Demokrasi Di Indonesia
Demokrasi Di Indonesia
DISUSUN OLEH :
SURAKARTA
2011
Kata Pengantar
Puji syukur saya ucapkan atas berkah dan hidayah Alloh SWT, saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul Demokrasi di Indonesia ini tanpa hambatan
yang berarti. Makalah ini dibuat sebagai bahan pembelajaran tentang paham demokrasi
serta bagaimana praktek demokrasi tersebut di Indonesia dan sebagai bentuk pemenuhan
tugas untuk mata kuliah sejarah intelektuel yang diampu oleh Drs. Leo Agung, M.Pd.
Harapan saya semoga makalah yang sederhana ini bisa memberikan pembelajaran
dan pengetahuan bagi pembaca khususnya mengenai Demokrasi di Indonesia, tidak lupa
saya selaku penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan makalah ini demi
perbaikan penulis dalam menulis makalah selanjutnya.
Penulis
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
3. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 5
Bab II Pembahasan
1. Demokrasi ............................................................................................................
1.1.Sejarah Demokrasi .........................................................................................
1.2.Prinsip-prinsip Demokrasi .............................................................................
1.3.Asas pokok Demokrasi ..................................................................................
1.4.Ciri-ciri Pemerintahan Demokratis ................................................................
1.5.Jenis Jenis Demokrasi .................................................................................
2. Pelaksanaan Demokrasi Di Indonesia .................................................................
2.1.Pelaksanaan Demokrasi Pada Masa Revolusi ( 1945 1950 ) ......................
2.2.Pelaksanaan Demokrasi Pada Masa Orde Lama ...........................................
2.3.Pelaksanaan Demokrasi Orde Baru 1966 1998 ..........................................
2.4.Pelaksanaan Demokrasi Orde Reformasi 1998 Sekarang ..........................
3. Demokrasi Di Indonesia Saat Ini .........................................................................
4. Tantangan dan Harapan .......................................................................................
Bab II Penutup
1. Kesimpulan ..........................................................................................................
2. Saran ....................................................................................................................
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka agar pembahasan tidak
melebar atau meluas penulis membatasi kajian-kajiannya, dengan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengertian dan sejarah demokrasi ?
2. Bagaimanakah pelaksanaan demokrasi di Indonesia dari masa ke masa ?
3. Bagaimanakah pelaksanaan demokrasi di Indonesia saat ini ?
4. Apakah tantangan dan harapan kedepannya untuk demokrasi di Indonesia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dan sejarah dari demokrasi.
2. Paham akan pelaksanaan demokrasi di Indonesia dari masa ke masa.
3. Mengetahui pelaksanaan demokrasi di Indonesia saat ini.
4. Mengetahui dan paham tantangan dan harapan untuk demokrasi di Indonesia.
5. Sebagai bentuk pemenuhan tugas akhir untuk mata kuliah sejarah intektual yang
diampu Drs. Leo Agung, M.Pd.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Demokrasi
1.1 Sejarah Demokrasi
Sebelum istilah demokrasi ditemukan oleh penduduk Yunani, bentuk sederhana dari
demokrasi telah ditemukan sejak 4000 SM di Mesopotamia Ketika itu, bangsa Sumeria
memiliki beberapa negara kota yang independen. Di setiap negara kota tersebut para
rakyat seringkali berkumpul untuk mendiskusikan suatu permasalahan dan keputusan pun
diambil berdasarkan konsensus atau mufakat.
Barulah pada 508 SM, penduduk Athena di Yunani membentuk sistem pemerintahan
yang merupakan cikal bakal dari demokrasi modern. Yunani kala itu terdiri dari 1,500
negara kota (poleis) yang kecil dan independen. Negara kota tersebut memiliki sistem
pemerintahan yang berbeda-beda, ada yang oligarki, monarki, tirani dan juga demokrasi.
Diantaranya terdapat Athena, negara kota yang mencoba sebuah model pemerintahan
yang baru masa itu yaitu demokrasi langsung. Penggagas dari demokrasi tersebut pertama
kali adalah Solon, seorang penyair dan negarawan. Paket pembaruan konstitusi yang
ditulisnya pada 594 SM menjadi dasar bagi demokrasi di Athena namun Solon tidak
berhasil membuat perubahan. Demokrasi baru dapat tercapai seratus tahun kemudian oleh
Kleisthenes, seorang bangsawan Athena. Dalam demokrasi tersebut, tidak ada perwakilan
dalam pemerintahan sebaliknya setiap orang mewakili dirinya sendiri dengan
mengeluarkan pendapat dan memilih kebijakan. Namun dari sekitar 150,000 penduduk
Athena, hanya seperlimanya yang dapat menjadi rakyat dan menyuarakan pendapat
mereka.
Demokrasi ini kemudian dicontoh oleh bangsa Romawi pada 510 SM hingga 27 SM.
Sistem demokrasi yang dipakai adalah demokrasi perwakilan dimana terdapat beberapa
perwakilan dari bangsawan di Senat dan perwakilan dari rakyat biasa di Majelis.
1.5.3 Menurut dasar wewenang dan hubungan antara alat kelengkapan negara,
demokrasi dibedakan atas :
a. Demokrasi Sistem Parlementer
Periode 1945-1959 Demokrasi Parlementer
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer. Sistem
parlementer ini mulai berlaku sebulan setelah kemerdekaan diproklamasikan. Sistem ini
kemudian diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1949 (Konstitusi RIS) dan Undang-
Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950. Meskipun sistem ini dapat berjalan dengan
memuaskan di beberapa negara Asia lain, sistem ini ternyata kurang cocok diterapkan di
Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan melemahnya persatuan bangsa. Dalam UUDS
1950, badan eksekutif terdiri dari Presiden sebagai kepala negara konstitusional
(constitutional head) dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
Masa demokrasi parlementer merupakan masa kejayaan demokrasi di Indonesia,
karena hamper semua elemen demokrasi dapat kita temukan perwujudannya dalam
kehidupan politik di Indonesia.
Pertama, lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranam yang sangat
tinggi dalam proses politik yang berjalan. Kedua, akuntabilitas (pertanggungjawaban)
pemegang jabatan dan politis pada umumnya sangat tinggi. Ketiga, kehidupan kepartaian
boleh dikatakan memperoleh pelung yang sebesar-besarnya untuk berkembang secara
maksimal.
Keempat, sekalipun Pemilihan Umum hanya dilaksanakan satu kali yaitu pada 1955,
tetapi Pemikihan Umum tersebut benar-benar dilaksanakan dengan prinsip demokrasi.
Kelima, masyarakat pada umumnya dapat merasakan bahwa hak-hak dasar mereka tidak
dikurangi sama sekali, sekalipun tidak semua warga Negara dapat memanfaatkannya
dengan maksimal. Keenam, dakam masa pemerintahan Parlementer, daerah-daerah
memperoleh otonomi yang cukup bahkan otonomi yamg seluas-luasnya dengan asas
desentralisasi sebagai landasan untuk berpijak dalam mengatur hubungan kekuasaan
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa demokrasi perlementer
mengalami kegagalan? Banyak sekali para ahli mencoba menjawab pertanyaan tersebut.
Dari sekian banyak jawaban, ada beberapa hal yang dinilai tepat untuk menjawab
pertanyaan tersebut.
Pertama, munculnya usulan presiden yang dikenal dengan konsepsi presiden untuk
membentuk pemerintahan yang bersifat gotong-royong. Kedua, Dewan Konstituante
mengalami jalan buntu untuk mencapai kesepakatan merumuskan ideologi nasional.
Ketiga, dominannya politik aliran, sehingga membawa konsekuensi terhadap pengelolaan
konflik. Keempat, Basis social ekonomi yang masih sangat lemah.
Demokrasi Indonesia pasca kolonial, kita mendapati peran demokrasi yang makin
luas. Di zaman Soekarno, kita mengenal beberapa model demokrasi. Partai-partai
Nasionalis, Komunis bahkan Islamis hampir semua mengatakan bahwa demokrasi itu
adalah sesuatu yang ideal. Bahkan bagi mereka, demokrasi bukan hanya merupakan
sarana, tetapi demokrasi akan mencapai sesuatu yang ideal. Bebas dari penjajahan dan
mencapai kemerdekaan adalah tujuan saat itu, yaitu mencapai sebuah demokrasi. Oleh
karena itu, orang makin menyukai demokrasi.
Demokrasi yang berjalan di Indonesia saat ini dapat dikatakan adalah Demokrasi
Liberal. Dalam sistem Pemilu mengindikasi sistem demokrasi liberal di Indonesia antara
lain sebagai berikut:
1. Pemilu multi partai yang diikuti oleh sangat banyak partai. Paling sedikit sejak
reformasi, Pemilu diikuti oleh 24 partai (Pemilu 2004), paling banyak 48 Partai
(Pemilu 1999). Pemilu bebas berdiri sesuka hati, asal memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan KPU. Kalau semua partai diijinkan ikut Pemilu, bisa muncul ratusan
sampai ribuan partai.
2. Pemilu selain memilih anggota dewan (DPR/DPRD), juga memilih anggota DPD
(senat). Selain anggota DPD ini nyaris tidak ada guna dan kerjanya, hal itu juga
mencontoh sistem di Amerika yang mengenal kedudukan para anggota senat
(senator).
3. Pemilihan Presiden secara langsung sejak 2004. Bukan hanya sosok presiden, tetapi
juga wakil presidennya. Untuk Pilpres ini, mekanisme nyaris serupa dengan pemilu
partai, hanya obyek yang dipilih berupa pasangan calon. Kadang, kalau dalam sekali
Pilpres tidak diperoleh pemenang mutlak, dilakukan pemilu putaran kedua, untuk
mendapatkan legitimasi suara yang kuat.
4. Pemilihan pejabat-pejabat birokrasi secara langsung (Pilkada), yaitu pilkada
gubernur, walikota, dan bupati. Lagi-lagi polanya persis seperti pemilu Partai atau
pemilu Presiden. Hanya sosok yang dipilih dan level jabatannya berbeda. Disana ada
penjaringan calon, kampanye, proses pemilihan, dsb.
5. Adanya badan khusus penyelenggara Pemilu, yaitu KPU sebagai panitia, dan
Panwaslu sebagai pengawas proses pemilu. Belum lagi tim pengamat independen
yang dibentuk secara swadaya. Disini dibutuhkan birokrasi tersendiri untuk
menyelenggarakan Pemilu, meskipun pada dasarnya birokrasi itu masih bergantung
kepada Pemerintah juga.
6. Adanya lembaga surve, lembaga pooling, lembaga riset, dll. yang aktif melakukan
riset seputar perilaku pemilih atau calon pemilih dalam Pemilu. Termasuk adanya
media-media yang aktif melakukan pemantauan proses pemilu, pra pelaksanaan, saat
pelaksanaan, maupun paca pelaksanaan.
7. Demokrasi di Indonesia amat sangat membutuhkan modal (duit). Banyak sekali biaya
yang dibutuhkan untuk memenangkan Pemilu. Konsekuensinya, pihak-pihak yang
berkantong tebal, mereka lebih berpeluang memenangkan Pemilu, daripada orang-
orang idealis, tetapi miskin harta.Akhirnya, hitam-putihnya politik tergantung kepada
tebal-tipisnya kantong para politisi.
Semua ini dan indikasi-indikasi lainnya telah terlembagakan secara kuat dengan
payung UU Politik yang direvisi setiap 5 tahunan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
sistem demikian telah menjadi realitas politik legal dan memiliki posisi sangat kuat dalam
kehidupan politik nasional.
Pesta demokrasi yang kita gelar setiap 5 tahun ini haruslah memiliki visi kedepan
yang jelas untuk membawa perubahan yang fundamental bagi bangsa Indonesia yang kita
cintai ini, baik dari segi perekonomian, pertahanan, dan persaiangan tingkat global. Oleh
karena itu, sinkronisasi antara demokrasi dengan pembangunan nasional haruslah sejalan
bukan malah sebaliknya demokrasi yang ditegakkan hanya merupakan untuk pemenuhan
kepentingan partai dan sekelompok tertentu saja.
Jadi, demokrasi yang kita terapkan sekarang haruslah mengacu pada sendi-sendi
bangsa Indonesia yang berdasarkan filsafah bangsa yaitu Pancasila dan UUD 1945.
A. Kesimpulan
B. Saran