1, Oktober 2015, Halaman: 27 - 33, ISSN: 1907-4247 (Print), ISSN: 2477-4863 (Online)
Alamat Website: http://cantilever.unsri.ac.id
Abstract
To fulfilling the demands of irrigation water in the region SWS Barito mostly farming community life is
indispensable. Due to the presence of water balance studies in Sub SWS Barito is the basis for preparing the
development strategy of water resources, particularly water management in irrigation area as one sub DAS Pitap Barito
River. The method used to perform the analysis of the availability of water by using methods Mock and irrigation water
needs analysis to see the balance of water in the water supply for paddy in Pitap Irrigation Area. Balance of water in the
dam Pitap still insufficient to meet the water demands Pitap irrigation area of 4000 ha.
Key Words: water availability, water demand, water balance and irrigation area Pitap
27
Fitriati, U., dkk. / Studi Imbangan Air pada Daerah Irigasi Pitap / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (27 33)
(moisture), baik dari permukaan tanah, permukaan laju penguapan yang diperlukan. Hal ini dapat
tanaman (transpiration from vegetated surface) dilakukan dengan pengukuran laju penguapan secara
maupun dari permukaan air seperti rawa, danau dan langsung, terdapat paling tidak tiga kelompok yaitu :
lautan. Besarnya laju penguapan mempunyai peran 1. Panci penguapan (evaporation pan)
berbeda untuk berbagai kepentingan analisis 2. Atmometer
hidrologi. Untuk satu kasus tertentu, penguapan 3. Lysimeter
dapat mempunyai nilai yang sangat penting seperti
Evapotranspirasi tanaman acuan adalah
irigasi dan waduk, sehingga besarannya sama sekali
evapotranspirasi tanaman yang dijadikan acuan,
tidak dapat diabaikan. Akan tetapi untuk kasus
yakni rerumputan pendek. ETo adalah kondisi
lainnya seperti banjir, besar penguapan umumnya
evapotranspirasi berdasarkan keadaan meteorologi
diabaikan, karena peran/pengaruhnya sangat kecil.
seperti temperatur, sinar matahari, kelembaban dan
Meskipun demikian berbagai cara pendekatan untuk
angin dimana tersedia cukup air untuk pertumbuhan
mengukur dan memperkirakan nilai penguapan
tanaman. Untuk perhitungan evapotranspirasi,
perlu dicermati benar.
dianjurkan untuk menggunakan rumus FAO
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
Penman-Monteith. Metode FAO Penman-Monteith
penguapan cukup banyak, baik faktor fisis maupun
dalam hitungannya menggunakan data iklim secara
faktor meteorologis, meskipun faktor panas
maksimum seperti data temperatur, kelembaban
merupakan faktor utama. Faktor-faktor lain yang
udara, radiasi matahari dan kecepatan angin, maka
tidak sangat menonjol seperti kualitas air dan bentuk
prakiraan besarnya evapotranspirasi dianggap
permukaan air. Dari banyak penelitian ditemukan
mempunyai derajat ketelitian yang cukup tinggi
bahwa upaya untuk memisahkan pengaruh masing-
dibandingkan dengan metode lainnya. Metode FAO
masing faktor sangat sulit, karena tingginya
Penman-Monteith juga menggunakan beberapa
ketergantungan sifat antar faktor tersebut. Faktor-
kalibrasi lokal sesuai daerah setempat. Selain itu
faktor meteorologis yang dimaksudkan tersebut
Metode FAO Penman-Monteith juga menyediakan
diantaranya suhu, kelembaban (humidity), tekanan
alternatif perhitungan untuk data terbatas (under
udara (barometer), angin. Dengan diperlukannya
standard conditions). Bentuk persamaan FAO
data fisis dan meterorogis yang banyak sedangkan
Penman-Monteith yang telah dimodifikasi berikut
ketersediaan data yang lengkap amat terbatas
ini.
terutama di Kalimantan Selatan maka FAO Penman-
900
Monteith memberikan solusi untuk perhitungan 0.408 ( Rn G ) + u 2 (e s ea )
evapotranspirasi dengan data yang tidak lengkap. ET0 = T + 273 (2)
Penguapan (evaporation) adalah proses + (1 + 0.34u 2 )
perubahan dari zat cair atau padat menjadi gas.
Keterangan:
Lebih spesifik dapat ditakrifkan bahwa penguapan
ETo : evapotranspirasi tetapan (mm/hari),
adalah proses transper air dari permukaan bumi ke
Rn : radiasi netto pada permukaan lahan
atmosfer. Transpirasi adalah penguapan air yang
(MJ/m2.hari),
terserap tanaman, tidak termasuk penguapan dari
G : fluks panas tanah (MJ/m2.hari),
permukaan tanah. Evapotranspirasi adalah
T : rata-rata suhu udara harian pada ketinggian
penguapan yang terjadi dari permukaan bertanaman.
2 m (C),
Evapotranspirasi tanaman acuan adalah
u2 : kecepatan angin pada ketinggian 2 m
evapotranspirasi yang terjadi apabila kandungan air
(m/detik),
tidak terbatas. Beberapa pendekatan teoritik yang
es : tekanan uap air jenuh (kPa),
digunakan dalam memperkirakan besarnya
ea : tekanan uap air nyata (kPa),
penguapan yaitu:
es-ea : penurunan tekanan uap air (kPa),
Persamaan-persamaan empirik (empirical
: kemiringan kurva tekanan uap air
equations)
L (kPa/C),
1. Keseimbangan air (water balance method)
: konstanta psychrometric (kPa/C).
2. Aerodynamic method
3. Energy balance method
(3) Ketersediaan Air
4. Combination method
Ketersediaan air adalah jumlah air yang tersedia
5. Priestley-Taylor method
di dalam dan sekitar lahan yang dapat dimanfaatkan
Dalam prakteknya besaran penguapan tidak untuk keperluan pertanian. Besaran ini dapat
dapat diperoleh dengan rumus-rumus yang ada, berasal dari curah hujan dan debit sungai yang
misalnya karena keterbatasan data, sehingga berada disekitar lahan pertanian yang ditinjau.
diperlukan upaya lain untuk memperoleh besaran
28
Fitriati, U., dkk. / Studi Imbangan Air pada Daerah Irigasi Pitap / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (27 33)
AET = CF*PET
ER = P AET
Gambar 1. Skema Water Balance
SM = SMC ISM
Keterangan: WS = ER - SM
P : Presipitasi I = Cds*WS ; I = Cws*WS
ET : Evapotranspirasi GWS = (0,5*(1+ K )*I)+(k* IGWS )
I : Infiltrasi S = GWS IGWS
SRO : Surface Runoff BF = I- S
29
Fitriati, U., dkk. / Studi Imbangan Air pada Daerah Irigasi Pitap / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (27 33)
30
Fitriati, U., dkk. / Studi Imbangan Air pada Daerah Irigasi Pitap / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (27 33)
yang jatuh diatas permukaan dapat dibagi menjadi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dua, yaitu :
1. Curah hujan nyata, yaitu sejumlah air yang Bendung Pitap terletak di Kabupaten Balangan
jatuh pada periode tertentu Provinsi Kalimantan Selatan yang menyuplai
2. Curah hujan efektif, yaitu sejumlah air hujan kebutuhan irigasi Pitap seluas 4000 ha. Dari data
yang jatuh pada suatu daerah atau petak sawah Dinas Pertanian Balangan selama tahun 2012
semasa pertumbuhan tanaman dan dapat produksi padi mencapai 119.494,46 ton, turun
dipakai untuk memenuhi kebutuhannya. sebesar 14,6 % dari tahun sebelumnya.
Analisis hidrologi yang dilakukan mencakup
(6) Kebutuhan Air Irigasi analisis hidrologi aliran rendah (curah hujan
andalan) dan ketersediaan air (debit andalan).
Kebutuhan air irigasi adalah jumlah air yang Dalam metode aliran rendah, jenis tipe data curah
diperlukan untuk pertanian dimulai dari pengolahan hujan/debit yang diperlukan adalah suatu data yang
tanah sampai menjelang panen. Besarnya kebutuhan bersifat menerus (continue data). Hal ini
air ini ditetapkan dengan memperhitungkan dikarenakan dalam perhitungan untuk mengetahui
besarnya kebutuhan air efektif, evapotranpirasi, kondisi ketersediaan air pada selang waktu tertentu,
perkolasi, pengolahan tanah, macam tanah, efisiensi maka variabel waktu juga sangat penting untuk
irigasi dan sebagainya. Secara umum perkiraan diketahui. Untuk menentukan besarnya keandalan
banyaknya air irigasi yang diperlukan untuk dibutuhkan seri data yang panjang, sehingga metode
tanaman padi dan palawija diuraikan sebagai yang sering dipakai untuk analisa keandalan adalah
berikut: metode rangking. Penetapan rangking dilakukan
1. Kebutuhan air untuk padi menggunakan analisis probabilitas dengan rumus
2. Kebutuhan air untuk palawija Weibul. Data klimatologi yang digunakan data
3. Penggantian Lapisan air (WLR) klimatologi Banjarbaru tahun 2005-2010.
4. Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan (PL)
5. Kebutuhan Air Konsumtif (ETc) Tabel 1. Hasil Perhitungan Evapotranspirasi Acuan
6. Perkolasi
7. Efisiensi Irigasi Bulan ETo (mm/tengah bulan)
8. Asumsi Dalam Perhitungan Kebutuhan Air Januari I 46,59
Irigasi II 49,70
Februari I 47,05
3. METODOLOGI II 50,18
Maret I 51,79
Penelitian di lapangan yang meliputi penelitian II 51,79
pada DAS-DAS yang menjadi anak-anak Sub SWS April I 51,45
Barito yaitu Sungai Pitap. II 51,45
Penelitian ini meliputi studi imbangan air untuk Mei I 49,52
pemenuhan kebutuhan air irigasi terutama pada II 52,82
sistem irigasi dengan adanya Bendung Pitap. Juni I 43,78
II 49,22
Juli I 46,14
II 46,70
Agustus I 54,05
II 57,65
September I 57,83
II 57,83
Oktober I 54,27
II 57,89
November I 50,30
II 50,30
Desember I 44,05
II 46,99
31
Fitriati, U., dkk. / Studi Imbangan Air pada Daerah Irigasi Pitap / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (27 33)
32
Fitriati, U., dkk. / Studi Imbangan Air pada Daerah Irigasi Pitap / Cantilever, Vol. 4, No. 1, Oktober 2015 (27 33)
5. KESIMPULAN
Imbangan air di Bendung Pitap masih mencukupi
untuk melayani Daerah Irigasi Pitap seluas 4000 ha.
REFERENSI
1) Anonim, 1996, Standar Perencanaan Irigasi Kriteria
Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi (KP 01), Direktorat
Jenderal Pengairan, CV. Galang Persada, Bandung
2) Anonim. 2000. HEC-HMS Technical Reference Manual,
Hydrologic Engineering Center US Army Corps of
Engineers. Davis, CA.
3) Doorenbos, J and W.O Pruitt. 1977. Guidelines for
Predicting Crop Water Requirements. Food and Agriculture
Organization of The United Nations. Rome.
4) Franchini, M., and Pacciani, M. 1991. Comparative
Analysis of Several Conceptual Rainfall-runoff Models
Journal of Hydrology, Vol. 122, pp. 161-219.
5) Jayadi, R. 2006. Modul Pelatihan Hidrologi dan Hidrometri
Pekerjaan Peningkatan Kemampuan Perencanaan Teknis
Jaringan Irigasi Rawa dan Tambak. Direktorat Rawa dan
Pantai. Yogyakarta.
6) Nurrochmad.R. 1998. Optimasi Parameter Modul Hujan
Aliran Mock dengan Solver. Media Teknik No.2 Tahun XX
edisi Mei. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
7) Sinaro, R dan Yusuf I.A. 1987. Perhitungan Simulasi Debit
Sungai dengan Cara Mock untuk Menaksir Debit Andalan.
HATHI. Bandung.
8) Sri Harto, Br. 1993. Analisis Hidrologi. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
9) Sri Harto, Br. 2000. Hidrologi Teori, Masalah dan
Penyelesaian. Penerbit Nafiri Offset. Yogyakarta.
33