Anda di halaman 1dari 11

Vol. 6 No.

2 Tahun 2014 Halaman: 152-162

Website: ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/pelangi

INDUKSI KEJUTAN SUHU 360 C TERHADAP PERKEMBANGAN


EMBRIO DAN KEBERHASILAN POLIPLOIDISASI KATAK
(Rana cancrivora)

Ria Kasmeri1), Elza Safitri 2)


1,2)
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
elza.safitri@ymail.com

INFO ARTIKEL Abstrak

Diterima : Poliploidi pada katak Rana cancrivora dapat dilakukan


Disetujui : dengan memberikan kejutan suhu. Hal yang perlu
diperhatikan dalam perlakuan kejutan suhu pada telur
Kata Kunci: adalah waktu awal kejutan, suhu kejutan dan lama
kejutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
Kejutan suhu, menguji pengaruh kejutan suhu 360C terhadap
Poliploidisasi, Rana perkembangan embrio, dan keberhasilan poliploidisasi
cancrivora katak R. cancrivora. Penelitian dlakukan di
Laboratorium Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kejutan
suhu 360 C pada telur yang fertilisasi memberikan
pengaruh terhadap perkembangan embrio katak R.
cancrivora yaitu pada perlakuan D (45 menit setelah
fertilisasi). Namun pemberian kejutan suhu 360C tidak
menunjukkan adanya pengaruh terhadap keberhasilan
poliploidisasi katak R. cancrivora.

Abstract

Keywords: Polyploidy in the frog Rana cancrivora can be done by


providing a temperature shock. The thing need to
Temperature Shock, consider in treatment temperature shock at the egg is
poliploidisation, the beginning of a shock, temperature of shock and
Rana cancrivora duration of shock. The research aims to identify and test
the effect of temperature shock 36C to the development
of the embryo, and the success of poliploidisation of frog
R. Cancrivora. The research was conducted in Biology
Laboratory STKIP PGRI West Sumatra. The results
shows that administration of 36C temperature shock on
egg fertilization influences on the development of frog
embryos R. Cancrivora i.e. on the treatment D (45

ISSN: 2085-1057 E-ISSN: 2460-3740


Jurnal Pelangi 153

minutes after fertilization). Yet, the temperature shock is


36C does not show any influence on the success of
poliploidisation of frog R. Cancrivora.

PENDAHULUAN banyaknya kelebihan katak tersebut,


sekarang ini populasi katak di alam
Amphibi memiliki berbagai
sudah menurun. Untuk mengatasi hal
peranan penting bagi kehidupan
tersebut sudah dilakukan budidaya
manusia, yakni peranan ekologis
katak, namun ada beberapa kendala
maupun ekonomis. Amphibi
yang ditemukan diantaranya
memakan serangga sehingga dapat
pertumbuhannya lambat, ukurannya
membantu keseimbangan ekosistem
kecil, waktu panen lama, sangat
terutama dalam pengendalian
tergantung kepada alam dan
populasi serangga. Selain itu, amphibi
memerlukan makanan alami yang
juga dapat berfungsi sebagai bio-
bergerak sehingga sulit
indikator bagi kondisi lingkungan
dibudidayakan (Arie, 1999).
karena amphibi memiliki respon
Kekurangan itu dapat diatasi
terhadap perubahan lingkungan.
dengan cara bagaimana menghasilkan
Peranan amphibi dari segi ekonomis
individu yang ukurannya besar dan
dapat ditinjau dari pemanfaatan
cepat pertumbuhannya. Salah satu
amfibi untuk kepentingan konsumsi.
cara manipulasi kromosom adalah
Katak juga memiliki kandungan
dengan poliploidi. Poliploidi dapat
protein yang tinggi sebesar 16,4 gram
dilakukan dengan memberi perlakuan
per 100 gram daging katak. Selain itu
suhu. Kejutan suhu selain murah dan
katak juga mengandung serat, mineral
mudah, juga efisien dapat dilakukan
dan vitamin yang tinggi (Susilo dan
dalam jumlah banyak (Rustidja,
Rahmat, 2010). Karena adanya
1991). Komen (1990) menyatakan,
kelebihan dari katak tersebut, tidak
suhu panas lebih efektif untuk
mengherankan bila permintaan katak
mencegah terlepasnya polar body II.
dari negara-negara tersebut tiap
Pendekatan praktis untuk induksi
tahunnya terus meningkat. Ini
poliploidi melalui kejutan panas
merupakan peluang yang sangat besar
merupakan perlakuan aplikatif sesaat
bagi negara kita untuk meningkatkan
setelah fertilisasi (untuk induksi
ekspor, sebagai sumber devisa Negara
triploidi) atau sesaat setelah
yang berasal dari komoditas
pembelahan pertama (untuk induksi
nonmigas (Arie, 1999).
tetraploidi) pada suhu sublethal
R. cancrivora merupakan satu
(Mukti, 2001). Tiga hal yang perlu
dari lima jenis katak yang dikonsumsi
diperhatikan dalam perlakuan kejutan
di Indonesia. Katak ini juga banyak
suhu pada telur, yaitu waktu awal
dijumpai di Sumatera Barat.
kejutan, suhu kejutan, dan lama
Kelebihan katak ini diantaranya
kejutan (Don dan Avtalion, 1986).
daging katak mengandung protein
Nilai parameter tersebut berbeda
hewani yang cukup tinggi ,limbah
untuk setiap spesies (Pandian dan
katak yang tidak dipakai sebagai
Varadaraj, 1988).
bahan makanan manusia dapat
Poliploidisasi adalah suatu
dipakai untuk ransum binatang
metoda manipulasi kromosom dari
ternak, seperti itik dan ayam. Karena
diploid (2n) menjadi jumlah
154 Ria Kasmeri, Elza Safitri

kromosom yang lebih tinggi triploid, Masing-masing perlakuan


tetraploid, pentaploid dan seterusnya dilakukan 3 kali ulangan dengan
(Sistina, 2000). jumlah telur untuk tiap-tiap perlakuan
adalah sebanyak 50 butir (Modifikasi
BAHAN DAN METODE dari penelitian Fischberg, 1958).

Alat yang digunakan adalah Prosedur Penelitian


petridish, spatula, pipet tetes, Katak Rana cancrivora jantan
aquarium 30x30x30cm3, lempeng dewasa dicirikan dengan adanya
kaca 15x15cm2 jarum suntik, sarung kantung suara berwarna coklat
tangan, pipet tetes, objek gelas, objek kemerah-merahan pada bagian leher
gelas cekung, cover gelas, hot plate, dan katak betina dewasa dilihat dari
termometer suhu, mikroskop stereo, keberadaan telur pada bagian
mikroskop binokuler, alat bedah, abdomen katak (hitam pada bagian
senter, saringan, gelas ukur kimia abdomen).
250ml, bulu ayam, box staining, Hipofisasi Buatan
camera digital. Bahan yang Katak R. cancrivora jantan yang
digunakan adalah induk katak R. telah dewasa sebanyak 20 ekor
cancrivora jantan dan betina matang diambil kelenjar hipofisanya,
kelamin, NaCL fisiologis 0,9%, kemudian hipofisa yang telah diambil
Aceto Orcein, Kolkisin, Metylen ditaruh di dalam petridish yang telah
Blue, Asam Asetat Glasial, Etanol, diberi beberapa tetes larutan garam
AgNO3, Gelatin, Gliserin, Asam fisiologis (NaCL) yang telah
Formiat, Alkohol 96%, Aquades, diencerkan 10 kali. Setelah itu
minyak Imersi dan bayam (untuk dilakukan pencacahan hipofisa dan
pakan berudu). setelah merata diambil beberapa ml
Metode yang digunakan dalam dan diinjeksikan ke rongga peritoneal
penelitian ini adalah metode 4 ekor katak betina dewasa yang
eksperimen dengan Rancangan Acak sedang bertelur (pada bagian perut
Lengkap (RAL). Sebagai perlakuan tampak adanya telur) dan katak
adalah kejutan suhu panas 36C tersebut dimasukkan ke dalam bak
selama 10 menit yang diperlakukan penetasan. Setelah 8 jam dilakukan
pada telur setelah difertilisasi dan lagi penyuntikan hipofisa ke rongga
dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan peritoneal katak dan ditaruh kembali
yaitu : ke dalam bak penetasan. 4 ekor katak
a. Perlakuan A: Tanpa perlakuan jantan dewasa juga diberi suntikan
kejutan suhu (kontrol) kelenjer hipofisa untuk merangsang
b. Perlakuan B : Telur 15 menit pematangan sel sperma. Setelah 3-4
setelah fertilisasi jam dilakukan proses pengurutan atau
c. Perlakuan C : Telur 30 menit stripping induk katak betina pada
setelah fertilisasi bagian abodomennya.
d. Perlakuan D : Telur 45 menit
setelah fertilisasi Fertilisasi Buatan
e. Perlakuan E : Telur 60 menit Setelah penyuntikan terhadap 4
setelah fertilisasi ekor katak betina, katak betina akan
mengeluarkan telurnya. Telur yang
Jurnal Pelangi 155

dikeluarkan ditampung dalam ekor berudu dan dimasukkan


petridish dan diurutkan bagian perut potongan ekor kedalam larutan
katak betina sehingga seluruh telur kolkisin dan hipotonik (larutan garam
bisa dikeluarkan. Disamping itu 0,8% dan ditambah kolkisin 0,1%)
disiapkan larutan sperma dengan selama 1 jam. Setelah itu larutan
mencacah testis dari 4 ekor induk dihisap dan ditetesi dengan Aceto
katak jantan dan setelah dicacah Orcein selama 25 menit dan barulah
dalam petridish maka ditambahkan potongan ekor tadi diletakkan diatas
larutan NaCL 0,9 %. Setelah itu objek glas dan di squash dan
larutan sperma dipipet teteskan dilakukan penghitungan kromosom
langsung diatas telur yang sudah dibawah mikroskop dan difoto.
ditampung dalam petridish (usia 0 Untuk proses perifikasi
jam fertlisasi) dan dilakukan poliploidi maka dilakukan juga
perlakuan kejutan suhu 36C selama penghitungan jumlah nukleolus katak
10 menit untuk masing-masing R. cancrivora. Pembuatan preparat
perlakuan. nukleolus dimulai dengan
Kejutan suhu pengambilan sampel yang akan
Setelah difertilisasi, petridish dianalisa, yaitu ekor berudu. Jaringan
yang berisi telur diberi kejutan suhu ekor berudu direndam dalam larutan
dengan cara menaruhnya diatas hipotonik dengan KCl 0.075% agar
hotplat yang berisi air dengan suhu sel-selnya membesar selama 60 menit
36C selama 10 menit dengan dengan penggantian setiap 30 menit,
masing-masing perlakuan (kontrol/ lalu dilanjutkan dengan perendaman
tanpa perlakuan, 15 menit setelah dalam larutan Carnoy selama 60
fertilisasi, 30 menit setelah fertilisasi, menit dengan penggantian Carnoy.
45 menit setelah fertilisasi, 60 menit Kemudian jaringan diambil dan
setelah fertilisasi (masing-masing disentuhkan pada kertas tissue hingga
perlakuan dengan jumlah telur 50 kering lalu ditempatkan dalam gelas
butir dan dengan 3 kali ulangan). objek cekung dan ditambahkan 3-4
Setelah itu telur disebarkan kedalam tetes asam asetat 50% lalu
aquarium 30x30x30cm3 untuk digoyangkan sampai terbentuk
pemeliharaan larva dan diberi suspensi sel. Suspensi tersebut
beberapa ml Metylen Blue untuk diambil dengan menggunakan pipet
pencegah jamur. Selama tetes dan diteteskan pada gelas objek
pemeliharaan (30 hari), larva diberi yang sebelumnya direndam dalam
pakan daun bayam yang telah direbus alkohol 70% selama minimal 2 jam
dan digerus. Pada akhir pemeliharaan yang setiap 30 menit. kemudian
(30 hari) dilakukan pengamatan dipanaskan pada lempeng pemanas
poliploidisasi katak dengan melihat dengan suhu 45-50 C. Setelah itu
jumlah kromosom katak R. suspensi diisap kembali dengan cepat
cancrivora. sehingga pada gelas objek terbentuk
lingkaran dengan diameter 1-1,5 cm.
Pengamatan Poliploidisasi Dan siap untuk proses pewarnaan.
Ekor berudu dipotong kira-kira Pewarnaan dilakukan dengan
1,5 cm dan dibiarkan selama 24 jam. memberikan dua tetes larutan A yang
Setelah 24 jam barulah dipotong lagi dibuat dengan cara melarutkan 10
156 Ria Kasmeri, Elza Safitri

gram AgN03 dalam 20 ml akuades, 2013 telah didapatkan tahapan-


dan satu tetes larutan B yang dibuat tahapan perkembangan embrio katak
dengan melarutkan 2 gram gelatin Rana cancrivora pada berbagai
dalam 50 ml air hangat dan macam perlakuan kejutan suhu 36C
ditambahkan 50 ml gliserin dm 20 pada telur yang difertilisasi. Pengaruh
tetes asam formiat, lalu disebarkan ke kejutan suhu 360C terhadap
seluruh permukaan preparat. Preparat perkembangan embrio katak R.
kemudian ditempatkan dalam box cancrivora dapat dilihat pada Tabel 1.
staining yang suhunya dipertahankan Pada tabel 1. dapat dilihat bahwa
40-45 C, selama dua puluh menit waktu yang dibutuhkan untuk
atau sampai warnanya berubah perkembangan embrio katak R.
menjadi kuning kecoklatan. Setelah cancrivora berbeda-beda pada
itu preparat diangkat dan dibilas masing-masing perlakuan kejutan
dengan aquades lalu dan dikering suhu 360C. Pelakuan yang
anginkan. Bila sudah kering preparat menunjukkan waktu yang paling
siap diamati dibawah mikroskop cepat untuk proses perkembangan
dengan menggunakan perbesaran 400 embrio katak R. cancrivora adalah
kali. pada perlakuan D (45 menit setelah
fertilisasi) sedangkan pada perlakuan
Parameter Uji dan Analisis Data B, perlakuan C perlakuan E dan
perlakuan A (kontrol) proses
Parameter uji adalah melihat
perkembangan embrio berjalan
proses dan tahap perkembangan
lambat. Hal ini menunjukkan bahwa
embrio dan mencatat waktu tahap
adanya pengaruh dari kejutan suhu
perkembangan, yang nantinya akan
pada masing-masing waktu setelah
dibandingkan pada masing-masing
fertilisasi terhadap perkembangan
perlakuan. Parameter uji yang lainnya
embrio katak F. cancrivora,
adalah analisis ploidisasi dengan
banyaknya kuning telur dan tipe telur
melihat jumlah kromosom katak R.
katak. Perkembangan embrio
cancrivora dan untuk perifikasi
dipengaruhi oleh banyaknya kuning
dilakukan dengan menghitung jumlah
telur.
nukleolus. Analisis data dilakukan
Lama pengeraman telur katak
secara statistik dengan ANOVA. Bila
tergantung pada spesies dan beberapa
didapatkan perbedaan yang nyata
faktor luar. Bila suhu rendah maka
dilakukan uji lanjut DNMRT pada
akan membuat enzim chorion tidak
taraf 5%.
bekerja dan membuat embrio lama
(Induksi Poliploid) IP
melarutkan kulit telur sehingga proses
= x 100% penetasan lama terjadi. Hal ini
(Mukhti et all, 2001). didukung oleh Effendie (2002)
menyatakan faktor luar yang
HASIL DAN PEMBAHASAN mempengaruhi pengeraman telur
adalah suhu air. Suhu merupakan
Perkembangan Embrio faktor penting dalam mempengaruhi
Berdasarkan penelitian yang telah proses perkembangan embrio, daya
dilaksanakan mulai dari bulan tetas telur dan kecepatan penyerapan
Agustus 2013 sampai awal Oktober kuning telur. (Satyani, 2007).
Jurnal Pelangi 157

Terbentuknya daerah Gray crescent fertilisasi untuk tahap neurula akhir.


merupakan awal untuk proses Pada perlakuan A (kontrol)
pembelahan (Gambar 1A). Proses membutuhkan waktu 14 jam untuk
pembelahan pada telur katak R. proses neurula awal dan 16,50 jam
cancrivora terjadi setelah 1 jam untuk proses neurula akhir.
fertilisasi. Pada perlakuan D waktu Tahap neurula dicirikan dengan
yang dibutuhkan untuk pembelahan 2 adanya penebalan pada lapisan
adalah 1 jam namun pada perlakuan ektoderm membentuk neural plate
lainnya membutuhkan waktu lebih (Gambar 3A), kemudian membentuk
dari 1 jam. Pada proses pembelahan 1 neural groove dan neural fold
dihasilkan 2 sel atau 2 blastomer yang (Gambar 3 B) dan diakhiri dengan
sama besar pada kutub animal terbentuknya neural tube (bumbung
sedangkan pada kutub vegetal belum neural) (Gambar 3 C). Menurut Lufri
berlangsung proses pembelahan dan Helendra (2002) bahwa pada saat
Gambar 1B), hal ini disebabkan oleh embrio memasuki tahap neurulasi
banyaknya yolk yang terdapat pada terjadi penebalan ektoderm saraf pada
kutub vegetal dari telur katak. Pada sisi dorsal embrio. Penebalan itu
proses pembelahan ke 2 merupakan berbentuk keping sehingga disebut
proses pembelahan menghasilkan 4 keping saraf (neural plate). dan
sel/blastomer (Gambar 1 C). Pada endoderm. Perkembangan lapisan
perlakuan D waktu yang dibutuhkan ektoderm akan membentuk sistem
untuk mencapai pembelahan 4 sel saraf, otak dan mata. dengan proses
adalah 1 jam, sedangkan pada pembentukan jantung dan sistem
perlakuan lain lebih lambat dari sirkulasi (Gambar 4C).
perlakuan D. Setelah proses Neurulasi selesei
Setelah tahapan blastula maka maka embrio katak akan memasuki
embrio memasuki tahapan tahap selanjutnya yaitu tahap
selanjutnya yaitu tahapan Gastrula. Organogenesis. Pada tahap
Pada perlakuan D embrio katak R. organogenesis (pembentukan otak) ini
cancrivora membutuhkan waktu 9 perlakuan yang menunjukkan proses
jam untuk mencapai tahap gastrula. perkembangan paling cepat masih
Gastrula pada embrio katak dimulai pada perlakuan D yaitu dengan waktu
dari sisi dorsal embrio dan pada 19 jam.
daerah ini terbentuk celah blastoporus Pada tahap organogenesis terjadi
(Gambar 2 A). Akhir dari tahap proses perkembangan dari lapisan
gastrulasi terbentuklah sumbat yolk lembaga ektoderm, mesoderm dan
(yolk plug) (Gambar 2 B). endoderm. Perkembangan lapisan
Proses perkembangan selanjutnya ektoderm akan membentuk sistem
adalah Neurulasi yang merupakan saraf, otak dan mata. dengan proses
tahapan pembentukan bumbung saraf pembentukan jantung dan sistem
(neural tube). Pada perlakuan D sirkulasi (Gambar 4C). Induksi
membutuhkan waktu 10.30 jam Ploidisasi. Poliploidi pada katak R.
setelah fertilisasi untuk tahap cancrivora dapat dilihat pada Tabel 2
neurulasi awal dan 12 jam setelah
158 Ria Kasmeri, Elza Safitri

Tabel 1. Waktu perkembangan embrio setelah diberi kejutan suhu 360 C selama
10 menit
Waktu perkembangan (jam)
Tahapan
A B C D E
2 sel 1,30 1,10 1,18 1,00 1,27
4 sel 2,00 1,15 1,20 1,15 1,24
Morula 3,15 2,15 2,30 2,00 2,40
Blastula 8,00 6,15 6,35 6,00 7,05
Gastrula 11,00 9,17 9,45 9,00 10,00
Neurula awal 14,00 10,45 11,00 10,30 11,26
Neurula akhir 16,50 12,20 13,00 12,00 13,25
Kuncup ekor 24,00 20,00 20,40 19,00 21,33
Haching 81,00 73,00 75,20 67,30 78,30

Gbr 1.Tahapan Perkembangan Embrio. A.Telur yang sudah difertilisasi. B. Tahap


pembelahan 2 sel. C. Tahap pembelahan 4 sel. D. Tahap pembelahan 32 sel. E. Tahap
pembelahan 64 sel (Morula). F. Tahap pembelahan 128 sel (Blastula). Ket : a (kutub
animal), b (kutub vegetal), c (Gray Crescent). Perbesaran 40x10.

Gbr 2. Tahapan Gastrulasi. A. Gastrulasi awal (pembentukan bibir dorsal). B dan


C Pembentukan Yolk Plug (sumbat yolk). Ket: a (bibir dorsal), b (sumbat yolk).
Perbesaran 40x10.
Jurnal Pelangi 159

Gbr 3.Tahapan Neurulasi. A. Pembentukan Neural Plate (keping saraf). B.


Pembentukan Neural Groove (lipatan saraf ). C. Pembentukan Neural Tube
(bumbung neural). Ket: a (penebalan ektoderm membentuk neural plate), b
(neural groove), c (neural fold) dan d (neural tube). Perbesaran 40x10

Gbr 4. Tahap Organogenesis. A. Pembentukan otak dan Tail Bud awal. B dan C.
Pembentukan Tail Bud akhir (Gill Sirculation dan Elongasi). Ket: a (otak
primitif), b (tail bud), c (gill sirculation), d (ekor). Perbesaran 40x10
Gbr 4. Tahap Organogenesis. A. Pembentukan otak dan Tail Bud awal. B dan C.
Pembentukan Tail Bud akhir (Gill Sirculation dan Elongasi). Ket: a (otak
primitif), b (tail bud), c (gill sirculation), d (ekor). Perbesaran 40x10
160 Ria Kasmeri, Elza Safitri

Tabel 2. Jumlah poliploidi pada katak R. cancrivora


Jumlah Individu Jumlah Individu
Perlakuan Ulangan
2n Poliploid
A 1 15 0
2 15 0
3 15 0
B 1 15 0
2 15 0
3 15 0
C 1 15 0
2 15 0
3 15 0
D 1 15 0
2 15 0
3 15 0
E 1 15 0
2 15 0
3 15 0

Dari tabel 2 diketahui bahwa mencegah terjadinya pelepasan polar


induksi kejutan suhu 360 C terhadap body II, namun dari penelitian tidak
katak R. cancrivora pada waktu yang didapatkan individu yang triploid.
berbeda setelah fertilisasi selama 10 Hal ini diduga karena waktu
menit tidak satupun dari perlakuan pemberian kejutan dan lama kejutan
didapatkan individu yang poliploidi. yang kurang tepat. Kadi (2007)
Semua individu katak R. cancrivora menyatakan bahwa proses triploid
baik perlakuan B, C, D dan E tidak pada ovum dimaksudkan untuk
ada yang menunjukkan jumlah mencegah atau menahan peloncatan
kromosom yang lebih dari 2n polar body II dari ovum. Sedangkan
(diploid). Tidak ditemukannya untuk individu tetraploid kejutan suhu
individu katak R. cancrivora diberikan untuk mampu mencegah
poliploid (triploid dan tetraploid) terjadinya proses pembelahan I,
dikarenakan oleh waktu pemberian namun hal ini juga tidak ditemukan
kejutan dan lama kejutan yang kurang karena waktu pemberian kejutan dan
tepat. Untuk individu triploid kejutan lama kejutan yang kurang tepat
suhu diberikan agar mampu

Gambar 5. Penyebaran kromosom pada perlakuan C dan D yang memperlihatkan


jumlah kromosom diploid (2n).
Jurnal Pelangi 161

Dari gambar di atas terlihat bahwa Don, J., Avtalion RR. (1986). The
jumlah kromosom pada katak R. Induction of Triploidy in
cancrivora masih diploid (2n) dan Oreochromis aureus by Heat
tidak menunjukkan adanya jumlah Shock. Theor.Appl. Genet, 72 :
kromosom yang poliploid. 186-192.
Fischberg, M. (1958). Experimental
KESIMPULAN Tetraploidy in Newts. Journal
Berdasarkan hasil penelitian Embriol. Exp. Morph. Vol. 6,
mengenai Induksi Kejutan Suhu Part 3,pp. 393-402.
36 C terhadap Perkembangan
Embrio dan Keberhasilan Komen J, (1990). Clones of Common
Poliploidisasi Katak R. cancrivora Carp, Cyprinus carpio. New
maka didapatkan kesimpulan bahwa : Perspectives in Fish Research.
Pemberian Induksi Kejutan Suhu 360 Thesis. Agricultural University.
C selama 10 menit dengan waktu Wageningen. 144.
yang berbeda-beda setelah fertilisasi
berpengaruh terhadap perkembangan Mukti, A. Taufiq., Rustidja., S.B
embrio katak R. cancrivora. Semua Sumitro dan M.S. Djati.
perlakuan lebih cepat waktunya (2001). Poliploidisasi Ikan Mas
daripada perlakuan tanpa kejutan (Cyprinus carpio L.).
suhu (kontrol) dan yang paling cepat Polyploidyzation of Common
waktunya adalah pada perlakuan D Carp (Cyprinus carpio L.).
(45 menit setelah fertilisasi). BIOSAIN, Vol 1 No 1.
Pemberian Induksi Kejutan Suhu
36C tidak berpengaruh terhadap Pandian TJ, dan Varadaraj K, (1990).
poliploidisasi katak R. cancrivora, Techniques for Producing All
karena tidak ditemukan individu yang Male and All Triploid
poliploid untuk masing-masing Oreochromis mossambicus.
perlakuan. Berdasarkan penelitian Dalam: Pullin RSV,
disarankan agar dapat dilakukan Bhukaswan T, Tongthai K, dan
penelitian lebih lanjut dengan Maclean J, (Eds.) The Second
melakukan pengamatan dari rentang International Symposium on
waktu awal fertilisasi sampai Tilapia in Aquaculture.
terjadinya pembelahan pertama yaitu ICLARM. Conference
1,30 jam setelah fertilisasi. Proceedings 15. Departement of
Fisheries Bangkok Thailand and
UCAPAN TERIMAKASIH International Center for Living
Penelitian ini terselenggara atas Aquatic Resources
bantuan dari DP2M Dikti yang telah Management Manila
memberikan tempat pelaksanaan Philippines. 243249.
penelitian. Rustidja, (1991). Aplikasi Manipulasi
Kromosom pada Program
DAFTARPUSTAKA Pembenihan Ikan. Makalah
Arie, Usni. (1999). Pembibitan dan dalam Konggres Ilmu
Pembesaran Bullfrog. Penebar Pengetahuan Nasional V.
Swadaya Jakarta. 23.
162 Ria Kasmeri, Elza Safitri

Unsoed, Pasca sarjana,


Rustidja. (2004). Pemijahan Buatan Purwokerto : hal 66
Ikan-Ikan Daerah Tropis.
Bahtera Press. Malang. Hal. 91. Susilo, A.B., Purwadaksi Rahmat.
Sistina, Y. (2000). Biologi (2010). Dahsyatnya Bisnis
Reproduksi, Fak. Biologi Tokek. Penerbit : Agromedia
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai