Analisis Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka Sebuah Kajian Religius
Analisis Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka Sebuah Kajian Religius
OLEH
Nama : NURHAYATUN
Nim : 10811 2343
Jurusan :Pendidikan Bahasa dan Seni
Program studi :Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
2
HALAMAN PENGESAHAN
Mataram,2009
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhamadiyah Mataram
Dekan,
ii
MOTTO
iii
iv
PERSEMBAHAN
v
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT, karena dengan rahmat Nya
dan hidayah Nya, sehingga skripsi yang berjudul Analisis Roman Tenggelamnya
Kapal van Der Wijck karya Hamka Sebuah Kajian Religius dapat diselesaikan
pada waktunya.
Daerah.
Dalam penyelesaian Skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
1. Bapak Drs. Made Suyasa, M.Hum. selaku pembimbing satu yang telah
akhir kami.
2. Bapak A. Sahrul Asri, S.Pd. sebagai pembimbing dua yang telah bersedia
3. Bapak Ketua Program Studi Bahasa, Satra Indonesia dan Daerah Universitas
Muhammadiyah Mataram.
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karana itu, kritik dan saran yang
vii
Akhirnya, penulis sangat berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
Indonesia.
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .i
Persetujuan Pembimbing.ii
Pengesahan Penguji............................................................iii
Motto...iv
Persembahan .. v
Kata Pengantar .. vi
Daftar Isi ... viii
Abstrak. . ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..1
1.2 Rumusan Masalah ...4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian ..4
ix
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Penyajian Data ..29
4.2 Analisis struktural Roman Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck Karya Hamka ..33
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ..48
5.2 Saran .48
DAFTAR PUSTAKA
x
ABSTRAK
duduk perkara dsb ) dengan mudah mengetahui tujuan dari sebuah penelitian
masing-masing unsur serta kaitannya antara satu unsur dengan unsur yang lain
Kajian adalah hasil mengkaji. Dari proses analisis akan timbul atau lahir
berbagai macam kajian yang harus dianalisis oleh penulis dengan proses analisis
data yang telah disiapkan. Religius adalah bersifat religi, bersifat keagamaan yang
Metode analisis data pada penelitian ini adalah metode analisis deskriptif
xi
struktur dan nilai religius dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Karya Hamka.
Secara struktural roman terdiri dari tema, alur/plot, setting/latar, sudut pandang,
dan karakter, gaya bahasa, dan amanat. Sedangkan unsur religiusitas dan
keagamaan dalam sastra terdiri dari aqidah, akhlak, syriah, dan muamalah
xii
BAB I
PENDAHULUAN
tidak jarang timbul dari kata tersebut adalah kegiatan mengklasifikasikan karya
Sebuah roman yang hadir ke hadapan pembaca, seperti telah kita ketahui,
adalah sebuah totalitas. Roman dibangun dari sejumlah unsur, dan setiap unsur
akan saling berhubungan secara saling menentukan, yang kesemuanya itu akan
Penganalisis hanya sibuk dengan masing-masing unsur yang telah dilepas dari
totalitasnya. Apalagi jika hal tersebut dipakai sebagai dasar analisis yang lebih
kelompok yang yang tidak setuju dengan kerja analisis, haruslah dilakukan
13
lebih lanjut. Kelompok akademikus yang sering dituduh sebagai tukang analisis,
tukang bedah karya sastra, tentu saja tampil dengan pembelaannya. Untuk
memahami sebuah roman sering tidak semudah seperti yang diduga orang. Jika
pembaca tidak mampu memahami dengan baik karya sastra tersebut, bukankah
hal itu berarti apa yang disampaikan pengarang tidak sampai ke alamat ?
Kegiatan analisis karya fiksi dalam hal ini tampil dengan mencoba menerangkan
apa peranan masing-masing unsur, bagaimana kaitan unsur yang satu dengan
yang lainnya.
suatu upaya untuk dapat menjelaskannya, dan biasanya hal itu disertai bukti-
bukti hasil kerja analisis. Dengan demikian tujuan utama analisis kesastraan
adalah untuk dapat memahami secara lebih baik karya sastra yang bersangkutan,
Manfaat yang terasa dari kerja analisis itu adalah jika membaca ulang
karya-karya kesastraan yang dianalisis itu, baik karya-karya itu dianalisis sendiri
maupun oleh orang lain. Kita akan dapat lebih menikmati dan memahami cerita,
tema, pesan-pesan, penokohan, dan lain-lain yang diungkap dalam karya itu.
14
Teeuw (1984:123) adalah ilmu atau teknik memahami karya sastra dan
besar jika dibandingkan dengan pantun atau drama. Roman lebih banyak
mendapat perhatian dari banyak orang yang membaca karya sastra.Salah satu
roman yang terkenal adalah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya
pertama kali pada tahun 1938 dan sangat terkenal dikalangan masyarakat
Indonesia. Cerita ini sebenarnya diilhami peristiwa nyata kapal Van Der Wijck.
Kapal yang berlayar dari pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, menuju Tanjung
Priok, Jakarta, itu tenggelam di Laut Jawa, timur laut Semarang, pada 21
Oktober 1936. Novel itu berkisah tentang Zainuddin, yang gagal mempersunting
Hayati karena perbedaaan suku dan strata sosial. Zainuddin, yang berdarah
Minangkabau. Zainuddin berusaha mendobrak adat feudal saaat itu. Hamka juga
mengenakan baju adat yang tertutup rapat melainkan berpakaian modern ala
gadis Eropa. Kaum lelaki mulai gemar menghamburkan uang di meja judi,
seperti tokoh Aziz dalam buku itu. Sang penulis begitu fasih dengan kultur
masyarakat Minang dan perubahannya pada zaman itu, karena dia sendiri hidup
15
Dari penomena tersebut penulis tertarik untuk menganalisa nilai religius
roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka, karena penulis
memiliki pandangan bahwa dalam roman ini sangat sarat dengan nilai religius
Adapun manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu manfaat teoritis
dan praktis.
1. Secara Teoritis
16
2. Secara Praktis
sastra.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bagian ini penulis akan menguraikan tentang konsep dasar, roman,
akan bisa dengan mudah mengetahui tujuan dari sebuah penelitian. Dengan
pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing. Sebuah roman lebih
Kajian adalah hasil mengkaji. Dari proses analisis akan timbul atau
lahir berbagai macam kajian yang harus dianalisis oleh penulis dengan
18
Berdasarkan pemaparan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
unsur yang lainnya agar karya sastra dapat dipahami lebih baik oleh
pembacanya.
Roman adalah contoh imajinasi atau sastra yang berupa fiksi, ini
pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing. Roman lebih banyak
kuno cerita roman diubah dalam bentuk syair, baru kira-kira abad 20 orang
19
Contoh :
pelaku utamanya.
Contoh :
polisi. Bahan ceritanya diambil dari soal kejahatan yang menjadi urusan
polisi.
Contoh :
Contoh :
20
Keluhan pohon Mangga oleh Maria Amin
Contoh :
6. Roman Adat ialah : roman yang bahan ceritanya berkisar pada soal adat.
Contoh :
21
Contoh :
sebuah penelitian. Dengan adanya teori struktural maka penulis akan dengan
mudah melakukan proses identifikasi dan mengkaji teori yang diangkat oleh
penulis.
Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat
bagaimana hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lain, kaitannya
dengan pembelotan yang tak selalu kronologis, kaitanya dengan tokoh dan
22
Dengan demikian, pada dasarnya analisis struktural bertujuan
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh penulis dalam bagian
ini yakni mengkaji teori yang akan diangkat dalam hal ini unsur religius
tema, alur, setting, karakter, sudut pandang. Dalam hal ini penulis akan
Unsur interinsik roman terdiri dari: tema. Plot/alur, setting, karakter dan
sudut pandang.
1. Tema
tema adalah perwujudan dari pikiran manusia, dan ini merupakan bagian
penting dalam dasar pembuatan fiksi. Dengan kata lain tema adalah inti
makna yang dikandung oleh sebuah cerita, namun ada banyak makna yang
dikandung oleh sebuah cerita (roman) itu, maka maslahnya adalah : makna
khusus yang mana yang dapat dinyatakan sebagai tema itu atau jika
23
atau tema-tema tambahan, makna yang manakah yang dapat dianggap
bersangkutan.
Van Der Wijck karya Hamka, ada banyak makna yang dapat disarikan dari
roman itu. Makna yang dimaksud antara lain : (1) maslah adat istiadat; (2)
makna pokok, atau tema tema pokok, roman Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck itu.
kejelasan pengertian tentang makna pokok atau tema itu sendiri. Tema
merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan
situasi. Tema dalam banyak hal bersifat mengikat kehadiran atau ketidak
24
maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai
tema yang hanya itu-itu saja, dalam arti ia telah lama dipergunakan
memetik hasilnya, (4) cinta yang sejati menurut pengorbanan, (5) kawan
sejati adalah kawan di masa duka, (6) setelah menderita, orang baru
25
b. Tingkatan Tema menurut Shipley
tingkat tumbuhan dan makhluk hidup ke tingkat yang paling tinggi yang
cerita. Makna cerita dalam sebuah karya fiksi roman, mungkin saja lebih
dari satu atau lebih tepatnya: lebih dari satu interpretasi. Hal inilah yang
cerita, atau tema mayor (artinya : makna pokok cerita yang menjadi
pada bagian-bagian tertentu cerita saja. Makna yang hanya terdapat pada
26
banyak sedikitnya tema minor tergantung pada banyak sedikitnya makna
2. Alur/plot
Plot/alur adalah bagian dari kejadian yang menjadi bagian hasil dari
membuat kita sadar dari kejadian sebagai unsur yang temporal tapi juga
kejadian berikutnya. Namun, tentu saja hal itu tak akan dikemukakan
biasanya, hal itu justru akan lebih mendorong pembaca untuk mengetahui
27
3. Setting/Latar
perkembangan.
dasar dari masalah dan langsung berdampak pada penetapan ekspresi dan
tema. Sumardjo dan Saini (1986: 75) berpendapat bahwa setting adalah
Setting atau latar yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran
fakta (cerita) sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi dan dapat
konkrit dan langsung membentuk cerita: tokoh cerita adalah pelaku dan
seperti nama kota, desa, jalan, hotel, penginapan, kamar, dan lain-lain
dengan hubungan waktu seperti tahun, tanggal, pagi, siang, malam, saat
hujan gerimis dan awal bulan, atau kejadian yang menyaran pada waktu
28
menyaran pada lokasi tertentu, dapat disebut sebagai latar fisik (physical
setting).
lokasi tertentu, atau sesuatu yang bersifat fisik saja, melainkan juga yang
berwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku
disebut sebagai latar spiritual (spiritual setting). Jadi, latar spiritual adalah
nilai yang melengkapi dan dimiliki oleh latar fisik (Kenny, 1996:39). Latar
belakangan, pada umumnya hadir dan dihadirkan bersama latar fisik. Hal
bersangkutan.
a) Latar Tempat
29
Mengkasar, Batipuh, Padang Panjang, Surabaya dan lain-lain yang
tokoh.
b) Latar Waktu
nyata dengan yang terjadi dalam karya fiksi, hal itu akan menyebabkan
cerita tidak wajar, bahkan mungkin sekali tidak masuk akal, pembaca
merasa dibohongi. Hal inilah yang dalam dunia fiksi dikenal dengan
(sejarah).
30
c) Latar Sosial
pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap dan yang lain-lain yang
itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang
latar sosial berada pada unsur kepadanannya dengan unsur yang lain,
yaitu unsur tempat dan waktu. Ketiga unsur tersebut dalam satu
kepaduan jelas akan menyaran pada makna yang lebih khas dan
satu unsur fiksi pun tak dilihat secara terpisah dan koherensinya
dengan keseluruhannya.
4. Sudut Pandang
31
Sudut pandang mempunyai empat jenis (1) sudut pandang omnisien;
(2) sudut pandang objektif; (3) sudut pandang orang pertama; (4) sudut
5. Karakter
pengaruh yang besar bagi sebuah ide atau pengalaman dan sangat erat
utama selalu menjadi yang nomor satu dari sebuah cerita, karakter
pelengkap adalah tokoh yang tidak terlalu penting dalam sebuah cerita.
32
Kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah setua
keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan, sastra tumbuh dari sesuatu yang
bersifat religius. Pada awal mula segala sastra adalah religius (Mangun
aspek yang dilubuk hati, riak getaran nurani pribadi, totalitas kedalam
dan lebih luas dari agama yang tampak, formal dan resmi (Mangun Wijaya,
1982 :11-12). Seorang religius adalah orang yang mencoba memahami dan
menghayati hidup dan kehidupan ini lebih dari sekedar yang lahiriah saja.
Dia tidak terikat pada agama tertentu yang ada di dunia ini. Seorang
seperti yang terlihat dalam KTP, namun sikap dan tingkah lakunya tidak
yang dalam, harkat dan martabat serta kebebasan pribadi yang dimiliki oleh
manusia.
33
manusiawi, tidak religius. Kehendak yang dipaksakan itu yang jelas dipaksa,
adalah agama sebagai keyakinan penuh para tokoh cerita, bukan keyakinan
(syariat) agama yang dipermasalahkan. Dengan kata lain, unsur agama itu
sendiri masih berkisah pada adanya ketidak bebasan memilih jodoh, ada
pihak itu menderita. Para penganut agama Islam pun ternyata masih
HAMKA adalah singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Beliau
Februari 1908. Ayah beliau bernama Syeh Abdul Karim bin Amrullah (Haji
Rasul).
Sumatra di Padang Panjang. Disana Hamka belajar tentang ilmu agama dan
34
bahasa Arab. Di samping belajar ilmu agama pada ayahnya, Hamka juga
belajar pada beberapa ahli Islam yang terkenal seperti; Syeh Ibrahim Musa,
Medan dan Padang Panjang tahun 1929. tahun 1957-1958 Hamka sebagai
Panjang.
sejarah, sosiologi, dan politik. Pada tahun 1928 Hamka menjadi ketua
dan novel seperti; Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Dibawah Lindungan
BAB III
METODE PENELITIAN
35
Pada bagian ini penulis menguraikan tentang data dan sumber data,
Dalam penelitian ini data yang akan dikumpulkan adalah struktur dan
nilai religius dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya
Hamka.
Tahun : 1986
Pengarang : Hamka
penelitian ini ada 2 yaitu metode dokumentasi dan metode telaah isi.
1. Metode Dokumentasi
36
Metode dokumentasi dilakukan terkait dengan membaca kembali,
dan sahih dari data atas dasar konteksnya. Terakhir, Holski pada Moleong
telaah isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan
37
Analisis data, menurut Patton Moleong (2000:103) adalah proses
hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk
memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu. Jika dikaji, pada dasarnya
yang kedua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data. Dengan
kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh
data.
Dari rumusan tersebut di atas dapatlah kita menarik garis bahwa analisis
terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan, biografi, artikel,
dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur,
38
bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat
Metode analisis data pada penelitian ini ada tiga yaitu, identifikasi,
1. Identifikasi
2. Klasifikasi
dan sifat yang dimiliki oleh suatu benda. Tujuan klasifikasi adalah untuk
secara berkelompok sesuai jenis data itu sendiri dan sesuai dengan kaidah
39
3. Interpretasi
klasifikasi maka proses terakhir yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
memberikan kesan atau pendapat akhir sang penulis terhadap apa hasil
40
BAB IV
4.1.1. Sinopsis Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka
41
Suatu saat, Hayati datang ke Padang Panjang bermaksud melihat
pasar malam dan pacuan kuda, karena pasar malam dan pacuan kuda
adalah salah satu kebiasaan yang selalu dilaksanakan oleh masyarakat
Padang Panjang setiap tahun. Ia menginap dirumah sahabatnya,
Khadijah. Tentu saja diberi tahu perihal maksud Hayati itu. Satu peluang
untuk melepas rasa rindu terbayang pula diharapkan mereka. Namun,
semua itu tinggal harapan ada pihak ketiga yang membuat cerita menjadi
lain. Aziz kakak Khadijah, ternyata tertarik kepada Hayati pada
kecantikan gadis Batipuh itu. Terjadilah persaingan antara Zainuddin dan
Aziz dalam memperebutkan Hayati.
Zainuddin yang miskin, tentu saja tidak dapat menyaingi Aziz yang
kaya dan dianggap sebagai anak negeri. Namun, Ia tak putus harapan,
apalagi setelah ada kabar bahwa Mak Base meninggal dunia bertambah
sedihlah anak muda itu. Mak Base meninggalkan harta warisan yang
cukup besar untuk Zainuddin. Maka segeralah pemuda yang pendiam itu
menuluskan surat lamaran kepada keluarga Hayati. Sayangnya,
Zainuddin tidak menyebutkan bahwa kini ia kaya raya harta warisan yang
diterima lebih dari cukup untuk menyelenggarakan pesta perkawinan
yang mewah sekalipun. tak mau juga Zainuddin menerangkan dalam
surat itu bahwa ia telah kaya, telah sanggup menghadapi kehidupan
dengan uang petaruh, karena zaman sekarang uang adalah sebagai
garansi. Budi pekertinya yang tinggi tidak hendak mengusik kemulian
Hayati yang telah begitu lama beristana dalam jantung hatinya, dengan
menyebut beberapa banyak uangnya .
Saat Zainuddin diterima orang Batipuh adalah dua hari setelah
utusan Aziz kembali ke Padang Panjang. Jadi, sebelum Zainuddin Aziz
telah melamar Hayati. Maka, dua lamaran itu menjadi bahan
permusyawarahan ninik -mamak Hayati. Mengingat keadaan keluarga
Aziz dan asal usulnya jelas diputuskan lamaran Aziz yang diterima.
Dengan demikian lamaran Zainuddin ditolak, karena dianggap orang
asing yang tak bersuku dan berhindu. Meski ayah Zainuddin adalah orang
Minangkabau, namun ibunya berasal dari Makasar jadi, menurut adat
Minangkabau garis keturunan diambil dari ibu.
Zainuddin, yang menerima surat penolakan dari keluarga Hayati di
Batipuh, tak mampu berbuat apa-apa, kecuali meratapi nasibnya. Dia
teringat dirinya yang tak bersuku, tak berhindu, anak yang terbuang, dan
dipandang tidak sah dalam adat Mingkabau. Sedang Hayati anak orang
bangsawan keturunan penghulu-penghulu pucuk bulat urat tunggang
terpendang pekuburan, besusup berjerami didalam negeri Batipuh itu.
Kadang-kadang disesali perkawinan ayahnya dengan ibunya, kadang-
kadang pula menyadari untung malangnya mengapa tak dilahirkan dalam
kandungan orang Minagkabau. Tapi bukan itu agaknya yang menutup
pintu baginya untuk bertemu dengan Hayati, agaknya lantaran ia tak
beruang. Terlebih lagi menurut Muluk, sahabatnya, lelaki yang akan
mengawini Hayati tak lebih dari seorang manusia yang bermoral bejat.
42
Yang suka berjudi, main permpuan, dan suka mengganggu anak bini
orang.
Sesungguhnya Hayati pun merasakan getiran yang amat dalam. Ia
harus menikah dengan lelaki yang tidak dicintainya namun, keputusan
ninik-mamak ibarat tangan besi yang berkuasa menentukan nasibnya.
Pada akhirnya. Hayati hanya pasrah menerima derita yang menimpanya.
Setelah Muluk mengabarkan perkawinan antara Hayati dan Aziz
Zainuddin jatuh sakit. Makin lama makin parah bahkan pemuda itu sudah
tak punya semangat untuk hidup lagi. Beruntung, ia masih mempunyai
seorang sahabat sejati, yakni Muluk, yang mau menerima Zainuddin
dengan setia. Kemudian, untuk melupakan masa lalunya yang pahit,
Zainuddin bersama Muluk pergi ke Jakarta. Dikota inilah bakat
menulisnya mulai tersalaurkan. Lambat laun karyanya mulai dikenal
dikalangan masyarakat, karena bahasanya halus dan megandung kasih
sayang yang langsung dialaminya. Dengan bekal itu, Zainuddin dengfan
ditemani Muluk, hijrah ke Surabaya, karena ia merasa Surabaya lebih
besar peluang dan lebih dekat dengan Makasar. Dikota Buaya itu,
Zainuddin dikenal sebagai pengarang, dan namanya diganti menjadi Tuan
Shabir, selain itu ia dikenal sebagai hartawan yang dermawan.
Perjalanan waktu telah membawa suami-istri Aziz dan Hayati ke
Surabaya, suatu hal yang kebetulan karena pekerjaan Aziz pindah ke
Surabaya. Namun, hubungan suami isteri itu sangat memperihatinkan.
sejak berapa lama, hubungan kedua suami isteri itu, hajya perhubungan
akad nikah, bukan perhubungan akad hati lagi. Hati yang perempuan
terbang membumbung kelangit hijau, mencari kepuasan didalam hayal,
dan hati yang laki-laki hinggap diwajah dan pangkuan perempuan-
perempuan cantik, yang Surabaya memang pasarnya.
Akibat kebiasaan buruk yang tak bisa ditinggalkan Aziz, ia dipecat
dari pekerjaannya, diburu karena hutang-hutangnya, dan kemudian dri
rumah kontrakaknya. Mereka terpaksa menumpang dirumah Zainuddin
yang sebelumnya pernah dikunjungi suami istri itu. Aziz yang kini atas
segala kebaikan hati Zainuddin. Ia meninggalkan isterinya dan pergi ke
Banyuangi.
Selang beberapa hari datang dua pucuk surat Hayati dari Aziz; yang
pertama surat cerai untuk Hayati, dan surat yang kedua ditujukan untuk
Zainiddin yang berisi permintaan maaf dan permintaan agar Zainuddin
mau menerima Hayati kembali; Saya kembalikan Hayati ketangan
saudara, karena memang saudaralah yang lebih berhak atas dirinya.
Rupanya itu pesan Aziz yang terakhir, sebab kemudian Aziz memutuskan
hidupnya dengan membunuh dirinya sendiri.
Bagi Zainuddin, surat Aziz dan berita kematian ibarat membawa
Hayati kedalam genggamannya. Lebih jelas lagi dengan pernyataan
Hayati sendiri yang meminta maaf dan bersedia mengabdi kepada
Zainuddin. Namun lelaki yang sudah sekian lama menanggung rindu dan
derita cinta itu, justru menyuruh pujaan hatinya kembali ke kampong
halamanya. Zainuddin menolak Hayati ! suatu keputusan yang lebih
43
banyak didorong oleh dendam kesumat dan sebelumnya justru tak
terpikirkan olehnya. Esoknya Hayati berangkat dengan menumpang kapal
Van Der Wijck yang akan berlayar ke Semarang, Tanjung Periok dan terus
ke Palembang.
Kesadaran Zainuddin justru timbul setelah Hayati pergi. Lelaki itu
tak dapat membohongi dirinya sendiri bahwa sesungguhnya ia masih
mencintai Hayati. Maka, segera Zainuddin bermaksud menyusul janda
malang itu ke Jakarta. Sebelum itu Zainuddin menemukan surat Hayati
yang berbunyi Aku cinta engkau, dan kalau aku mati, adalah kematianku
didalam mengenang engkau.
Pada saat Zainuddin mempersiapkan segala sesuatunya, sebuah
berita yang amat mengejutkan tersiar didalam sebuah surat kabar harian
yang terbit di Surabaya; Kapal Van Der Wijck Tenggelam. Setelah
membaca lengkap beritanya, Zainuddin seketika itu berangkat ke Tuban
bersama sahabatnya, Muluk. Sampai di Tuban, masih sempat Zainuddin
bertemu dengan Hayati yang terbaring di rumah sakit Lamongan. Namun
rupanya pertemuan itulah pertemuan ,mereka yang terakhir, sebab setelah
berpesan, perempuan yang malang itu menghembuskan nafasnya yang
terakhir. Hayati meninggal dalam dekapan Zainuddin. Namun, sebelum
hayati meninggal, ia sempat berpesan supaya nisannya dibuat dari batu
marmer dan ditulis:
HAYATI
Meninggal Lantaran Kecelakaan
Kapal Van De Wijck
Pada 20 Oktober 1936
44
4.2 Analisis Struktur Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya
Hamka
Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan
dan penokohan, latar dan sudut pandang, dan lain-lain. Pada dasarnya analisis
antar berbagai unsure karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah
kemenyeluruhan.
Secara struktural data yang telah dikumpulkan oleh penulis adalah sebagai
berikut :
1. Tema
ini tentang kasih tak sampai. Sangat kental dengan budaya Minang yang
menghadapi rintangan dan batas yang tak bisa dilewati, yang pada
bisa bersatu karena perbedaan dari segi ekonomi dan latar belakang sosial,
45
karena Hayati terlahir dari keluarga yang berada dan memiliki kasta yang
terkenal dulunya tapi sudah tidak bisa diandalkan karna sudah tiada,
sehingga Zainuddin hidup sebatang kara dan tidak dihargai oleh keluarga
Hayati. Hal ini bisa terlihat dari penggalan cerita berikut ini:
2. Alur/plot
maju mundur, karena menceritakan hal-hal yang sudah lampau atau masa
lalu dan kembali lagi membahas hal yang nyata atau kembali kecerita baru
1. Penyituasian
46
terutama berfungsi untuk melandastumpui cerita yang dikisahkan pada
tahap berikutnya.
Kapal Van Der Wijck karya Hamka yang berkaitan dengan tahap
penyituasaian.
2. Konflik
tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu
dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka bisa
47
Sesungguhnya persahabatan yang rapat dan jujur diantara kedua
orang muda itu, kian lama kian tersiarkan dalam dudun kecil itu. Di
dusen belumlah orang dapat memendang kejadian ini dengan
penyelidikan yang seksama dan adil. Orang belum kenal percintaan suci
yang terdengar sekarang, yang pindah dari mulut ke mulut, ialah bahwa
Hayati, kemenakan Dt..telah ber intaian bermain mata,
berkirim-kirim surat dengan anak orang Makasar itu. Gunjing, bisik
dan desus perkataan yang tak berujung pangkal, pun ratalah dan
pindah dari satu mulut ke mulut yang lain, jadi pembicaran dalam
kalangan anak muda-muda yang duduk di pelatar lepau petang hari.
Hingga akhirnya telah menjadi rahasia umum.
Orang-orang perempuan berbisik-bisik di pancuran tempat mandi,
kelak bila kelihatan Hayati mandi di sana, mereka pun berbisik dan
mendaham, sambil melihat kepadanya dengan sudut mata.Anak-anak
muda yang masih belum kawin dalam kampung sangat naik darah.Bagi
mereka adalah perbuatan demikian merendahkan derajat mereka seakan
-akan kampung tak berpenjaga.yang terutama sekali yang dihinakan
orang adalah persukuan Hayati, terutama mamaknya sendiri Dtyang
dikatakan buta saja matanya melihat kemenakannya membuat malu,
melangkahi kepala ninik mamak. (1986:57)
dihindari.
Der Wijck karya Hamka terjadi ketika Zainuddin dan Aziz sama-sama
mengirimkan surat kepada orang tua Hayati, dari lamaran kedua pemuda
itu, ternyata lamaran Aziz yang diterima karena orang tua Hayati
48
lamaran Zainudin ditolak karena orang tua Hayati tidak ingin anaknya
bersuamikan orang miskin. Hal ini bisa terlihat dari penggalan cerita
berikut ini:
Kalam dia tertolak lantaran dia tidak ber uang maka ada tersedia uang
Rp.3000,- yang dapat dipergunakan untuk menghadapi gelombang
kehidupan sebagai seorang mahluk yang tawakkal. (1986:118)
4. Klimaks
dilakukan dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik
intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh (tokoh
utama. Sebuah fiksi yang panjang mungkin saja memiliki lebih dari satu
Kapal Van Der Wijck. Hal ini bisa dilihat pada pernyataan berikut:
Bila terjadi akan itu, terus dia berkata: Tidak Hayati ! kau mesti
pulang kembali ke Padang! Biarkan saya dalam keadaan begini.
Pulanglah ke Minangkabau! Janganlah hendak ditumpang hidup saya ,
orang tak tentu asal .Negeri Minangkabau beradat !.....Besok hari
senin, ada Kapal berangkat dari Surabaya ke Tanjung Periuk, akan
terus ke Padang! Kau boleh menumpang dengan kapal itu, ke
kampungmu. (1986:198)
49
5. Penyelesaian
konflik tambahan jika ada, juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri.
3. Setting/latar
kedalam latar tipikal yang memiliki dan menonjolkan sifat khas latar
50
tertentu, baik yang menyangkut unsur tempat, waktu maupun sosial. Unsur
latar yang ditekankan perannya dalam sebuah fiksi, langsung ataupun tak
alut dan tokoh. Jika elemen tempat mendapat penekanan dalam sebuah
yang lain. Penekanan latar tempat banyak dijumpai pada karya yang
Hamka adalah salah satu fiksi yang berlatar daerah yakni di daerah
tersebut.
sebagai berikut :
Sebelah timur adalah tanah Karibosi yang luas dan dipandang suci
oleh penduduk Makasar. Menurut takhayul orang tua-tua, bilamana
hari akan kiamat, Kara Eng Data akan pulang kembali ditanah lapang
Karibosi akan tumbuh 7 batang beringin..(1986:9)
.gadis-gadis seisi rumah itu, yang selama ini turun sekali
sejumat diiringkan dayang-dayang banyak, sekarang telah mengepit
kitab, melilitkan selendang pula, pergi menuntut ilmu. Ada yang ke
51
Ladang Lawas, ada yang ke Gunung dan Padang Panjang (1986 :
29)
Diberanda sebuah rumah makan yang ramai dalam kota Surabaya,
sehabis waktu maghrib, duduklah Zainuddin seorang dirinya,
mengepul asap rokoknya ke udara. (1986 :184)
karya fiksi. Pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya
diantara keduanya.
Hamka :
52
4. Sudut Pandang
5. Karakter
Karakter merupakan hal yang penting dalam sebuah karya dan sangat
sudut pandang dan tujuan, seorang tokoh dapat saja dikategorikan kedalam
dua tyokoh yakni tokoh utama dan tokoh tambahan. Pada roman
karakter diantaranya:
ada dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka
53
pada semua orang. Sednagkan yang lainnya yang menjadi tokoh
baik adalah :
Hamka adalah tokoh Aziz, karena tokoh Aziz disini mempunyai sikap
dan Mak Base karena keduanya adalah sosok yang bijak dan selalu
berada disamping tokoh utama untuk memberi nasehat dan sangat setia
54
Mengapa jadi sebanyak ini, Mak Base? Mamak perniagakan, dan
beruntug. Cuma dari keuntungan itulah pembayari wang sekolahmu.
Ah..dengan apakah jasa mamak ku balas ujar Zainuddin. (21:1986)
Persahabatan manusia yang didapat sesudah menempuh sengsara
adalah persahabatan yang lebih kekal dari pada yang dapat diwaktu
gembira. Demikianlah antaraa Zainuddin dengan Muluk. Sejak dia
sakit sampai sembuhnya, tidaklah pernah terpisah lagi diantara kedua
orang itu.(147:1986)
6. Gaya Bahasa
55
7. Amanat
tidak jarang pengertian baik buruk itu dalam hal-hal tertentu bersifat
relative.
mengandung nilai moral yang tinggi ini terlihat dari para tokoh yang ada
seperti Zainuddin. Hal tersebut bisa kita lihat dari panggilan cerita berikut
ini :
4.3 Aspek Religiusitas Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya
Hamka
sastra itu sendiri. Bahkan, sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius
56
pada makna yang berbeda. Agama lebih menunjukka pada kelembagaaan
harkat, dan martabat serta kebebasan pribadi yang dimiliki oleh manusia.
Kehendak yang dipaksakan itu yang jelas tidak sejalan dengan kehendak pihak
kemanusiaan.
sebagai berikut :
1. Aqidah
yang asasi ialah Quran. Iman, ialah segi teoritis yang dituntut pertama-
tama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu
kaum muslimin yang tak pernah berubah, bertolak sejak penyiaran islam
utama setiap Rosul yang diutus Allah sebagai yang dinyatakan Quran
57
Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka
aqidah atau kepercayaanya sangat kental dengan budaya islami untuk lebih
2. Syariah
Kata syriah adalah bahasa Arab yang diambil dari rumpun kata
dengan perkataan atau istilah Syriah Islam memberi arti hidup yang
sendiri.
3. Akhlak
Istilah lain yang mirip dengan kata akhlak ialah moral. Hakekat pengertian
antara keduanya sangat berbeda. Moral berasal dari bahasa latin, yang
perbuatan suci yang terbit dari lubuk jiwa yang paling dalam, karenanya
58
mental dan laku perbuatan yang luhur. Mempunyai hubungan dengan Zat
yang Maha Kuasa, Allah s.w.t. Akhlak Islam adalah produk dari keyakinan
atas kekuasaan dan keesaaan Tuhan, yaitu produk dari jiwa tauhid.
4. Muamalah
dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka, penulis
roman tersebut dan dapat kita lihat dari alur cerita yang sangat
mengedepankan adat istiadat dan dari situlah telihat dengan jelas bahwa nilai
BAB V
PENUTUP
59
5.1 Simpulan
karakter, gaya bahasa, dan amanat, dimana hubungan antar unsur dalam
5.2 Saran
pendidikan.
minat pada para pembaca untuk lebih mencintai karya sastra khususnya
roman.
DAFTAR PUSTAKA
60
Arikunto,Suharsimi.1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, edisi
Revisi IV. Penerbit PT. Rineka Cipta.
Sumardjono Jakop & Saini, KM. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta; PT.
Grammedia.
61