Intisari
1. PENDAHULUAN
*
) Disajikan pada, Jakarta, 2 Oktober 2003.
**
) PT Chazaro Gerbang Internasional, Jl. Sapta Taruna Raya 16, Jakarta 12310.
2. POTENSI DAN KARAKTERISTIK UMUM SUMBER ENERGI TERBARUKAN
hidro
Dari data hasil survai potensi tenaga air yang dilakukan PLN pada tahun 1982,
diseluruh Indonesia terdapat potensi untuk pengembangan PLTA dan PLTM
sebesar +/- 75.000 MW. Diantara potensi tersebut, terdapat potensi tenaga air
untuk skala mikrohidro. Menurut Rencana Induk Pengembangan Energi Baru dan
Terbarukan (RIPEBAT) potensi energi mikrohidro (PLTMH) tersebut diperkirakan
458,75 MW.
angin
Secara umum Indonesia masuk kategori negara tanpa angin, mengingat bahwa
kecepatan angin minimum rata-rata yang secara ekonomis dapat dikembangkan
sebagai penyedia jasa energi adalah 4m/dt. Kendatipun demikian ada beberapa
wilayah dimana sumber energi angin kemungkinan besar layak dikembangkan.
Wilayah tersebut antara lain Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat
(NTB), Sulawesi Selatan dan Tenggara, Pantai Utara dan Selatan Jawa dan
Karimun Jawa.
Kecepatan Daya
Kapasitas
Kelas Angin Spesifik
(kW)
(m/det) (W/m2)
Skala Kecil s/d 10 2.5 - 4.0 < 75
Skala Menengah 10 100 4.0 - 5.0 75 - 150
Skala Besar > 100 > 5.0 > 150
surya
Kawasan barat Indonesia (KBI) = 4.5 kWh/m2.hari, variasi bulanan sekitar 10%
Kawasan timur Indonesia (KTI) = 5.1 kWh/m2.hari, variasi bulanan sekitar 9%
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Rata-rata Indonesia = 4.8 kWh/m2.hari, variasi bulanan sekitar 9%
___________________________________________________________________________________
Konvensi Kelistrikan Indonesia 2003 Page 2 of 14
Hal ini mengisyaratkan bahwa:
- radiasi surya tersedia hampir merata sepanjang tahun,
- kawasan timur Indonesia memiliki penyinaran yang lebih baik.
Energi surya dapat dimanfaatkan untuk penyediaan jasa energi melalui 2 (dua)
macam teknologi yaitu energi surya termal dan surya fotovoltaik.
biomassa
Potensi teknis dari berbagai jenis limbah tersebut adalah sebagai berikut:
Potensi
Kalor
Sumber/jenis limbah Produksi
(juta
GJ/tahun)
Peremajaan kebun karet 31,0 juta 496,0
ton/tahun
Sisa logging 1,15 juta 11,0
ton/tahun
Limbah industri 1,1 juta 10,6
penggergajian kayu ton/tahun
Tandan kosong kelapa 3,5 juta 15,4
sawit ton/tahun
Sabut sisa buah sawit 3,7 juta 35,3
ton/tahun
Cangkang buah sawit 1,3 juta 17,2
ton/tahun
Bagas tebu 6,5 juta 78,0
ton/tahun
Sekam padi 14,3 juta 179,0
ton/tahun
Tempurung kelapa 1,1 juta 18,7
ton/tahun
Sabut kelapa 2,0 juta 24,0
ton/tahun
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
panas bumi
___________________________________________________________________________________
Konvensi Kelistrikan Indonesia 2003 Page 3 of 14
Berdasarkan survei menunjukkan bahwa terdapat 70 lokasi panas bumi
bertemperatur tinggi dengan kapasitas total mencapai 19.658 MW. Sebagian
besar dari lokasi tersebut belum dilakukan eksploitasi secara intensif.
energi laut
Luas lautan melingkupi 2/3 wilayah Indonesia, atau sekitar 4 juta km2, dan garis
pantai sepanjang 80,791 km sehingga laut atau samudera secara kualitatif kan
menyimpn potensi sumber energi terbarukan (ET) yang cukup besar. Secara
kuantitatif kandungan ET dari samudera yang dapat dikelola secara ekonomis
masih memerlukan kajian lebih lanjut. Energi yang berasal dari samudera dapat
diperoleh dari 3 bentuk sumber utama, yaitu : gelombang, pasang-surut, dan
perbedaan suhu antara permukaan dan bagian dalam air laut.
surya termal
Sebagian besar dan secara komersial, pemanfaatan energi surya termal banyak
digunakan untuk penyediaan air panas rumah tangga, khususnya rumahtangga
perkotaan. Jumlah pemanas air tenaga surya (PATS) diperkirakan berjumlah
150.000 unit dengan total luasan kolektor sebesar 400,000 m2.
Energi surya juga mempunyai potensi ekonomi untuk penyediaan listrik melalui
penerapan sistem energi surya fotovoltaik (SESF) untuk kebutuhan listrik skala
kecil pada kawasan-kawasan terpencil dan/atau pulau-pulau kecil yang tersebar
1
Kammaruddin Abdullah (IPB), Sri Mulato (Puslit Kopi dan Kakao,Jember), Sumarsono (LSDE-BPPT) ,
dsb.
___________________________________________________________________________________
Konvensi Kelistrikan Indonesia 2003 Page 4 of 14
antara lain dikawasan: Riau Kepulauan, Sangihe Talaud, Nusatenggara Timur,
Maluku, Maluku Utara, dan Pedalaman di Irian Jaya.
Pasar utama untuk SESF sampai dengan saat ini masih didominasi oleh proyek-
proyek pemerintah. Pelaksanaan proyek-proyek tersebut terbagi kepada
beberapa institusi, antara lain: Departemen teknis, Pemerintah Daerah dan
Lembaga Penelitian (a.l. Litbang Departemen, BPPT, LIPI, RISTEK dan
Perguruan Tinggi).
penyediaan listrik perdesaan melalui sistem mini-grid atau solar home system
(SHS)
jasa energi untuk sarana sosial
- sarana (pompa/penjernihan) air bersih
- rumah peribadatan
- sarana kesehatan perdesaan atau PUSKESMAS
biomassa
Teknologi pemanfaatan biomassa sebagai energi sudah banyak dikenal dan cost-
effective serta proven. Untuk pembangkitan listrik berskala antara 20 - 100 kW
dapat digunakan teknologi gasifikasi dan genset gas atau diesel (dengan operasi
dual fuel), kapasitas antara 500 1000 kW dapat digunakan pembangkit
kogenerasi atau dikenal pula sebagai combined heat and power CHP dengan
mesin uap siklus Rankine, dan skala menengah antara 1 - 10 MW dapat
digunakan teknik pembangkitan kogenerasi dengan turbin uap.
Apabila pabrik gula dan pabrik CPO yang ada dapat ditingkatkan kinerjanya serta
memanfaatkan teknologi kogenerasi yang lebih efisien, maka dari kedua sektor ini
akan mampu memberikan tambahan pasokan listrik ke jaringan sebesar 700 MW.
On-grid
Jumlah total dan kapasitas terpasang dari PLTMH pada kategori ini adalah
berturut-turut 80 unit and 59,278 kW. Jadi, kapasitas rata-rata PLTMH pada
kategori ini adalah sekitar 740 kW/unit. PLTMH pada kategori ini sebagian besar
dimiliki dan dioperasikan oleh PLN.
Tabel berikut ini merangkum status mikrohidro yang terpasang pada kategori on-
grid.
Kapasitas Total
Status Jumlah Unit
(kW)
44 42,028
Beroperasi
(55.0%) (70,9%)
18 8,990
Rusak
(22.5%) (15,2%)
Proses 3 1,050
Rehabilitasi (3.8%) (1,8%)
Tidak ada 15 7,210
informasi (18.7%) (12,1%)
80 59,278
Total
(100%) (100%)
Sumber: Diolah dari berbagai Sumber
Off-grid
___________________________________________________________________________________
Konvensi Kelistrikan Indonesia 2003 Page 7 of 14
Jumlah dan kapasitas terpasang dari PLTMH pada kategori off-grid berturut-
turut adalah 178 unit dan 5,000 kW. Daya terpasang rata-rata dari PLTMH ini
adalah sekitar 28 kW/unit.
Tabel berikut ini merangkum status mikrohidro yang terpasang pada kategori on-
grid.
Kapasitas Total
Status Jumlah Unit
(kW)
111 3,296
Beroperasi
(62.4%) (65.9%)
28 1,142
Rusak
(15.7%) (22.8%)
Tidak ada 39 568
informasi (21.9%) (11.3%)
5,006
Total 178 (100%)
(100%)
Sumber: Diolah dari berbagai Sumber
berbagai pengalaman
Disamping banyak contoh yang berhasil, ada pula diantara penerapan STET
(khususnya yang dioperasikan dan digunakan untuk kepentingan umum semisal
penyediaan listrik perdesaan) yang menghadapi kegagalan. Faktor kegagalan
terbesar justru terletak pada aspek non-teknis, sebagai berikut:
___________________________________________________________________________________
Konvensi Kelistrikan Indonesia 2003 Page 8 of 14
- Disain sistem yang kurang sempurna dikarenakan antara lain: kurangnya
data yang diperlukan atau data yang ada kurang handal untuk digunakan
digunakan menyusun studi kelayakan,
- Kurangnya sumberdaya (waktu dan tenaga ahli) yang dialokasikan oleh
pemberi tugas atau lembaga yang mendanai untuk keperluan survei
lapangan dan sudi yang komprehensif,
___________________________________________________________________________________
Konvensi Kelistrikan Indonesia 2003 Page 9 of 14
- Penyelesaian pekerjaan yang kurang rapi dan kualitas teknis yang rendah
(misal: penggunaan komponen atau material yang kurang handal dan/atau
kurang efisien);
- Banyak kerugian daya listrik pada jaringan (untuk sistem ter-desentralisasi
dan grid-interconnected) karena kesalahan disain (misal: penggunaan
diameter dan jenis kabel yang tidak sesuai dengan jarak dan daya listrik
yang akan disalurkan).
Karenanya, untuk hal-hal yang bersifat teknis, beberapa kegiatan penelitian dan
pengembangan harus ditingkatkan terutama yang meliputi:
- Pengembangan disain sistem yang handal dan user friendly,
- Kinerja dan kehandalan sistem dan komponen, termasuk ketahanannya
terhadap lingkungan dan kondisi setempat,
- Kebutuhan-kebutuhan operasional dan pemeliharaan sistem,
- Analisa dan optimasi ekonomi STET.
Jenis aplikasi yang telah masuk kategori ini antara lain: pembangkit listrik
mokrohidro, cogeneration biomassa untuk aplikasi pada pabrik gula,
pemanfatan teknologi surya termal untuk pemanas air pada rumahtangga
perkotaan, sistem energi surya fotovoltaik untuk aplikasi kecil (a.l. produk
konsumen pada umumnya, stasiun pancar ulang kecil, rambu laut, lampu
suar, dan rambu kereta api).
** Komersial dengan insentif: Teknologi yang telah siap jual untuk segmen
pasar dan lokasi tertentu tetapi memerlukan kebijakan insentif (leveling the
playing field) untuk dapat bersaing dengan teknologi konvensional bersubsidi.
Dorongan yang diperlukan bagi pengembangan STET pada kategori ini
meliputi: penyempurnaan akhir teknologi (refinements), standard dan produksi
massal, dan/atau peningkatan skala ekonominya.
___________________________________________________________________________________
Konvensi Kelistrikan Indonesia 2003 Page 10 of 14
Contoh STET didalam kategori ini, antara lain: cogeneration biomassa
(khususnya aplikasi pada pabrik kelapa sawit), gasifikasi kayu untuk
penggergajian kayu rakyat, pemanfaatan teknologi surya termal untuk
pengolahan komoditas penting (a.l. coklat, kopi, vanili, dan kokon sutera), dan
pemanfaatan sistem energi surya fotovoltaik untuk aplikasi strategis (a.l. SHS,
PLTS Sistem Hibrida, sistem pompa air bersih, dan pendingin vaksin bagi
PUSKESMAS terpencil).
peluang
Disamping itu, untuk unit-unit yang kecil pada umumnya menggunakan genset
disel yang ditempat-tempat terpencil diluar pulau Jawa masih sulit diperoleh dan
mahal. Ditambah lagi apabila masih harus mendistribusikan listriknya dimana
antara rumah yang satu dengan yang lainnya berjauhan seperti pada
kenyataannya di luar pulau Jawa, yang menyebabkan investasinya naik dan
kerugian energi yang hilang pada jaringan distribusi. Hal itu semua akan berakibat
pada mahalnya biaya listrik yang diproduksi dan didistribusikan.
kendala
___________________________________________________________________________________
Konvensi Kelistrikan Indonesia 2003 Page 11 of 14
pembangkit energi dari STET, pemberian prioritas dalam anggaran
pembangunan yang bersifat multi years.
Kapasitas pasar (market size) SESF didalam negeri rata-rata akan berkisar antara
8 10 MWp/tahun. Prospek pasar tersebut terbagi kedalam beberapa segmen
sebagai berikut:
- Listrik perdesaan 59 %
- Produk konsumen dan komersial29 %
- Penyediaan air bersih 9%
- Fasilitas kesehatan 2%
- Sektor perhubungan 1%
___________________________________________________________________________________
Konvensi Kelistrikan Indonesia 2003 Page 12 of 14
Setiap penjualan 1 MWp SESF per-tahun akan menyerap sekitar 5.000 6.000
tenaga kerja, baik tenaga kerja yang terkait langsung dengan produksi SESF
berikut komponen utamanya atau angkatan kerja ikutan yang terbangun dari
meningkatnya produksi komponen pendukung (misal: pabrik gelas, industri
elektronik, plastik, bengkel mekanik, pabrik alumunium, kabel listrik, dan
perusahaan kargo). Jadi, apabila potensi pasar tersebut dapat dicapai maka
pemanfatan SESF akan membuka peluang kerja sebanyak 40.000 60.000
orang. Apabila setiap angkatan kerja memikul beban 5 jiwa, maka penerapan
SESF sekurang-kurangnya akan membantu kesejahteraan 200.000 jiwa (diluar
kesejahteraan masyarakat yang dilayani SESF). Disamping itu setiap penjualan
10 MWp SESF per-tahun akan membuka lapangan kerja baru sekitar 1500
2000 orang/tahun sebagai tenaga operator dan teknisi untuk pelayanan purna
jual, atau akan meningkatkan keamanan sosial bagi 6.000 8.000 jiwa per-tahun.
5. KEBIJAKAN PENDUKUNG
Produksi massal pada dasarnya juga akan sangat menentukan turunnya biaya
produksi dan akan memberikan dampak positif bagi penetrasi pasar. Perjalanan
menuju kearah tersebut kiranya diperlukan suatu kebijakan berupa inisiatif
transformasi pasar (market transformation initiatives) yang telah terbukti
memberikan keberhasilan bagi pengembangan STET diluar negeri. Keberhasilan
ini antara lain yang membuat pemerintah Jerman menerbitkan Undang-undang
Energi Terbarukan yang memberikan iklim sedemikian rupa sehingga pasar STET
(a.l. angin, solartermik, fotovoltaik, biomassa, dan mikrohidro) menjadi terbentuk.
Pasar tersebut juga berkembang karena lembaga-lembaga keuangan dan
perbankan pada akhirnya juga terlibat didalam pendanaan baik untuk fabrikasi,
pengembangan jaringan pemasaran, maupun penerapan STET. Disamping itu
insentif yang dapat mendorong swasta untuk melakukan upaya fabrikasi dan
memasarkan STET serta pemberian kemudahan, misalnya : berupa kebijakan
pajak, impor bahan baku, dan impor komponen, kiranya sangat diperlukan.
6. KESIMPULAN
Peluang pasar STET didalam negeri dapat dikatakan cukup besar dan
penerapannya akan memberikan peluang bagi pembukaan lapangan kerja yang
cukup besar dan memberikan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat yang
terkait dengan fabrikasi STET dan serta masyarakat yang menikmati pelayanan
energi dari STET.
Dilihat dari kapasitas sistem maka STET pada umumnya dapat bersaing dengan
sistem pembangkit konvensional pada skala kapasitas yang kecil. Untuk
pemakaian skala yang lebih besar akan lebih bersifat site-specific dan
memerlukan analisa kelayakan yang lebih mendalam. Peranan disain sistem
didalam perencanaan suatu STET sangat penting didalam upaya untuk
mendapatkan suatu STET yang layak secara teknis dan ekonomi.
___________________________________________________________________________________
Konvensi Kelistrikan Indonesia 2003 Page 14 of 14