I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan yang berada di perairan dapat diambil dengan melakukan suatu cara
tangkapan yang baik dipengaruhi oleh alat penangkapan yang digunakan seperti
konstruksi, bahan, teknik dan keadaan lingkungan (cahaya, arus, tingkah laku
tersebut.
Selatan (LS) dan antara 119 56 30 - 120 25 33 Bujur Timur (BT), yang
dengan jarak 233 Km dari Kota Makassar, Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan
melimpah, memiliki beragam jenis alat penangkapan ikan yaitu payang, purse
seine, pancing tonda, pancing ulur, jaring insang (gillnet). Salah satu alat tangkap
yang cukup banak diminati oleh nelayan Kabupaten Sinjai yaitu jaring insang.
diantaranya yaitu jaring insang hanyut (drift floating gillnet), jaring insang lingkar
(encircling gillnet), dan jaring insang dasar (bottom gillnet) (Dinas Kelautan dan
menguntungkan bagi nelayan di Kabupaten Sinjai, hal ini dapat dilihat dari hasil
tangkapan yang beragam dan beberapa jenis hasil tangkapan merupakaan hasil
tangkapan yang bernilai ekonomis tinggi yaitu Tenggiri, Tuna, dan lain
dan biaya opersional dari masing-masing alat tangkap, tentunya dari hal tersebut
(Miranti, 2007).
merupakan salah satu contoh alat tangkap yang banyak mengalami modifikasi
tangkap ini mudah diperoleh dan relatif murah. Pada dasarnya, gillnet bisa dibuat
maksimal diperlukan teknik perhitungan konstruksi gillnet yang lebih baik (Basri,
2009).
telah banyak dilakukan, seperti halnya rancang bangun jaring insang ikan
2011), studi rancang bangun jaring insang hanyut ikan Terbang di perairan
3
2010), studi kontruksi jaring insang hanyut ikan Terbang di Desa Rangas
Kabupaten Majene Sulawesi Barat (Ruslan, 2012), serta studi konstruksi jaring
insang ikan air tawar di sungai Walennae Kec. Liliriaja Kab. Soppeng Sulawesi
kontruksi jaring insang dasar sacara tradisional, hal ini dilakukan secara turun-
jaring seragam tetapi panjang jaring bervariasi. Variasi panjang jaring terjadi
karena adanya variasi dalam penataan jaring pada tali ris dan ukuran panjang
pelampung. Variasi panjang jaring diduga akibat perbedaan kontruksi dan akan
dan lain-lain. Istilah gillnet didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang
bahasa Jepang, gillnet disebut dengan istilah sasiami, yang diartikan bahwa
tersebut menusukkan diri pada jaring. Di Indonesia, penamaan gill net beraneka
ragam, ada yang menyebutnya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring
koro, jaring udang, dan sebagainya), ada pula yang disertai dengan nama tempat
Jaring insang dasar (bottom gillnet), yaitu alat penangkap ikan yang
terbuat dari bahan jaring, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata
jaring yang sama, dioperasikan pada bagian dasar perairan dengan sasaran
persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluru
jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan
perkataan lain jumlah mesh depth lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah
mesh size pada arah panjangnya. Sedangkan menurut Subani dan Barus (1989),
gillnet yaitu alat tangkap berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi
dengan pelampung, pemberat, tali ris atas, tali ris bawah (kadang tanpa tali ris
bawah : seperti jaring udang barong). Menurut King (1995) dalam Walus (2001),
gillnet biasanya dibuat dari bahan nilon monofilament atau nilon multifilmen. Ikan
5
Menurut King (1995) dalam Walus (2001) yaitu gillnet yang dioperasikan
pada perairan yang lebih dalam untuk menangkap ikan demersal yang
panjang maksimum driftnet yaitu 2.5 km (King (1995) dalam Walus (2001).
kedudukan jaring dalam air dibedakan menjadi jaring insang permukaan (surface
gillnet), jaring insang dasar (bottom gillnet) atau surrounding gillnet. Berdasarkan
lapisan jaring yang membentuk dinding jaring dibedakan menjadi jaring insang
kedalam air tempat diopersikan alat ini dapat dibedakan menjadi jaring insang
permukan (surface gillnet), jaring insang lapisan air tengah (midwater gillnet),
Gillnet atau sering disebut juga sebagai jaring insang. Istilah gillnet di
sekitar operculumnya pada mata jaring. Dalam bahasa jepang, gillnet disebut
ikan pada gillnet, ialah dengan proses bahwa ikan-ikan tersebut menusukkan diri
pada jaring. Di indonesia, penanaman gillnet ini beraneka ragam, ada yang
menyebutnya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring karo, jaring udang,
6
dan sebagainya), ada pula yang disertai dengan nama tempat (jaring udang
C. Jaring (Webbing)
bening atau biru laut. Tujuannya adalah supaya ikan sulit mendeteksi
keberadaan jaring di dalam perairan. Ukuran yang paling baik untuk satu mata
jaring adalah keliling jaring (mesh primetre) harus lebih besar dari keliling tubuh
maksimum (maximum body girth) dari ikan yang dijadikan target tangkapan.
ukuran tertentu dan spesies dari sebaran populasi. Sifat ini terutama tergantung
kepada prinsip yang dipakai dalam penangkapan dan bergantung juga pada
parameter desain dari alat tangkap seperti ukuran mata jaring, bahan dan ukuran
benang, hanging ratio dan kecepatan menarik. Ukuran mata jaring sangat besar
Ukuran mata jaring dan nomor benang pada badan jaring biasanya
disesuaikan dengan tujuan biota perairan yang akan dijadikan target tangkapan.
Empat cara tertangkap ikan dengan gillnet menurut Sudirman dan Mallawa
(2004) yaitu secara terjerat tepat pada insang (gilled), terjerat pada sirip
(entangled).
berbagai bahan seperti: Styrofoam, polyvinyl chloride, kaca, plastik, karet atau
benda lainnya yang mempunyai daya apung dengan bentuk yang beraneka
ragam. Jumlah, berat jenis dan volume pelampung, yang dipake dalam satu
piece akan menentukan besar kecilnya gaya apung (buoyancy). Besar kecilnya
daya apung yang terpasang pada satu piece akan sangat berpengaruh terhadap
7
di pakai pada jaring insang biasanya terbuat dari timah atau benda lainnya yang
dapat di jadikan sebagai pemberat dengan daya tenggelam dan bentuk yang
beraneka ragam. Bahan, ukuran, bentuk dan daya tenggelam biasanya berada
sama. Besar kecilnya daya tenggelam yang dipakai akan berpengaruh terhadap
E. Tali Temali
Pada jaring insang ada beberapa tali yang digunakan dalam proses
pembuatan alat tangkap yaitu: tali pelampung (tal iris atas) dan tali pemberat (tali
ris bawah). Untuk tali pelampung yang merupakan tali yang digunakan untuk
memasang pelampung, bahan dari tali pelampung ada yang terbuat dari bahan
polyethylene, haizek, vynilon, lolyvinyl chloride, atau bahan lain yang dapat
digunakan untuk tali pelampung. Tali pelampung pada jaring insang dengan
pemberata (tali ris bawah) biasanya dibuat lebih panjang dari pada panjang tali
pelampung (tali ris atas) yang tujuannya agar kedudukan jaring diperairan dapat
terentang dengan baik. Panjang tali pelampung dan tali pemberat dari mulai
oleh arus yang melewati gillnet tersebut. Tampilan gillnet akan membentang
empat persegi tegak secara sempurna pada kondisi tanpa arus, seperti terlihat
pada saat dibentangkan di darat. Pada saat dioperasikan di dalam perairan yang
8
berarus, maka gillnet akan mengalami perubahan bentuk, yaitu menjadi miring
atau bahkan rebah dengan bentuk tampilan yang tidak teratur (Fridman, 1988).
Hal ini disebabkan oleh gaya hidrodinamika yang bekerja pada seluruh
bergerak menerobos atau gerakan alat tangkap menyaring kolom air, reaksi
dengan dasar perairan, gaya yang diakibatkan ikan dan beban akibat
menyelam, namun memiliki banyak kendala, karena kondisi arus yang sulit
dikontrol, memerlukan waktu yang lama serta menghabiskan biaya yang mahal.
diperoleh dengan cara mengalikan gaya apung satu pelampung terhadap jumlah
(pemberat).
G. Kapal
dengan lincah maka diperlukan nilai L pp (L) yang besar, breadth (B) yang sedang
dan depth (D) yang kecil karena ketiga nilai ini merupakan nilai dimensi utama
kapal.
H. Hasil-hasil Tangkapan
binatang air lainnya yang tertangkap saat kegiatan operasi penangkapan. Hasil
tangkapan bisa dibedakan menjadi dua, yaitu hasil tangkapan utama dan hasil
2008).
Menurut Putra (2007) jenis-jenis ikan yang tertangkap oleh jaring insang
hanyut antara lain : tongkol, tenggiri, cakalang, cucut, dan layang. Adapun hasil
tangkapan yang diperoleh pada gill net permukaan, diantaranya: ikan cakalang,
ikan kuweh, ikan bawal hitam, ikan soury. Sementara hasil tangkapan yang
diperoleh pada gill net dasar seperti ikan kerapu, ikan sidat, ikan bambangan,
ikan baronang, ikan kakatua biru, dan ikan karang (Najmuddin dkk, 2015).
dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris bawah atau tampa tali ris
bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara terjerat
hayut dan melingkar dengan tujuan menangkap ikan pelagis dan demersal (SNI
7177.8:2008).
10
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey pada
jaring insang dasar dengan mengambil 50% sampel dari populasi yang ada di
lokasi penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan dua cara yaitu diskusi dan
wawancara langsung dengan nelayan tentang fungsi dan desain alat tangap
cara pusat dua simpul yang berhadapan pada mata jaring yang sama bila
e. Pengukuran terhadap panjng cagak dan lebar ikan kuwe dengan mistar.
12
D. Analisis Data
lain :
LI
S= L
X 100 %
Dimana :
S = Shortening (%)
b. Tinggi jaring
d = m x n 2 2
Dimana :
d = tinggi jaring kearah dalam (tinggi jaring setelah jaring di buat alat
tangkap) (m)
S = shortening (%)
a. Berat jaring
W = Ey.Lo.Mn.R-tex. 106
Dimana :
Mn = kedalaman (m)
+
( 2 ) 2( )
=
1000000
Dimana:
Dimana :
GT= (a x b) x 0.353
Dimana:
a=LxBxD
b = L x B x D x (0,60)
Jaring insang dasar yang diamati secara umum terdiri dari beberapa
memiliki fungsi dan peran masing-masing. Alat tangkap ini di operasikan di Desa
Sanjai, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai. Setiap satu unit alat tangkap
terdiri dari beberapa piece jaring yang di sambung satu sama lain. Satu unit alat
tangkap jaring insang dasar yang digunakan para nelayan terdiri dari 15 60
lembar jaring. Tiap lembar jaring mempunyai bentuk dan ukuran yang sama yaitu
bening. Ukuran mata jaring (mesh size) yaitu 4 inci, panjang tiap 1 lembar jaring
yaitu 61,16 - 70,10 m dengan jumlah mata jaring vertikal yaitu 26 - 30 mata.
Jaring yang sudah ada kemudian dirangkaikan menjadi satu unit alat tangkap
insang dasar dengan cara menggunakan tali pelampung dari bahan polyethylene
bernomor 4 dan menyisipkan pada mata jaring tanpa diikat, tali ris atas
bawah yang juga menyisipkan tali pada mata jaring tanpa diikat. Tali pemberat
untuk mengikat pemberat. Pengukuran dimensi jaring insang dasar dapat dilihat
pada Tabel 2.
16
Dari Tabel 2 terlihat bahwa panjang jaring sebelum dibuat alat tangkap
berkisar antara 61,16 - 70,10 m dan kedalaman jaring berkisar antara 2,64 - 3,05
m. Panjang jaring setelah dibuat alat tangkap dipengaruhi oleh pengerutan atau
panjang jaring akan semakin bertambah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sadhori (1984) bahwa ada 2 akibat yang ditimbulkan oleh adanya hanging atau
shortening yaitu panjang jaring akan semakin memendek dan kedalaman jaring
Adapun deskripsi dari jaring insang dasar yang menjadi objek penelitian
B. Tali-temali
Jaring insang pada umumnya ada beberapa tali yang digunakan dalam
proses pembuatan alat tangkap yaitu tali ris atas, tali pelampung, tali ris bawah
dan tali pemberat (martasuganda, 2005). Namun alat tangkap yang digunakan
nelayan pada lokasi penelitian hanya menggunakan tali pelampung, tali ris atas
dan tali pemberat yang di fungsikan sebagai tali ris. Tali ris atas yang digunakan
sebagai tempat mengikat pelampung dan tali pemberat sebagai tempat mengikat
pemberat. Bahan yang digunakan pada tali pelampung, tali ris atas dan tali
pemberat yakni polyethylene, nomor tali yang digunakan untuk tali pelampung
dan tali ris atas yaitu nomor 4 dan untuk tali pemberat memakai nomor 3. Adapun
Secara terperinci bagian-bagian tali pada ke-15 unit gill net dijelaskan
sebagai berikut:
18
1. Tali pelampung
Tali pelampung yang digunakan pada jaring insang dasar yang ada
dilokasi penelitian yaitu terbuat dari bahan polyethylene dengan nomor 4, tali
memasukkan tali kedalam rongga yang ada pada pelampung. Berdasarkan hasil
penelitian panjang tali pelampung berkisar antara 32,76 - 43,24 m. panjang tali
disambung antara piece satu dengan piece lainnya. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Martasuganda, (2005) bahwa bagian tali ris dari mulai ujung badan
Tali ris atas berfungsi sebagai tempat menggantungkan badan jaring. Tali
yang digunakan untuk tali ris atas bahan dan ukurannya sama dengan tali
pelampung, yang berwarna biru dan hijau. Pemasangan tali ris atas dimasukkan
langsung pada badan jaring. Tali ris atas dan tali pelampung memiliki arah
pintalan yang berbeda agar tali tidak terbelit pada saat jaring dioperasikan
(martasuganda, 2005).
bagian atas jaring. Panjang tali pelampung lebih pendek dibanding dengan tali
panjang tali ris atas dibuat lebih pendek dari panjang tali ris bawah yang
2. Tali pemberat
Bahan yang digunakan pada tali pemberat sama dengan bahan yang
digunakan pada tali pelampung tetapi dengan diameter yang lebih kecil. Tali
cara memasukkan tali pada jaring tanpa diikat. Panjang tali pemberat berkisar
mulai ujuang badan jaring. Hal ini sesuai dengan pernyataan Martasuganda
(2005), bahwa yang dipakai untuk tali pelampung dapat sama dengan bahan
yang dipakai pada tali pemberaat, dan panjang tali dari mulai ujung badan jaring
jaring yang digunakan oleh nelayan di daerah ini umumnya memiliki ukuran dan
bahan yang sama dengan nelayan yang lainnya, karena nelayan sudah tidak lagi
membuat jaring sendiri melainkan menggunakan jaring yang di beli dari toko.
(monofilament) dengan nomor 40, berwarna bening dengan ukuran mata jaring 4
inci. Jumlah mata secara horizontal pada bagian atas yaitu berkisar antara 602 -
690 mata dan pada bagian bawah berkisar antara 600 - 688 mata. Sedangkan
Ukuran mata jaring yang digunakan pada jaring insang dasar dipakai
dan lebar ikan hasil tangkapan. Dimensi jaring yang digunakan pada daerah
Tabel 4. Hasil pengamatan dimensi jaring yang digunakan ke-15 unit gill net.
Dimensi jaring
Alat
Material Pjg. Bagian atas Pjg. Bagian bawah
tangkap
(m) (m)
1. polyamide 36,90 38,00
2. Polyamide 35,26 35,67
3. Polyamide 36,12 37,00
4. Polyamide 32,76 33,62
5. Polyamide 41,76 41,80
6. Polyamide 42,30 42,78
7. Polyamide 43,24 42,93
8. Polyamide 39,56 40,74
9. Polyamide 41,76 42,75
10. Polyamide 34,85 35,64
11. Polyamide 40,42 41,31
12. Polyamide 38,25 38,25
13. Polyamide 38,64 36,80
14. Polyamide 38,64 37,60
15. Polyamide 36,96 35,72
Rata-rata 38,52 38,71
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa dari ke-15 unit jaring yang
jaring bagian atas berkisar antara 32,76 - 43,24 m, dan panjang jaring bagian
bawah berkisar antara 33,62 42,93 m. Sedangkan tinggi jaring berkisar antara
2,12 2,46 m setelah dibuat alat tangkap. Dari hasil pengukuran dimensi
panjang jaring di atas terdapat perbedaan kisaran panjang jaring bagian atas dan
bagian bawah. Panjang jaring bagian bawah memiliki ukuran yang lebih panjang
dibandingkan pada bagian atas. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya nilai
pengerutan (shortening) yang diberikan, nilai pengerutan pada bagian atas dibuat
lebih besar dibandingkan pada bagian bagian bawah sehingga jaring bagian
bawah ukurannya lebih panjang dibandingkan bagian atas dengan tujuan agar
perarain. Hal tersebut juga berpengaruh besar terhadap bentangan jaring bagian
bawah pada saat dilakukan penarikan terhadap alat tangkap. Jaring yang
C. Pelampung
Jenis pelampung yang digunakan pada alat tangkap terdiri atas dua jenis
1. Pelampung tanda
Pelampung ini berfungsi sebagai tanda dimana posisi jaring dipasang. Ketinggian
beberapa bahan yaitu bambu dan gabus yang didesain dengan bentuk tertentu
dan diatasnya diberi lampu-lampu agar dapat diidentifikasi letaknya pada saat
2. Pelampung utama
menyerap air yaitu polyvynil chloride (PVC) berbentuk silinder yang memiliki
kisaran panjang antara 8,5 - 9 cm dan berat berkisar antara 10,00 - 20,67 gram.
Pelampung ini dipasang pada tali ris atas dengan tujuan memberikan daya apung
pada alat tangkap. Pelampung dipasang pada tali pelampung dengan cara
memasukan tali pelampung pada lubang yang terdapat pada pelampung. Hasil
pengukuran pelampung pada ke-15 unit gill net dapat dilihat pada Tabel 5.
Dimensi pengukuran
Jumlah
Alat Jarak antar Jumlah
tangkap mata antar
Bahan Bentuk pelampung pelampung
pelampung
(cm) (buah)
(mata)
1. polyvynil chloride silinder 90 15 42
2. polyvynil chloride silinder 86 15 42
3. polyvynil chloride silinder 84 14 44
4. polyvynil chloride silinder 84 17 40
5. polyvynil chloride silinder 87 14 49
6. polyvynil chloride silinder 90 14 48
7. polyvynil chloride silinder 92 14 48
8. polyvynil chloride silinder 92 16 44
9. polyvynil chloride silinder 87 14 49
10. polyvynil chloride silinder 85 16 42
11. polyvynil chloride silinder 86 14 48
12. polyvynil chloride silinder 84 15 47
13. polyvynil chloride silinder 84 14 47
14. polyvynil chloride silinder 84 14 47
15. polyvynil chloride silinder 84 14 45
Rata-rata 86 15 45
pelampung jaring ke-15 unit alat tangkap yaitu pelampung umumnya terbuat dari
digunakan pada ke-15 unit alat tangkap berkisar antara 40 49 buah. Jarak
satu unit alat tangkap sebagian besar memiliki jumlah mata yang sama namun
ada beberapa jumlah mata yang lebihkan dari satu pelampung ke pelampung
yang lain, hal ini tergantung pada jumlah pelampung yang memungkinkan jumlah
(2005), jumlah, berat jenis dan volume pelampung yang dipakai dalam satu piece
akan menetukan besar kecil daya apung (buoyancy). Besar kecilnya daya apung
yang terpasang pada satu piece akan sangat berpengaruh terhadap baik
digunakan pada jaring insang dasar dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.
D. Pemberat
24
Pemberat yang digunakan pada alat tangkap terbuat dari bahan timah
pada jaring dan mengimbangi daya apung yang diberikan oleh pelampung.
Pemberat dipasang pada tali ris bawah dengan cara pemberat yang berbentuk
yang digunakan pada jaring insang dasar dan pemasangan pemberat dapat
Dimensi pengukuran
Jumlah
Alat Jarak antar Jumlah
mata antar
tangkap Bahan Bentuk pemberat pemberat
pemberat
(cm) (buah)
(mata)
1. Timah Plat 50 8 78
2. Timah Plat 41 7 89
3. Timah Plat 50 8 76
4. Timah Plat 41 8 84
5. Timah Plat 44 7 97
6. Timah Plat 46 7 95
7. Timah Plat 53 8 83
8. Timah Plat 42 7 99
9. Timah Plat 45 7 97
10. Timah Plat 44 8 84
11. Timah Plat 51 8 83
12. Timah Plat 45 8 87
13. Timah Plat 46 8 81
14. Timah Plat 47 8 82
15. Timah Plat 47 8 78
Rata-rata 46 8 86
pemberat jaring ke-15 unit alat tangkap yaitu pemberat umumnya terbuat dari
bahan timah berbentuk plat dengan jumlah pemberat yag digunakan pada ke-15
unit alat tangkap berkisar antara 76 99 buah. Jarak antara pemberat berkisar
Jumlah mata antar pemberat dalam satu unit alat tangkap sebagian besar
memiliki jumlah mata yang sama namun ada beberapa jumlah mata yang
ukuran, bentuk dan daya tengggelam dari pemberat biasanya antara satu
E. Kapal Penangkapan
Pada umumnya kapal yang digunakan pada jaring insang dasar di Desa
Sanjai Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai berbahan dasar kayu. Kapal
26
dengan fungsi rencana operasi (Fyson, 1985). Kapal ini menggunakan dua buah
mesin yaitu mesin pembantu bermerek Honda dengan kekuatan mesin 5,5 PK
dan mesin utama bermerek Calling, Campa dan Candong dengan kekuatan
mesin 24 PK.
dasar ke-15 unit memiliki panjang kapal (L) berkisar antara 10 14 m, lebar (B)
berkisar antara 1,20 1,82 m dan tinggi (D) berkisar antara 0,49 0,90 m. Untuk
ukuran kamar pada setiap kapal meiliki panjang (L) yang berkisar anatara 2,50
7,00 m, lebar (B) berkisar antara 0,90 1,64 m dan untuk tinggi (D) berkisar
antara 0,40 1,00 m. Ukuran kapal yang digunakan untuk pengoperasian jaring
F. Metode pengoperasian
1. Persiapan
dasar dilakukan oleh dua orang nelayan dan beroperasi di sore hari pada jam 4
sampai malam hari sekitar jam 10. Persiapan yang dilakukan nelayan sebelum
seperti pengisian bahan bakar bensin, ember untuk menyimpan hasil tangkapan,
dan kebutuhan individu nelayan yaitu rokok dan air minum. Setelah semua
persiapan selesai maka kapal siap berangkat menuju fishing ground. Jarak dari
fishing base ke fishing ground jauh. Lama waktu yang dibutuhkan untuk tiba di
fishing ground 1 jam. Pada pengoperasian jaring insang dasar oleh nelayan di
Desa Sanjai ini untuk menentukan daerah penangkapan nelayan melihat tanda-
tanda alam. Perjalanan menuju fishing ground dapat dilihat pada Gambar 9.
28
1) Setting
lampu pada pelampung tanda yang memiliki bendera yang terbuat dari kain
berwarna hitam, setelah itu nelayan mematikan mesin utama dan menyalakan
dan talinya (Gambar 10) disusul dengan pemberat dan selanjutnya perlahan
diturunkan badan jaring (Gambar 11) dengan cara diulur menggunakan tangan
sambil kapal terus bergerak bantuan mesin bantu kecepatan rendah. Proses
setting dilakukan dengan memotong arah arus secara horizontal. Setelah badan
tanda kedua. Proses ini berlangsung dalam waktu 1 jam dan dilakukan pada
bagian sisi kanan kapal. Setelah seluruh jaring diturunkan mesin bantu
istirahat. Sketsa jaring insang dasar di dalam perairan dapat di lihat pada
Gambar 12.
29
kembali mesin penggerak untuk mencari tempat beristirahat dan menunggu ikan
terjerat pada jaring nelayan. Biasanya nelayan mengisi waktu istirahat dengan
membersikan perahu dan memperbaiki mesin utama dan mesin pembantu yang
digunakan. Waktu yang dibutuhakan nelayan jaring insang dasar yaitu 2-3 jam
dilakukan pada malam hari dengan atau tanpa alat bantu cahaya. Untuk jaring
cara menarik pelampung tanda keatas kapal yang diikuti dengan penarikan jaring
sampai seluruh jaring berada diatas kapal. Pada proses hauling ini, jika arus
perairan tidak kuat maka ikan yang terjerat pada jaring dapat langsung di lepas
dari jaring. Tetapi jika arus sangat kuat dan ikannya susah lepas dari jaring maka
melepaskan ikan jika kapal sudah bersandar di fishing base, hal ini dilakukan
demi keselamatan nelayan. Proses penarikan jaring dan pelepasan ikan dari
1. Shortening
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai shortening dari ke-15 alat
tangkap yang di operasikan di lokasi penelitian yaitu shortening pada bagian atas
hasil tersebut jaring insang dasar dalam penelitian, ikan tertangkap secara
terbelit (entangled). Hal ini sesuai dengan pendapat Ayodhyoa (1981) bahwa
pada gill net shortening ini lebih berpengaruh pada catch, untuk gill net yang
untuk yang tertangkapnya ikan secara entangled maka nilai shortening bergerak
pada bagian bawah agar ukuran alat tangkap pada bagian bawah menjadi lebih
32
panjang dibanding bagian atas, dengan tujuan agar posisi alat tangkapan pada
Martasuganda (2005), nilai pengerutan pada tali ris atas sebaiknya nilainya
sedikit lebih besar dari pada nilai pengerutan pada tali ris bawah, dengan tujuan
agar posisi jaring sewaktu dioperasikan dapat terentang dengan baik di dalam
perairan.
2. Tinggi jaring
Tinggi jaring adalah jarak antar float line dan sinker line pada saat jaring
terpasang di perairan dengan satuan meter. Nilai kedalaman jaring dapat dilihat
pada Tabel 9.
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa dari ke15 unit alat tangkap yang
variasi nilai tinggi jaring pada ke-15 unit alat tangkap di pengarui oleh besarnya
nilai shortening pada jaring. Semakin besar nilai pengerutan maka semakin
besar pula tinggi jaring. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nomura dan Yamazaki
jaring (d), semakin besar shortening maka nilai (d) juga akan semakin besar.
Begitupula pernyataan Sadhori (1984) bahwa ada dua akibat yang ditimbulkan
oleh adanya shortening yaitu panjang jaring akan semakin memendek dan
tangkap dengan menggunakan formula Fridman (1986), diperoleh berat total alat
tangkap dalam satu piece berkisar antara 2,020 3,110 kg. Dimana berat pada
bagian jaring berkisar antara 0,383 0,446 kg. Pada bagian tali pelampung
berkisar antara 0,230 0,304 kg. Pada bagian tali pemberat berkisar antara
0,421 0,538 kg. Pada bagian pelampung berkisar antara 0,490 0,868 kg.
34
Pada bagian pemberat berkisar antara 0,346 1,530 kg. Dari nilai tersebut dapat
dilihat bahwa berat pemberat jauh lebih besar dibandingkan dengan berat
dari jaring dan penggunaan pelampung berguna untuk mengimbangi gaya yang
Nilai TSA untuk setiap jaring insang dasar mempunyai nilai yang berbeda
karena panjang jaring mempunyai ukuran berbeda pula seperti jumlah mata
jaring secara horizontal bagian atas dan bawah jaring. Berdasarkan hasil
perhitungan, luas permukaan benang (TSA) alat tangkap jaring insang dasar
(2009), maka diketahui luas permukaan benang pada ke-15 unit jaring insang
dasar berkisar antara 0,0113 - 0,0133 m2 . Dari nilai TSA yang diperoleh maka
35
jaring insang dasar pada saat dioperasikan memungkinkan akan terseret arus
cukup jauh. Hal ini sesuai dengan pendapat Najamuddin (2012), bahwa semakin
besar nilai TSA maka semakin kecil kemungkinan jaring akan terseret arus
Sehingga semakin kecil nilai TSA, semakin menurunkan efektifitas kinerja alat
tangkap.
Pada alat tangkap gill net ini ada dua buah gaya yang bekerja yaitu gaya
apung dan gaya tenggelam, gaya apung dan gaya tenggelam timbul akibat
perbedaan berat jenis bahan pembentuk alat tangkap dengan berat jenis air laut.
Perbedaan gaya apung dan gaya tenggelam ini menentukan kedudukan alat
tangkap dalam perairan. Besarnya gaya apung dan gaya tenggelam pada setiap
(1986), maka diketahui gaya apung pada ke-15 unit jaring insang dasar berkisar
antara 3,3409 5,8905 kg. Dimana gaya apung pada bagian tali pemberat
berkisar antara 0,0173 - 0,0096 kg, gaya apung tali pelampung berkisar antar
0,0221 - 0,0126 kg dan gaya apung untuk pelampung berkisar antara 3,3071 -
5,8619 kg.
(1986), maka diketahui gaya tenggelam pada ke-15 unit jaring insang dasar
berkisar antara 0,3639 - 0,0470 kg. Dimana gaya tenggelam pada bagian
pemberat berkisar antara 0,3150 - 1,4439 kg dan gaya tenggelam pada bagian
Rasio ukuran kapal dan kapasitas kapal yang digunakan untuk jaring
Tabel 14. Rasio ukuran kapal dan kapasitas kapal yang digunakan
Pada tabel 14 dapat dilihat bahwa kapasitas kapal yang digunakan untuk
jaring insang dasar berkisar antara 2,14 - 5,06 GT. Kapal ini menggunakan dua
buah mesin yaitu mesin utama yang bermerek Calling dengan kekuatan 24 PK
dan mesin pembantu merk Honda dengan kekuatan 5,5 PK. Berdasarkan hasil
perhitungan rasio ukuran kapal untuk nilai L/B berkisar antara 6,25 11,42, L/D
berkisar antara 12,50/25,92 dan B/D berkisar antara 1,33 -3,27. Menurut
Pasaribu dkk (2010) untuk nilai L/B minimun 3,86 dan maksimum 5,59 sehingga
antara panjang dan lebar kapal dapat dikatan proposional untuk kapal gillnet,
nilai L/D minimun 8,53 dan maksimum 13,11 sehingga dapat dikatan proposional
dan untuk nilai B/D nilai minimun 1,81 dan nilai maksimum 3,12 sehingga dapat
dikatakan keistabilitasan kapal cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa masih
banyak kapal gillnet yang beroperasi di Desa Sanjai yang tidak memenui
persyaratan. Menurut Iskandar (1990) agar dapat beroperasi dengan lincah maka
diperlukan nilai (L) yang besar, nilai (B) yang sedang serta nilai (D) yang kecil
1. Panjang cagak
Dari penelitian yang telah dilakukan panjang cagak hasil tangkapan jaring
1000
800
Frekuensi (ekor)
600
400
200
0
21-23 24-26 27-29 30-32
kisaran panjang cagak ikan (cm)
pengamatan, ukuran panjang cagak ikan yang tertangkap pada jaring insang
panjang ikan yang paling banyak tertangkap selama 15 trip yaitu berada pada
kisaran 30 32 cm.
2. Lebar badan
1000
800
Frekuensi (ekor)
600
400
200
0
11 -11.9 12-12.9 13-13.9 14-14.9 15-15.9
kisaran lebar badan ikan (cm)
Gambar 15. Ukuran lebar badan pada ikan kuwe yang tertangkap
pada jaring insang.
39
Pada Gambar 15 lebar ikan yang tertangkap pada jaring insang dasar
yang beroperasi di Desa Sanjai berkisar antara 11-15,9 cm. Ukuran panjang ikan
yang paling banyak tertangkap selama 15 trip yaitu berada pada kisaran 12-12,9
A. Kesimpulan
disimpulkan bahwa:
1. Desain jaring insang dasar memiliki ukuran panjang 32,76 43,24 m dan
tinggi jaring 2,64 3,05 m pada setiap piece yang terbuat dari polyamide
monofilament, dengan mesh size 10,16 cm. tali pelampung , tali ris atas
bahan polyvinyl chloride (PVC) dan pemberat terbuat dari timah. Diperoleh
total alat tangkap 2,115 3,203 kg, luas penampang benang 0,1351
0,1568 m2, gaya apung 3,3441 5,8962 kg dan untuk gaya tenggelam
2. Jaring insang dasar dengan mesh size 4 inci akan menangkap ikan kuwe
badan berkisar antara 11 - 15,9 cm, ikan kuwe lebih banyak tertangkap
B. Saran
jaring insang yang ada di Desa sanjai dengan ukuran mata jaring yang berbeda
DAFTAR PUSTAKA
Affandy, A. 2010. Studi Rancang Bangun Jaring Insang Hanyut Ikan Terbang Di
Perairan Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar Sulawesi
Selatan. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Jurusan
Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Basri, H. 2009. Pengaruh Kecepatan Arus Terhadap Tampilan Gillnet : Uji Coba
Di Flume Tank. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Ilmu Kealautan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Barita, S.S, Ambunan, Fauziah dan Agustriani. 2010. Jurnal Selektivitas Drift
Gillnet pada Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Di Perairan
Belawan Pantai Timur Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara. Jurusan
Ilmu Kelautan FMIPA, Universitas Sriwijaya, Indralaya, Indonesia.
Dinas Kelutan Dan Perikanan Provensi Sulawesi Selatan, 2007. Laporan Statistik
Perikanan Sulawesi Selatan. Makassar.
Dinas Kelutan dan Perikanan Provensi Sulawesi Selatan, 2013. Laporan Statistik
Perikanan Sulawesi Selatan. Makassar.
Fyson, J. 1985. Desigen Of Small Fishing Vessels. Fishing New Book, England.
Husnandar. 2013. Serta Studi Kontruksi Jaring Insang Ikan Air Tawar Di Sungai
Walennae Kec. Liliriaja Kab. Soppeng Sulawesi Selatan. Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Miranti. 2007. Perikanan Gillnet Dipelabuhan Ratu: Kajian Teknis dan Tingkat
Kesejahteraan Nelayan Pemilik. Skripsi. Departemen Pemanfaatan
Sumbedaya Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Najamuddin, 2012. Buku Rancang Bangun Alat Penangkapan Ikan. Arus Timur,
Makassar.
Najamuddin, M. Palo dan A. Affandy. 2011. Rancang Bangun Jaring Insang Ikan
Terbang di Perairan Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Ruslan. 2012. Studi Kontruksi Jaring Insang Hanyut Ikan Terbang Di Desa
Rangas Kabupaten Majene Sulawesi Barat. Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Subani, W. and H. R. Barus . 1989. Fishing Gear For Maritine Fish and Shrip in
Indonesia. Jurnal of Marine Fisheries Reearch. Jakarta.
Walus, S. 2001. Studi Selektivitas Jaring Insang Hanyut Terhadap Ikan Cakalang
(Katsuwonus Pelamis) Di Perairan Pelabuhan Ratulangi. Program Studi
43
N
45
Lampiran 1. Data hasil pengukuran dimensi tali-temali pada ke-15 unit gill net
yang dioperasikan di perairan kabupaten Sinjai.
Dimana:
S = shortening (%)
L = panjang jaring kea rah horizontal (panjang jaring sebelum di tata) (m)
Diketahui :
Ditanyakan : shortening = ?
- Pelampung
L = (15 x 41 ) 10.16 I = 90 x 41
= 62,48 m = 39,48 m
LI
S (%) =
X 100 %
62.4836,90
= x 100 %
62,48
25,58
= x 100 %
62,48
= 0.41 x100 %
48
= 41 %
- Pemberat
L = (8 x 77 ) 10,16 I = 50 x 77
= 62,59 m = 38,00 m
LI
S (%) =
X 100 %
62,59 38,00
= x 100 %
62,59
24,59
= x 100 %
62,59
= 0.39 x100 %
= 39 %
2. Tinggi jaring
d = m x n 2 S S2
Dimana :
S = shortening
Diketahui :
Shortening = 0,368
Penyelesaian :
d = m x n 2 S S2
49
= 284,48 0,65
= 284,48 x 0,81
= 229,58 cm
= 2,30 m
3. Perhitungan berat
a. Berat jaring
Wn = Ey.Lo.Mn.R-tex.106
Dimana :
Wn = berat jaring
Ey = Faktor koreksi
Lo = Panjang jaring
Mn = Kedalaman
Diketahui :
Kedalaman = 28 mata
Wn = Ey.Lo.Mn.R-tex.106
= 39,724 g
= 0.397 kg
- Tali pelampung
= 259,04 g
= 0,259 kg
- Tali pemberat
= 470,06 g
= 0,470 kg
= 42 x 13.80 g
= 579,60 g
= 0,580 kg
= 78 x 9.46 g
= 737,49 g
= 0,737 kg
= 2,443 kg
+
( 2 ) 2( )
=
1000000
51
Dimana:
Diketahui :
Jumlah mata jaring pada bagian atas panel (N) = 615 mata
Penyelesaian :
N+n
2
x H x 2(a x d)
TSA =
1000000
615+616
2
x 28 x 2(10,16 x 0,4)
=
1000000
615,5 X 28 X 2(4,064)
=
1000000
140077,952
=
1000000
= 0,1401 m2
Dimana:
a. Gaya apung
tali pemberat
W = 0,47 (1/0,96-1)
= 0,47 (0,0417)
= 0,0196 kg
Tali pelampung
W = 0,259 (1/0,96-1)
= 0,259 (0,0416)
= 0,0108 kg
Pelampung
W = 0,5796 (1/0,129-1)
= 0,5796 (6,7519)
= 3,9134 kg
= 3,9438 kg
b. Gaya tenngelam
Pemberat
W = 0,7375 (1-1/11,3)
= 0,7375 (0,9115)
53
= 0,6722 kg
Jaring
W = 0,3972 (1-1/1,14)
= 0,3972 (0,1228)
= 0,0488 kg
F = 0,6722 + 0,0488
= 0,7210 kg
GT= (a + b) x 0.353
Dimana:
a=LxBxD
= 3 x 1,20 x 0,40
= 1,44
b=LXBXD
= 4.62
b=LxBxD
= 3 x 1,20 x 0,40
= 1,44
GT = (a + b) x 0,353
= 6, 06 x 0,353 = 2,14 GT
54