Bab Ii PDF
Bab Ii PDF
TINJAUAN PUSTAKA
1. Referensi Penelitian
Penelitian terdahulu yang menjadi acuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tahun
Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
Indonesia memiliki potensi bencana
gempa yang tinggi.
Kerusakan akibat gempa banyak di
bangunan sederhana.
Dinding bata merupakan elemen
penyusun bangunan sederhana.
Studi Pengaruh
Redha Proses desain masih menganggap dinding
Kekuatan dan
Sadhu bata sebagai beban merata.
2012 Kekakuan Dinding
Leksono,
Bata Pada Bangunan Pada studi ini, dinding dianggap sebagai
et al. bracing tekan.
Bertingkat
Melalui analisis pushover, didapat
kesimpulan bahwa kekakuan dinding bata
mempengaruhi kinerja struktur.
Semakin tinggi struktur, semakin besar
pengaruh kekakuan dinding kepada
kinerja struktur.
II-1
Pada perencanaan struktur, dinding
masih sering dianggap hanya sebagai
beban.
Observasi lapangan di SumBar
menemukan bukti struktur beton dengan
dinding bata yang lebih tahan terhadap
gempa daripada struktur tanpa dinding
Studi Eksperimental bata.
Tentang Pengaruh
Terjadi 4 efek buruk akibat adanya
Ukuran Bata Merah
Jafril dinding bata pada ketahanan struktur,
Sebagai Dinding
Tanjung, 2015 yaitu: soft story, kolom pendek, torsi,
Pengisi Terhadap
et al. dan keruntuhan dinding out of plane.
Ketahanan Lateral
Pada gempa sedang, dinding bata
Struktur Beton
berkontribusi terhadap ketahanan
Bertulang
struktur beton.
Dinding bata mengubah pola transfer
beban dari sistem portal menjadi rangka
batang.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
semakin besar ukuran bata
meningkatkan ketahanan struktur.
II-2
Permintaan estetik sering menimbulkan
struktur dengan bentuk iregular dan
menghasilkan ketidakberaturan struktur.
Objek penelitian adalah struktur 10
lantai monosimetris dengan sisi-sisi
perimeter nonparalel dan memiliki
ketidakberaturan torsi berlebihan.
Ada 3 pemodelan gedung, yaitu:
torsionally restrained, semi-torsionally
Evaluasi Kinerja restrained, dan torsionally unrestrained.
Bambang Seismik Struktur Prosedur desain yang dilakukan adalah
Budiono, Gedung Asimetris response spectrum analysis dan linear
Ricky 2013 Dengan Dinding time history analysis yang dieksitasi
Parulian Geser Nonparalel oleh gempa kuat dengan prosedur
Malau. Sebagai Sistem nonlinear time history analysis.
Pengekangan Torsi Hasil analisis menunjukkan bahwa
struktur TR paling memenuhi syarat
evaluasi berbasis kinerja yang dilakukan
di percobaan. Model Semi-TR memiliki
batasan hanya boleh dianalisis dengan
metode LTHA. Model TU tidak
dianjurkan sama sekali. Khusus untuk
model Semi-TR dan TU, pengujian
dengan metode pushover tidak bisa
dilakukan.
Objek penelitian adalah bangunan hotel
7 lantai. Hotel ini merupakan struktur
beton bertulang dengan dinding pengisi
bata.
Lokasi bangunan terkena gempa 7,6 SR
dan masuk ke dalam area dengan
dampak kerusakan terparah.
Bangunan hotel rusak parah terutama
Kerusakan Bangunan bagian tengah (area lift). Denah
Febrin
Hotel Bumi Minang asimetris bangunan menimbulkan
Anas
2011 Akibat Gempa konsentrasi tegangan di tengah
Ismail, et
Padang 30 September bangunan dan memperparah kerusakan.
al.
2009 Melalui simulasi, didapat data bahwa
kapasitas kolom lebih kecil
dibandingkan beban kerjanya. Selain itu,
dinding geser pada bangunan ternyata
memberikan pengaruh signifikan
terhadap kekuatan struktur.
Dinding geser mengurangi besar beban
kerja (untuk struktur tengah) dan
memperkecil gaya dalam (untuk struktur
II-3
bagian lainnya).
Jurnal ini melakukan studi
eksperimental mengenai bagaimana
Zhao Analisis Mode keruntuhan dinding bata akibat gaya
Huihui, Keruntuhan Dinding vertikal.
2012
Zhang Partisi Bata Akibat Analisis dari studi eksperimental ini
Wenfang. Gaya Tekan Vertikal menggunakan software ABAQUS.
Hasil eksperimen ini dibandingkan
dengan hasil perhitungan rumus.
Perilaku terhadap beban geser dari
dinding bata merupakan topik penelitian
yang sedang banyak dilakukan.
Jurnal ini mengevaluasi hasil dari
analisis dinding bata tak diperkuat
melalui metode micro-finite element
Analisis Non Linear
A.A. modeling.
Dinding Bata Tanpa
Akbarzade Dasar asumsinya adalah batu bata,
2010 Perkuatan Dengan
M., A.A. mortar, dan permukaan keduanya adalah
Model Keruntuhan
Tasnimi. elemen-elemen yang saling terpisah.
Plastis
Hasil pemodelan ini dibandingkan
dengan hasil analisis numerik.
Pemodelan yang dipilih ternyata bisa
untuk digunakan sebagai penilai respon
dari dinding bata akibat beban vertikal
dan horizontal.
Jurnal ini memaparkan eksperimen dan
analisis terdahulu mengenai kapasitas
deformasi dinding bata tak diperkuat.
Ada tiga metode pendekatan
perhitungan yang untuk masonry
structure, yaitu micro-modelling,
Kapasitas Deformasi macro-modelling, dan macro-element
Amir
Dinding Bata Tanpa discretization.
Hosein
2013 Perkuatan Yang Tujuan jurnal ini adalah menemukan
Salmanpo
Dikenai Beban In- batas kapasitas deformasi dinding bata
ur, et al,
Plane. tak diperkuat sebagai parameter penting
di dalam desain struktur tahan gempa.
Hasil eksperimen menunjukan belum
ada trend yang bisa disimpulkan.
Diperlukan model mekanis yang
reliable untuk mendeskripsikan perilaku
deformasi dari struktur masonri.
II-4
1) FEMA 273/1997 yang menyatakan bahwa seluruh dinding partisi bata terisolasi
bangunan gedung.
3) SNI 1726:2012 sebagai panduan tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk
Tinjauan Teori
Sesuai SNI 2847:2013 pasal 9.3, faktor reduksi kekuatan () ditentukan sebagai berikut:
Untuk penampang dimana regangan tarik neto pada baja tarik terjauh pada kuat
nominal (t) adalah antara batasan-batasan untuk penampang terkontrol tekan dan
terkontrol tarik, boleh secara linear ditingkatkan dari nilai untuk penampang
melampaui 420 MPa, dengan tulangan simetris, dan dengan (d-d)/h tidak kurang
dari 0,70, maka nilai boleh ditingkatkan secara linear menjadi 0,90 seiring dengan
II-5
5) Geser dan torsi................................................................................... 0,85
Berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 10.2 dalam merencanakan komponen struktur terhadap
beban lentur atau aksial atau kombinasi dari keduanya, asumsi yang digunakan adalah:
dengan regangan baja ( s) sedangkan tegangan tulangan yang bernilai lebih dari f y
5) Hubungan antara distribusi tegangan tekan beton dengan regangan beton berbentuk
persegi.
Analisis Beban
1) Beban mati, merupakan beban yang bekerja secara konstan kepada struktur. Terdiri
dari:
b) Beban mati yang ditahan penampang seperti dinding partisi bata, pasangan
II-6
3) Beban gempa, merupakan beban yang terjadi pada struktur akibat bergesernya
lempeng bumi. Perencanaan struktur tahan gempa diatur di dalam SNI 1726:2012
dengan melalui tiga metode analisis (gaya lateral ekivalen, ragam spektrum respon,
dan prosedur riwayat respon seismik). Penentuan metode analisis yang dapat
a) Kategori risiko bangunan ditentukan dari SNI 1726:2012 pasal 4.1.2 sesuai
tabel berikut:
II-7
b) Faktor keutamaan gempa ditentukan dari SNI 1726:2012 pasal 4.1.2 sesuai
c) Kategori desain seismik ditentukan dari SNI 1726:2012 pasal 6.5 sesuai dengan
tabel berikut:
II-8
d) Parameter respons percepatan pada perioda pendek (SDS) dan perioda 1 detik
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/.
e) Klasifikasi situs ditentukan dari SNI 1726:2012 pasal 5.3 sesuai dengan tabel
berikut:
f) Koefisien modifikasi respons (R) ditentukan dari SNI 1726:2012 pasal 7.2.2
tabel 9.
II-9
Kombinasi Pembebanan
Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 4.2.2 tentang kombinasi beban untuk metode ultimit,
1) 1,4D
5) (1,2 + 0,2SDS)D + QE + L
6) 0,9D + 1,0W
PENGECUALIAN Faktor beban untuk L pada kombinasi 3, 4, dan 5 boleh diambil sama
dengan 0,5 kecuali untuk ruangan garasi, ruangan pertemuan, dan semua ruangan yang nilai
beban hidupnya lebih besar daripada 500 kg/m2. Bila beban air (F) bekerja pada struktur, maka
keberadaannya harus diperhitungkan dengan nilai faktor beban yang sama dengan faktor beban
untuk beban mati (D) pada kombinasi 1 hingga 5 dan 7. Bila beban tanah (H) bekerja pada
utama, maka perhitungkan pengaruh H dengan faktor beban = 0,9 (jika bebannya
II-10
Pengaruh yang paling menentukan dari beban-beban angin dan seismik harus ditinjau,
Analisis Pushover adalah metode analisis dengan cara membebani struktur dengan beban
yang meningkat secara bertahap sebagai wakil dari gaya yang diterima oleh struktur ketika
terjadi gempa bumi. Peningkatan beban struktur ini dilakukan sampai struktur tidak lagi mampu
menahan beban. Metode analisis ini bertujuan mencari batas gaya dan deformasi maksimum dari
Analisis Pushover akan menghasilkan kurva kapasitas yang menunjukkan hubungan antara
gaya geser dasar (base shear) dan simpangan atap (roof displacement). Wiryanto Dewobroto
(2006) menyatakan tiga hal yang menjadi keterbatasan metode Analisis Pushover, yaitu:
ketidakakuratan metode ini adalah sifat pembebanan metode ini yang statik
2) Pemilihan pola beban lateral yang digunakan dalam analisa sangat krusial.
II-11
3) Membuat model analisis non-linier akan lebih rumit dibandingkan dengan model
Hasil kurva kapasitas dari Analisis Pushover akan diolah dengan Capacity Spectrum
Method (CSM). Untuk menggunakan metode ini, kurva kapasitas harus dikonversi dengan
memasukkan nilai gaya geser dasar dan displacement atap bangunan pada spectrum kapasitas
Persamaan yang digunakan untuk mengkonversi kurva kapasitas, berdasarkan persamaan yang
disusun oleh Freeman et al. (1975) dan Freeman (1978) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
II-12
wi/g = beban massa pada lantai ke i.
Sa = percepatan spektra
Sd = perpindahan spektra
Kurva Pushover akan terpengaruh oleh pola distribusi gaya lateral yang digunakan sebagai
gaya dorong. Ketika telah mencapai kondisi kritis (batas gaya dan defleksi maksimum struktur),
maka selanjutnya dianalisis bagian-bagian yang perlu pendetilan yang lebih spesifik.
Batasan simpangan antar lantai struktur () tidak boleh melebihi simpangan izin (a)
Base shear dari suatu bangunan adalah fungsi dari massa (m) dan kekakuan (k) dari tiap
lantainya. Base shear menyebabkan tiap lantai mengalami simpangan (displacement) dari
kedudukan semula. Saat suatu bangunan terkena gaya gempa, bangunan tersebut akan merespon
dengan gaya-gaya dalamnya. Selama gaya-gaya dalam tersebut di dalam kemampuan bangunan,
II-13
maka bangunan akan bersifat elastis. Ketika kondisi elastis terlampaui, ada dua kemungkinan
Saat suatu bangunan/struktur menerima beban gempa, pada kondisi tertentu akan
menyebabkan terjadinya sendi plastis. Ini merupakan bentuk ketidakmampuan struktur menahan
gaya yang terjadi. Dasar konsep perencanaan struktur adalah strong column-weak beam yang
artinya diharapkan ketika struktur runtuh, yang mengalami keruntuhan pertama adalah balok,
baru kemudian kolomnya. Pada penelitian ini, untuk mengetahui posisi sendi plastis akan dibantu
Untuk perencanaan dinding partisi, persamaan yang digunakan (diambil dari FEMA 273
Keterangan:
II-14
Icol = momen inersia kolom
II-15