Anda di halaman 1dari 18

FORM PENILAIAN RUMAH SEHAT

HasilPenilaian
Variabel Penilaian Nilai (Nilai X Bobot)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
I. Keadaan Rumah (Bobot = 31)
1. Jendela
a. Ada, difungsikan dengan baik 2 62 62 62 62 62 62 62 62 62
b. Ada, tidak difungsikan 1 31
c. Tidak Ada 0
2. Ventilasi
a. Ada, Memenuhi Syarat 2 62 62
Luas lubang ventilasi minimal
10 % dari luas lantai
b. Ada, Tidak Memenuhi Syarat 1 31 31 31 31 31 31 31 31
Luas lubang < 10% dari luas
lantai.
c. Tidak Ada 0
3. Pencahayaan
a. Ada (cahaya alami = 60 - 120 lux, 2 62 62 62 62 62 62 62 62
cahaya buatan = min 150 lux), dapat
menerangi seluruh bagian ruangan
ruangan dan tidak menyilaukan
b. Ada, Tidak Memenuhi Syarat 1 31 31
c. Tidak Ada 0
4. Lubang Asap Dapur
a. Ada, memiliki tempat 2 62
pembuangan asap atau ventilasi
untuk penyaluran asap pada saat
memasak didapur.
b. Ada, tidak dapat menyalurkan 1 31 31 31 31 31 31 31 31
asap
c. Tidak Ada 0 0
5. Tidak Padat Penghuni
a. Ada, Memenuhi Syarat 8 m2 2 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62
tidak lebih untuk 2 orang untuk
kamar
b. Ada, Tidak Memenuhi Syarat 1

c. Tidak Ada 0
HasilPenilaian
Variabel Penilaian Nilai (Nilai X Bobot)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6. Konstruksi Rumah
a. Permanen : 124 124 124 124 124 124 124 124 124
Langit-langit : ada, bersih dan 8
tidak rawan kecelakaan.(2)
Dinding : tembok, pasangan
batu bata atau batu yang di
plester, papan kedap air.(3)
Lantai :
diplester/ubin/keramik/papan/ru
mah panggung (3)
b. Semi permanen : 5 62
Langit langit : ada, kotor,
dan rawan kecelakaan (1)
Dinding : setengah tembok /
pasangan bata atau batu
yang tidak di plester / papan
yang tidak kedap air (2)
Lantai : papan / anyaman
bamboo yang dekat dengan
tanah / plesteran yang retak
/ berdebu (1).
c. Tidak permanen : 1
tidak ada langit langit (0)
dinding : bukan tembok,
terbuat dari anyaman bambu
(1)
lantai : tanah (0)
II. Sarana Sanitasi (Bobot = 25)
7. Sarana Air Bersih (SAB)
a.ada, memenuhi syarat: 4 100 100 100 100 100 100 100 100 100
- kualitas fisik : tidak berbau, tidak
berasa, tidak berwarna.
- kuantitas : 100 lt/orang/hari
- konstruksi sumur : dinding sumur
kedap air sedalam 3m dari
permukaan tanah, bibir sumur
setinggi 0,5 0,7 m dari permukaan
tanah, lantai yang kedap air.
b. Ada, Tidak Memenuhi Syarat 2 50
c. Tidak Ada 0
8. Jamban
a. Ada, Memenuhi Syarat (jarak 4 100 100 100 100 100 100 100
jamban >10 m dari sumber air, tidak
mengontaminasi air permukaan, tidak
terjangkau oleh hewan, tidak berbau)
kontruksi jongkok,duduk,cemplung.
b. Ada, Tidak Memenuhi Syarat 2 50 50 50
c. Tidak Ada 0
Nilai HasilPenilaian
Variabel Penilaian (Nilai X Bobot)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9. Sarana Pembuangan Air
Limbah
a. Ada, Memenuhi Syarat 4 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Saluran pembuangan air
lancar
saluran pembuangan air
limbah terbuat dari bahan
kedap air dan tertutup
tidak mencemari lingkungan
terdapat penampungan
saluran pembuangan air
limbah
b. Ada, Tidak Memenuhi Syarat 2
c. Tidak Ada 0
10. Tempat Sampah
a. Ada, Memenuhi Syarat : 3 75 75
Terbuat dari bahan yang
mudah dibersihkan, kuat,
memiliki tutup, dapat
ditutup rapat.
Dilakukan pengangkutan
sampah ke TPS setiap hari
Membuang barang barang
bekas yang dapat
menampung
b. Ada, Tidak Memenuhi Syarat 2 50 50 50 50 50 50 50 50
c. Tidak Ada 0
III. Perilaku Penghuni (Bobot = 44)
11. Bebas Jentik
a. Bebas Jentik 1 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44
b. Ada Jentik 0
12. Pembersihan Kamar Mandi
a. Rutin (1 minggu 2 kali) 1 44 44 44 44 44
b. Tidak Rutin (menunggu kotor) 0 0 0 0 0 0
13. Bebas Tikus
a. Bebas Tikus 1 88 88 88 88 88 88
b. ada Tikus 0 0 0 0 0
15. Membersihkan Rumah dan
Halaman
a. memenuhi syarat : 1 44 44 44 44 44 44 44 44
lantai rumah di sapu 2 kali
sehari, di pel 1 kali sehari.
Halaman disapu 2 kali sehari
b. tidak memenuhi syarat 0 0 0
Nilai HasilPenilaian
Variabel Penilaian (Nilai X Bobot)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
16. Memanfaatkan Pekarangan
a. Memenuhi syarat : 1 44 44 44 44
Dimanfaatkan untuk
penghijauan
b. Tidak memenuhi syarat 0 0 0 0 0 0 0
17. Membuang Sampah pada
a. Tempat Sampah 2 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88
b. Sungai, Kebun 0
IV Data Penyakit Berbasis ()
Umur Penderita (Tahun)
Pemukiman
a. Diare Umur
5
tahun
b. DBD
c. ISPA
d. TBC
TOTAL HASIL PENILAIAN 986 955 936 961 986 917 986 973 986 887
KEADAAN RUMAH RS RS RS RS RS RT RS RS RS RTS
S
NAMA PEMERIKSA Reny Rosalina R.
TANGGAL PEMERIKSAAN 6 Januari 2014

KETERANGAN :
RUMAH SEHAT (918 1050)
RUMAH TIDAK SEHAT (< 918)


PRESENTASI RUMAH SEHAT : X 100% = 80%

PRESENTASI RUMAH TIDAK SEHAT : X 100% = 20%
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Rumah
Tabel 4.1
Hasil Penilaian Keadaan Rumah
Jalan Kedung Mangu RT 5 RW 3 Kelurahan Sidotopo
Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya Tahun 2014
Kriteria

No Komponen Ada MS Ada TMS Tidak Ada Jumlah %

N % N % N %

1. Jendela 9 90 1 10 - - 10 100

2. Ventilasi 2 20 8 80 - - 10 100

3. Pencahayaan 8 80 2 20 - - 10 100

Lubang Asap
4. 1 10 8 80 1 10 10 100
Dapur

Tidak Padat
5. 10 100 - - - - 10 100
Penghuni

Keterangan :
MS : Memenuhi Syarat
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
Berdasarkan hasil penilaian pada 10 sampel rumah pemukiman di Jalan Kedung Mangu RT 5
RW 3 Kelurahan Sidotopo Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya Tahun 2014 dapat
disimpulkan bahwa :

1. Jendela
Pada variabel jendela terdapat 9 rumah (90%) memiliki jendela dan difungsikan
dengan baik sedangkan untuk rumah memiliki jendela namun tidak difungsikan
sebanyak 1 Rumah (10%). Rumah yang memiliki jendela namun tidak difungsikan
dapat menghambat sirkulasi udara didalam rumah dan dapat menghambat masuknya
cahaya matahari kedalam rumah, sehingga keadaan rumah menjadi pengap, gelap
dan lembab. Keadaan ini dapat menimbulkan bakteri atau kuman penyakit
berkembangbiak didalam rumah, sehingga penghuni lebih rentan terkena penyakit
berbasis lingkungan misalnya ISPA dan TBC. Seharusnya penghuni rumah membuka
jendela setiap pagi hari, agar cahaya dan udara segar dapat masuk kedalam rumah
untuk mengurangi kelembaban ruangan, membunuh bakteri penyakit tertentu,
mengurangi kepadatan nyamuk dan sebagai pencahayaan alami.

2. Ventilasi
Pada variable ventilasi terdapat hanya 2 Rumah (20%) rumah yang memiliki ventilasi
dan memenuhi persyaratan karena luas ventilasi < 10% dari luas lantai. Sedangkan
ada ventilasi tapi tidak memenuhi syarat sebanyak 8 rumah (805). Ventilasi
diperlukan untuk menggati udara yang kotor dengan udara segar. Ventilasi yang
buruk dapat merugikan kesehatan manusia pada suatu kediaman yang tertutup atau
kurang ventilasi. Pengaruh-pengaruh buruk itu adalah berkuarangnya kadar oksigen di
udara dalam ruangan kediaman, bertambahnya kadar asam karbon dioksida dari
pernafasan manusia, bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut
manusia, suhu udara dalam ruang naik karena panas yang dikeluarkan oleh badan
manusia, kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah karena penguapan air
dan kulit pernafasan manusia.. Pergantian udara bersih untuk orang dewasa adalah 33
m3/orang/jam, kelembaban udara berkisar 60% optimum. Untuk memperoleh
kenyaman udara, diperlukan adanya ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik dalam
ruangan harus mmemenuhi syarat antara lain :
- Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5 % dari luas lantai ruangan, sedangkan
luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5 % luas
lantai, sehingga keduanya menjadi 10 % kali luas lantai ruangan. Ukuran luas
ini diatur sedemikian rupa sehingga udara yang masuk tidak terlalu deras dan
tidak terlalu sedikit.
- Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap dari sampah atau
dari pabrik, dari knalpot kendaraan, debu, dan lain-lain.
- Aliran udara jangan menyebabkan orang masuk angin. Untuk hal ini jangan
menempatkan tempat tidur atau tempat duduk persis pada aliran udara, misalnya
di depan jendela pintu.
- Aliran udara diusahakan CROSS VENTILATION dengan menempatkan lubang
hawa berhadapan antara 2 dinding ruangan. Aliran udara ini jangan sampai
terhalang oleh barang-barang besar, misalnya lemari, dinding sekat, dan lain-
lain.
- Kelembaban udara dijaga jangan sampai terlalu tinggi (menyebabkan orang
berkeringat) dan jangan terlalu rendah (menyebabkan kulit kering, bibir pecah-
pecah, dan hidung berdarah)

3. Pencahayaan
Pada variabel pencahayaan hanya 2 Rumah (10%) yang tidak memenuhi persyaratan
pencahayaan alami < 60 lux dan untuk cahaya buatan < 150 lux. Cahaya cukup untuk
penerangan ruang didalam rumah merupakan kebutuhan manusia. Cahaya buatan
sangat dibutuhkan untuk kegiatan sehari-hari di dalam rumah. Sedangkan cahaya
alamiah dari sinar matahari sangat penting untuk mengurangi pengaruh buruk pada
kesehatan penghuni. Penerangan dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya buatan
dan cahaya alam.
- Pencahayaan Alamiah
Pencahayaan alam merupakan pencahayaan yang diperoleh dengan masuknya
sinar matahari kedalam ruangan melalui jendela, celah-celah dan bagian
bangunan yang terbuka. Sinar ini sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan,
pohon-pohon maupun tembok pagar yang tinggi. Cahaya matahari ini berguna
selain untuk penerangan juga, dapat mengurangi kelembapan ruangan, mengusir
nyamuk, membunuh kuman-kuman penyebab penyakit tertentu seperti TBC,
influenza, penyakit mata dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk
penerangan alami sangat ditentukan oleh letakdan lebar jendela, untuk
memeperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara optimal sebaiknya
jendela kamar tidur luas jendela yang paling sedikit mempunyai luas 10-20 %
dari luas lantai.
- Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan yang baik dan memenuhi standar dapat dipengaruhi oleh:
Cara pemasangan sumber cahaya pada dinding atau langit-langit.
Kontruksi pemasangan sumber cahaya dalam ornament yang
dipergunakan.
Luas dan bentuk ruangan.
Penyebaran sinar dari sumber cahaya.
4. Lubang Asap
Pada variabel lubang asap terdapat 8 Rumah (80%) memiliki lubang asap namun tidak
memenuhi persyaratan dan 1 Rumah (10%) yang tidak memiliki lubang asap di
dapur. Asap yang tidak dapat keluar pada saat memasak akan menimbulkan bau
didalam rumah sehingga menyebabkan ketidak nyamanan bagi penghuni.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
persyaratan kesehatan perumahan khususnya persyaratan rumah tinggal, menyatakan
bahwa bagian sarana pembuangan asap dapur lebih besar dari 10% luas lantai dapur
agar asap dapur dapat keluar dengan sempurna. Pemberian exhaust juga dapat
dilakukan pada dapur.

5. Padatan Penghuni
Pada variabel padatan penghuni terdapat 10 Rumah (100%) yang memenuhi
persyaratan. Dikarenakan memenuhi Syarat 8 m2 tidak lebih untuk 2 orang untuk kamar.

6. Konstruksi Rumah
Tabel 4.2
Hasil Penilaian Konstruksi Rumah
Jalan Kedung Mangu RT 5 RW 3 Kelurahan Sidotopo
Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya Tahun 2014
Kriteria

Konstruksi Semi
No Permanen Tidak Permanen Total %
Rumah Permanen

N % N % N %

1. Langit-langit 9 90 1 10 - - 10 100

2. Dinding 9 90 1 10 - - 10 100

3. Lantai 9 90 1 10 - - 10 100
Berdasarkan hasil penilaian pada 10 sampel rumah pemukiman di Jalan Kedung Mangu RT 5
RW 3 Kelurahan Sidotopo Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya Tahun 2014 dapat
disimpulkan bahwa :
1. Langit langit
Pada variabel langit langit 9 Rumah (90%) sudah permanen, memenuhi persyaratan
dan 1 rumah (10%) semi permanen. Menurut Departemen Kesehatan RI (2002)
persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat menahan debu dan kotoran lain
yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka atap kuda-kuda penyangga dengan
konstruksi bebas tikus, tinggi langit-langit sekurang-kurangya 2,40 m dari permukaan
lantai. Sedangkan menurut Kepmenkes RI No. 829 Tahun 1999 langit langit
seharusnya dalam keadaan bersih dan tidak rawan kecelakaan. Namun, pada 21 rumah
(52,5%) yang memiliki langit-langit semi permanen semuanya dalam keadaan kotor.
Banyak debu dan juga sarang laba-laba. hal ini, dapat menimbulkan gangguan
pernafasan atau penyakit kulit pada penghuni apabila bila debu yang menumpuk jatuh.

2. Dinding
Pada variabel dinding rumah 9 Rumah (90%) sudah permanen dan memenuhi
persyaratan, memenuhi persyaratan dan 1 rumah (10%) semi permanen. Menurut
Departemen Kesehatan (2002), syarat untuk dinding antara lain dinding harus tegak
lurus agar dapat memikul berat sendiri, beban tekanan angin dan bila sebagai dinding
pemikul harus pula dapat memikul beban diatasnya, dinding harus terpisah dari pondasi
oleh suatu lapisan rapat air sekurang-kurangnya 15 cm dibawah permukaan tanah
sampai 20 cm di atas lantai bangunan agar air tanah tidak dapat meresap naik keatas
sehingga dinding tembok terhindar dari basah dan lembab dan tampak bersih tidak
berlumut, menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar, serta
menjaga kerahasiaan penghuninya. Sehingga dinding rumah yang memenuhi syarat
terbuat dari tembok, pasangan batu bata atau batu yang di plester, papan kedap air.
Namun, dari hasil survey 15 rumah (37,5 %) memiliki dinding semi permanen dan 5
rumah (12,5 %) memiliki dinding tidak permanen masih dalam kondisi kotor. Terutama
pada bagian sambungan papan dengan kayu, banyak debu yang menempel tidak pernah
dibersihkan. Hal ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada penghuni seperti
ISPA.

3. Lantai
Pada variabel lantai rumah 9 Rumah (90%) sudah permanen, memenuhi persyaratan
dan 1 rumah (10%) semi permanen. Menurut Departemen Kesehatan (2002), lantai
yang memenuhi syarat antara lain lantai kedap air dan tidak lembab, kuat menahan
beban diatasnya, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari badan jalan,
bahan kedap air. Sedangkan menurut Kepmenkes no. 829 tahun 1999, lantai yang
memenuhi syarat adalah lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan. Bahan untuk
lantai sendiri biasanya digunakan ubin, kayu plesteran atau bamboo dengan syarat-
syarat tidak licin, stabil, tidak lentur waktu dipijak, tidak mudah aus, permukaan lantai
harus rata dan mudah dibersihkan. dilakukan upayaupaya perbaikan agar nantinya
lantai rumah tersebut dapat memenuhi syarat.

A. Sarana Sanitasi
Tabel 4.3
Hasil Penilaian Sarana Sanitasi
Jalan Kedung Mangu RT 5 RW 3 Kelurahan Sidotopo
Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya Tahun 2014
Kriteria

No Komponen Ada MS Ada TMS Tidak Ada Jumlah %

N % N % N %

Sarana Air
1. 9 90 1 10 - - 10 100
Bersih (SAB)

2. Jamban 7 70 3 30 - - 10 100

Sarana
3. Pembuangan 10 100 - - - - 10 100
Air Limbah

Tempat
4. 2 20 7 70 - - 10 100
Sampah

Keterangan :
MS : Memenuhi Syarat
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
Berdasarkan hasil penilaian pada 10 sampel rumah pemukiman di Jalan Kedung Mangu RT
5 RW 3 Kelurahan Sidotopo Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya Tahun 2014 dapat
disimpulkan bahwa Sarana Air Bersih (SAB), Jamban, Tempat sampah belum memenuhi
persyaratan.

1. Sarana Air Bersih (SAB)


Pada variable Sarana Air Bersih (SAB) 9 Rumah (90%) sudah memenuhi persyaratan
dan ada tidak memenuhi syarat 1 Rumah (10%). Air yang digunakan adalah air
PDAM. Air PDAM dalam kondisi jernih, tidak berbau dan tidak berasa serta dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan untuk Sarana Air Bersih (SAB) dan
selalu direbus terlebih dahulu sebelum digunakan untuk memasak. Untuk air minum
warga tidak menggunakan air PDAM, melainkan membeli air isi ulang atau air
minum dalam kemasan. Untuk Rumah yang belum memenuhi syarat, karena air yang
digunakan adalah air sumur yang bewarna kekuning-kuningan dan terkadang berbau.
Menurut Permenkes 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air, air yang memenuhi syarat adalah tidak berbau, tidak berasa,
dan tidak berwarna. Untuk Sarana Air Bersih dikatakan memenuhi syarat karena
kuantitas air bersihnya cukup untuk setiap penghuni rumahnya yaitu 100 lt / orang /
hari. Sebaiknya pada rumah yang sarana air bersihnya belum memenuhi syarat,
jangan memasak dan minum menggunakan air tersebut. Gunakan air yang lebih bersih
kualitas airnya seperti menggunakan air isi ulang, atau dari air sumber yang belum
tercemar. Air yang digunakan sebaiknya direbus terlebih dahulu. Agar bakteri yang
ada pada air bisa mati, dan tidak menyebabkan penyakit seperti diare dan disentri
yang dapat menyerang penghuni rumah. Penggunaan penyarigan pasir cepat dan
penyaringan pasir lambat dapat dilakukan juga sebagai pengolahan air sederhana.

2. Jamban
Pada variable Jamban dari hasil penilaian 10 Rumah, 3 Rumah (30%) jamban tidak
memenuhi persyaratan karena, terjadi penyumbatan pada saat penggelontoran air di
lubang kakus, kotor sehingga sering menimbulkan bau..
Menurut persyaratan rumah sehat, setiap rumah harus memiliki jamban bertipe leher
angsa dan disalurkan ke septictank. Untuk warga yang belum memiliki jamban
apabila kondisi ekonominya tidak mampu maka dapat digalakkan program arisan
jamban atau didaerah dibangun jamban umum untuk warga yang belum memiliki
jamban sehingga warga tidak BAB disembarangan tempat. Bagi warga yang sudah
memiliki jamban lebih memperhatikan dan memelihara kondisi jamban agar sesuai
dengan persyaratan jamban sehat.

3. Sarana Pembuangan Air Limbah


Pada Variabel Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) 10 Rumah (100%)
memenuhi syarat karena, selokan yang berada didepan ruma, tertutup,. SPAL yang
memenuhi syarat dialirkan melalui pipa ke selokan yang tertutup, kedap air,
salurannya lancar, dan tidak mencemari lingkungan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
829/MENKES/SK/VII/1999 tentang air limbah bahwa limbah cair yang berasal dari
rumah tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari
permukaan tanah. Untuk rumah yang saluran pembuangan air limbahnya tidak
memenuhi syarat perlu dilakukan perbaikan saluran pembuangan air limbah seperti
membersihkan selokan secara rutin agar selokan dapat mengalir lancar, saluran
limbah dibuat tertutup agar bau dari limbah tidak mengganggu kenyamanan serta
tidak mencemari lingkungan dan agar tidak dapat menjadi sarang vektor penyakit.

4. Tempat Sampah
Pada variable tempat sampah terdapat 7 Rumah (70%) memiliki tempat sampah
namun, tidak memenuhi persyaratan. Kondisi tempat sampah tidak tertutup dapat
menimbulkan bau dan menjadi tempat perkembangbiakan vector penyakit (Lalat)
serta dapat menjadi sumber makanan tikus.
Menurut Depkes RI tempat sampah harus terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air,
dilengkapi tutup sampah, adanya pemisahan tempat sampah untuk sampah basah dan
sampah kering, adanya polybag (kantong plastik) di dalam bak sampah. Sehingga
untuk mencegah adanya perkembangbiakan vektor dan kuman maka tempat sampah
baik di dalam maupun diluar rumah harus memenuhi syarat seperti yang diatas. Perlu
diadakan penggalangan dana untuk membuat tempat sampah yang memenuhi syarat
dan lebih memelihara kondisi tempat sampah tersebut agar tidak menjadi sarang
vektor dan kuman pembawa penyakit
B. Perilaku Penghuni
Tabel 4.4
Hasil Penilaian Perilaku Penghuni
Jalan Kedung Mangu RT 5 RW 3 Kelurahan Sidotopo
Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya Tahun 2014

Berdasarkan hasil penilaian pada 10 sampel rumah pemukiman di Jalan Kedung Mangu RT
5 RW 3 Kelurahan Sidotopo Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya Tahun 2014 dapat

Kriteria

No Komponen Bebas Ada Jumlah %

N % N %

1. Bebas Jentik 10 100 - - 10 100

2. Bebas Tikus 6 60 4 40 10 100

disimpulkan bahwa :
1. Bebas Jentik
Dari 10 rumah yang di survey tidak ditemukan rumah yang terdapat jentik, baik di
kamar mandi maupun di tempat penambungan air. Pembersihan kamar mandi harus
dilakukan secara rutin minimal 2 kali dalam 1 minggu. Apabila tidak dilakukan
pembersihan secara rutin bak mandi tersebut akan menjadi tempat perindukan jentik
nyamuk.
Karena siklus hidup nyamuk saat berada/berkembang biak di dalam air berlangsung
selama enam sampai delapan hari. Apabila pembersihan dilakukan dengan teratur, hal
tersebut dapat memutus siklus hidup nyamuk, sehingga penularan penyakit dapat
dikurangi. Agar lebih efektif untuk membunuh jentik dapat dilakukan dengan
pemberian abate pada bak mandi. Selain itu Penyakit yang dapat ditularkan oleh
nyamuk antara lain: demam berdarah, malaria, filariasis.
Maka dari itu, meningkatkan kebersihan kamar mandi adalah hal yang harus
dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat membahayakan penghuni
rumah. Melakukan 3M+ dapat dilakukan oleh penghuni rumah sebagai kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk didalam rumah. Diwilayah tersebut juga dapat
diadakan fogging untuk program pengendalian vektor terutama vektor nyamuk Aedes
Aegypty.
2. Bebas Tikus
Dari 10 rumah yang di survey, sebanyak 4 rumah (40%) terdapat tikus. Hal ini,
dibuktikan oleh pengakuan penghuni. Tikus adalah hewan mengerat (rodensia).
Hewan ini dapat membawa, menyebarkan, dan menularkan berbagai penyakit, salah
satunya adalah Leptospirosis. Tikus dikenal sebagai binatang kosmopolitan yaitu
menempati hampir disemua habitat.
Banyak kerugian yang ditimbulkan oleh tikus, terdapat kerusakan yang berupa
keratan pada berbagai benda rumah tangga, adanya kontaminasi berupa rambut, feses,
dan urin tikus pada berbagai bahan makanan manusia. Ditinjau dari nilai estetika,
keberadaan tikus akan menggambarkan lingkungan yang tidak terawat, kotor, kumuh,
lembab, kurang dan pencahayaan.
Upaya pemberantasan yang dapat dilakukan di lingkungan pemukiman antara lain :
1. Membersihakan sisa makanan, minuman
2. Hindari terbentuknya sarang (tempat sempit dan tersembunyi disukai tikus)
3. Melindungi tempat penyediaan air
4. Eliminasi populasi, pemasangan perangkap, rodentisida, fumigasi, dan
biological control (kucing, burung hantu)
5. Menghalangi tikus / rat proofing. Mencegah tikus mendapatkan akses menuju
ke suatu bangunan.
Tabel 4.4
Hasil Penilaian Perilaku Penghuni
Jalan Kedung Mangu RT 5 RW 3 Kelurahan Sidotopo
Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya Tahun 2014
Kriteria
No Komponen MS TMS Jumlah %
N % N %
1. Pembersihan
5 50 5 50 10 100
Kamar Mandi

2. Membersihkan
Rumah dan 8 80 2 20 10 100
Halaman

3. Pemanfaatan
4 40 6 60 10 100
Pekarangan

5. Membuang
sampah ke 10 100 - - 10 100
Tempat Sampah

Keterangan :
MS : Memenuhi Syarat
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
Berdasarkan hasil penilaian pada 10 sampel rumah pemukiman di Jalan Kedung Mangu RT
5 RW 3 Kelurahan Sidotopo Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya Tahun 2014 dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pembersihan Kamar Mandi dan Toilet
Pada variabel pembersihan kamar mandi dan toilet didapatkan hasil hanya 5 Rumah
(50%) yang tidak memenuhi persyaratan pembersihan kamar mandi. Seharusnya
pembersihan toilet dilakukan rutin 1 minggu 2 kali. Hal ini dapat menimbulkan
perkembangbiakan vector penyakit (nyamuk). Kamar mandi dan toilet merupakan
bagian dari rumah yang paling kondusif untuk dijadikan tempat perkembangbiakan
berbagai jenis organisme penyebab dan pembawa penyakit. Lantai kamar mandi yang
senatiasa lembab atau bahkan basah merupakan tempat yang cocok bagi
berkembangnya bakteri atau mikroorganisme penyebab berbagai penyakit. Karena
itu, kamar mandi dan toilet harus lebih sering dibersihkan dibanding ruangan lainnya.

2. Pembersihan rumah dan halaman


Dari hasil survey rumah sehat terdapat 2 Rumah tidak memenuhi persyaratan
pembersihan rumah dilakukan 2 kali sehari. Penghuni hanya menyapu rumah saat
sore dan dilakukan pengepelan lantai apabila lantai sudah kotor. pembersihan rumah
perlu dilakukan secara rutin karena ruangan dalam rumah dapat menimbulkan
berbagai penyakit jika secara rutin dibersihkan. Perlengkapan rumah seperti karpet
dan kursi berpotensi menjadi tempat mengendapnya debu. Debu yang mengendap
dan kemudian beterbangan di dalam ruangan dapat menimbulkan penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Debu juga dapat berfungsi sebagai media tempat
menempelnya bakteri atau virus yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
Ruangan yang tidak bersih dan rapi juga dapat mengundang masuknya lalat, nyamuk
dan tikus masuk ke dalam ruangan. Padahal keduanya dapat menjadi vektor
pembawa penyakit.

3. Memanfaatkan Pekarangan
Berdasarkan hasil penilaian, terdapat 6 Rumah (60%) belum memenuhi persyaratan.
Pekarangan rumah. Halaman rumah yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai
macam penyakit. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Pekarangan rumah harus selalu kering dan rata, artinya mempunyai
pengaliran yang baik.
b. Pekarangan rumah harus dilakukan pengerasan yang baik, pada musim
kemarau tidak berdebu, pada musim hujan tidak becek. Perkerasan
pekarangan rumah harus tetap ramah lingkungan artinya dapat dibuat sumur
resapan, tanam, dan dapat meresapkan air hujan.
c. Pekarangan ditanami rumput yang selalu dipotong pendek dan sebagian
ditanami pohon rindang, jangan pohon kelapa dan durian yang buahnya dapat
jatuh menimpa kepala orang.
d. Apabila pekarangan cukup luas, bagian halaman yang terletak dibelakang
rumah disediakan untuk apotek hidup dengan tanaman obat-obatan seperti
tanaman kumis kucing, jambu batu, jahe, temu lawak, dll.
4. Membuang Sampah pada tempat sampah
Pada variabel tempat sampah, semua rumah telah memenuhi persyaratan.
pembuangan sampah penting untuk diperhatikan karena alasan kesehatan,
kenyamanan, dan estetika. Tempat pembuangan sampah di upayakan agar tersedia
dalam jumlah yang cukup dan mudah dijangkau serta tertutp agar tidak menjadi
tempat berkembangnya berbagai penyebab penyakit. Tempat sampah yang tertutup
dapat mengurangi populasi lalat yang menyukai tempat- tempat yang berbau. Jika
populasi lalat di lingkungan rumah menurun, maka tidak akan timbul penyakit diare.

C. Data Penyakit Berbasis Pemukiman


Tabel 4.5
Hasil Penilaian Data Penyakit Berbasis Pemukiman
Jalan Kedung Mangu RT 5 RW 3 Kelurahan Sidotopo
Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya Tahun 2014
Kriteria
Nama
No Penderita (+) Penderita (-) Jumlah %
Penyakit
N % N %

1. Diare 1 10 - - 10 100

2. ISPA 10 100

3. TBC 10 100

4. DBD 10 100

Berdasarkan hasil penilaian pada 10 sampel rumah pemukiman di Jalan Kedung


Mangu RT 5 RW 3 Kelurahan Sidotopo Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya Tahun 2014
dapat disimpulkan bahwa, terdapat rumah yang positif sakit diare yaitu seorang anak berumur
5 tahun akibat perilaku penghuni yang tidak menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
KESIMPULAN:

Berdasarkan data hasil survey di atas di dapatkan hasil bahwa dari 10 rumah yang dilakukan
survey hanya tujuh rumah yang dinyatakan sebagai rumah sehat dengan prosentasi 80 %,
sedangkan 3 rumah dinyatakan sebagai rumah tidak sehat dengan prosentasi 20 %.

SARAN:
Dari hasil observasi pemukiman di Jalan Kedung Mangu RT 5 RW 3 Kelurahan Sidotopo
Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya Tahun 2014 agar menjadi kriteria rumah sehat maka
hendaknya beberapa saran berikut ini dipertimbangkan dan dilakukan,diantaranya:

1. Memanfaatkan keberadaan jendela rumahnya secara maksimal dengan rutin


membukanya agar pertukaran udaranya berjalan lancar, dan dengan adanya
jendela dapat memeberi ruang untuk masuknya cahaya matahari.
2. Memperbaiki lubang asap dapur agar asap dari kegiatan memasak dapat keluar
secara maksimal.
3. Memanfaatkan pekarangan yang ada dengan penghijauan dan membersihkan
pekarangan secara rutin.
4. Menerapkan pola hidup yang bersih dan sehat sehingga kejadian penyakit seperti
diare bisa di minimalisir.

Anda mungkin juga menyukai