Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN PERBENGKELAN DAN K3

( Laporan Praktikum Perbengkelan )

Oleh:

Ahmad Yudha Yuga Iswara


1414071003

LABORATORIUM DAYA ALAT DAN MESIN PERTANIAN


JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknik Perbengkelan adalah pengetahuan dan ketermpilan tentang peralatan dan
metode untuk membuat, membentuk, merubah bentuk, merakit ataupun
memperbaiki suatu benda (dalam hal ini adalah berbahan dasar logam) menjadi
bentuk baru atau kondisi yang lebih baik, baik manfaat ataupun estetika.

Bengkel adalah sebuah bangunan yang menyediakan ruang dan peralatan untuk
melakukan konstruksi atau manufaktur, dan/atau memperbaiki benda. Sedangkan
perbengkelan adalah sebuah ilmu yang telah berkembang bahkan
sebelum Revolusi Industri karena bengkel merupakan satu-satunya tempat untuk
membuat alat hingga berkembang industri manufaktur besar dengan mesin
uapnya.

Dalam perancangan alat atau mesin yang lebih modern dibutuhkan lah tempat
serta alat yang layak dan tepat untuk merancang hingga membuat alat seutuhnya.
Oleh sebab itu maka pengenalan tentang perbengkelan dalam bidang pertanian
menjadi cukup penting. Disanalah dapat dipelajari tentang seluruh jenis dan
fungsi alat serta mesin penunjang perbengkelan pertanian.

Setiap alat dan mesin memiliki karakteristik berbeda serta dapat mengancam
keselamatan pengguna atau operator selama pengerjaan.Dengan mengetahui jenis
dan fungsi alat serta mesin dapat mengurangi resiko kecelakaan. Di dunia industri
modern biasanya dibuat sistem keselamatan kerja dengan membuat aturan-aturan
atau tata cara pengoperasian alat serta mesin perbengkelan.

Keselamatan kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya


kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia,
maupun yang berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, bengkel tempat
bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan tidak langsung. Sejalan
dengan kemajuan teknologi, maka permasalahan keselamatan kerja menjadi salah
satu aspek yang sangat penting, mengingat resiko bahaya dalam penerapan
teknologi juga semakin kompleks. Keselamatan kerja merupakan tanggungjawab
semua orang baik yang terlibat langsung dalam pekerjaan dan juga masyarakat
produsen dan konsumen pemakai teknologi pada umumnya (Daryanto, 2003).

1.2 Tujuan
Adapun Tujuan dari praktikum Perbengkelan ini adalah, mahasiswa mampu:
1. Memahami dan menjelaskan tentang pengertian dan ruang lingkup pekerjaan di
bidang perbengkelan konstruksi logam.
2. Memahami dan menjelaskan beberapa jenis bengkel dan fungsinya, khususnya
yang berkaitan dengan alat dan mesin pertanian.
3. Memahami dasar-dasar pengelolaan bengkel untuk pertanian.
4. Memahami makna dan pentingnya K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) di
bengkel.
5. Memahami dan menghindari hal-hal yang dapat membahayakan kesehatan dan
keselamatan dalam melakukan pekerjaan di bengkel.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen perbengkelan


Pengertian bengkel secara umum tempat (bangunan atau ruangan) untuk
perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alat dan mesin (alsin), tempat
pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Sedangkan Bengkel pertanian
merupakan tempat untuk melakukan pembuatan, perbaikan, penyimpanan dan
perawatan berbagai alat mesin pertanian. Di dalam bengkel harus terdapat alat-alat
dan bahan-bahan yang menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan di bengkel
tersebut. Dan setiap pihak yang bersangkutan dengan kegiatan ini harus
memahami masalah keselamatan dan kesehatan kerja.

Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan dan tujuan itu sendiri
erupakan realisasi dari kebutuhan sehingga secara tidak langsung manajemen
adalah alat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manajemen bengkel adalah alat
untuk mengatur efektivitas dan efisiensi bengkel. Pengelolaan manajemen
bengkel baik diharapkan dapat mengatur dan menggerakkan sumber daya yang
ada untuk mencapai tujuan bengkel tersebut (Daryanto, 1987)

Manajemen bengkel yang baik harus didukung oleh administrasi yang tertib.
Administrasi ini harus mencatat semua sumber daya yang menjadi aset bengkel.
Untuk itu, diperlukan kartu-kartu administrasi sebagai berikut:
1. Kartu pemakaian bengkel
2. Kartu laporan kerusakan
3. Bon pinjam/ pengembalian alat
4. Daftar alokasi tugas
5. Daftar kondisi peralatan menurut keadaan
6. Buku inventaris alat/ mesin
7. Buku penerimaan barang
8. Buku pengeluaran/ pemakaian bahan
9. Kartu perbaikan peralatan
10. Catatan pengembangan staff

Ada beberapa jenis dan status bengkel yang dapat diterangkan sebagai berikut :
1. Bengkel Bebas (Independent Work Shop)
Bengkel ini berdiri sendiri, tidak terikat dan tidak memawakili merek tertentu
sehingga kebijakan-kebijakan dapat diambil sendiri sepanjang tidak merugikan
bengkel itu sendiri.
2. Bengkel Perwakilan (Authorized Work Shop)
Bengkel ini masih mirip dengan bengkel tersebut diatas, yaitu berdiri sendiri tapi
ada merek yang diwakilinya melalui surat penunjukan dari pemegang merek.
Kebijakan-kebijakan yang diambil disesuaikan dengan perusahaan yang
menunjuknya dan sekaligus masuk kedalam bagian dari layanan purna jual merek
yang bersangkutan. Jenis bengkel ini memungkinkan untuk menerima
kemudahan-kemudahan dari perusahaan yang menunjuknya. Kemudahan-
kemudahan tersebut bisa bersifat bantuan teknis.
3. Bengkel Dealer (Dealer Work Shop)
Bengkel ini merupakan bagian atau sub bagian operasional dari dealer atau ATPM
(Agen Tunggal Pemegang Merek) sebagai unit layanan purna jual untuk
mendukung sistem pemasaran. Kebijakan-kebijakan yang dibuat sepenuhnya
tergantung dan tunduk pada perusahaan/dealer yang bersangkutan (Daryanto,
1987).
.
Bengkel sebaiknya dilengkai dengan perkakas yang diperlukan dengan mengacu
pada daftar ini. Ingat bahwa jenis dan jumlah perkakas yang diperlukan akan
berbeda dengan skala pelaksanaan perbaikan dan banyaknya kendaraan yang
diperbaiki, perkakasa pada bengkel umumnya diketegorikan berdasarkan fungsi
kerjanya masing-masing.

2.2 Peralatan Perbengkelan


Peralatan dasar yang dibutuhkan untuk sebuah bengkel antara lain adalah obeng,
palu, tang, kunci pas dan kunci-kunci khusus, catok, bor. Selain itu, peralatan lain
yang tidak kalah pentingnya dalam menyelesaikan pekerjaan di bengkel adalah
meja kerja, papan alat, dan kotak untuk bengkel yang lebih lengkap, misalnya
yang digunakan untuk perbaikan alat yang lebih rumit atau untuk produksi,
tersedia mesin perkakas misalnya:
1. Mesin penekuk / melipat lembaran logam.
2. Mesin pembuat alur pada permukaan logam
3. Mesin pembuat roda gigi.
4. Peralatan cor logam
5. Peralatan tempa.
6. Kompresor udara.
7. Mesin pres lembaran logam.

Alat bengkel diklasifikasikan dalam beberapa kelompok yaitu:


1. Layout tools (L) merupakan alat-alat yang digunakan untuk mengukur atau
menandai kayu, logam, atau bahan lainnya.
2. Cutting tools (C) merupakan alat-alat yang digunakan untuk memotong,
memisahkan atau memindahkan material/bahan
3. Boring tools (Br) merupakan alat-alat yang digunakan untuk melubangi atau
mengubah ukuran dan bentuk lubang
4. Driving tools (Dr) merupakan alat-alat yang digunakan untuk memindahkan alat
dan material lain
5. Holding tools (H) merupakan alat-alata yang digunakan untuk menejepit kayu,
logam, plastik dan bahan lain.
6. Turning tools (Tr) merupakan alat-alat yang digunakan untuk memutar sekrup,
palang, baut atau mur.
7. Digging tools (D) merupakan peralatan yang digunakan untuk mengeraskan,
mengendurkan dan membuat rata.
8. Other tools (O) merupakan kelompok peralatan dalam bengkel yang tidak
termasuk ke dalam penggolongan di atas.
Peralatan dan perlengkapan perbengkelan yang dianjurkan adalah hanya yang
dibutuhkan untuk perawatan dan perbaikan sehari-hari, bukan untuk pekerjaan
besar (overhaul) alsin pertanian. Pekerjaan ringan seperti perbaikan konstruksi
alsin pertanian dapat pula ditangan sendiri oleh bengkel. Suatu bangku kerja yang
diletakan di dekat dinding dan diikat erat dengan baut sangat dibutuhkan. Almari
untuk menyimpan paku, baut, mur, suku cadang juga sangat diperlukan. Alat-alat
perbengkelan ini diperlukan untuk mempermudah seluruh kegiatan perawatan dan
perbaikan alat dan mesin pertanian yang ada di bengkel (van Terheijden, dan
Harun. 1971).

Perkakas bengkel hampir selalu tersedia pada setiap satuan kehidupan. Bahkan di
rumah tangga biasapun kebanyakan akan ditemukan peralatan bengkel minimal,
yang digunakan untuk perawatan dan perbai kan barang-barang keperl uan rumah
tangga. Juga di kantor-kantor, banyak pekerjaan perawatan kecil yang lebih
efisien jika dilakukan sendiri oleh karyawan kantor tersebut. Pekerjaan
perbengkelan selalu dibutuhkan oleh setiap unit kehidupan. Hal tersebut
disebabkan oleh sifat alami barang-barang perlengkapan kehidupan yang selalu
membutuhkan perawatan serta mengalami kerusakan dari waktu ke waktu. Dapat
dikatakan bahwa pekerjaan perbengkelan hampir selalu menyertai setiap
pemilikan barang (van Terheijden, dan Harun, 1971)

2.3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar pengguna
bengkel kerja/pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik
jasmani, rohani maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit atau gangguann kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan.
Kesehatan dalam ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya
diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit dan penerapannya yang
bertujuan untuk mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada
dalam keseimbangan yang mantap antara kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan
lingkungan kerja, serta terlindung dari dari penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja (Sumamur, 1996).
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan,
tempat kerja dan lingkungan, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan
kerja merupakan tugas semua orang yang bekerja (Bennet,N.B, Rumondang,
B.Silalahi, 1991).

Tujuan Keselamatan Kerja adalah: (1) Agar tenaga kerja terhindar dari gangguan
kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan kerja; (2) Agar tenaga kerja merasa
aman dan terlindungi dalam bekerja; (3) Agar tenaga kerja mendapat jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja; (4) Agar setiap perlengkapan dan peralatan
kerja dapat digunakan sebaik-baiknya; (5) Agar semua hasil produksi terpelihara
keamanannya; (6) Agar dapat meningkatkan kegairahan, keserasian dan
partisipasi kerja (Sumamur, 1996).
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum mata kuliah Perbengkelan dengan judul Manajemen Perbengkelan dan
K3 ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 17 Maret 2017 pukul 10.00 11.40
WIB, di Laboratorium Daya Alat dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum Perbengkelan yaitu contoh alat dan
mesin perbengkelan.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum Manajemen Perbengkelan dan K3
yaitu buku atau kertas dan pulpen untuk mencatat nama dan fungsi alat mesin
dalam perbengkelan.

3.2 Prosedur Praktikum


Dijelaskan tentang kesehatan dan keselamatan kerja pada perbengkelan
Dijelaskan nama-nama dan fungsi alat perbengkelan
Dijelaskan nama-nama dan fungsi mesin pada perbengkelan
Diberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya kepada asisten dosen
apabila masih ada yang kurang paham.
Diberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memfoto alat dan mesin yang ada
di Laboratorium Daya Alat dan Mesin Pertanian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data hasil pengamatan
sebagai berikut :

Tabel 1. Alat dan Mesin Perbengkelan


No. Nama ALSIN Fungsi dan Kegunaan

1 MESIN GERINDA Mesin Gerinda adalah suatu mesin yang


digunakan untuk penghalusan benda kerja
atau untuk penajaman perkakas seperti pisau,
golok dan lain lain.
2 MESIN BUBUT Mesin Bubut berfungsi sebagai pengubah
bentuk dan ukuran bendaa dengan jalan
menyayat benda tersebut dengan suatu pahat
penyayat.
3 KACAMATA LAS Kacamata Las berfungsi untuk melindungi
mata agar tidak terkena percikan api pada
saat mengelas.
4 JANGKA SORONG Berfungsi untuk mengukur diamaeter benda
kerja yang mau dibubut atau dipres untuk
ukuran tertentu yang di inginkan.
5 OBENG Obeng adalah alat yang digunakan untuk
melepas sekrup dari komponen komponen
kendaraan seperti lampu, kepala, pelindung
radiator, dan untuk melepas pengikat seperti
sekrup sekrup seperti kotak dan baut baut
talang.
6 BOR KECIL Bor ini berfungsi untuk mengebor dan
melubangi
7 KUNCI RING Kunci ini digunakan untuk membuka baut
kepala segi enam yang mempunyai 12 sudut
kunci pada tempat-tempat yang sempit.
8 MESIN GERINDA Untuk menggerinda permukaan benda kerja
sehingga rata dan halus
9 MATA GERINDA Berfungsi untuk memotong kayu

10 GERINDA Untuk menghaluskan permukaan kayu yang


kasar
11 GERGAJI BESI Gergaji adalah alat yang digunakan untuk
memotong atau mengurangi ketebalan suatu
benda tertentu.
12 TANG Tang adalah alat yang digunakan untuk
mencengkram atau memegang komponen
yang akan di buka dengan cara diputarkan
bagiannya.
13 BOR TANGAN Untuk mengebor atau melubangi secara
manual
14 KUNCI T Berfungasi untuk memutar baut
15 MESIN PEMOTONG Berfungsi untuk memotong kayu dengan
menggerakkan kayu ke mesin
16 RAGUM Befungsi untuk mejepit/mencekam benda
kerja yang mau dikikir/dihalukan.
17 GERGAJI BESI Gergaji adalah alat yang digunakan untuk
memotong atau mengurangi ketebalan suatu
benda tertentu.
18 MESIN BOR Mesin Bor adalah mesin yang digunakan
untuk membuat lubang, alur, dan bisa untuk
peluasan dan penghalusan suatu lubang
dengan sangat efisien.
4.2 Pembahasan
Manajemen bengkel adalah alat untuk mengatur efektivitas dan efisiensi bengkel.
Pengelolaan manajemen bengkel baik diharapkan dapat mengatur dan
menggerakkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan bengkel tersebut.
Manajemen bengkel yang baik harus didukung oleh administrasi yang tertib
(Daryanto, 1987).

Perbengkelan di Laboratorium Daya Alat dan Mesin pada dasarnya sudah


memenuhi standar sebagai bengkel. Hal ini didukung oleh kualitas peralatan las
dan perbengkelan secara umum, dalam bengkel yang rata-rata sudah
menggunakan tenaga mesin, dan lain-lain. Dari segi kuantitas, peralatan juga
tersedia dalam jumlah yang memadai. Akan tetapi, dalam bengkel tersebut belum
memiliki inventarisasi peralatan bengkel padahal inventarisasi peralatan
merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui dan memanajemen
peralatan dalam bengkel.

Bengkel sebaiknya dilengkai dengan perkakas yang diperlukan dengan mengacu


pada daftar ini. Ingat bahwa jenis dan jumlah perkakas yang diperlukan akan
berbeda dengan skala pelaksanaan perbaikan dan banyaknya kendaraan yang
diperbaiki, perkakasa pada bengkel umumnya diketegorikan berdasarkan fungsi
kerjanya masing-masing.

Dalam bengkel juga tidak terdapat penggolongan atau klasifikasi peralatan,


misalnya peralatan potong (Cutting tools), peralatan ukur (Layout tools), penjepit
(Holding tools), peralatan untuk pembuatan lubang (Boring tools) dan lain-lain.
Klasifikasi ini akan memudahkan dalam penggunaan peralatan sesuai dengan
fungsinya. Secara umum, peralatan dalam bengkel berada dalam kondisi baik.
Artinya bahwa dalam bengkel, peralatan bengkel masih layak digunakan. Dengan
kata lain masih bekerja sesuai dengan fungsinya. Namun, secara fisik, peralatan
tersebut tidak teratur. Hal ini dapat dilihat pada kebanyakan alat yang
berhamburan. Selain itu, mesin-mesin dalam bengkel berada dalam kondisi yang
kotor. Sisa-sisa logam pengelasan dan pemotongan memenuhi bengkel. Di sini
nampak bahwa kurangnya perhatian mahasiswa atau praktikan pada aspek
kebersihan bengkel.

Alat kebersihan dalam bengkel sangat tidak memadai. Oleh karena itu dari aspek
kebersihan, bengkel di Laboratorium Daya Alat dan Mesin belum memenuhi
standar. Kondisi seperti ini memang sulit dihindarkan dari kegiatan perbengkelan
dalam bengkel las tersebut yang tentunya banyak melakukan kegiatan
pemotongan dan pengelasan sebagai kegiatan utama.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan,
karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya merugikan tenaga
kerja, tetapi juga perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi
standar yang menjadi acuan dalam bekerja (Daryanto, 2003).

Terdapat dua penyebab besar terjadinya kecelakaan kerja yaitu perilaku yang
tidak aman dan kondisi lingkungan yang tidak aman, penyebab kecelakaan
diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman sebagai berikut:

1. sembrono dan tidak hati hati


2. tidak mematuhi peraturan
3. tidak mengikuti standar prosedur kerja.
4. tidak memakai alat pelindung diri
5. kondisi badan yang lemah

Di sisi lain, kecelakaan sering terjadi akibat kondisi kerja yang tidak aman.
Berikut ini beberapa contoh yang menggambarkan kondisi kerja tidak aman,
antara lain :tidak ada instruksi tentang metode yang aman, tidak ada atau
kurangnya pelatihan si pekerja, memakai pakaian yang tidak cocok untuk
mengerjakan tugas pekerjaan tersebut, menderita cacat jasmani, penglihatan
kabur, pendengarannya kurang, mempunyai rambut panjang yang mengganggu di
dalam melakukan pekerjaan dan sistem penerangan ruang yang tidak mendukung.

Persentase penyebab kecelakaan di bengkel kerja mesin berdasarkan penelitian


yang dilakukan para ahli yaitu terluka akibat mengangkut barang sebanyak 30%,
disebabkan karena jatuh sebanyak 20%, obyek yang jatuh sebanyak 10%,
dikarenakan peralatan tangan sebanyak 10%, dan dikarenakan mesin sebanyak
9%, dikarenakan alat angkut 5%, disebabkan karena terbakar sebanyak 2%,
dikarenakan arus listrik sebanyak 2%, dikarenakan zat berbahaya sebanyak
1%, dan lain-lain sebanyak 5% (Bennet,N.B, Rumondang, B.Silalahi, 1991).
V. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat kita ambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Bengkel adalah sebuah bangunan yang menyediakan ruang dan peralatan untuk
melakukan konstruksi atau manufaktur, dan/atau memperbaiki benda.
2. Manajemen bengkel adalah alat untuk mengatur efektivitas dan efisiensi bengkel.
3. Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar pengguna
bengkel kerja/pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
4. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan,
tempat kerja dan lingkungan, serta cara-cara melakukan pekerjaan.
5. Terdapat dua penyebab besar terjadinya kecelakaan kerja yaitu perilaku yang
tidak aman dan kondisi lingkungan yang tidak aman.
DAFTAR PUSTAKA

Bennet, N.B Silalahi, Rumondang, B. Silalahi, 1991. Manajemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Daryanto.1987. Mesin Perkakas Bengkel. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Daryanto, 2003. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bengkel. Jakarta ; Rineka.

Sumamur, 1996. Keselamatan kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV


Haji Mas Agung.

van Terheijden, dan Harun. 1971. Alat-alat Perkakas 2. Bandung : Penerbit


Binacipta.
LAMPIRAN

MESIN BUBUT

MESIN GERINDA MESIN BOR


RAGUM MESIN FRESS

GERIDA MESIN LAS

KUNCI KUNCI YANG ADA LEB DAMP


JANGKA SORONG SEBAGAI PENGUKUR DIAMETER, PAKU/PENITIK
FUNGSINYA UNTUK MENITIK ATAU MNANDAI BENDA KERJA YANG
AKAN DI BUBUT/DIBOR, DAN PENGGARIS SIKU FUNGSINYA UNTUK
MENYIKU BENDA YANG AKAN DILAS

Anda mungkin juga menyukai