzim debrancher.
Gejalanya adalah pembesaran hati, kadar gula darah yang rendah, dan kerusakan otot.
(6) Penyakit Andersen (Tipe IV)
Organ yang terkena adalah hati, otot, dan jaringan lainnya yang ditandai dengan hilangnya sistem enzim brancher.
Gejalanya adalah sirosis (pada anak-anak), kerusakan otot, dan gagal jantung (pada dewasa).
(7) Penyakit McArdie (Tipe V)
Organ yang terkena adalah otot yang ditandai dengan hilangnya fosforilase otot. Gejalanya adalah kram otot selama
melakukan kegiatan atau aktivitas.
(8) Penyakit Hers (Tipe VI)
Organ yang terkena adalah hati ditandai dengan hilangnya fosforilase hati. Gejalanya adalah pembesaran hati,
serangan hipoglikemia selama berpuasa, seringkali juga tanpa gejala.
(9) Penyakit Tarui (Tipe VII)
Organ yang terkena adalah otot kerangka dan sel darah merah. Enzim yang hilang adalah fosfofruktokinase.
Gejalanya adalah kram otot selama aktivitas fisik, hemolisis (penghancuran sel darah merah).
DIAGNOSIS GLIKOGENESIS
Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap biopsi jaringan (otot atau hati), yang
menunjukkan adanya enzim yang hilang atau enzim abnormal pada jaringan yang terganggu.
Uji laboratorium yang digunakan untuk mengidentifikasi penyakit Glikogenolisis adalah kadar glukosa serum
dan elektrolit, kadar laktat pada serum, pH darah, kadar asam urat pada serum, kadar serum trigliserida dan
kolesterol, kadar gamma glutamiltransferase, pemeriksaan darah lengkap (CBC), analisis urin (aminoaciduria,
proteinuria, dan mikroalbuminoria) pada pasien yang usianya lebih tua, kadar asam urat dan kalsium, kadar serum
alkaline fosfatase, kalsium, fosforus, urea, dan kreatinin.

Pengobatan
Dalam pengobatan, dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan kaya karbohidrat dalam porsi kecil sebanyak
beberapa kali dalam sehari untuk membantu mencegah turunnya kadar gula darah. Pada beberapa glikogenesis,
aktivitas anak-anak harus dibatasi untuk mengurangi kram otot. Dapat juga dilakukan dengan penambahan enzim
Glukagon (GlucaGen) dan Alglucosidase alfa (Myozyme). Glukagon (GlucaGen) mengobati GSD types V and VII,
meningkatkan glukosa darah dengan menghambat sintesis glikogen, dan meningkatkan pembentukan glukosa dari
sumber non-karbohidrat seperti protein dan lemak (glukoneogenesis). Alglucosidase alfa (Myozyme) dibutuhkan
untuk perkembangan fungsi otot, mengikat reseptor mannose-6-phosphate kemudian dilanjutkan ke lisosom; melalui
pembelahan proteolitik yang meningkatkan aktivitas dan kemampuan enzim memecah glikogen.

Anda mungkin juga menyukai