Kti Full
Kti Full
Kti Full
OLEH :
DESY RAHAYU NINGTYAS
303013008
Oleh :
Desy Rahayu Ningtyas
Nim. 30313008
i
HALAMAN PERSETUJUAN
OLEH :
30313008
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Fakultas Farmasi
ii
LEMBAR PENGESAHAN
NIM. 30313008
Telah diuji
Mengetahui
Fakultas Farmasi
Dekan
iii
20
iv
KATA PENGANTAR
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
2. Drg R.P Bambang Noerjanto, MS.,RKG (K) selaku Rektor Institut Ilmu
3. Dra. Prihardini, M. Kes, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Institut Ilmu
v
5. Intan Etika Candra S.Farm, Apt selaku Dosen Pembimbing Teori yang
Tulis ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Akademi Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
Wiyata Kediri.
8. Kedua orang tua dan seluruh anggota keluarga yang telah memberikan
dukungan baik material maupun spiritual sehingga Karya Tulis ini dapat
10. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna, karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Penulis
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ix
C. Metode Ekstraksi ...................................................................................... 8
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 33
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan bagian luar
tubuh manusia (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar), atau
ini tentu saja salah karena ternyata kulit mampu menyerap (absorpsi) bahan
yang melekat padanya. Kulit memiliki dua aspek kemampuan yaitu aspek
kosmetik mampu atau dapat memperbaiki struktur kulit. Kedua, aspek negatif
(Wasitaatmadja, 1997).
luar negeri yang jumlahnya telah mencapai angka ribuan. Data terakhir
menunjukkan telah lebih dari 300 pabrik kosmetika terdaftar secara resmi di
Indonesia, dan diperkirakan ada sejumlah dua kali lipat pabrik kosmetika yang
tidak terdaftar secara resmi yang berupa usaha rumahan atau salon kecantikan.
1
2
pemutih, pewarna bibir atau perona wajah serta kosmetika yang berperan
Obat dan Makanan Nomor 239/MenKes/Per/V/85 salah satu zat yang dilarang
Rhodamin B merupakan zat pewarna berupa kristal yang tidak berbau dan
maka dapat dilakukan penelitian tentang adanya kandungan yang ada pada
B. Rumusan Masalah
mengandung rhodamin B ?
C. Tujuan Penelitian
Bojonegoro.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
akademi kefarmasian.
2. Bagi masyarakat
3. Bagi Institusi
Bojonegoro.
4
E. Batasan Masalah
Kabupaten Bojonegoro.
2. Lipstik yang digunakan pada penelitian ini memiliki kriteria lipstik yang
Bojonegoro.
tipis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
digunakan bagian luar tubuh manusia (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ
genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk
bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM,
2003).
bayi, minyak bayi, lotion bayi, krim bayi, shampoo bayi, serta salep
bayi.
rambut, hair spray, bedak, lipstik, pasta gigi, serta obat kumur atau
mouth washer.
penandaan.
5
6
Lipstik adalah pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat
(roll up) yang dibentuk dari minyak, lilin, dan lemak. Bila pengemasan
dilakukan dalam bentuk batang lepas disebut lip crayon yang memerlukan
fisiologisnya agak berbeda dari kulit bagian badan lainnya. Misalnya, stratum
keringat maupun kelenjar minyak, sehingga bibir mudah kering dan pecah-
pecah terutama jika dalam udara dingin dan kering. Hanya air liur yang
(Tranggono, 2007).
yaitu, pewarna alami yang diperoleh dari akar, daun, bunga, dan buah. zat
warna hijau yang diperoleh daun suji serta warna orange dari wortel. dan
Pewarna sintetis yang berasal dari reaksi antara dua atau lebih senyawa kimia
Contoh dari zat warna sintetis yang diizinkan digunakan dalam kosmetika
warna kuning, pigmen orange 1 dengan jingga, acid red 18 dengan warna
merah, acid red 41 dengan warma merah serta acid red 155 dengan warna
merah. Zat warna sintetis yang tidak diizinkan digunakan atau ditambahkan
dalam kosmetika yaitu antimony dan derivatnya, arsen dan senyawanya, asam
retinoat, benzen, basic violet No.10 rhodamin B, serta pigment red No.53, lake
paraffin. Lemak yang digunakan dalam pembuatan lipstik adalah krim kakao
agents) yang dipakai secara universal di dalam lipstik adalah zat warna eosin
yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk lipstik, yaitu
kelekatan pada kulit dan kelarutannya dalam minyak. Pelarut terbaik untuk
terutama stearat dan ricinoleat, memiliki daya melarutkan eosin yang lebih
besar. Asam lemak alkalolamides, jika dipakai sebagai pelarut eosin, akan
(fragrance) dan pemberi rasa segar (flavouring), harus menutupi bau dan rasa
kurang sedap dari lemak-lemak dalam lipstik dan menggantinya dengan bau
C. Metode Ekstraksi
1. Maserasi
kamar.
9
2. Perkolasi
pelarut yang sesuai secara lama pada simplisia dalam suatu percolator.
3. Sokletasi
balik.
4. Refluk
5. Infus
Infus adalah proses ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas
air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur
6. Digesti
7. Dekok
1. Ekstrak
2. Ekstrak Cair
a. Rumus kimia
larut dalam etanol, sukar larut dalam basa dan dalam larutan alkali.
- pewarna kertas
muntah, sakit perut, dan tekanan darah rendah. Sedangkan bahaya jangka
Rhodamin B adalah zat pewarna berupa kristal yang tidak berbau dan
zat pewarna tekstil. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran
lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada
permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, plat aluminium,
kromatografi terjadi ketika fase mobil terlapis melewati adsorben itu (Vogel,
1994). Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak
peralatan yang digunakan lebih sederhana dan setiap saat secara cepat
(Gandjar, 2007). Prinsip kerja dari kromatografi lapis tipis yaitu memisahkan
oleh fase gerak yang bersifat polar dari pada fase gerak yang non polar,
sebaliknya senyawa non polar akan lebih mudah terelusi oleh fase gerak
non polar dari pada fase gerak yang bersifat polar. Pelarut organik yang
sering digunakan sebagai fase gerak adalah air, toluena, kloroform, etil
kecil dengan diameter partikel antara 10-30 nm. Semakin kecil ukuran
rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam,
maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensinya dan resolusinya.
Penjerap yang paling sering digunakan adalah silika dan serbuk selulosa,
sementara mekanisme adsorpsi yang utama pada KLT adalah partisi dan
dibuat dari silika yang telah dimodifikasi, resin penukar ion, gel eksklusi,
14
yang bertindak sebagai fase stationer. Empat macam adsorben yang umum
tersebut yang paling sring digunakan adalah silika gel yang memiliki
a. silika gel G
sebagai zat perekat. Jenis silika gel ini biasanya mengandung ion
logam, terutama ion besi. Kandungan ion besi ini dapat dihilangkan
b. silika gel H
c. Silika gel PF
(Adnan, 1997).
4. Penotolan Sampel
atau zat pelarut serupa yang mempunyai titik didih antara 50-100C.
dapat digunakan gelas beker untuk KLT mikro atau tempat yang lebih
dengan berbagai macam cara, misalnya dapat digunakan uap iodium, sinar
senyawa standar yang diteliti pada plat percobaan yang sama (Adnan,
1997).
lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa
17
jarak senyawa dari titik awal dan jarak pelarut dari titik awal.
ketidakhomogenan kertas atau plat, arah serabut kertas (Roth dan Blascke,
1998).
karena nyaman dan cepatnya, ketajaman yang lebih besar dan kepekaan
kekurangan yaitu harga Rf yang tidak tetap, sehingga dalam analisa harus
KERANGKA KONSEP
KOSMETIKA
EKSTRAK
KUALITATIF KUANTITATIF
KLT
HASIL KETERANGAN :
: YANG DIUJI
: TIDAK DIUJI
18
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Populasi Penelitian
2. Sampel
3. Teknik Sampling
anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
19
20
Karya tulis ini akan dilakukan pada tanggal 10 Januari 2016 sampai Mei
Kediri.
1. Variabel Penelitian
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain.
Atau sesuatu yang digunakan untuk sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
Kabupaten Bojonegoro
2. Definisi Operasional
2010).
21
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah erlenmayer 100 ml,
batang pengaduk, tabung reaksi, timbangan analitik, pipet tetes, pipa kapiler,
sendok tanduk, kertas saring, lempeng kromatografi lapis tipis, oven, chamber,
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah lipstik warna merah yang dijual bebas di
F. Cara Kerja
10%)
larutan basa. Larutan basa yang didapat selanjutnya akan digunakan sebagai
pipa kapiler pada jarak 0,5 cm dari bagian bawah plat, dan jarak antar noda
lempeng KLT dimasukkan ke dalam chamber yang telah berisi larutan fase
warna secara visual dan di bawah sinar UV, jika secara visual noda
G. Analisa Data
secara deskriptif.
24
Kerangka Kerja
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Sampel
Bentuk = Semi Padat
Warna = Merah
Bau = Wangi
C. Data Penelitian
No Sampel Rf Sampel Rf Pembanding Rf Selisih Hasil
1 A 0,78 0,78 0 +
2 B 0,75 0,77 0,02 +
3 C 0,84 0,84 0 +
4 D 0,47 0,71 0,24 -
Dari analisa data diatas dapat disimpulkan bahwa sampel atau lipstik yang
memiliki selisih harga Rf > 0,2 sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel
26
BAB VI
PEMBAHASAN
pemutih, pewarna bibir atau perona wajah yang diproduksi oleh pabrik kosmetika
Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 239/MenKes/Per/85 salah satu zat yang
kromatografi lapis tipis dengan menggunakan fase gerak yang sesuai. Fase gerak
yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis berupa cairan dan fase diamnya
adalah lapisan tipis pada permukaan lempeng yang rata. Pemisahan dengan
kromatorafi lapis tipis, cuplikan berbentuk cairan dengan fase gerak yang
digunakan adalah pelarut non polar yang mudah menguap. Setelah ditotolkan
(Hilarius, 2009).
proses analisa mulai dari perlakuan sampel, pembuatan reagen, ketelitian volume
larutan yang ditotolkan, besarnya titik totolan, dan jarak antar totolan serta jarak
27
28
cara maserasi dimana lipstik dipotong kecil - kecil kemudian ditimbang sebanyak
larutan amonia dibuat dengan cara mengukur amonia dengan konsentrasi 25%
dipindahkan kedalam gelas kimia dan dipanaskan diatas hot plate. Residu dari
asam dibuat dengan cara mengukur asam asetat pekat sebanyak 10 ml yang
dididihkan benang wol kemudian diangkat dan dicuci dengan aquadest, kemudian
benang wol dimasukkan kedalam larutan basa yaitu 10 ml amonia 10% yang
dilarutkan dengan etanol 70% dan dididihkan. Benang wol tersusun atas ikatan
peptide yang didalamnya terdapat ikatan sistina, asam glutamat, lisin, asam
perombakan sestina menjadi sistein dengan adanya suatu asam. Sistein terbentuk
melalui pecahnya ikatan S-S dari sistein karena adanya asam asetat, setelah ikatan
29
tersebut terbuka maka rhodamin B dapat masuk kedalam benang wol dan
berikatan dengan COO- dan asam aspartik juga berikatan dengan NH3+ dari
arginin. Prinsip dari benang wol adalah penarikan zat warna dari sampel kedalam
benang wol bebas lemak dalam suatu asam dengan pemanasan dilanjutkan dengan
pelunturan atau pelarutan warna oleh suatu basa yang selanjutnya digunakan
dalam penelitian ini meliputi identifikasi sampel dengan Kromatografi Lapis Tipis
dilakukan adalah membuat fase gerak dalam chamber yang terdiri dari n-butanol,
asam asetat dan amonia dengan perbandingan 10:4:5 sebanyak 4 ml. setelah itu
fase gerak dijenuhkan dengan kertas saring. Plat KLT diberi garis 0,5 cm dari tepi
bawah dan 0,5 cm dari tepi atas. Larutan filtrat ditotolkan beberapa kali dengan
menggunakan pipa kapiler volume 2 l pada plat 0,5 cm dari tepi kiri 0,5 cm dari
tepi bawah dan diberi tanda. Larutan baku pembanding ditotolkan pada plat
dengan jarak 0,5 cm dari penotolan larutan sampel, hal ini bertujuan agar pada
saat pengembangan nanti bercak antara baku pembanding dengan sampel tidak
bertabrakan. Setelah itu plat KLT dimasukkan kedalam chamber sampai fase
gerak memenuhi batas garis atas kemudian plat KLT dikeluarkan dan dikeringkan
30
dengan cara diangin-anginkan. Bercak noda dilihat dengan sinar UV 366 nm dan
sampel A menunjukkan warna orange yang sama atau sejajar dengan baku
pembanding, sampel B menunjukkan warna orange yang tidak begitu terang dan
tidak mencolok yang sejajar dengan baku pembanding, dan yang terakhir sampel
dengan baku pembanding 0,78 dan selisih 0, sampel B memiliki nilai Rf 0,75
dengan baku pembanding 0.78 dan selisih 0,03, sampel C memiliki nilai Rf 0,77
dengan baku pembanding 0,85 dan selisih 0,08, dan yang terakhir sampel D
memiliki nilai Rf 0,47 dan baku pembanding 0,71 dan selisih 0,24 sehingga dapat
kode A,B,C positif mengandung zat pewarna rhodamin B karena memiliki selisih
nilai Rf antara baku pembanding dengan sampel kurang dari 0,2 (0,2) sedangkan
nilai Rf antara baku pembanding dengan baku sampel lebih dari 0,2 (>0,2) (Juliet
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
31
32
DAFTAR PUSTAKA
Basset. J et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik
(Vogels Textbook Of Quantitative Inorganic Analysis Including
Elementary Instrumental Analysis). Jakarta: EGC.
Dawile, S., Fatimawali, Wehantouw, F., 2013. Analisis Zat Pewarna Rhodamin
B pada Kerupuk yang Beredar di Kota Manado. Jurnal Farmasi,
Fakultas Farmasi. FMIPA. Sam Ratulangi.
Ditjen POM RI. 2003. Kosmetika. Ditjen POM, Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hilarius Nana, 2009. Analisis Rhodamin B Dalam Sediaan Lipstik (MARI MAR)
Secara Kromatografi Lapis Tipis. Kediri. Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
Wiyata Kediri
Juliet Tangka, Jody A.Pojoh, Hikmah A.M. Hasan. 2012. Identifikasi Rhodamin
B pada Sediaan Lipstik yang Beredar di Kota Manado secara
33
Lidya V.M dan Fatimawali G.C. 2013. Analisis Rhodamin B pada Lipstik yang
Beredar di Pasar Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol.2, No.02.
Manado.
Mukaromah A.H,. dan Maharani E.T. Identifikasi Zat Warna Rhodamin B pada
Lipstik Berwarna Merah. Vol 1 No. 1 Desember 2008. Universitas
Muhammadiyah Semarang
Roth, J. Herman dan Gottfried Blaschke. 1998. Analisis Farmasi. Georg Thieme
Verlag. Terjemahan Kisman, Karjono dan Slamet Ibrahim. 1994.
Analisis Farmasi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
LAMPIRAN 1
A. Perhitungan Pelarut
1. Perhitungan Larutan Amonia 2%
V1 . N1 = V2 . N2
10 ml . 2% = V2 . 25%
10 .2%
V2 =
25%
V1 . N1 = V2 . N2
10 ml . 10% = V2 . 25%
10 .10%
V2 =
25%
N2 = 4 ml + 6 ml etanol 70%
V1 . N1 = V2 .N2
5 ml . 10 % = V2. 100%
5 . 10%
V2 =
99,8%
10
1. n-butanol = 19 4 = 2,1
4
2. etil asetat = 19 4 = 0,84
5
3. amonia = 19 x 4 ml = 1 ml
36
C. Perhitungan Harga Rf
1. Perhitungan Sampel A
Jarak Eluen = 7 cm
Rf Sampel =
,
=
= 0,78
Rf Baku =
5,5
= 7
= 0,78
= 0,78 0,78
=0
2. Perhitungan Sampel B
Jarak Eluen = 7 cm
37
Rf Sampel =
,
=
= 0,75
Rf Baku =
5,4
= 7
= 0,77
= 0,77 0,75
= 0,02
3. Perhitungan Sampel C
Jarak Eluen = 7 cm
38
Rf Sampel =
5,9
= 7
= 0,84
Rf Baku =
5,9
= 7
= 0,84
= 0,84 0,84
=0
4. Perhitungan Sampel D
Jarak Baku = 5 cm
Jarak Eluen = 7 cm
Rf Sampel =
3,3
= 7
= 0,47
39
Rf Baku =
5
= 7
= 0,71
= 0,71 0,47
= 0,24
40
- = Sampai
Rp = Rupiah
% = Persen
41
Lampiran 1
6 Benzen Benzene
10 Epinefrin Epinephrine
13 Fenilbutazon Phenylbutazone
Lampiran 2
5. Proses KLT
6.
Lampiran 4