Skripsi
Oleh :
Khirzah Nurmala
NIM : 1110070000009
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435H/2015M
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
.
Artinya:
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini aku persembahkan khusus untuk Mama, Bapak & Adik tercinta,
yang telah memberikan semangat moril dan materil
hingga skripsi ini terselesaikan.
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Januari 2015
C) Khirzah Nurmala
D) Perceived Organizational Support (POS), Keadilan Organisasi dan Self-
Monitoring Sebagai Prediktor Organizational Citizenship Behavior (OCB)
E) xiii + 151 halaman + 21 lampiran
F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perceived organizational
support (POS), keadilan organisasi dan self-monitoring terhadap
organizational citizenship behavior (OCB). Melalui penelitian ini diharapkan
dapat mengungkap seberapa jauh pengaruh POS, keadilan organisasi, self-
monitoring dan variabel demografi terhadap OCB.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis
regresi berganda pada taraf signifikan 0,05 atau 5%. Sampel berjumlah 210
orang pegawai Badan Kepegawaian Negara (BKN) Cawang yang ada di
gedung III. Sampel diambil dengan teknik non-probability sampling, yakni
accidental sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
variabel POS, keadilan organisasi, self-monitoring dan variabel demografi
dengan nilai signifikan sebesar 0,000 atau P < 0,05 terhadap OCB. Jadi,
hipotesis nihil (Ho) yang ada pada hipotesis mayor dalam penelitian ini
ditolak. Hasil uji hipotesis minor yang menguji pengaruh dari 12 IV, hanya
ada tiga hipotesis nihil (Ho) yang ditolak, artinya hanya ada tiga IV yang
berpengaruh signifikan terhadap OCB, yaitu variabel POS, keadilan
distributif dan keadilan interpersonal sedangkan variabel keadilan prosedural,
keadilan informasional, expressive self-control, social stage presence, other
directed self-presentation, usia, jenis kelamin, suku dan lama bekerja tidak
berpengaruh terhadap OCB.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka disarankan kepada pihak
manajemen kepegawaian instansi agar memperhatikan dan meningkatkan
POS (dukungan organisasi) dan keadilan organisasi yang ada di instansi guna
mendorong pegawai untuk memunculkan perilaku OCB. Dengan demikian,
bila pihak instansi ingin melakukan intervensi terhadap peningkatan perilaku
OCB pada pegawai, maka dapat diperhatikan dan lebih diutamakan pada
variabel keadilan distributif dan keadilan interpersonal dari keadilan
organisasi serta POS (dukungan organisasi).
G) Bahan bacaan : 81 ; buku : 8 + jurnal : 54 + skripsi : 12 + internet : 7
i
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) January 2015
C) Khirzah Nurmala
D) Perceived Organizational Support (POS), Organizational Justice and Self-
Monitoring As Predictors of Organizational Citizenship Behavior (OCB)
E) xiii + 151 pages + 21 appendix
F) This study was conducted to determine the effect of perceived
organizational support (POS), organizational justice and self-monitoring to
organizational citizenship behavior (OCB). Through this research is
expected to reveal how far the effect of POS, organizational justice, self-
monitoring and demographic variables to OCB.
This study uses a quantitative approach with the multiple regression
analysis method at significance level of 0.05 or 5%. The totaled sample
210 employees of the Badan Kepegawaian Negara (BKN) Cawang in
building III. Samples were taken with a non-probability sampling
technique, namely accidental sampling.
The results showed that there was a significant effect from the variable
POS, organizational justice, self-monitoring and demographic variables
with significant value of 0.000 or P < 0.05 to OCB. Thus, the null
hypothesis (Ho) that exist in the major hypothesis in this study was
rejected. The results of minor hypothesis test that examines the effect of
12 IV, there are only three null hypothesis (Ho) were rejected, meaning
that there are only three IV significant effect to OCB, that is the variable
POS, distributive justice and interpersonal justice while variable
procedural justice, informational justice, expressive self-control, social
stage presence, other directed self-presentation, age, gender, ethnicity and
long work does not affect to OCB.
Based on these results, it is suggested to the management of staffing
institutions to pay attention and improve to the POS (support organization)
and organizational justice in the institutions in order to encourage
employees to bring up the OCB. Thus, if the institution want to
intervention to increase OCB on employee, it can be noted and preferred
in the variable distributive justice and interpersonal justice of
organizational justice and POS (support organization).
G) Reading materials : 81 ; books : 8 + journals : 54 + minithesis : 12 +
internets : 7
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
segala kuasa dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi besar Muhammad
Terselasaikannya skripsi ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak dalam
memberikan bimbingan, masukan dan arahan. Oleh karena itu, izinkanlah penulis
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Psikologi
bagian kemahasiswaan Ibu Dra. Diana Mutiah, M.Si, yang tiada hentinya
berkualitas.
2. Ibu Yunita Faela Nisa, M.Psi.,Psi selaku dosen pembimbing skripsi yang
dan memberikan saran serta ide dalam penyusunan skripsi ini. Terima
iii
kasih atas segala masukan, ide, pengetahuan serta wawasan yang telah
5. Kedua orangtua tercinta, Bapak H. Nurul Falah dan Ibu Hj. Yayuk
motivasi, dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada
lingkungan dan negara. Semoga sukses dalam mencapai karir dan sukses
motivasi, saran, obrolan, tawa yang terkadang tidak penting hanya untuk
khususnya yang ada di gedung III yang telah membantu mengisi instrumen
iv
penelitian yang penulis berikan. Terutama kepala bidang kepegawaian
beserta staffnya (Bapak Irvan, Mbak Menik dan segenap jajaran di bidang
kepegawaian yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu) yang telah
segera akan bergelar S.Psi, terima kasih banyak untuk segala petualangan
9. Satu orang spesial yang selama empat tahun ini juga tak pernah lelah
memberi motivasi kepada penulis. Terima kasih untuk semua yang telah
Khususnya Yashika, Sonia, Ais dan semua yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu. Terima kasih karena telah membantu memberi
berbagai pengetahuan.
11. Para staf pegawai bagian perpustakaan Fakultas Psikologi UIN Syarif
v
skripsi ini. Terima kasih untuk semua bantuan dalam proses birokrasi dana
12. Semua pihak yang belum bisa disebutkan satu per satu, karena dukungan
Hanya asa dan doa yang penulis munajatkan semoga pihak yang membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini mendapatkan ridho dan balasan yang
berlipat ganda dari Allah SWT. amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
cukup jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat
Akhir kata, besar harapan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca dan
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PERNYATAAN
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK ............ i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............. iii
DAFTAR ISI ................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
vii
2.3.1 Pengertian keadilan organisasi......................... 44
2.3.2 Dimensi keadilan organisasi ... 47
2.3.3 Pengukuran keadilan organisasi ...... 55
2.4 Self-Monitoring.. 56
2.4.1 Pengertian self-monitoring....... 56
2.4.2 Ciri-ciri self-monitoring... 60
2.4.3 Komponen self-monitoring.......... 63
2.4.4 Pengukuran self-monitoring..... 66
2.5 Kerangka Berpikir.............. 68
2.6 Hipotesis......................... 75
2.6.1 Hipotesis mayor....... 75
2.6.2 Hipotesis minor 75
viii
distributif..............................................................
3.4.3.2 Uji validitas berdasarkan dimensi keadilan
107
prosedural.............................................................
3.4.3.3 Uji validitas berdasarkan dimensi keadilan
109
interpersonal.........................................................
3.4.3.4 Uji validitas berdasarkan dimensi keadilan
111
informasional.......................................................
3.4.4 Uji validitas konstruk variabel self-monitoring........ 112
3.4.4.1 Uji validitas berdasarkan dimensi expressive
113
self-control...........................................................
3.4.4.2 Uji validitas berdasarkan dimensi social stage
114
presence...............................................................
3.4.4.3 Uji validitas berdasarkan dimensi other directed
116
self-presentation.....................................................
3.5 Teknik Analisis Data.. 118
3.6 Prosedur Penelitian. 121
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3 Gambar path pengujian CFA, tabel muatan faktor dan tabel
matriks korelasi kesalahan pengukuran dimensi altruism
Lampiran 4 Gambar path pengujian CFA, tabel muatan faktor dan tabel
matriks korelasi kesalahan pengukuran dimensi conscientiousness
Lampiran 5 Gambar path pengujian CFA, tabel muatan faktor dan tabel
matriks korelasi kesalahan pengukuran dimensi sportsmanship
Lampiran 6 Gambar path pengujian CFA, tabel muatan faktor dan tabel
matriks korelasi kesalahan pengukuran dimensi courtesy
Lampiran 7 Gambar path pengujian CFA, tabel muatan faktor dan tabel
matriks korelasi kesalahan pengukuran dimensi civic virtue
Lampiran 13 Gambar path pengujian CFA, tabel muatan faktor dan tabel
matriks korelasi kesalahan pengukuran dimensi keadilan
distributif
Lampiran 14 Gambar path pengujian CFA, tabel muatan faktor dan tabel
matriks korelasi kesalahan pengukuran dimensi keadilan
prosedural
Lampiran 15 Gambar path pengujian CFA, tabel muatan faktor dan tabel
matriks korelasi kesalahan pengukuran dimensi keadilan
interpersonal
xii
Lampiran 16 Gambar path pengujian CFA, tabel muatan faktor dan tabel
matriks korelasi kesalahan pengukuran dimensi keadilan
informasional
Lampiran 17 Gambar path pengujian CFA, tabel muatan faktor dan tabel
matriks korelasi kesalahan pengukuran dimensi expressive self-
control
Lampiran 18 Gambar path pengujian CFA, tabel muatan faktor dan tabel
matriks korelasi kesalahan pengukuran dimensi social stage
presence
Lampiran 19 Gambar path pengujian CFA, tabel muatan faktor dan tabel
matriks korelasi kesalahan pengukuran dimensi other directed
self-presentation
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam suatu instansi, manusia sebagai sumber daya yang merupakan aset
dijalankan oleh instansi. Peran sumber daya manusia dalam sebuah instansi, baik
dan modernnya peralatan kerja yang dimiliki oleh instansi tanpa adanya tenaga
manusia maka tidak akan berhasil memproduksi barang atau jasa sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai instansi. Namun, sumber daya tersebut tidak akan
memberikan kontribusi yang optimal apabila kinerja yang dimiliki oleh pegawai
rendah.
Dalam hal ini, pegawai yang bekerja pada instansi pemerintah biasa disebut
dengan pegawai negeri sipil (PNS). Menurut undang-undang nomor 8 tahun 1974
(PNS) adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam
berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas
2014).
1
2
mendapat sorotan dari berbagai kalangan. Bahkan, berbagai media massa hampir
setiap hari memberitakan tentang buruknya kinerja PNS. Pasalnya, PNS dinilai
kurang produktif, berdisiplin rendah, etos kerja rendah, kental dengan praktik
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) serta berkepribadian kurang baik dan inilah
yang kerap menjadi bahan laporan kepada pemerintah tentang buruknya kinerja
para pelayan masyarakat tersebut. Hal ini tentu membuat miris, pasalnya sesuai
dengan bersikap profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaran tugas
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2004, menurut mantan menteri
negara pendayagunaan aparatur negara (Menpan) Faisal Tamim, sekitar 60% PNS
tidak cukup profesional, tidak disiplin dan tidak produktif. Fenomena ini jelas
memprihatinkan dan hal ini juga mengidentifikasi bahwa sikap dan budaya kerja
kementerian hanya didapatkan 50% dari jumlah pegawai negeri di Indonesia yang
kinerjanya tidak bisa diandalkan. Hal ini disebabkan oleh penyebaran pegawai
negeri yang tidak merata dan kompetensinya tidak sesuai dengan jenis
bersangkutan, agar kinerja pegawai negeri menjadi lebih baik (Rusdiana, 2012).
Cawang ditemukan adanya PNS yang datang terlambat bahkan sampai bolos di
jam kerja, saat jam kerja ada beberapa PNS yang berbincang-bincang dengan
santai yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan bahkan ada pegawai yang
Pernyataan yang muncul dari hasil wawancara dengan salah satu pegawai
BKN pun mendukung hasil pengamatan yang telah dilakukan bahwa tidak sedikit
pegawai yang berpendapat bahwa rajin tidak rajinnya PNS dalam bekerja tidak
akan berpengaruh terhadap gaji yang diterima karena gaji PNS telah ditentukan
memiliki job description yang berbeda-beda walaupun berada dalam satu unit
kerja yang sama sehingga membuat pegawai hanya bisa mengerjakan tugas sesuai
dengan tugasnya saja. Jadi, ketika tugasnya selesai lebih awal atau selesai saat
masih jam kerja, bisa dikatakan pegawai memiliki waktu luang dan terkesan
menganggur. Biasanya waktu luang inilah yang digunakan untuk ngobrol, main
game atau bahkan keluar kantor di jam kerja (Wibowo, A. Komunikasi Pribadi,
2014).
4
Namun demikian, bukan berarti PNS tidak memiliki potensi. Saat ini justru
Selain itu, kemampuan atau potensi yang dimiliki PNS sangat bergantung kepada
atasan masing-masing unit kerja. Jika atasan disetiap unit kerja cerdas mengambil
bekerja sesuai potensi yang dimilikinya. Sosok PNS dengan kompetensi yang
diindikasikan dari sikap dan perilaku baik terhadap pekerjaan maupun negara,
profesional bahkan sadar akan tanggung jawabnya sebagai seorang pelayan publik
saat ini sudah terhapuskan sehingga banyak muncul stigma buruk ketimbang
yang optimal akan terjadi apabila sumber daya manusia yang berada di instansi
yang mampu melakukan tugas diluar tugas yang seharusnya dilakukan untuk
instansinya tanpa menuntut imbalan apapun. Perilaku pegawai seperti ini yang
OCB merujuk pada perilaku yang tidak berkaitan dengan sistem reward
perilaku ini tidak termasuk ke dalam persyaratan kerja atau deskripsi kerja
pegawai sehingga jika tidak ditampilkan pun tidak akan diberikan hukuman
perilaku karyawan yang mau bekerja melebihi job description yang ada antara lain
seperti yang dikemukakan oleh Robbins (dalam Rangkuti, 2012), yaitu organisasi
yang sukses membutuhkan karyawan yang akan melakukan lebih dari sekedar
tugas formal mereka dan bersedia memberikan kinerja yang melebihi harapan
tujuan organisasi. OCB merupakan suatu perilaku positif individu sebagai anggota
organisasi dalam bentuk kesediaan secara sadar dan sukarela untuk bekerja dan
memberikan kontribusi pada organisasi lebih daripada apa yang dituntut secara
formal dalam organisasi. Dengan kata lain, OCB ini memiliki peran penting untuk
keberhasilan organisasi.
penelitian yang dilakukan oleh Smith, Bateman dan Organ (dalam Jahangir,
Akbar & Haq, 2004). Mereka melakukan suatu penelitian yang menyelidiki
Selain kepuasan kerja, ada juga faktor-faktor lain yang telah diteliti oleh
beberapa ahli yang dapat meningkatkan perilaku OCB karyawan di tempat kerja
(William & Anderson, 1991), persepsi peran (Podsakoff et.al., 2000), keadilan
individu (Organ & Ryan, 1995) serta umur karyawan (Jahangir et. al., 2004).
telah ada penelitian tentang OCB karyawan yang dikaitkan dengan variabel
organisasi dan faktor demografi (Aminah, 2013). Hasil dari penelitian terdahulu
yang telah disebutkan menunjukkan hasil yang signifikan. Salah satunya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Kamil (2012) yang menyatakan bahwa ada
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shore dan Wayne (1993),
Cardona, Lawrence dan Bentler (2004) dan Tennant (2012) menunjukkan bahwa
rekan kerja dan antara individu dengan organisasi, karena rasa peduli organisasi
terhadap karyawan inilah yang membuat karyawan merasa harus membalas budi
organisasi (POS) merupakan prediktor dari OCB. Ketika karyawan merasa bahwa
komitmen yang tinggi sehingga menumbuhkan motivasi dalam dirinya. Hal ini
organisasinya tersebut.
Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan yang positif antara POS
(normative commitment).
bahwa POS dan altruism berdampak positif pada OCB jika dimoderasi oleh iklim
telah dipaparkan, salah satu variabel yang berpengaruh terhadap OCB dan perlu
untuk diteliti adalah variabel perceived organizational support (POS) atau yang
Fahr, Podsakoff dan Organ, 1990; Moorman, 1991; Moorman, Niehoff dan
penelitian lain yang menyatakan bahwa keadilan organisasi adalah prediktor OCB
yang lebih baik dibandingkan dengan kepuasan kerja (dalam Rego & Cunha,
2006).
dengan organisasi adalah suatu keadilan, maka karyawan akan lebih mungkin
organisasi mengacu pada penilaian atas kebenaran moral atau kepantasan sosial di
lingkungan kerja (Greenhaus & Gerard, 2006). Penilaian ini dibuat secara
subjektif oleh individu berdasarkan pada sejauh mana dirinya merasa pengambilan
mengantarkan pada tiga aspek keadilan organisasi, yaitu : keadilan terhadap hasil
dua aspek, yaitu keadilan interpersonal yang berperan utama untuk mengubah
reaksi terhadap hasil keputusan dan keadilan informasional yang berperan utama
9
terhadap OCB. Penelitian yang dilakukan oleh Rego dan Cunha (2006) yang
akan menunjukkan OCB lebih ketika penilaian mereka tentang keadilan adalah
positif.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Asgari, Silong, Ahmad dan Sama (2008)
kepercayaan.
oleh Lee, Kim dan Kim (2013) yang menggunakan sampel karyawan dari Industri
output yang diterima oleh karyawan atau keadilan distributif memiliki pengaruh
Kemudian penelitian yang relatif baru dilakukan oleh Jafari dan Bidarian
(2012) yang menyatakan adanya hubungan positif yang signifikan antara dimensi
dipaparkan, variabel keadilan organisasi ini juga mampu menjadi prediktor OCB
Selain variabel POS dan keadilan organisasi, ada variabel lain yang juga
berhubungan positif dengan melayani diri sendiri dalam pengelolaan emosi. Self-
yang memiliki self-monitoring tinggi dapat bekerja dengan baik karena dalam
dunia kerja mereka cenderung dituntut untuk bersikap lebih fleksibel dan terbuka
melebihi apa yang menjadi tuntutan pekerjaannya pada saat yang dibutuhkan.
kepuasan kerja, POS dan karakteristik tugas. Hasil dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa dimensi OCB yang paling menonjol adalah dimensi altruism
prediktor dari OCB dan perlu untuk diteliti dalam penelitian ini bersama dengan
Selain tiga faktor yang telah diuraikan sebelumnya, diduga pula bahwa
variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, suku dan lama bekerja juga
beberapa penelitian seperti variabel gender pada penelitian Cohen (2006) dan
Morrison (dalam Novliandi, 2006), variabel usia pada penelitian Wagner dan
Rush (dalam Jahangir et.al., 2004), suku budaya (Liu dalam Aminah 2013) dan
dilakukan oleh Cohen (2006) menunjukkan hasil bahwa peran gender juga
inilah yang menjadikan adanya perbedaan persepsi OCB antara pria dan wanita.
suatu hal pokok. Perbedaan yang dimaksud adalah jika seseorang karyawan
dengan usia yang lebih muda, lebih dapat menyesuaikan kebutuhan mereka
lebih tua usianya cenderung akan lebih kaku dalam mengatur kebutuhan mereka
et.al., (2003), Cohen (2006) dan Leon dan Finkelstein (2011) yang menyebutkan
13
bahwa sampel yang digunakan pada penelitian mereka adalah karyawan yang
Kwantes, Karamb, Kuo dan Towson (2008) menyatakan bahwa penelitian yang
relevan atau bahkan tidak valid, karena mahasiswa dianggap kurang memiliki
karena itu, agar hasilnya dapat sesuai dengan tujuan dari penelitian itu sendiri
maka akan digunakan sampel pegawai sebuah instansi pemerintah yang bergerak
di bidang kepegawaian.
Behavior (OCB).
Penelitian ini dibatasi hanya mengenai pengaruh dari variabel prediktor, yaitu
1. OCB mengacu pada perilaku yang merupakan pilihan dan inisiatif individual,
dalam konteks organisasi tentang sejauh mana orang merasa bahwa mereka
5. Variabel demografi yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri dari variabel
usia, jenis kelamin, suku dan lama bekerja. Dibatasi oleh kategori sebagai
15
berikut : usia (20-27 tahun, 28-35 tahun, 36-43 tahun dan lebih dari 44 tahun)
dan lama bekerja (1 tahun, 2-12 tahun, 13-22 tahun dan lebih dari 23 tahun).
tingkat OCB sedang yang mayoritas berada pada usia 28-35 tahun.
di jalan Letjen Sutoyo No.12 Cawang, Jakarta Timur 13640. Badan ini
yang ada di gedung III khususnya karyawan dengan status karyawan PNS dan
sebagai berikut :
16
stage presence, other directed self-presentation, usia, jenis kelamin, suku dan
self-presentation, usia, jenis kelamin, suku dan lama bekerja terhadap OCB?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh POS, keadilan
1.3.2.1 Manfaat teoritis. Manfaat teoritis dari penelitian ini antara lain :
dan organisasi.
BAB 1 PENDAHULUAN
tujuan dan manfaat penelitian yang terdiri dari manfaat teoritis dan
Penjelasan pada bab ini berisi tentang populasi, sampel dan teknik
prosedur penelitian.
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan variabel
Dalam bidang perilaku organisasi, sampai saat ini sudah mulai banyak fokus
organizational citizenship behavior (OCB) muncul lebih dari dua dekade lalu di
interpretasi terhadap konsep OCB ini (Borman & Motowidlo, 1997; Bukhari, Ali,
Shahzad & Bashir, 2009; Podsakoff, MacKenzie, Paine & Bachrach, 2000).
(OCB), pertama kali konsep ini diperkenalkan oleh Kan dan Katz (dalam Jafari &
suatu pekerjaan yang tidak terdapat dalam job description formal karyawan tetapi
sangat dihargai jika ditampilkan oleh karyawan karena perilaku ini dapat
19
20
& Seniati, 2004). Tetapi dalam perusahaan ada juga yang disebut dengan perilaku
in-role yaitu melakukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan tugas yang ada dalam
Organizational citizenship behavior (OCB) ini berawal dari usulan konstruk yang
diajukan oleh Organ dalam upaya untuk memahami perilaku yang belum diberi
nama yang berperan sebagai representasi yang lebih baik tentang performance
et.al., 2004).
secara eksplisit maupun melakukan studi lebih lanjut mengenai hal tersebut. OCB
yang berkaitan dengan pekerjaan tambahan yang melebihi tugas dan tanggung
jawab di luar pekerjaan pokok mereka. Penelitian OCB telah meluas sejak
diperkenalkan hampir dua puluh tahun yang lalu (Bateman & Organ dalam
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bateman dan Organ (1983), OCB
langsung dan jelas oleh sistem penghargaan formal serta dapat meningkatkan
definisi OCB itu sendiri (Organ, Podsakoff & MacKenzie dalam Asgari, Nojabaee
recognized by the formal reward system, and that in the aggregate promotes the
behavior is not an enforceable requirement of the role or the job description, that
is, the clearly specifiable terms of the persons employment contract with the
organization; the behavior is rather a matter of personal choice, such that its
Maksud dari definisi di atas adalah OCB sebagai bentuk perilaku yang
merupakan pilihan dan inisiatif individual, tidak berkaitan dengan sistem reward
berarti, perilaku tersebut tidak termasuk ke dalam persyaratan kerja atau deskripsi
kerja karyawan sehingga jika tidak ditampilkan pun tidak diberikan hukuman
menggunakan istilah yang hampir sama dengan Organ (1988) yaitu OCB
behavior, that is not part of an employees format job requirement, but that
OCB adalah perilaku yang dikaitkan dengan perilaku yang bersifat bebas, bukan
dalam konteks tertentu yang bukan merupakan persyaratan mutlak dari job
description. Definisi OCB di atas juga menghendaki bahwa OCB adalah not
tersebut tidak berkaitan secara langsung atau secara eksplisit dengan sistem
imbalan formal. Dimana imbalan tersebut tidak dijamin secara kontrak oleh
Selain itu OCB juga mensyaratkan in the aggregate promotes the efficient
2006 : 9). In the aggregate di sini mengacu pada orang secara personal dan juga
23
semua orang dalam kelompok, departemen atau organisasi (Organ et.al., 2006 :
10).
dan melampaui harapan dari peran yang ada. Pendapat yang tidak jauh berbeda
juga dikemukakan oleh Jacqueline, Kessler dan Purcell (dalam Bukhari et.al,
2009) yang menyatakan bahwa OCB adalah perilaku extra-role, yakni suatu
perilaku yang tidak dibutuhkan secara resmi di organisasi dan pada prakteknya
lingkungan organisasi.
OCB secara khusus mengacu pada perilaku yang memiliki dampak positif
terhadap organisasi atau anggotanya (Poncheri dalam Bukhari et.al., 2009). Selain
itu, OCB juga merupakan perilaku yang mempertinggi nilai dan pemeliharaan
sosial serta lingkungan psikologi yang mendukung hasil pekerjaan (Ehrhat dalam
kesejahteraan organisasi juga hal-hal yang terkait di dalamnya. Dengan kata lain,
OCB merupakan perilaku inisiatif dari karyawan, dimana perilaku tersebut tidak
menyatakan bahwa hal terpenting yang terdapat dalam perilaku OCB adalah
adanya suatu pengaruh besar dalam hal keuntungan namun tidak pada kepuasan
2009), mereka menemukan bahwa OCB dapat meningkatkan daya tarik sosial
dalam suatu unit kerja. Seperti OCB yang umumnya diberi label sebagai perilaku
yang positif, mereka menunjukkan bahwa OCB mungkin lebih membuat daya
tarik sosial mereka lebih mungkin untuk dihargai sebagai teman atau mitra.
melampaui persyaratan peran tertentu dan tidak diakui oleh sistem reward.
Sedangkan in-role berarti melakukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan tugas
yang ada dalam job description. (Dyne et.al. dalam Hardi, 2009).
bahwa pengertian dari OCB sebagai bentuk perilaku yang merupakan pilihan dan
inisiatif individual, tidak berkaitan dengan sistem reward formal organisasi tetapi
tidak termasuk ke dalam persyaratan kerja atau deskripsi kerja karyawan sehingga
dalam penelitian ini akan digunakan definisi atau teori organizational citizenship
25
behavior (OCB) dari Organ (1988). Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa
pengertian dari Organ (1988) telah banyak dijadikan pedoman dalam penelitian
terdahulu (seperti : Novliadi, 2006; Arwan, 2012; Sufya, 2012; Prastiwi, 2013;
Rangkuti, 2012; Aminah, 2013; Kwantes et.al., 2008), sehingga pengertian dari
Dari sekian banyak peneliti, diantaranya adalah Podsakoff et.al., (2000) mendapati
hampir 30 potensi bentuk perilaku dari OCB yang teridentifikasi dalam literatur
namun telah disepakati bahwa dimensi utama dari OCB, yaitu : 1) helping, 2)
Berbeda dengan Podsakoff et.al., (2000), peneliti lain, yaitu LePine, Erez
Pendapat yang berbeda juga muncul dari Marshall (dalam Vigoda &
dalam pengertian yang luas, sehingga esensi dari OCB adalah partisipasi. Dalam
Pendapat lain tentang dimensi OCB yang tidak jauh berbeda dengan
konseptualisasi OCB yang berbasis pada filosofi politik dan teori politik modern.
Dengan menggunakan perspektif teoritis ini, Graham (dalam Bolino et.al., 2002)
kelangsungan organisasi.
terdiri dari :
pengembangan organisasi.
dan Fetter (1990) mengidentifikasi lima dimensi dari OCB (Organ et.al., 2006 :
251), yaitu :
a. Altruism
Yaitu bentuk perilaku yang merupakan pilihan dan inisiatif individual dari
b. Conscientiousness
Yaitu bentuk perilaku yang merupakan pilihan dan inisiatif individual dari
dan sebagainya. (Organ et.al., 2006). Contohnya adalah tiba di kantor tepat
waktu, memiliki tingkat ketidakhadiran yang rendah dan menahan diri untuk
c. Sportsmanship
d. Courtesy
Yaitu bentuk perilaku yang merupakan pilihan dan inisiatif individual yang
e. Civic virtue
Untuk lebih jelas tentang dimensi OCB dari beberapa literatur, tabel di
Tabel 2.1
Ringkasan dimensi-dimensi OCB
No Nama dan Tahun Dimensi
1. Marshall (1950) 1. Kepatuhan (obedience)
2. Loyalitas (loyalty)
3. Partisipasi
Governance
Local Lives
Tempat Kerja
2. Podsakoff, MacKenzie, 1. Altruism
Moorman dan Fetter (1990) 2. conscientiousness
3. Sportsmanship
4. Courtesy
5. Civic Virtue
3. Graham (1991) 1. Kepatuhan (obedience)
2. Loyalitas (loyalty)
3. Partisipasi (participation)
Partisipasi Sosial
Partisipasi Advokasi
Partisipasi Fungsional
4. Podsakoff, MacKenzie, Paine 1. Helping
dan Brachrach (2000) 2. Sportsmanship
3. Organizational Loyality
4. Organizational Compliance
5. Individual Initiative
6. Civic Virtue
7. Self-Development
Sumber : dibuat untuk kepentingan penelitian, didapat dari berbagai sumber pustaka.
kesamaan konsep. Dengan kata lain, terjadi pelabelan (penamaan) yang berbeda-
Dari beberapa dimensi yang terpapar di atas, maka dalam penelitian ini
sportsmanship, courtesy dan civic virtue. Hal ini didasarkan pada pertimbangan
bahwa lima dimensi tersebut lebih bisa menggambarkan karakteristik dari OCB
pegawai dan konsisten dengan teori yang telah dikemukakan oleh Organ (1988).
(OCB)
karyawan, yaitu : teori atribusi, pertukaran sosial dan kepribadian evaluasi diri.
diri merupakan faktor inti yang dapat mendorong OCB dari anggota organisasi
secara individual.
Sampai saat ini, beberapa faktor seperti kepuasan kerja, keadilan, dan
dukungan atau kepercayaan dari organisasi dan kepemimpinan adalah faktor yang
OCB, yaitu :
a. Keadilan organisasi
dilakukan oleh Jafari dan Bidarian (2012) menyatakan bahwa ada pengaruh
31
yang positif antara dimensi keadilan organisasi dengan OCB. Tetapi dari hasil
dilakukan oleh Asgari, Silong, Ahmad dan Sama (2008), dimensi lain dari
variabel mediator, yaitu variabel POS dan kepercayaan (dalam Arwan, 2012).
b. Komitmen organisasi
OCB.
terhadap organisasi.
dalam OCB.
yang secara relatif dapat dikatakan tetap sedangkan suasana hati merupakan
Sebuah suasana hati yang positif akan meningkatkan peluang seseorang untuk
tetapi suasana hati juga dipengaruhi oleh situasi, misalnya iklim kelompok
kerja berjalan positif maka karyawan cenderung berada dalam suasana hati
Menurut Robbins dan Judge (dalam Hendry, 2011), trait kepribadian utama
yang terkait dengan perilaku kerja seseorang dibagi menjadi enam, yaitu
aktif dan kepribadian tipe A. Tetapi perilaku karyawan tidak terlepas dari trait
33
petunjuk non-verbal dan mengubah tingkah laku individu (Iriani, 2003). Hasil
bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara pria dan wanita
dalam tingkat OCB mereka, dimana perilaku menolong wanita lebih besar
daripada pria. Hal ini disebabkan karena ada perbedaan persepsi terhadap
OCB antara pria dan wanita, dimana wanita menganggap OCB merupakan
pekerjaan dan pribadinya sebagai suatu hal pokok. Seorang karyawan dengan
usia yang lebih muda lebih dapat menyesuaikan kebutuhan mereka terhadap
kebutuhan organisasi secara lebih fleksibel. Sedangkan yang lebih tua usianya
organisasi. Hal ini akan menjadi peran penting pada perbedaan motivasi
34
terhadap OCB dari karyawan dengan usia muda dan karyawan dengan usia
lebih tua.
karakteristik personal seperti masa kerja dan gender berpengaruh pada OCB.
Penelitian yang dilakukan oleh Jafari dan Bidarian (2012) menyatakan bahwa
semakin lama orang memiliki pengalaman kerja dalam suatu organisasi, maka
f. Status kerja
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dyne dan Stamper (2001) ditemukan
penuh waktu dan paruh waktu. Karyawan yang bekerja penuh waktu memiliki
intensitas helping yang tinggi dibanding karyawan paruh waktu. Selain itu,
karyawan yang memilih untuk bekerja penuh waktu juga lebih tinggi
mempengaruhi OCB :
35
Tabel 2.2
Ringkasan faktor-faktor yang mempengaruhi OCB
No. Nama dan Tahun Faktor yang mempengaruhi OCB
1. Smith, Organ dan Near (1983) Kepuasan kerja
Persepsi kepemimpinan dan dukungan
organisasi
Kepribadian
Karakteristik tugas
Sikap pada pekerjaan
2. OReilly dan Chatman (1986) Komitmen organisasi
Morrison (1994)
3. Organ (1988) Sikap pada pekerjaan
Niehoff dan Moorman (1993)
4. Farh, Podsakoff dan Organ Persepsi kepemimpinan dan dukungan
(1990) organisasi
Karakteristik tugas
Gaya kepemimpinan
5. Moorman (1991) Keadilan dan Keadilan organisasional
Sikap pada pekerjaan
6. Moorman, Niehoff dan Organ Kepuasan kerja
(1993) Persepsi keadilan
Karakteristik tugas
7. Dyne et.al., (1994) Kepribadian
Karakteristik tugas
Status kerja
8. Organ dan Ryan (1995) Sikap pada pekerjaan
Kepuasan kerja
9. Podsakoff et.al., (2000) Kepribadian
Persepsi kepemimpinan dan dukungan
organisasi
Karakteristik kelompok
Organisasi budaya organisasi
10. Rhoades dan Eisenberger (2002) Persepsi dukungan organisasi
Shore dan Wayne (1993)
11. Jacqueline dan Shapiro (2002) Kontrak psikologis
12. Robbins dan Judge (2008) Self-monitoring
Blakely, Andrews dan Fuller
(2003)
Snyder (1974)
13. Lee, Jeung dan Kim (2010) Keadilan dan Keadilan organisasional
14. Morrison (1994) Karakteristik individual karyawan
Burton (2003)
Jahangir dkk., (2004)
Greenberg dan Baron (2000)
Jafari dan Bidarian (2012)
Sumber : dibuat untuk kepentingan penelitian, didapat dari berbagai sumber pustaka.
36
yang meneliti faktor yang sama guna membuktikan apakah faktor-faktor tersebut
dapat berpengaruh dengan baik atau tidak terhadap OCB seseorang, tetapi ada
juga peneliti yang meneliti faktor berbeda untuk menemukan faktor-faktor lain
yang juga dapat mempengaruhi OCB selain faktor-faktor yang sudah diteliti oleh
yang telah diuraikan, maka tidak semua faktor-faktor yang mempengaruhi OCB
Berdasarkan pada relevansi dengan permasalahan yang ada dan karena belum
POS, variabel keadilan organisasi dan variabel kepribadian yang salah satu
sebagai prediktor dari munculnya OCB pada pegawai. Ketiga variabel faktor-
variable.
37
Banyak teori yang membahas dan mengemukakan mengenai OCB dengan teori
yang berbeda-beda. Berbeda teori yang dikemukakan tentunya alat ukur yang
digunakanpun berbeda. Seperti pada awal pengenalan OCB, skala ukur yang
digunakan oleh Bateman dan Organ (1983) adalah skala dengan 30-item
pernyataan, di tahun yang sama Organ bersama dengan Smith dan Near kembali
mengukur OCB dengan 16-item yang berbeda dan dikelompokkan dalam dua
adalah Dyne et.al., (1994). Ia meneliti OCB dengan menggunakan 34-item dan
skala likert dari Podsakoff, MacKienzie, Moorman dan Fetter (1990) dengan
mengembangkan konsep dari Organ (dalam Organ et.al., 2006). Hal ini
menggunakan skala tersebut, sehingga item-item yang sudah ada sudah tentu telah
Dalam organisasi, interaksi sosial bisa terjadi dalam konteks individu dengan
diterima oleh karyawan dan ditangkap sebagai stimulus yang diorganisir dan
sebagai komitmen organisasi pada individu. Bila dalam interaksi antara individu-
berupa rewards, kompensasi yang setara, dan iklim organisasi yang adil.
Pendapat lain mengenai pengertian POS muncul dari Randall et.al., (1999).
dijelaskan dalam prinsip sosial atau ekonomi. Dua cara utama pertukaran sosial,
yaitu: (1) pertukaran menyeluruh (global) antara karyawan dan organisasi dan (2)
Eisenberger & Armeli, 2001) dengan pendapatnya yang tidak jauh berbeda. Ia
situasi stres di tempat kerja atau di rumah yang akan membantu kebutuhan
saat dibutuhkan.
hubungan dan persepsi yang lebih positif terhadap organisasi tersebut. Dengan
karyawan tersebut merasa menjadi bagian dari organisasi dan merasa bertanggung
bentuk oleh tiap karyawan mengenai penilaian mereka terhadap kebijakan dan
dukungan dalam situasi yang berbeda-beda dan dalam artian secara luas.
reaksi organisasi terhadap kejadian di masa yang akan datang seperti karyawan
perusahaan untuk memberi gaji atau imbalan yang sesuai dan membuat pekerjaan
Huntington, Hutchison dan Sowa (1986) karena teori Eisenberger et.al., (1986)
dianggap cukup kuat dan lengkap untuk dijadikan pedoman dalam penelitian ini
42
serta karena sudah banyak peneliti-peneliti sebelumnya (seperti : Shore & Wayne,
1993; Ardianto, 2009; Kamil, 2012; Tennant, 2012) yang menggunakan teori
Eisenberger et.al., ini sehingga dianggap bahwa teori Eisenberger et.al., (1986)
sehingga diduga bahwa variabel POS menarik untuk diteliti kembali dan dijadikan
et.al., 1986).
43
Eisenberger et.al., (1986) mengatakan bahwa alat ukur SPOS ini terdiri dari
sangat setuju) untuk mengidentifikasi tingkat kesetujuan dari tiap item. Untuk
merupakan hal yang positif dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang bersifat
negatif.
Pernyataan dalam alat ukur ini dibuat mengacu pada penilaian evaluatif
organisasi dan kinerja karyawan, antisipasi karyawan terhadap nilai masa depan,
Dalam penelitian ini, akan digunakan alat ukur SPOS dengan mengadaptasi
alat ukur yang dikembangkan oleh Eisenberger, Huntington, Hutchison dan Sowa
(1986) karena sudah banyak penelitian terdahulu (seperti : Blakely, Andrews &
Fuller, 2003; Rhoades & Eisenberger, 2002) yang menggunakan alat ukur ini,
sehingga item-item yang sudah ada tentu telah teruji validitas dan reabilitasnya.
Teori keadilan pertama kali dipopulerkan oleh J. Stacy Adam tahun 1963. Teori
pekerjaan mereka dengan masukan atau keluaran orang lain untuk menghapuskan
(Greenberg, 1987).
teoritikus (seperti Homans; Adams; Bercheid & Walster dalam Greenberg, 1987).
Para teoritikus ini memberikan perhatian yang cukup besar terhadap pengujian
tentang equity theory mengenai distribusi pembayaran dan imbalan lainnya yang
yang dilakukan oleh Greenberg (1987). Greenberg (dalam Colquitt et.al., 2001)
dibuat dalam hal distribusi tentang hasil kerja yang diperoleh (keadilan
prosedural) dan keadilan mengenai hasil kerja yang didapat (sebagai studi dalam
teori kesetaraan).
keadilan organisasi ini berasal dari berbagai persoalan mengenai berbagai hal,
mulai dari seberapa banyak bayaran yang didapatkan sampai seberapa baik
Pendapat yang tidak jauh berbeda yang diungkapkan oleh Kreitner dan
mana orang merasa bahwa mereka diperlakukan secara adil di tempat kerja.
sejauh mana mereka diperlakukan secara adil dan jujur (Eloviainio et.al., dalam
Malik & Naeem, 2011) dan apakah proses dan hasil yang diperoleh di tempat
kerja adalah wajar atau tidak (Hubbel & Assad dalam Malik et.al., 2011).
oleh individu atau sekelompok individu (Greenhaus & Gerard, 2006). Dalam hal
ini, keadilan adalah konsep yang subjektif dan deskriptif yang menangkapi apa
yang individu yakini benar, bukan realitas objektif atau aturan moral yang bersifat
pribadi mengenai kepuasan etis dan moral dari perilaku manajerial (Cropanzano,
kegiatan organisasi (Greenberg & Tyler dalam Philip, Kumar & Choudhary,
2012). Jafari dan Bidarian (2012) menyatakan bahwa ada hubungan positif yang
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka
mengenai keadilan dalam konteks organisasi tentang sejauh mana orang merasa
bahwa mereka diperlakukan secara adil di tempat kerja baik berkaitan dengan
maka dalam penelitian ini penulis akan menggunakan teori keadilan organisasi
dari Greenberg (2005). Karena teori Greenberg (2005) ini sudah banyak
menunjukkan bahwa keadilan organisasi adalah prediktor dari OCB yang lebih
baik dibandingkan kepuasan kerja (Farh et.al.; Moorman; Moorman et.al.; Organ
& Moorman dalam Rego & Cunha, 2006). Sehingga variabel keadilan organisasi
terhadap proses yang menyebabkan hasil keputusan atau yang biasa disebut
48
dengan keadilan prosedural (Leventhal; Leventhal, Karuza & Fry; Thibaut &
yang diperkenalkan oleh Bies dan Moag (dalam Colquitt, 2001). Berikut
Greenberg (2005) :
1. Keadilan distributif
telah menerima penghargaan dari hasil pekerjaan dengan jumlah yang adil
penilaian formal kinerja yang mereka terima adalah adil sejauh bahwa
(Greenberg, 2005).
yang ditentukan oleh beberapa peraturan alokasi, atau dapat dikatakan bahwa
Kinicki, 2007).
Teori keadilan distributif berasal dari equity theory yang diungkapkan oleh
Adams (dalam Colquitt et.al., 2001). Adams (dalam Colquitt et.al., 2001)
menyatakan bahwa salah satu cara untuk menentukan apakah suatu hasil itu
adil adalah dengan menghitung rasio kontribusi atau apa yang individu telah
pengalokasian sumber daya oleh organisasi, yang mana berfokus kepada hasil
(Rego & Cunha, 2006). Keadilan ini berkaitan dengan kenyataan bahwa tidak
tempat kerja (Cropanzano et.al., 2007). Keadilan distributif ada sejauh bahwa
2. Keadilan prosedural
hasil yang diterima, tetapi juga kepada proses dimana hasil tersebut
Keadilan prosedural memiliki fokus utama pada proses dan metode dimana
keputusan terhadap hasil dibuat (Ding & Lin; Farmer et.al.; Cropanzo &
untuk membuat keputusan yang akan mengarahkan pada hasil akhir (Ding &
Lin; Byrne; Coninck & Bachmann; Greenberg; Elovainio et.al.; Aryee et.al.;
Greenberg dalam Malik et.al., 2011). Contoh dari keadilan prosedural adalah
(Leventhal, 1976; 1980; Leventhal, Karuza & Fry dalam Colquitt et.al., 2001)
51
menyatakan bahwa terdapat enam kriteria prosedur yang harus dipenuhi agar
prosedur tersebut dianggap adil. Prosedur harus (a) dapat ditetapkan secara
konsisten kepada seluruh karyawan dan sepanjang waktu, (b) bebas dari bias,
memperbaiki keputusan yang salah atau tidak akurat, (e) sesuai dengan
standar etika atau moralitas yang berlaku dan (f) memperhitungkan pendapat
2012).
prosedur yang tidak adil bukan hanya menyebabkan karyawan tidak puas
terhadap hasil yang mereka terima (seperti pada keadilan distributif) tetapi
juga menyebabkan mereka menolak seluruh sistem yang tidak adil. Sehingga
3. Keadilan interaksional
Keadilan interaksional ini mengacu pada cara manajemen atau mereka yang
bawahan (Rego & Cunha, 2006). Atau dengan kata lain, keadilan
(Greenberg, 2005).
Bies dan Moag (dalam Colquitt et.al., 2001) memperkenalkan aspek terbaru
Moag (dalam Colquitt et.al., 2001) menyebut aspek keadilan ini sebagai
keadilan interaksional.
kerja karena berhubungan dengan perlakuan yang adil dan tidak adil
(Martinez et.al.; Cohen & Spector; Frey dalam Malik et.al., 2011). Bentuk
penelitian ini lebih berfokus pada apakah orang tersebut merasa atau tidak
Colquitt et.al.; Greenberg & Lind; Rego et.al.; Blakely et.al. dalam Rego &
53
hormat dan bermartabat (Rego & Cunha, 2006). Kedua, yang disebut dengan
orang merasa lebih baik terhadap hasil yang kurang baik. Sedangkan keadilan
keadilan organisasi meramalkan hasil yang berbeda (Rego & Cunha, 2006).
besar atau kecilnya komitmen organisasi terhadap OCB. Berbeda dengan keadilan
interaksional yang lebih berpengaruh dengan reaksi terhadap atasan atau sesuatu
yang secara interaksional tidak adil terhadap dirinya (Rego & Cunha, 2006).
54
Teori yang tidak jauh berbeda, yaitu teori yang diajukan oleh Colquitt et.al.,
terpapar di atas, maka dalam penelitian ini akan digunakan dimensi keadilan
organisasi yang dikemukakan oleh Greenberg (dalam Rego & Cunha, 2006), yaitu
informasional.
55
Pengukuran keadilan organisasi pada penelitian ini diadaptasi dari skala yang
dibuat oleh Rego dan Cunha (2006). Rego dan Cunha (2006) melakukan
dilakukan untuk mengetes nilai fit dari faktor empat model, yaitu : keadilan
Dari hasil uji CFA pada penelitian Rego dan Cunha (2006), maka dihasilkan
skala yang terdiri dari 17-item. Dimana 14-item harus di buang karena nilai fit
tidak memuaskan. Model 17-item memiliki indeks fit yang memuaskan, yaitu
Karena pada teori Greenberg (2005) tidak ada skala pengukuran yang sesuai
teori Greenberg (2005) ini selalu menggunakan skala yang dibuat oleh peneliti
lain (seperti Rego & Cunha, 2006). Maka dari itu, pada penelitian ini pun akan
digunakan skala ukur 31-item dengan model 17-item yang dibuat oleh Rego dan
Cunha (2006).
56
2.4 Self-Monitoring
2.4.1 Pengertian self-monitoring
Konsep self-monitoring pertama kali dikemukakan oleh Snyder pada tahun 1972
pengaturan diri (Snyder & Gangestad, 1986). Mark Snyder (1974) mengajukan
konsep self-monitoring, yang menjelaskan mengenai proses yang dialami dari tiap
dan reaksi orang lain atau berdasarkan faktor internal seperti kepercayaan, sikap
berperan dalam menentukan kesan apa yang ingin ditampilkan individu terhadap
individu lain, sehingga dapat terjalin suatu hubungan yang baik (Moningka &
Widyarini, 2005).
dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam situasi sosial.
mengatur keputusan dalam berperilaku terhadap situasi sosial. Hal ini diperkuat
57
2006).
untuk merubah perilaku dalam merespon terhadap presentasi diri yang dipusatkan
reaksi orang lain atau berdasarkan faktor internal seperti keyakinan sikap dan
tersebut memberikan perhatian penuh pada situasi sosial. Jadi, mereka dapat
2012).
untuk berperilaku sesuai dengan situasi (Snyder dalam Rangkuti, 2012). Snyder
kemampuan atau kesadaran diri menampilkan dirinya baik perilaku, ekspresi non-
58
suatu tingkatan yaitu suatu hal yang secara relatif tinggi dan rendah kaitannya
berhubungan dengan observasi diri dan kontrol diri yang diterima secara sosial.
Seseorang yang tinggi dalam monitoring diri akan mau dan mampu tampil ke
depan dan dapat melakukan apa yang diharapkan oleh lingkungan sosial. Menurut
orang lain (self-monitoring tinggi) atau atas dasar faktor internal seperti
tertentu dan dapat dengan mudah menyesuaikan perilaku mereka sendiri untuk
cenderung lebih banyak bergantung pada situasional verbal dan isyarat non-verbal
monitoring rendah kurang sensitif terhadap sekitarnya dan kurang peduli dengan
dampak dari sikapnya terhadap orang lain dan lebih dipandu oleh perasaan
et.al., 2003).
hubungan positif antara pengamatan keadilan dari semua tiga dimensi (seperti
untuk mengatur perilakunya berdasarkan situasi lingkungan dan reaksi orang lain
atau berdasarkan faktor internal seperti kepercayaan, sikap dan kepentingan dari
dari Snyder (1974). Hal ini karena pengertian yang dipaparkan oleh Snyder (1974)
untuk dijadikan independent variable dalam penelitian ini yang akan diteliti
Menurut Snyder (1974) ada dua ciri-ciri dari self-monitoring, yaitu : high self-
mereka lebih mengutamakan dirinya dan nilai-nilai yang diyakininya dan kurang
a. High self-monitoring
yang layak secara sosial dan menaruh perhatian pada bagaimana orang
pedoman bagi tingkah laku mereka. Perilaku mereka lebih ditentukan oleh
Mereka pandai dalam merasakan keinginan dan harapan orang lain, terampil
memiliki pragmatic self. Mereka sering disebut juga sebagai pengelola kesan
b. Low self-monitoring
pada perasaan mereka sendiri dan kurang menaruh perhatian pada isyarat-
isyarat situasi yang dapat menunjukan apakah mereka sudah layak atau
mengungkapkan dirinya secara lebih jelas dan cenderung untuk menjadi diri
Untuk lebih jelas tentang ciri-ciri high self-monitoring dan low self-
monitoring dari beberapa literatur, tabel di bawah ini menjelaskan ringkasan ciri-
Tabel 2.3
Ringkasan ciri-ciri high self-monitoring dan low self-monitoring
No. Nama dan Tahun High self-monitoring Low self-monitoring
1 Baron dan Byrne o Tingkah laku dipengaruhi o Tingkah laku dipengaruhi
(2004) oleh faktor eksternal faktor internal (nilai,
(situasi sosial). minat dan perasaan).
o Mempunyai hubungan o Mempunyai hubungan
interpersonal yang baik. interpersonal yang
kurang baik.
o Kurang konsisten dalam o Lebih konsisten dalam
berperilaku dan lebih berperilaku sehingga
dikenal dengan bunglon dianggap terlalu kaku.
sosial.
2. Engel et.al. (1995) o Sangat peduli dengan o Tidak peduli dengan
pendapat oang lain dan pendapat orang lain dan
lebih fokus pada situasi lebih mementingkan
sosial. perasaan.
3. Glick, DeMorest o Menempatkan pada daya o Menempatkan pada
dan Horze (1998) tarik fisik dalam memilih kualitas kepribadian
pasangan. dalam memilih pasangan.
4. Pilkonis (1997) o Tidak pemalu dan lebih o Pemalu dan kurang siap
siap mengambil inisiatif mengambil inisiatif
dalam berbagai situasi. dalam berbagai situasi.
5. Setyabudi (2013) o Lebih mudah terkena o Lebih jarang terkena
stress. stress.
6. Sharp dan Getz o Lebih cenderung o Harga diri cenderung
(1996) memiliki harga diri rendah.
tinggi.
7. Snyder (1974) o Lebih peka terhadap o Kurang peka karena lebih
lingkungan sosial di mengutamakan diri dan
sekitarnya dan perasaan mereka sendiri.
menjadikan petunjuk o Kurang mengutamakan
sosial sebagai pedoman penampilan dan
berperilaku. kepribadiannya sendiri
o Mengutamakan o Cenderung untuk
penampilan dan mengungkapkan dirinya
cenderung untuk dilihat secara jelas.
baik.
8 Wrightsman dan o Menyukai terjadi o Kurang menyukai adanya
Deaux (1981) perubahan dalam perubahan dalam
lingkungan lingkungan sosial.
Sumber : dibuat untuk kepentingan penelitian, didapat dari berbagai sumber pustaka.
63
a. Peduli terhadap apa yang secara sosial dibutuhkan untuk penampilan diri
seseorang.
presentation).
tertentu.
64
Briggs dan Cheek (dalam Snyder & Gangestad, 1986) menyebutkan ada tiga
2006), yaitu :
tinggi suka mengontol tingkah lakunya agar dapat terlihat baik. Adapun ciri-
cirinya adalah :
pura, dan melakukan kontrol ekspresi baik secara verbal maupun non-
2. Social stage presence, kemampuan untuk bertingkah laku yang sesuai dengan
c. Suka menilai.
apa yang diharapkan orang lain dalam situasi sosial, kemampuan untuk
65
dikemukakan oleh Briggs dan Cheek (dalam Snyder & Gangestad, 1986), yaitu
Hal ini karena komponen self-monitoring yang dikemukakan oleh Briggs dan
Cheek (1986) ini dianggap lebih lengkap dan tepat untuk digunakan dalam
pendapat peneliti lain serta karena sudah banyaknya peneliti terdahulu (Rangkuti,
ukuran 18-item yang dianggap lebih unggul secara psikometri daripada skala asli
dari self-monitoring.
berpegang pada teori Snyder dan Gangestad (1986) menyatakan bahwa self-
skala self-monitoring scale (SMS) yang terdiri dari 25-item dengan metode benar-
salah (misalnya, "dalam situasi yang berbeda dan bersama orang yang berbeda,
saya sering bersikap seperti orang yang sangat berbeda") (Snyder, 1974). Skor
yang didapat kemudian dijumlahkan dan individu yang mendapat skor 13 keatas
alpha cronbach berkisar 0,67-0,75 (Ahmed, Garg & Braimoh, 1986; Briggs et.al.,
1980). Skala juga menunjukkan validitas konstruk yang baik (untuk review lihat
yang diambil dari self-monitoring scale asli (Snyder & Gangestad, 1986). Item
dihitung dengan cara yang sama seperti self-monitoring scale yang terdiri dari 25-
item dan menggunakan patokan skala skor 11 untuk membedakan antara high self-
monitoring dan low self-monitoring. SMS-R ini memiliki reliabilitas internal yang
67
tinggi dan baik untuk digunakan, dengan alpha cronbach berkisar 0,60-0,70
dibagi menjadi dua sub-skala (Lennox & Wolfe, 1984), yaitu : kemampuan untuk
lain. Item dinilai menggunakan skala likert 6-point yang berkisar antara 0 (tentu,
selalu salah) sampai 5 (tentu, selalu benar). Sub-skala self-presentation terdiri dari
dengan orang yang berbeda dan situasi yang berbeda"). Sub-skala sensitivitas
terdiri dari 6-item (misalnya, "saya sering dapat melihat emosi seseorang dengan
tepat melalui mata mereka"). Alpha cronbach pada penelitian sebelumnya berkisar
penelitian menggunakan alat ukur self-monitoring scale (SMS) yang terdiri dari
25-item yang dikembangkan oleh Snyder (1974). Sehingga pada penelitian ini,
akan digunakan alat ukur yang diadaptasi dari skala yang dibuat oleh Snyder
Dalam skala ini, untuk tanggapan salah (false) dikodekan 0 dan benar (true)
yang kode 1 dan mana yang kode 0. Sehingga nantinya yang akan diproses adalah
dari total jawaban dengan kode 1 yang kemudian dirata-ratakan dengan jumlah
68
total item. (Kilduff & Day, 1994; Snyder & Gangestad, 1986). Alpha cronbach
adalah .78.
karyawan untuk bersedia memberikan kontribusi positif ini tidak hanya terbatas
kontribusi yang lebih dari kewajiban formal bukanlah merupakan bentuk perilaku
(OCB).
dengan mengandalkan deskripsi kerja yang dinyatakan secara formal saja. Dengan
dipengaruhi oleh berbagai prediktor, dalam penelitian ini prediktor yang akan
support (POS). POS dalam banyak kasus berperan penting terhadap munculnya
perilaku OCB sebab seringkali persepsi dan interpretasi seorang pegawai terhadap
dirinya dalam berbagai bentuk akan meningkatkan rasa percaya diri pegawai
perusahaan.
terhadap dirinya adalah kurang baik atau bahkan tidak baik maka perilaku
tidak muncul sama sekali sehingga dengan begitu secara otomatis OCB tidak akan
Dimana bila pegawai menilai bahwa instansinya bersikap adil terhadap kebijakan
dengan adanya hal-hal tersebut maka akan memunculkan OCB yang akan
hal-hal tersebut maka tidak akan memunculkan OCB sehingga akan menghambat
sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi dalam lingkungan sosialnya yang
ideal dalam instansinya sehingga dapat meningkatkan moral kelompok kerja dan
karakteristik instansinya.
karakteristik instansinya.
Variabel lain yang juga terkait dengan OCB, yaitu variabel demografi.
Variabel demografi yang diteliti dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin,
suku dan lama bekerja. Usia adalah suatu tahapan perkembangan individu yang
bahwa ketika usia pegawai semakin tinggi maka akan cenderung lebih kaku dalam
Tetapi ketika usia pegawai semakin rendah maka akan cenderung lebih
efisiensi instansinya. Jadi, pegawai dengan usia tua cenderung kurang termotivasi
Sama dengan usia, jenis kelamin juga memberikan pengaruh terhadap OCB.
Logika yang mendasari adalah pegawai dengan jenis kelamin laki-laki lebih
cenderung untuk bekerja secara individual dan memberi dampak negatif terhadap
perilaku OCB dalam instansinya. Namun, untuk pegawai dengan jenis kelamin
perempuan lebih cenderung untuk membantu pekerjaan orang lain, bekerja secara
instansinya.
Sama halnya dengan usia dan jenis kelamin. Suku juga memiliki pengaruh
terhadap OCB. Pegawai yang berasal dari suku dengan adat yang lembut, ulet,
toleransi tinggi dan rajin memiliki kecenderungan untuk berperilaku OCB yang
tinggi. Sebaliknya, pegawai yang berasal dari suku dengan adat yang keras,
toleransi rendah dan kurang ulet dalam pekerjaan memiliki kecenderungan untuk
Selain itu ada variabel lama bekerja yang menjadi prediktor OCB. Dimana
semakin tinggi tingkat lama bekerja seorang pegawai dalam instansi maka akan
Karena semakin lama pegawai bekerja dalam instansi maka semakin tinggi pula
rasa tanggung jawabnya untuk membalas segala yang telah diberi instansinya
dengan begitu akan muncul perilaku OCB yang akan membantu instansi mencapai
tujuan.
73
Namun, jika semakin rendah tingkat lama bekerja seorang pegawai dalam
dalam instansinya. Karena pegawai dengan rentang lama bekerja yang rendah
dalam instansi maka semakin rendah pula rasa tanggung jawabnya untuk
membalas segala yang telah diberi instansinya dengan begitu tidak akan muncul
Maka dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jika instansi dapat
jenis kelamin, suku dan lama bekerja maka pegawai akan cenderung berada dalam
instansi.
Keadilan Organisasi
2. Keadilan distributif
3. Keadilan prosedural
4. Keadilan interpersonal
5. Keadilan informasional
Self-monitoring Organizational
Citizenship
6. Expressive self-control
Behavior (OCB)
7. Social stage presence
Demografi
9. Usia
11. Suku
Gambar 2.1
2.6 Hipotesis
2.6.1 Hipotesis mayor
H1: Ada pengaruh yang signifikan variabel POS, dimensi keadilan organisasi
kelamin, suku dan lama bekerja) terhadap OCB pegawai Badan Kepegawaian
Negara (BKN).
H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan variabel POS, dimensi keadilan organisasi
kelamin, suku dan lama bekerja) terhadap OCB pegawai Badan Kepegawaian
Negara (BKN).
Ha.2 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi keadilan distributif pada variabel
Ha.3 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi keadilan prosedural pada variabel
Ha.7 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi social stage presence pada
Ha.9 : Ada pengaruh yang signifikan usia pada variabel demografi terhadap
Negara (BKN).
77
Ha.10 : Ada pengaruh yang signifikan jenis kelamin pada variabel demografi
Ha.11 : Ada pengaruh yang signifikan suku pada variabel demografi terhadap
Negara (BKN).
Ha.12 : Ada pengaruh yang signifikan lama bekerja pada variabel demografi
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian. Pembahasan ini berisi delapan sub-bab, yaitu populasi, sampel dan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Badan Kepegawaian Negara
(BKN) yang berlokasi di daerah Cawang, Jakarta Timur baik yang ada di gedung
satu sampai gedung tiga sebanyak 1634 orang pegawai (Wibowo. A, komunikasi
pribadi, 08 Januari 2015). Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah
78
79
Pada penelitian ini, sampel yang digunakan sebanyak 210 orang pegawai.
jumlah sampel ini dihitung dengan rumus Slovin (Sevilla., 1993 : 182) berikut :
Dimana :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = Error Maximum (kesalahan yang masih ditoleransi, yaitu 5%)
Teknik ini dipilih karena pengambilan data tidak dilakukan secara langsung
oleh penulis melainkan melalui biro kepegawaian, yaitu dimana mereka yang
yang telah dibuat oleh penulis. Hal ini juga didasarkan dengan pertimbangan
Adapun variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu :
3. Keadilan distributif
4. Keadilan prosedural
5. Keadilan interpersonal
6. Keadilan informasional
7. Expressive self-control
10. Usia
12. Suku
stage presence, other directed self-presentation, usia, jenis kelamin, suku dan
lama bekerja.
OCB ini akan diukur dengan skala OCB yang terdiri dari aspek-aspek sebagai
ditunjukkan dengan skor jawaban subjek yang tinggi pada skala SPOS.
Keadilan organisasi ini akan diukur dengan skala keadilan organisasi yang
organisasinya.
berdasarkan situasi lingkungan dan reaksi orang lain atau berdasarkan faktor
bersangkutan.
e. Adapun variabel lain yang akan dijadikan sebagai IV dalam penelitian ini
adalah variabel demografi, seperti : usia, jenis kelamin, suku dan lama
Untuk mengukur OCB, penulis mengadaptasi dari alat ukur skala OCB yang
pada tahun 1990 dengan mengembangkan konsep dari Organ (1988) yang
courtesy dan civic virtue. Berikut adalah blueprint untuk skala variabel OCB
Tabel 3.1
Nomor Item
No. Dimensi Indikator Jumlah
Fav Unfav
1. Altruism Memberikan bantuan di luar 1, 2, 3, 5
tugas kewajiban pokok 4, 5
pekerjaan dengan sukarela
baik yang berhubungan
dengan pekerjaan maupun di
luar pekerjaan.
2. Conscientiousness Perilaku yang melebihi peran 6, 7, 8, 5
minimum yang ditentukan 9, 10
organisasi.
3. Sportsmanship Menunjukkan toleransi dan 11, 12, 5
sportivitas terhadap sesama 13, 14,
anggota maupun perusahaan. 15
4. Courtesy Mencegah timbulnya masalah 16, 17, 5
dengan orang lain dan 18, 19,
perusahaan. 20
5. Civic virtue Menunjukkan rasa tanggung 21, 22, 4
jawab dan kepedulian atas 23, 24
kelangsungan perusahaan.
Jumlah 19 5 24
84
Instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk mengukur POS adalah hasil
untuk skala variabel POS yang akan digunakan dalam penelitian ini :
Tabel 3.2
Nomor Item
No. Indikator Jumlah
Fav Unfav
1. Persepsi individu terhadap 1, 4, 5, 8, 9, 10, 13, 2, 3, 6, 7, 11, 36
berbagai bentuk dukungan 18, 20, 21, 24, 25, 12, 14, 15, 16,
organisasi yang dirasakan 27, 28, 29, 30, 33, 17, 19, 22, 23,
oleh karyawan. 35, 36 26, 31, 32, 34
Jumlah 19 17 36
4. Keadilan organisasi
Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
hasil adaptasi dari skala keadilan organisasi yang dikembangkan oleh Rego
dan Cunha pada tahun 2006. Skala ini digunakan untuk mengukur keadilan
informasional.
Skala yang dibuat oleh Rego dan Cunha (2006) awalnya terdiri dari 17-item.
item menjadi dua item. Hal ini dikarenakan satu item tersebut menjelaskan
85
dua hal. Oleh sebab itu, item yang terpapar dalam skala ini menjadi 18-item.
Tabel 3.3
Blueprint skala keadilan organisasi
Nomor Item
No. Dimensi Indikator Jumlah
Fav
1. Keadilan Keyakinan karyawan bahwa 1, 2, 3, 4, 5 5
distributif mereka telah menerima
penghargaan dari hasil pekerjaan
dengan jumlah yang adil (seperti
gaji, pengakuan dsb).
2. Keadilan Persepsi karyawan bahwa prosedur 6, 7, 8, 9, 18 5
prosedural yang diikuti oleh organisasi dalam
menentukan siapa yang
mendapatkan keuntungan adalah
adil.
3. Keadilan Mengubah reaksi terhadap hasil 14, 15, 16, 4
interpersonal keputusan, karena kepekaan dapat 17
membuat orang merasa lebih baik
terhadap hasil yang kurang baik.
3. Keadilan Mengubah reaksi terhadap prosedur 10, 11, 12, 4
informasional dalam hal pemberian penjelasan 13
informasi yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi aspek-aspek
struktural dari proses.
Jumlah 18 18
5. Self-monitoring
dalam penelitian ini adalah skala hasil adaptasi dari skala self-monitoring
Tabel 3.4
Nomor Item
No. Komponen Indikator Jumlah
Fav Unfav
1. Expressive self- Acting termasuk kemampuan 5, 8, 1, 3, 4, 9
control mengontrol ekspresi dan 10, 11, 20
emosi. 18
Entertaining.
Berbicara di depan umum
secara spontan.
2. Social stage Menjadi pusat perhatian. 15, 16, 12, 14, 8
presence Suka bercerita atau melucu. 19, 24 22, 23
Suka menilai.
3. Other directed Berusaha menyenangkan 6, 7, 2, 9, 17, 8
self- orang lain. 13, 25 21
presentation Conformity (bersikap sama
dengan situasi sosial).
Suka menggunakan topeng
untuk menutupi perasaannya.
Jumlah 12 13 25
likert dan satu variabel menggunakan instrumen dengan model skala guttman,
yaitu true-false (benar-salah). Adapun format pengukuran pada penelitian ini yang
menggunakan model skala likert adalah dengan rating empat pilihan mulai dari
sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Cara penilaian item-item OCB, POS
dan keadilan organisasi, yaitu dengan rating empat pilihan, adapun penjelasannya
sebagai berikut :
1. SS, apabila subjek merasa sangat sesuai atas pernyataan yang diberikan.
3. TS, apabila subjek merasa tidak sesuai atas pernyataan yang diberikan.
4. STS, apabila subjek merasa sangat tidak sesuai atas pernyataan yang
diberikan.
Tabel 3.5
Cara penilaian item self-monitoring, yaitu dengan cara memberi jawaban tegas
benar atau salah dari setiap pernyataan yang disajikan, adapun penjelasannya
sebagai berikut :
2. False, apabila subjek merasa tidak sesuai atas pernyataan yang diberikan.
Dalam skala guttman ini, penulis memberi skor atau bobot nilai pada setiap
jawaban. Dalam setiap jawaban, penulis memberikan nilai atau bobot tertentu
Tabel 3.6
pengumpulan data self-report, yaitu laporan diri yang didapatkan dengan meminta
subjek untuk mengisi lembar pernyataan secara tertulis. Nantinya, hasil jawaban
atas pernyataan yang telah diberikan akan menjadi sumber informasi untuk
Skala ukur yang digunakan untuk semua variabel penelitian ini adalah
skala likert dan skala guttman. Sebagai pelengkap, ditambahkan lembar data diri
subjek penelitian.
kepada subjek penelitian melalui biro kepegawaian BKN. Dua hari kemudian
dikembalikan oleh pihak biro kepegawaian, mana saja instrumen penelitian yang
sudah terisi dengan lengkap baik data subjek maupun jawaban dari pernyataan-
penelitian yang tidak terisi lengkap baik data subjek maupun jawaban subjek,
89
maka instrumen penelitian tersebut tidak dapat diikutkan dalam proses skoring.
Pada penelitian ini, ada 10 instrumen penelitian yang tidak terisi dengan lengkap
sehingga tidak dapat diikutkan dalam proses skoring. Jadi, dari 220 instrumen
penelitian hanya 210 instrumen penelitian yang akan diikutkan pada proses
dengan bantuan software lisrel 8.70 sebagai metode uji validitasnya sehingga
alat ukur atau instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Lakukan uji CFA dengan model satu faktor, lihat nilai P-value yang
dihasilkan. Jika P-value tidak signifikan (P > 0,05), maka item hanya
mengukur satu faktor saja, tetapi jika P-value yang dihasilkan signifikan (P
< 0,05) maka perlu dilakukan uji sesuai langkah kedua berikutnya.
pengukuran. Hal ini terjadi saat suatu item selain mengukur konstruk yang
90
ingin diukur, tetapi item ini juga mengukur hal lain (mengukur lebih dari
yang fit, maka model yang terakhir inilah yang digunakan pada langkah
selanjutnya.
3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka analisis item dilanjutkan dengan
koefisien positif. Untuk melihat signifikan atau tidaknya item tersebut dalam
pengukuran faktor ini, yaitu dengan cara melihat nilai dari T-value dan
koefisien muatan faktor item tersebut. Jika T-value > 1,96 maka item
tersebut signifikan dan tidak akan di-drop dan begitu juga sebaliknya.
4. Selain itu, juga perlu dilihat apakah ada item yang muatan faktornya negatif.
Dalam hal ini, jika ada item pernyataan yang negatif, maka saat pen-skoran
terhadap item tersebut, arah skornya diubah menjadi positif. Jika setelah
diubah arah skornya masih terdapat item dengan muatan faktor negatif maka
dengan banyak item lain, maka hal ini berarti bahwa item tersebut selain
mengukur satu hal, juga mengukur hal lain, sehingga item seperti ini juga
T-score = 50 + (10*F-score)
menjadi true score dengan mean = 50 dan standard deviation (SD) = 10.
Pada uji validitas konstruk variabel OCB, dilakukan uji validitas dengan dua
model CFA, yaitu model first order dan model second order. Dimana pada
memulai dengan penghitungan data CFA menggunakan model first order. Berikut
ini akan dipaparkan hasil penghitungan data CFA dengan model first order dari
data CFA model satu faktor dari dimensi altruism diperoleh skor awal
Dari hasil tersebut nilai P-value = 0,01119 < 0,05 sehingga dikatakan bahwa
model ini belum fit. Maka penulis melakukan modifikasi terhadap model ini,
satu kali modifikasi diperoleh hasil seperti yang terdapat pada lampiran 3.
artinya, model ini sudah fit. Dengan demikian item-item yang ada pada
dimensi altruism ini hanya mengukur satu faktor saja, yaitu altruism.
melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai
koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan muatan
positif atau negatif dari data tabel muatan faktor pada lampiran 3.
koefisien dari lima item dimensi altruism, dapat dilihat bahwa kelima item
memiliki T-value > 1,96 dan koefisien bermuatan positif yang artinya, tidak
Setelah itu, masih perlu dilihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran yang saling berkorelasi antar item. Hal ini untuk
93
Berdasarkan data matrik yang ada nampak bahwa ada satu item yang
berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lain adalah item 5. Dalam hal
yang telah ditetapkan, maka item 5 akan tetap diikutkan dalam perhitungan
skor faktor. Jadi, dalam uji validitas konstruk dimensi altruism ini tidak ada
item yang di-drop dan semua item akan diikutkan dalam perhitungan skor
faktor berikutnya.
maka artinya, model ini sudah fit. Hal ini menunjukkan bahwa model dengan
pada lampiran 4.
melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai
koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan muatan
positif atau negatif dari data tabel muatan faktor pada lampiran 4.
kelima item memiliki T-value > 1,96 dan koefisien bermuatan positif yang
artinya, tidak ada item yang di-drop pada dimensi conscientiousness ini.
Setelah itu, masih perlu dilihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran yang saling berkorelasi antar item. Hal ini untuk
bahwa item yang baik adalah item yang tidak memiliki korelasi dengan item
kesalahan pengukuran dari lima item yang diujikan tidak memiliki korelasi
kesalahan pengukuran antara satu item dengan item lain. Artinya, kelima item
dari uji validitas konstruk dimensi conscientiousness tidak ada item yang di-
drop.
maka artinya, model ini sudah fit. Hal ini menunjukkan bahwa model dengan
item dalam hasil pengukuran variabel ini. Adapun hasil path pengujian CFA
melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai
koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan muatan
positif atau negatif dari data tabel muatan faktor pada lampiran 5.
Berdasarkan data tabel muatan faktor dari lima item yang diujikan, dapat
dilihat bahwa satu item, yaitu item 11 memiliki T-value = 1,75 < 1,96. Oleh
karena itu, item 11 akan langsung di-drop sebagai koefisien muatan dari
96
dimensi sportsmanship. Jadi, dari lima item yang ada dalam dimensi
sportsmanship ini akan ada satu item yang di-drop, yaitu item 11.
Setelah itu, masih perlu dilihat apakah model pengukuran ini terdapat
korelasi kesalahan pengukuran yang saling berkorelasi antar item. Hal ini
yang unidimensional adalah item yang tidak terdapat korelasi dengan item
dikatakan bahwa item yang baik adalah item yang tidak memiliki korelasi
dengan item lainnya. Berdasarkan data yang telah diperoleh, yaitu matrik
korelasi kesalahan pengukuran dari lima item yang diujikan tidak memiliki
korelasi kesalahan pengukuran antara satu item dengan item lain. Artinya,
seluruh item sudah mengukur apa yang hendak diukur. Sehingga dari uji
data CFA model satu faktor dimensi courtesy diperoleh skor awal
Perolehan P-value = 0,12793 (P > 0,05, tidak signifikan) maka artinya, model
97
ini sudah fit. Hal ini menunjukkan bahwa model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima satu faktor saja, yaitu courtesy. Adapun hasil
melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai
koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan muatan
positif atau negatif dari data tabel muatan faktor pada lampiran 6.
Berdasarkan data yang diperoleh dari lima item yang diuijikan, dapat
dilihat bahwa ada dua item, yaitu item 17 dan 20 memiliki T-value = 1,75 <
1,96. Oleh karena itu, item 17 dan 20 akan langsung di-drop sebagai koefisien
muatan dari dimensi courtesy. Jadi, dari lima item yang ada dalam dimensi
courtesy ini akan ada dua item yang di-drop, yaitu item 17 dan 20.
Setelah itu, masih perlu dilihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran yang saling berkorelasi antar item. Hal ini untuk
pengukuran antar item dalam hasil pengukuran variabel ini, maka tidak ada
98
pengukuran dari lima item yang diujikan tidak memiliki korelasi kesalahan
pengukuran antara satu item dengan item lain. Artinya, kelima item sudah
mengukur apa yang hendak diukur, yaitu dimensi courtesy. Sehingga dari uji
validitas konstruk dimensi courtesy hanya item 17 dan 20 yang akan di-drop
data CFA model satu faktor dimensi civic virtue diperoleh skor awal
Perolehan P-value = 0,10173 (P > 0,05, tidak signifikan) maka artinya, model
ini sudah fit. Hal ini menunjukkan bahwa model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima satu faktor saja, yaitu civic virtue. Seperti
yang ditunjukkan dengan tidak adanya korelasi antar item dalam hasil
pengukuran variabel ini. Adapun hasil path pengujian CFA dimensi civic
melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai
koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan muatan
positif atau negatif dari data tabel muatan faktor pada lampiran 7.
Berdasarkan data yang diperoleh dari empat item yang diuijikan, dapat dilihat
99
bahwa keempat item memiliki T-value > 1,96 dan koefisien bermuatan positif
yang artinya, tidak ada item yang di-drop pada dimensi civic virtue ini.
Setelah itu, masih perlu dilihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran yang saling berkorelasi antar item. Hal ini untuk
lampiran 7.
pengukuran dari empat item yang diujikan tidak memiliki korelasi kesalahan
pengukuran antara satu item dengan item lain. Artinya, keempat item sudah
mengukur apa yang hendak diukur, yaitu dimensi civic virtue. Sehingga dari
uji validitas konstruk dimensi civic virtue semua item akan diikutkan dalam
Setelah dilakukan perhitungan data CFA dengan model first order, maka
model second order variabel OCB ini diperoleh skor awal perhitungan Chi-
model ini belum fit. Maka dilakukan modifikasi terhadap model ini, yaitu
df = 109, P-value = 0,07043, RMSEA = 0,031, dengan P-value > 0,05 yang
artinya, model ini sudah fit. Dimana item-item yang ada pada variabel OCB
melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai
koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan muatan
positif atau negatif dari data tabel muatan faktor pada lampiran 9.
dapat dilihat bahwa ada dua dimensi dengan tujuh item yang memiliki T-
value < 1,96 dan nilai koefisien bermuatan negatif yang artinya, ada dua
Setelah itu, masih perlu dilihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran yang saling berkorelasi antar item. Hal ini untuk
pada lampiran 9.
bahwa item yang baik adalah item yang tidak memiliki korelasi dengan item
lainnya. Berdasarkan data matrik yang ada nampak bahwa ada 18-item yang
memiliki korelasi dengan item lain. Item-item yang memiliki korelasi adalah
item 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 21, 22, 23 dan 24.
pengukuran, yaitu maksimal setiap item memiliki tiga kali korelasi kesalahan
ditetapkan, maka item 10, 13, 16, 18, 19, 21, 22 dan 24 tidak akan diikutkan
dalam perhitungan skor faktor. Jadi, dalam uji validitas konstruk OCB ini ada
11-item yang di-drop, yaitu item 10, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 21, 22, dan 24
hitungan skor murni atau disebut juga dengan true score (T-score). Skor ini
T-score = 50 + (10*F-score)
Setelah diperoleh data T-score, nilai baku ini yang nantinya akan
dipakai untuk uji hipotesis dan regresi dari variabel penelitian ini. Sebagai
catatan bahwa langkah ini berlaku pada semua variabel dalam penelitian ini.
Uji validitas konstruk variabel POS dalam penelitian ini, dilakukan pada 36-item
yang sebelumnya sudah pernah diujikan.. Saat ini kembali diuji apakah item-item
pengolahan data CFA model satu faktor, diperoleh nilai Chi-Square = 833,23, df
= 594, P-value = 0,00000, RMSEA = 0,044. Dari hasil tersebut P-value = 0,00000
< 0,05, artinya bahwa model ini belum fit. Maka dilakukan modifikasi terhadap
model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi. Setelah
dilakukan sembilan kali modifikasi diperoleh hasil seperti yang terdapat pada
lampiran 10.
632,47, df = 585, P-value = 0,08516, RMSEA = 0,020, dengan P-value > 0,05
yang artinya, model ini sudah fit. Dimana item-item yang ada pada variabel POS
Selanjutnya, dilihat muatan faktor POS dengan melakukan uji hipotesis nihil
dari setiap item. Dalam menentukan nilai koefisien muatan item ini dilakukan
dengan melihat T-value dan muatan positif atau negatif dari data tabel muatan
Berdasarkan data yang diperoleh dari 36-item yang diuijikan, dapat dilihat
bahwa satu item, yaitu item 22 memiliki T-value = -0,59 < 1,96 dan koefisiennya
bermuatan negatif. Oleh karena itu, item 22 akan langsung di-drop dari variabel
POS. Selain itu, dapat dilihat juga dari kolom T-value bahwa ada lima item
lainnya yang memiliki T-value < 1,96, yaitu item 4, 5, 10, 13 dan 29 yang artinya,
kelima item tersebut juga akan di-drop dari variabel POS dalam penelitian ini.
Jadi, ada enam item yang di-drop dari variabel POS ini, yaitu item 4, 5, 10, 13, 22
dan 29.
Setelah itu, masih perlu dilihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran yang saling berkorelasi antar item. Hal ini untuk
dengan item lain. Adapun korelasi kesalahan pengukuran disajikan dalam bentuk
matrik yang ada nampak ada delapan item yang memiliki korelasi dengan item
104
lain. Item-item yang memiliki korelasi adalah item 9, 10, 21, 23, 24, 30, 32 dan
35. Dalam hal ini, diberikan batasan toleransi korelasi kesalahan pengukuran,
yaitu maksimal setiap item memiliki tiga kali korelasi kesalahan terhadap item
lain. Berdasarkan batas toleransi yang telah ditetapkan maka item 9, 10, 21, 23,
24, 30, 32 dan 35 akan tetap diikutkan dalam perhitungan skor faktor. Tetapi
untuk item 10 akan tetap di-drop karena T-value < 1,96. Jadi, dalam uji validitas
konstruk variabel POS ini ada enam item yang di-drop dan tidak diikutkan dalam
berdasarkan dimensi dari keadilan organisasi. Hasil uji validitas konstruk dari
0,00000, RMSEA = 0,416. Dari hasil tersebut P-value = 0,00000 < 0,05
sehingga dikatakan bahwa model ini belum fit. Maka dilakukan modifikasi
artinya, model ini sudah fit. Dimana item-item yang ada pada variabel
keadilan distributif ini berarti hanya mengukur satu faktor saja, yaitu
keadilan distributif.
dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan
nilai koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan
muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor pada lampiran 13.
koefisien dari lima item dimensi keadilan distributif, dapat dilihat bahwa
kelima item memiliki T-value > 1,96 dan koefisien bermuatan positif yang
artinya, tidak ada item yang di-drop pada dimensi keadilan distributif ini.
Setelah itu, masih perlu dilihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran yang saling berkorelasi antar item. Hal ini untuk
unidimensional adalah item yang tidak terdapat korelasi dengan item lain
Berdasarkan data matrik yang ada tampak bahwa ada tiga item yang
skor faktor. Jadi, dalam uji validitas konstruk dimensi keadilan distributif ini
tidak ada item yang di-drop dan semua item akan diikutkan dalam
0,00000, RMSEA = 0,317. Dari hasil tersebut P-value = 0,00000 < 0,05
sehingga dikatakan bahwa model ini belum fit. Maka dilakukan modifikasi
yang artinya, model ini sudah fit. Dimana item-item yang ada pada variabel
dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan
107
nilai koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan
muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor seperti pada
lampiran 14.
koefisien dari lima item dimensi keadilan prosedural, dapat dilihat bahwa
kelima item memiliki T-value > 1,96 dan koefisien bermuatan positif yang
artinya, tidak ada item yang di-drop pada dimensi keadilan prosedural ini.
Setelah itu, masih perlu dilihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran yang saling berkorelasi antar item. Hal ini untuk
Seperti sebelumya, dari lima item yang telah diujikan. Berdasarkan data
matrik yang ada tampak bahwa ada tiga item yang memiliki korelasi dengan
item lain. Item-item yang memiliki korelasi adalah item 8, 9 dan 18. Dalam
maksimal setiap item memiliki tiga kali korelasi kesalahan terhadap item
lain. Berdasarkan batas toleransi yang telah ditetapkan maka item 8, 9 dan
18 akan tetap diikutkan dalam perhitungan skor faktor. Jadi, dalam uji
108
validitas konstruk dimensi keadilan prosedural ini tidak ada item yang di-
drop dan semua item akan diikutkan dalam perhitungan skor faktor
berikutnya.
0,00000, RMSEA = 0,339. Dari hasil tersebut P-value = 0,00000 < 0,05
sehingga dikatakan bahwa model ini belum fit. Maka penulis melakukan
artinya, model ini sudah fit. Dimana item-item yang ada pada variabel
dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan
nilai koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan
muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor seperti pada
lampiran 15.
bahwa keempat item memiliki T-value > 1,96 dan koefisien bermuatan
positif yang artinya, tidak ada item yang di-drop pada dimensi keadilan
interpersonal ini.
Setelah itu, masih perlu dilihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran yang saling berkorelasi antar item. Hal ini untuk
unidimensional adalah item yang tidak terdapat korelasi dengan item lain
Berdasarkan data matrik yang ada tampak bahwa ada dua item yang
adalah item 15 dan 17. Dalam hal ini, diberikan batasan toleransi korelasi
kesalahan pengukuran yaitu maksimal setiap item memiliki tiga kali korelasi
skor faktor. Jadi, dalam uji validitas konstruk dimensi keadilan interpersonal
ini tidak ada item yang di-drop dan semua item akan diikutkan dalam
0,00000 < 0,05 sehingga dikatakan bahwa model ini belum fit. Maka
artinya, model ini sudah fit. Dimana item-item yang ada pada variabel
dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan
nilai koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan
muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor seperti pada
lampiran 16.
bahwa keempat item memiliki T-value > 1,96 dan koefisien bermuatan
positif yang artinya, tidak ada item yang di-drop pada dimensi keadilan
informasional ini.
111
Setelah itu, masih perlu dilihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran yang saling berkorelasi antar item. Hal ini untuk
unidimensional adalah item yang tidak terdapat korelasi dengan item lain
data matrik yang ada nampak bahwa ada satu item yang memiliki korelasi
dengan item lain. Item-item yang memiliki korelasi adalah item 11. Dalam
maksimal setiap item memiliki tiga kali korelasi kesalahan terhadap item
lain. Berdasarkan batas toleransi yang telah ditetapkan, maka item 11 akan
tetap diikutkan dalam perhitungan skor faktor. Jadi, dalam uji validitas
konstruk dimensi keadilan informasional ini tidak ada item yang di-drop
dan semua item akan diikutkan dalam perhitungan skor faktor berikutnya.
berdasarkan dimensi dari self-monitoring. Hasil uji validitas konstruk dari masing-
perhitungan data CFA model satu faktor dari dimensi expressive self-control
0,00000, RMSEA = 0,141. Dari hasil tersebut P-value = 0,00000 < 0,05
sehingga dikatakan bahwa model ini belum fit. Maka dilakukan modifikasi
df = 24, P-value = 0,07336, RMSEA = 0,046, dengan P-value > 0,05 yang
artinya, model ini sudah fit. Dimana item-item yang ada pada dimensi
dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan
nilai koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan
muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor pada lampiran 17.
bahwa empat item memiliki T-value < 1,96 dan koefisien bermuatan negatif
yang artinya, ada empat item yang di-drop pada dimensi expressive self-
control ini.
113
Setelah itu, masih perlu dilihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran yang saling berkorelasi antar item. Hal ini untuk
Berdasarkan data matrik yang ada nampak bahwa ada enam item yang
memiliki korelasi kesalahan pengukuran adalah item 5, 8, 10, 11, 18 dan 20.
yaitu maksimal setiap item memiliki tiga kali korelasi kesalahan terhadap
item lain. Berdasarkan batas toleransi yang telah ditetapkan, maka item 11
konstruk dimensi expressive self-control ini ada item yang di-drop, yaitu
item 1, 5, 8 dan 11 dan tidak akan diikutkan dalam perhitungan skor faktor
berikutnya.
perhitungan data CFA model satu faktor dari dimensi social stage presence
0,00000, RMSEA = 0,229. Dari hasil tersebut P-value = 0,00000 < 0,05
sehingga dikatakan bahwa model ini belum fit. Maka dilakukan modifikasi
25,64, df = 20, P-value = 0,17789, RMSEA = 0,037, dengan P-value > 0,05
yang artinya, model ini sudah fit. Dimana item-item yang ada pada dimensi
social stage presence ini berarti hanya mengukur satu faktor saja.
dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan
nilai koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan
muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor pada lampiran 18.
koefisien dari delapan item dimensi social stage presence, dapat dilihat
bahwa ada empat item memiliki T-value < 1,96 dan koefisien bermuatan
negatif yang artinya, ada item yang di-drop pada dimensi social stage
Setelah itu, masih perlu dilihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran yang saling berkorelasi antar item. Hal ini untuk
Berdasarkan data matrik yang ada tampak bahwa ada lima item yang
adalah item 15, 19, 22, 23 dan 24. Dalam hal ini, diberikan batasan toleransi
kali korelasi kesalahan terhadap item lain. Berdasarkan batas toleransi yang
telah ditetapkan maka item 15, 19, 22, 23 dan 24 tetap diikutkan dalam
perhitungan skor faktor. Tetapi jika dilihat berdasarkan T-value < 1,96 dan
koefisiennya negatif maka item 15, 23 dan 24 akan tetap di-drop. Jadi,
dalam uji validitas konstruk dimensi social stage presence ini ada empat
item yang di-drop, yaitu item 14, 15, 23 dan 24 tidak akan diikutkan dalam
presentation. Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dari dimensi
P-value = 0,00000 < 0,05 sehingga dikatakan bahwa model ini belum fit.
df = 15, P-value = 0,06699, RMSEA = 0,053, dengan P-value > 0,05 yang
artinya, model ini sudah fit. Dimana item-item yang ada pada dimensi other
presentation dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam
value dan muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor pada
lampiran 19.
dilihat bahwa tiga item memiliki T-value < 1,96 dan koefisien bermuatan
negatif yang artinya, ada item yang di-drop dari dimensi other directed self-
presentation ini.
Setelah itu, masih perlu dilihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran yang saling berkorelasi antar item. Hal ini untuk
Berdasarkan data matrik yang ada nampak bahwa ada enam item yang
adalah item 6, 9, 13, 17, 21 dan 25. Dalam hal ini, diberikan batasan
memiliki tiga kali korelasi kesalahan terhadap item lain. Berdasarkan batas
toleransi yang telah ditetapkan maka item 6, 9, 13, 17, 21 dan 25 tetap
diikutkan dalam perhitungan skor faktor. Jadi, dalam uji validitas konstruk
dimensi other directed self-presentation ini ada item yang di-drop karena
memiliki T-value < 1,96 dan koefisiennya bemuatan negatif, yaitu item 6, 9
dan 13 dan item tersebut tidak akan diikutkan dalam perhitungan skor faktor
berikutnya.
menjawab hipotesis nihil yang ada di bab 2. Dengan dependent variable (DV) :
monitoring (expressive self-control, social stage presence dan other directed self-
presentation) dan variabel demografi (jenis kelamin, usia, suku dan lama bekerja).
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10 +
b11X11 + b12X12 + e
a = intercept (konstan)
X9 = usia
X11 = suku
e = residu
dengan DV.
Melalui regresi berganda ini dapat diperoleh nilai R, yaitu koefisien korelasi
monitoring (expressive self-control, social stage presence dan other directed self-
presentation) dan variabel demografi (usia, jenis kelamin, suku dan lama bekerja).
Besar pengaruh yang diterima oleh OCB dari faktor-faktor yang telah disebutkan
self-control, social stage presence dan other directed self-presentation) dan juga
variabel demografi (usia, jenis kelamin, suku dan lama bekerja). Untuk
Dimana k adalah jumlah IV dan N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji F
Hasil uji ini akan diperoleh dari hasil regresi. Perhitungan statistik ini akan
yaitu :
digunakan.
121
3. Mengadaptasi alat ukur yang digunakan dalam penelitian, yaitu OCB yang
dibuat oleh Podsakoff et.al., (1990), POS yang dibuat oleh Eisenberg
et.al., (1986), keadilan organisasi yang dibuat oleh Rego dan Cunha (2006)
akan digunakan.
mengenai skala ukur yang digunakan dan memperbanyak alat ukur sesuai
10. Melakukan pengecekan kembali alat ukur mana saja yang sudah terisi
dengan lengkap baik data subjek maupun jawaban yang ada dalam
instrumen. Jika terdapat alat ukur yang tidak terisi lengkap baik data
subjek maupun jawaban yang ada dalam instrumen maka alat ukur tersebut
tidak dapat diikutkan dalam proses skoring. Dari 220 alat ukur yang
didistribusikan, ada 10 alat ukur yang tidak terisi dengan lengkap baik data
subjek maupun jawaban, maka hanya 210 alat ukur yang dapat diikutkan
11. Melakukan skoring terhadap alat ukur yang telah terisi dengan baik data
subjek maupun jawaban yang ada dalam instrumen dan meng-input data
12. Melakukan analisis validitas dan reliabilitas terhadap item melalui skor-
skor yang telah diperoleh. Setelah didapatkan item-item valid dari hasil uji
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan empat sub-bab dari hasil penelitian yang telah
dilakukan. Hasil penelitian ini mencakup : gambaran umum subjek, deskripsi data
hipotesis.
Subjek yang diambil untuk penelitian ini adalah pegawai Badan Kepegawaian
Negara (BKN) yang berusia minimal 20 tahun dan maksimal 50 tahun, sudah
bekerja minimal satu tahun dan maksimal 25 tahun, pendidikan terakhir minimal
SLTA/SMA serta yang paling utama adalah berstatus pegawai negeri sipil (PNS).
Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 1634 orang pegawai yang
bekerja di Badan Kepegawaian Negara (BKN) yang ada di Jalan Letjen Sutoyo
berjumlah 210 orang. Jumlah ini didapatkan dari hasil penghitungan dalam
Berikut ini adalah gambaran subjek berdasarkan data demografi dan kaitannya
dengan OCB :
123
124
Tabel 4.1
Gambaran jumlah subjek penelitian berdasarkan data demografi dan kaitannya
dengan OCB
USIA
20-27 28-35 36-43 >44
Jumlah Persentase (%)
tahun tahun tahun tahun
Rendah 7 14 5 4 30 14,3%
Sedang 24 82 22 20 148 70,5%
Tinggi 9 14 7 2 32 15,2%
Total 40 110 34 26 210 100%
JENIS KELAMIN
ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas subjek dalam
penelitian ini berada dalam rentangan usia 28-35 tahun sebanyak 110 orang.
Berdasarkan jenis kelamin, mayoritas subjek dalam penelitian ini adalah laki-laki,
125
yaitu sebanyak 124 orang. Selanjutnya berdasarkan suku, mayoritas subjek dalam
penelitian ini berasal dari suku Jawa sebanyak 119 orang. Sedangkan menurut
lama bekerja, subjek dengan rentang lama bekerja 2-12 tahun merupakan subjek
Selain itu, tabel di atas juga menunjukkan bahwa dari rentangan usia, subjek
dalam penelitian ini mayoritas memiliki tingkat OCB sedang, yaitu sebanyak 148
orang atau 70,5%. Berdasarkan jenis kelamin, subjek dalam penelitian ini
mayoritas memiliki tingkat OCB sedang, yaitu sebanyak 148 orang atau 70,5%.
tingkat OCB sedang, yaitu sebanyak 148 orang atau 70,5%. Sedangkan menurut
rentangan lama bekerja, subjek dalam penelitian ini mayoritas memiliki tingkat
Skor-skor yang digunakan dalam proses analisis merupakan skor faktor yang
dalam membandingkan antara skor hasil dari setiap variabel yang diteliti.
dicari T-score (skor murni) dari masing-masing variabel. Caranya adalah skor
faktor ditransform dengan menu compute variable agar nantinya diperoleh nilai T-
score yang akan menjadikan skor bernilai positif semua. Dengan menggunakan
nilai T-score dapat ditetapkan nilai mean = 50 dan SD = 10. Proses komputasi
126
Sebagai catatan bahwa variabel demografi (usia, jenis kelamin, suku dan lama
bekerja) adalah variabel kategorik yang tidak perlu dicari nilai T-scorenya. Jadi,
coding yang kemudian hasil dari dummy coding tersebut di input ke SPSS 17.0
sehingga data hasil dummy coding itulah yang digunakan dalam analisis statistik.
mengenai deskripsi statistik variabel penelitian. Hal yang perlu dan penting untuk
Tabel 4.2
Deskripsi statistik variabel penelitian
Pada tabel 4.2 telah disajikan skor nilai dari setiap variabel dalam penelitian
ini. Data pada tabel tersebut merupakan penjelasan mengenai gambaran umum
deskripsi statistik dari variabel-variabel yang diteliti dengan indeks yang dijadikan
acuan dalam perhitungan ini adalah skor mean, standard deviation (SD),
social stage presence dan other directed self-presentation diletakkan pada skala
yang sama, maka mean pada setiap skala = 50 dan SD = 10. Dari tabel 4.2
diketahui bahwa variabel OCB memperoleh nilai min = 27,69 dan max = 71,26.
Untuk variabel POS memperoleh nilai min = 21,79 dan max = 75,51. Dimensi
keadilan distributif dari variabel keadilan organisasi memperoleh nilai min = 3,27
dan max = 71,52, dimensi keadilan prosedural dari variabel keadilan organisasi
memperoleh nilai min = 20,93 dan max = 71,70, dimensi keadilan interpersonal
dari variabel keadilan organisasi memperoleh nilai min = 18,03 dan max = 72,15
nilai min = 15,52 dan max = 70,03. Sedangkan untuk dimensi expressive self-
control dari variabel self-monitoring memperoleh nilai min = 18,33 dan max =
nilai min = 18,85 dan max = 55,80 dan dimensi other directed self-presentation
dari variabel self-monitoring memperoleh nilai min = 18,85 dan max = 55,80.
Kesembilan variabel berada dalam nilai mean dan standard deviation yang sama,
Tetapi untuk empat variabel dari variabel demografi, yaitu usia, jenis
kelamin, suku dan lama bekerja berada dalam nilai mean dan standard deviation
yang berbeda-beda, yaitu usia dengan nilai min = 0,00, max = 3,00, mean =
1,2190 dan SD = 0,89636, jenis kelamin dengan nilai min = 0,00, max = 1,00,
mean = 0,4095 dan SD = 0,49292, suku dengan nilai min = 0,00, max = 3,00,
mean = 0,9429 dan SD = 1,23991 dan lama bekerja dengan nilai min = 0,00, max
tingkatan tinggi, sedang dan rendah, penulis terlebih dahulu menetapkan norma
dari skor skala variabel dengan menggunakan mean dan SD pada tabel 4.2. Untuk
norma kategorisasi skor variabel yang digunakan akan dijelaskan dalam tabel 4.3
berikut :
Tabel 4.3
Norma kategorisasi skor variabel penelitian
Kategori Norma
Rendah X < M 1SD
Sedang M SD X M + 1 SD
Tinggi X > M + 1SD
Keterangan : X = Skor total masing-masing variabel
M = Mean
SD = Standard deviation
129
ini berdasarkan norma yang ada pada tabel 4.3, penulis menguraikan kategorisasi
dari setiap variabel dalam penelitian ini pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4
Kategorisasi skor variabel penelitian
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, variabel dalam penelitian ini mayoritas berada
dalam skor sedang. Variabel dengan skor terendah paling banyak adalah variabel
Pada tahap ini, dilakukan uji hipotesis terhadap DV dan juga IV. Teknik analisis
yang digunakan dalam uji hipotesis ini adalah analisis regresi berganda yang
yang telah dijelaskan pada bab tiga, ada tiga hal yang harus diperhatikan pada
hasil uji regresi ini. Pertama, besar skor R-square untuk melihat berapa persen (%)
terhadap DV. Ketiga, melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari
masing-masing IV.
Tabel 4.5
Summary uji regresi independent variable terhadap dependent variable
Change Statistics
R Adjusted Std. Error of
Model R R Square Sig. F
Square R Square the Estimate
Change F Change df1 df2 Change
Pada tabel uji regresi menunjukkan skor R-square = 0,170, artinya proporsi
varians dari OCB yang dijelaskan oleh semua IV (POS, keadilan distributif,
kelamin, suku dan lama bekerja) dalam penelitian ini sebesar 17% sedangkan
sisanya sebesar 83% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel penelitian ini.
Tabel 4.6
Signifikansi uji regresi independent variable (IV) terhadap dependent variable
(DV)
Secara keseluruhan pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai sig = 0,000 (P
< 0,05), maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang
social stage presence, other directed self-presentation, usia, jenis kelamin, suku
dengan melihat nilai pada kolom signifikan dari setiap variabel. Jika nilai sig <
0,05, maka koefisien regresi adalah signifikan berpengaruh terhadap OCB dan
begitu pula sebaliknya. Adapun tabel koefisien regresi penulis tampilkan pada
Tabel 4.7
Koefisien regresi independent variable (IV) terhadap dependent variable (DV)
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 20.730 6.956 2.980 .003
POS .172 .068 .172 2.530 .012
Keadilan distributif .184 .074 .184 2.506 .013
Keadilan prosedural .052 .090 .052 .584 .560
Keadilan interpersonal .184 .081 .184 2.283 .023
Keadilan informasional -.083 .083 -.083 -1.002 .318
Expressive -.049 .066 -.049 -.740 .460
Social stage .088 .105 .088 .837 .404
Other directed .045 .103 .045 .438 .662
Usia .864 1.216 .077 .710 .478
Jenis kelamin 1.546 1.370 .076 1.128 .261
Suku -.261 .532 -.032 -.491 .624
Lama bekerja -1.474 1.456 -.111 -1.013 .312
a. Dependent Variable : OCB
Dengan demikian berdasarkan nilai koefisien regresi pada tabel 4.7 dapat
besar kecilnya pengaruh IV terhadap DV dapat dilihat melalui dua cara, yaitu
dengan melihat nilai pada kolom signifikannya dan juga melihat nilai pada kolom
Dari data tabel 4.7 di atas, dapat diketahui bahwa IV yang memiliki
pengaruh terbesar, yaitu 0,184. Kemudian ada variabel keadilan distributif dengan
besar pengaruh sebesar 0,184 dan ada variabel POS dengan besar pengaruh
sebesar 0,172. Dari data tabel 4.7 di atas, dapat diketahui bahwa ada sembilan
control, social stage presence, other directed self-presentation, usia, suku, jenis
1. Variabel POS
Nilai koefisien yang diperoleh pada variabel POS sebesar 0,172 atau
17,2% dan sig = 0,012 (P < 0,05), bahwa variabel POS secara positif
pegawai tersebut.
134
0,184 atau 18,4% dan sig = 0,013 (P < 0,05), bahwa variabel keadilan
0,052 atau 5,2% dan sig = 0,560 (P > 0,05), artinya bahwa variabel
0,184 atau 18,4% dan sig = 0,023 (P < 0,05), bahwa variabel keadilan
sebesar 0,083 atau 8,3% dan sig = 0,318 (P > 0,05), artinya bahwa variabel
OCB.
135
sebesar 0,049 atau 4,9% dan sig = 0,460 (P > 0,05), artinya bahwa variabel
OCB.
Nilai koefisien yang diperoleh pada variabel social stage presence sebesar
0,088 atau 8,8% dan sig = 0,404 (P > 0,05), artinya bahwa variabel social
presentation sebesar 0,045 atau 4,5% dan sig = 0,662 (P > 0,05), artinya
9. Variabel usia
Nilai koefisien yang diperoleh pada variabel usia sebesar 0,864 atau 86,4%
dan sig = 0,478 (P > 0,05), artinya bahwa variabel usia secara positif tidak
Nilai koefisien yang diperoleh pada variabel jenis kelamin sebesar 1,546
dan sig = 0,261 (P > 0,05), artinya bahwa variabel jenis kelamin secara
Nilai koefisien yang diperoleh pada variabel suku sebesar 0,261 atau
26,1% dan sig = 0,624 (P > 0,05), artinya bahwa variabel suku secara
Nilai koefisien yang diperoleh pada variabel lama bekerja sebesar 1,474
dan sig = 0,312 (P > 0,05), artinya bahwa variabel lama bekerja secara
Dapat disimpulkan dari data tabel tersebut bahwa dari 12 hipotesis minor
yang ada dalam penelitian ini, hanya tiga hipotesis minor yang memiliki pengaruh
secara signifikan terhadap DV, sedangkan sisanya memiliki pengaruh yang tidak
terhadap DV, apakah signifikan atau tidak signifikan. Untuk mengetahui lebih
Tabel 4.8
Proporsi varians masing-masing independent variable (IV)
Dari data tabel 4.8, dapat dijelaskan bahwa dari 12 IV terdapat tiga variabel
mengenai hasil proporsi varians dari setiap variabel penelitian berdasarkan tabel
4.8 :
1. Variabel POS
terhadap varians OCB dan memiliki nilai F sebesar 12,807 serta df = 208.
atau 5,3% terhadap varians OCB dan memiliki nilai F sebesar 12,369 serta
atau 1% terhadap varians OCB dan memiliki nilai F sebesar 2,392 serta df =
0,018 atau 1,8% terhadap varians OCB dan memiliki nilai F sebesar 4,100
0,002 atau 0,2% terhadap varians OCB dan memiliki nilai F sebesar 0,563
0,002 atau 0,2% terhadap varians OCB dan memiliki nilai F sebesar 0,430
0,014 atau 1,4% terhadap varians OCB dan memiliki nilai F sebesar 3,440
yaitu 0,001 atau 0,1% terhadap varians OCB dan memiliki nilai F sebesar
9. Variabel usia
terhadap varians OCB dan memiliki nilai F sebesar 0,031 serta df = 200.
terhadap varians OCB dan memiliki nilai F sebesar 1,482 serta df = 199.
terhadap varians OCB dan memiliki nilai F sebesar 0,230 serta df = 198.
0,5% terhadap varians OCB dan memiliki nilai F sebesar 1,026 serta df =
Pada bab ini akan diuraikan tiga sub-bab, yaitu kesimpulan dari hasil penelitian,
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan uji hipotesis penelitian yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah ada
social stage presence, other directed self-presentation, usia, jenis kelamin, suku
hipotesis nihil (Ho) yang ada pada hipotesis mayor dalam penelitian ini ditolak.
Berdasarkan 12 hipotesis minor yang ada dalam penelitian ini, hanya ada
tiga hipotesis nihil (Ho) yang ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan
variabel POS terhadap OCB, ada pengaruh yang signifikan dimensi keadilan
distributif dari variabel keadilan organisasi terhadap OCB dan ada pengaruh yang
terhadap OCB.
141
142
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dikemukakan pada bab empat, bahwa
presentation), usia, jenis kelamin, suku dan lama bekerja secara bersama-sama
(OCB), yakni dengan sumbangan sebesar 17%. Artinya, bahwa variabel POS,
presentation, usia, jenis kelamin, suku dan lama bekerja dapat diprediksi memiliki
pengaruh terhadap perilaku OCB sebesar 17% dan sisanya sebesar 83%
didapatkan hasil bahwa hanya variabel POS, variabel keadilan distributif dari
organisasi yang memiliki pengaruh cukup besar dan signifikan terhadap OCB.
sebesar 17,2%, artinya bahwa variabel POS memiliki pengaruh yang cukup besar
143
dan signifikan terhadap OCB. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh Tennant (2012), yang menyatakan bahwa variabel POS
penelitian yang tidak mendukung hasil penelitian ini, yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Novliandi (2006) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh
semakin tinggi dukungan organisasi yang diterima oleh pegawai, maka akan
kemungkinan seorang karyawan akan lebih betah bekerja, absennya lebih sedikit,
produktif bagi instansi serta meningkatnya OCB pada pegawai BKN Cawang,
Jakarta Timur.
besar terhadap OCB. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2014)
Adapula hasil penelitian dari Lee, Kim dan Kim (2013) dan Niehoff dan
yang signifikan terhadap OCB, artinya hasil dari penelitian Lee, Kim dan Kim
(2013) dan Niehoff dan Moorman (1993) tidak mendukung hasil penelitian ini.
Karena hasil dalam penelitian ini menyatakan bahwa variabel keadilan distributif
Hasil dari penelitian ini juga tidak sepenuhnya mendukung hasil dari
penelitian yang dilakukan oleh Rego dan Cunha (2006) yang menyebutkan bahwa
positif tidak signifikan terhadap OCB. Artinya, hasil penelitian ini berbalik arah
Dalam hasil penelitiannya, Rego dan Cunha (2006) juga menyatakan bahwa
keadilan informasional. Untuk hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari
Rego dan Cunha (2006) tersebut. Karena hasil dari penelitian ini menunjukkan
hasil yang signifikan untuk keadilan interpersonal, namun tidak pada keadilan
145
prediktor OCB yang lebih baik ketimbang keadilan informasional. Untuk hasil
penelitian Rego dan Cunha (2006) di bagian inilah yang mendukung hasil
penelitian ini.
Adapula hasil dari penelitian ini yang menunjukkan bahwa dimensi dari
perilaku OCB tetapi hanya pada dimensi keadilan distributif dan keadilan
interpersonal yang memiliki pengaruh signifikan terhadap OCB. Namun hasil dari
penelitian ini tidak sepenuhnya mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Jafari dan Bidarian (2012) yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang positif
Dalam penelitian ini, hasil yang didapat hanya ada dua variabel dari dimensi
keadilan distributif dan keadilan interpersonal. Dalam penelitian ini, baik keadilan
signifikan positif terhadap OCB. Hal ini menunjukkan bahwa keadilan dalam
bentuk keyakinan karyawan bahwa mereka telah menerima penghargaan dari hasil
pekerjaan dengan jumlah yang adil dan keadilan dalam bentuk cara bersikap
Hal ini tentunya dapat menjadi suatu referensi bahwa keadilan organisasi
yang ada di instansi hendaknya dapat lebih ditingkatkan agar OCB para pegawai
juga dapat terus meningkat. Keadilan organisasi yang sesuai bagi para pegawai
bahwa mereka telah menerima penghargaan dari hasil pekerjaan dengan jumlah
yang adil (seperti gaji, pengakuan dsb). Ada juga menurut Rego dan Cunha (2006)
yang menyatakan bahwa keadilan interpersonal yang mengacu pada sejauh mana
atasan memperlakukan karyawan dengan rasa hormat dan bermartabat. Hal ini
sangat berlaku positif terhadap pegawai BKN Cawang, Jakarta Timur. Jika pihak
perilaku tersebut dapat lebih diperhatikan untuk lebih diutamakan dalam proses
kriteria signifikan.
adalah variabel jenis kelamin yang menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh yang
signifikan terhadap OCB. Hal ini ditunjukkan dengan sumbangan sebesar 2,4%,
artinya bahwa variabel jenis kelamin tersebut secara positif mempengaruhi OCB.
Dari hal ini dapat dijelaskan bahwa jika pihak instansi ingin melakukan
147
peningkatan perilaku OCB pada para pegawai di instansinya, maka pihak instansi
perlu memperhatikan tingkat jenis kelamin dalam instansi. jenis kelamin dari
variabel demografi.
pengaruh negatif terhadap perilaku OCB. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini
yang menyatakan memang ada perbedaan tingkat OCB antara perempuan dengan
tidak harusnya menjustifikasi tanpa alasan kuat jika pegawai atau karyawan laki-
laki memiliki tingkat OCB rendah sehingga tidak akan bisa membantu instansi
pegawai atau karyawan perempuan memiliki tingkat OCB tinggi sehingga bisa
Hasil lain yang terdapat dalam penelitian ini adalah dimensi dari self-
monitoring tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap perilaku OCB. Hal
ini mendukung hasil penelitian Lawal dan Babalola (2007) yang menyatakan
Begitupun hasil penelitian dari Triningsih (2003) yang juga mendukung hasil dari
penelitian ini.
148
Hasil dari penelitian Rangkuti (2012) bertentangan dengan hasil penelitian ini.
pengaruh yang positif maupun negatif secara signifikan terhadap perilaku OCB.
tergantung dari suasana hati (mood), bisa saja saat moodnya sedang tidak baik
Oleh karena itu, self-monitoring ini bukanlah satu-satunya faktor yang dapat
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh para peneliti dapat disebabkan
dalam hal sampel penelitian dan juga teknik dalam pengambilan sampel, jumlah
kurang tepatnya sasaran subjek dalam penelitian ini dan waktu dimana
Namun faktor yang cukup dominan dalam perbedaan hasil antara penelitian
terdahulu dengan penelitian ini terdapat pada jumlah sampel penelitian yang
digunakan, subjek yang dijadikan sampel penelitian dan status sampel baik
sampel dan beragamnya data (jawaban dari pengisian instrumen penelitian) yang
didapat dari sampel tentunya dapat mempengaruhi hasil penelitian walaupun hal
tersebut tidaklah selalu signifikan. Sehingga hasil yang terdapat dalam penelitian
sebelumnya dan hasil yang terdapat dalam penelitian ini tentunya dapat menjadi
Adapun nilai lebih yang terdapat dalam penelitian ini adalah terdapat pada
bervariasinya variabel yang diujikan terhadap perilaku OCB. Dalam penelitian ini,
terdapat 12 IV yang coba penulis lihat pengaruh dan nilai kontribusinya dari
pengaruh cukup besar bagi perkembangan instansi di masa yang akan datang. Jika
pula perilaku OCB pada pegawai. Artinya, semakin tinggi dukungan organisasi,
keadilan organisasi serta self-monitoring pada pegawai, maka OCB pada pegawai
Hal ini tentunya sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Smith,
Bateman dan Organ (dalam Jahangir, Akbar & Haq, 2004) melakukan penelitian
5.3 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan diskusi di atas, maka untuk perkembangan
akan meneliti variabel yang sama menggunakan topik atau pendekatan yang sama
dengan penelitian ini. Saran tersebut berupa saran teoritis dan saran praktis.
Bagi peneliti yang tertarik dan berminat pada persoalan yang sama disarankan
untuk :
1) Menambah variabel lain di luar variabel yang telah diteliti agar lebih luas
tugas maupun trait kepribadian. Sehingga pada penelitian yang akan datang
tidak terus menerus meneliti variabel yang sudah umum diteliti oleh peneliti
sebelumnya.
2) Mengembangkan secara baik dan teliti setiap item yang digunakan dalam
pengadaptasian dari penelitian yang berasal dari luar negeri dan telitilah
bahasa yang lebih lugas sehingga mudah dipahami oleh responden dan tidak
statistik yang baik dalam uji validitas. Selain itu, baiknya sampel penelitian
dapat difokuskan pada biro atau bidang tertentu saja. Sehingga tidak terlihat
begitu meluas.
penelitian. Agar dapat menghasilkan hasil penelitian yang tepat dan akurat.
Agar sampel yang nantinya digunakan dalam penelitian sesuai dengan teori
dan pendengar yang baik dalam konteks masalah instansi sehingga pegawai
merasa bahwa mereka telah didukung, dibantu dan diperlakukan adil oleh
152
peningkatan perilaku OCB pada pegawai, maka perlu diperhatikan dan lebih
Asgari, A., Silong, A.D., Ahmad, A., & Sama, B.A. (2008). The relationship
between transformasional leadership behavior, leader-member exchange
and OCB, European Journal of Scientific Research, 6, 140-150.
Asgari, M.H., Nojabaee, S.S. & Arjmand, F. (2011). The relationship between the
organizational justice and organizational citizenship behavior of the
employee. Middle-East Journal of Scientific Research, 10, 141-148.
Blakely, G.L., Andrews, M.C. & Fuller, J. (2003). Are chameleons good citizens?
A longitudinal study of the relationship between self-monitoring and
organizational citizenship behavior. Journal of Business and Psychology,
18 (2), 131-144. DOI: 10.1023/A:1027388729390.
Bolino, C.M., Turnley, H.W. & Bloodgood, M.J. (2002). Citizenship behavior and
the creation of social capital in organization. The Academy of Management
Review, 27 (4), 505-522.
Borman, W.C. & Motowidlo, S.J. (1997), Task performance and contextual
performance: The meaning for personnel selection research. Human
Performance, 10, 99109. DOI: 10.1207/s15327043hup1002_3
Colquitt, J.A., Colon, D.E., Wesson, M.J., Porter, C.O.L.H., & Ng, Y.K. (2001).
Justice at the millennium; A meta-analityc review of 25 years of
organizational justice research. Journal of Applied Psychology, 86, 425-
445. DOI: 10.1037//0021-9010.86.3.425.
Cropanzano, R., Bowen, D.E., & Gilliland, S.W. (2007). The management of
organizational justice. Academy of Management Perspective. 34-48. DOI:
10.1037/0021-9010.88.1.160.
Gangestad, S. & Snyder, M. (1985). To carve nature at its joints: On the existence
of discrete classes in personality. Psychological Review, 92 (3), 317-349.
DOI: 0033-295X/85/$00.75.
Jafari, P., & Bidarian, S. (2012). The relationship between organizational justice
and organizational citizenship behavior. Procedia - Social and Behavioral
Sciences, 47, 1815-1820. DOI: 10.1016/j.sbspro.2012.06.905.
Kreitner, R. & Kinicki, A. (2007). Organizational behavior (7th ed). New York:
McGraw-Hill.
Kwantes, C.T., Karamb, C.M., Kuo, B.C.H & Towson, S. (2008). Cultures
influence on the perception of OCB as in-role or extra-role. International
Journal of Intercultural Relations, 32, 229243. DOI:
10.1016/j.ijintrel.2008.01.007.
Lee, U.H., Kim, H.K. & Kim, Y.H. (2013). Determinants of organizational
citizenship behavior. Global Business and Management Research: An
International Journal, 5 (1), 54-65.
Lennox, R.D. & Wolfe, R.N. (1984). Revision of the self-monitoring scale.
Journal of Personality and Social Psychology, 46 (6), 1349-1364. DOI:
10.1037/0022-3514.46.6.1349.
LePine, J.A., Erez, A. & Johnson, D.E. (2002). The nature and dimensionality of
organizational citizenship behavior: a critical review and meta-analysis.
Journal of Applied Psychology, 87 (1), 52-65. DOI: 10.1037//0021-
9010.87.1.52.
Moorman, R.H., Niehoff, B.P. & Organ, D.W. (1993). Treating employees fairly
and organizational citizenship behaviors: Sorting the effects of job
satisfaction, organizational commitment, and procedural justice. Employee
Responsibilities and Rights Journal, 6, 209-225. DOI:
10.1007/BF01419445.
Nadhirin, A.L. (2010). Gaya pemantauan diri. Diakses tanggal 20 Oktober 2014
dari http://nadhirin.blogspot.com/2010/04/gaya-presentasi-diri-self-
monitoring.html.
Niehoff, B.P. & Moorman, R.H. (1993). Justice as a mediator of the relationship
between methods of monitoring and organizational citizenship behavior.
Academy of Management Jounal, 36 (3), 327-556. DOI: 10.2307/256591.
Podsakoff, P.M., MacKenzie, S.B., Paine, J.B., & Bachrach, D.G., (2000).
Organizational citizenship behavior: A critical review of theoretical and
empirical literature and suggestions for future research. Journal of
Management, 26 (3), 513-563. DOI: 10.1177/014920630002600307.
Prastiwi, H.E. (2013). Pengaruh leader member exchange dan kepemimpinan
spiritual terhadap organizational citizenship behavior (OCB). Skripsi.
Jakarta: Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Prihatsanti, U. & Dewi, K.S. (2010). Hubungan antara iklim organisasi dan
organizational citizenship behavior (OCB) pada guru SDN di kecamatan
Mojolaban Sukoharjo. Jurnal Psikologi, 7 (1), 11-17.
Purba, D.E. & Seniati, A.N.L. (2004). Pengaruh kepribadian dan komitmen
organisasi terhadap organizational citizenship behavior. Jurnal Social
Humaniora, 8 (3), 105-111.
Rego, A. & Cunha M.P.A. (2006) Organizational justice and citizenship behavior;
a study in feminine, high power distance culture. Working Papers in
Management. Universidade de Aviero.
Smith, C.A., Organ, D.W. & Near, J.P. (1983). Organizational citizenship
behavior: Its nature and antecedents. Journal of Applied Psychology, 68
(4), 653-663. DOI: 10.1037/0021-9010.68.4.653.
Snyder, M., & Gangestad, S.W. (1986). On the nature of self-monitoring: Matters
of assessment matters of validity. Journal of Personality and Social
Psychology, 51 (1), 125-139. DOI: 0022-3514y86/$00.75.
Stamper, C.L. & Dyne, L.V. (2001). Work status and organizational citizenship
behavior: A field study of restaurant employee. Journal of Organizational
Behavior, 22, 517-536. DOI: 10.1002/job.100.
Sufya, D.H. (2012). Pengaruh tipe kepribadian dan komitmen organisasi terhadap
organizational citizenship behavior (OCB) pada karyawan semen padang.
Skripsi. Jakarta: Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Susanto, T. (2014). Wujudkan karakter pegawai negeri sipil (PNS) yang baik.
Diakses tanggal 10 Januari 2015 dari
http://www.paudni.kemdikbud.go.id/berita/159.html.
Vigoda, E. & Golembiewski, R.T. (2001). Citizenship behavior and the spirit of
new managerialism. A theoretical framework and challenge for
governance. American Review of Public Administration. 31 (3), 273-295.
DOI: 10.1177/02750740122064956.
WikiPNS. (2014). Apa pengertian PNS?. Diakses tanggal 10 Januari 2015 dari
http://wikipns.com/apa-pengertian-pns/.
Lampiran 2 INSTRUMEN PENELITIAN
Assalamualaikum,wr.wb.
Bapak/Ibu/Saudara/I yang terhormat,
Dalam rangka penyusunan skripsi untuk menyelesaikan studi jenjang Strata 1 (S1), saya Khirzah
Nurmala, mahasiswa fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada saat ini sedang mengadakan
penelitian tentang Organizational Citizenship Behavior (OCB).
Sehubungan dengan penelitian yang saya lakukan, maka saya mohon bantuan dan kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/I untuk menjawab pernyataan dalam instrumen ini dengan sejujur-jujurnya. Hal ini
dikarenakan tidak ada jawaban yang benar atau salah untuk setiap pernyataan, seluruh jawaban
adalah benar selama itu sesuai dengan diri Bapak/Ibu/Saudara/I.. Saya menjamin bahwa data yang didapat
dari instrumen ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Atas bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk menjadi responden dalam penelitian ini, saya
ucapkan terima kasih.
Peneliti,
Khirzah Nurmala
Lembar Persetujuan
Sebelum Bapak/Ibu/Saudara/I menjawab pernyataan dalam instrumen penelitian ini, diharapkan untuk
mengisi terlebih dahulu lembar persetujuan di bawah ini selengkap-lengkapnya dengan cara memberi tanda
silang ( X ) pada tabel yang sesuai dengan diri Bapak/Ibu/Saudara/I.
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Usia : 20-27 Thn 28-35 Thn 36-43 Thn > 44 Thn
Suku : Jawa Sumatera Kalimantan Lainnya, sebutkan ! _________
Tingkat Pendidikan : SMA/SLTA S1 S2 Lainnya, sebutkan! _________
Jabatan : ________________________________________
Biro / Bidang : Biro ___________________ Bidang _________________
Lama Bekerja : 1 Thn 2-12 Thn 13-22 Thn > 23 Thn
Status Karyawan : PNS Non-PNS
Petunjuk Pengisian
Untuk menjawab pernyataan pada instrumen di bagian A, B dan C ini Bapak/Ibu/Saudara/I diminta untuk
memilih salah satu jawaban dari keempat alternatif jawaban yang paling sesuai dengan cara memberikan
tanda silang ( X ) pada salah satu kolom pilihan jawaban yang tersedia di bagian kanan dari setiap
pernyataan.
Keterangan jawaban sebagai berikut :
SS : Apabila Anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut
S : Apabila Anda Setuju dengan pernyataan tersebut
TS : Apabila Anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut
STS : Apabila Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut.
BAGIAN B
BAGIAN C
BAGIAN D
Pernyataan pada instrumen di bagian D, Anda dapat memberikan tanda silang ( X ) pada alternatif
jawaban yang sesuai dengan diri Anda. Keterangan jawaban sebagai berikut :
B : Benar (Apabila Anda merasa diri Anda Sesuai dengan pernyataan tersebut)
S : Salah (Apabila Anda merasa diri Anda Tidak Sesuai dengan pernyataan tersebut)
Tidak ada jawaban yang benar atau salah untuk setiap pernyataan, seluruh jawaban adalah benar selama itu
sesuai dengan diri Anda. Anda diharapkan untuk mengisi semua pernyataan dalam kuisioner ini dan
silahkan untuk mengecek kembali jawaban yang Anda berikan.
--------------- Selamat Mengerjakan ---------------
Item 1 2 3 4 5
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
Keterangan: Pada tabel matrik, no 1 s/d 5 adalah urutan sebenarnya. Tanda menunjukkan
korelasi kesalahan pengukuran.
Lampiran 4
Item 1 2 3 4 5
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
Keterangan: Pada tabel matrik, no 1 s/d 5 hanya sebagai simbol sedangkan urutan item yang benar,
yaitu 6, 7, 8, 9 dan 10. Tanda menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran.
Lampiran 5
Item 1 2 3 4 5
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
Keterangan: Pada tabel matrik, no 1 s/d 5 hanya sebagai simbol sedangkan urutan item yang benar,
yaitu 11, 12, 13, 14 dan 15. Tanda menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran.
Lampiran 6
Item 1 2 3 4 5
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
Keterangan: Pada tabel matrik, no 1 s/d 5 hanya sebagai simbol sedangkan urutan item yang benar,
yaitu 16, 17, 18, 19 dan 20. Tanda menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran.
Lampiran 7
Item 1 2 3 4
1 1
2 1
3 1
4 1
Keterangan: pada tabel matrik, no 1 s/d 5 hanya sebagai simbol sedangkan urutan item yang benar,
yaitu 21, 22, 23 dan 24. Tanda menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran.
Lampiran 8
Lampiran 12
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
6 1
7 1
8 1
9 1
10 1
11 1
12 1
13 1
14 1
15 1
16 1
17 1
18 1
19 1
20 1
21 1
22 1
23 1
24 1
25 1
26 1
27 1
28 1
29 1
30 1
31 1
32 1
33 1
34 1
35 1
36 1
Keterangan: Tanda menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran.
Lampiran 13
Item 1 2 3 4 5
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
Keterangan : Pada tabel matrik, no 1 s/d 5 adalah urutan item yang benar. Tanda
menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran.
Lampiran 14
Item 1 2 3 4 5
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
Keterangan: pada tabel matrik, no 1 s/d 5 hanya sebagai simbol sedangkan urutan item yang benar,
yaitu 6, 7, 8, 9 dan 18. Tanda menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran.
Lampiran 15
Item 1 2 3 4
1 1
2 1
3 1
4 1
Keterangan: pada tabel matrik, no 1 s/d 5 hanya sebagai simbol sedangkan urutan item yang benar,
yaitu 14, 15, 16 dan 17. Tanda menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran.
Lampiran 16
Item 1 2 3 4
1 1
2 1
3 1
4 1
Keterangan: pada tabel matrik, no 1 s/d 5 hanya sebagai simbol sedangkan urutan item yang benar,
yaitu 10, 11, 12 dan 13 Tanda menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran.
Lampiran 17
Item 1 2 3 4 5 6 7 8
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
6 1
7 1
8 1
Keterangan: pada tabel matrik, no 1 s/d 8 hanya sebagai simbol sedangkan urutan item yang benar,
yaitu 12, 14, 15, 16, 19, 22, 23 dan 24. Tanda menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran.
Lampiran 19
Item 1 2 3 4 5 6 7 8
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
6 1
7 1
8 1
Keterangan: Pada tabel matrik, no 1 s/d 8 hanya sebagai simbol sedangkan urutan item yang benar,
yaitu 2, 6, 7, 9, 13, 17, 21 dan 25. Tanda menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran.
Lampiran 20
OUTPUT SPSS
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-27 40 19.0 19.0 19.0
28-35 110 52.4 52.4 71.4
36-43 34 16.2 16.2 87.6
>44 26 12.4 12.4 100.0
Total 210 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 124 59.0 59.0 59.0
Perempuan 86 41.0 41.0 100.0
Total 210 100.0 100.0
Suku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jawa 119 56.7 56.7 56.7
Sumatera 32 15.2 15.2 71.9
Kalimantan 11 5.2 5.2 77.1
Lainnya (Sulawesi, NTT dan 48 22.9 22.9 100.0
Maluku)
Total 210 100.0 100.0
Lama Bekerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 Tahun 15 7.1 7.1 7.1
2-12 Tahun 149 71.0 71.0 78.1
13-22 Tahun 22 10.5 10.5 88.6
>23 Tahun 24 11.4 11.4 100.0
Total 210 100.0 100.0
DESKRIPSI STATISTIK
Descriptive Statistics
OCB
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 40 19.0 19.0 19.0
SEDANG 126 60.0 60.0 79.0
TINGGI 44 21.0 21.0 100.0
Total 210 100.0 100.0
POS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 33 15.7 15.7 15.7
SEDANG 154 73.3 73.3 89.0
TINGGI 23 11.0 11.0 100.0
Total 210 100.0 100.0
DISTRIBUTIF
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 24 11.4 11.4 11.4
SEDANG 159 75.7 75.7 87.1
TINGGI 27 12.9 12.9 100.0
Total 210 100.0 100.0
PROSEDURAL
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 41 19.5 19.5 19.5
SEDANG 136 64.8 64.8 84.3
TINGGI 33 15.7 15.7 100.0
Total 210 100.0 100.0
INTERPERSONAL
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 20 9.5 9.5 9.5
SEDANG 163 77.6 77.6 87.1
TINGGI 27 12.9 12.9 100.0
Total 210 100.0 100.0
INFORMASIONAL
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 16 7.6 7.6 7.6
SEDANG 168 80.0 80.0 87.6
TINGGI 26 12.4 12.4 100.0
Total 210 100.0 100.0
EXPRESSIVE
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 59 28.1 28.1 28.1
SEDANG 151 71.9 71.9 100.0
Total 210 100.0 100.0
SOCIAL
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 58 27.6 27.6 27.6
SEDANG 152 72.4 72.4 100.0
Total 210 100.0 100.0
OTHER
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 58 27.6 27.6 27.6
SEDANG 152 72.4 72.4 100.0
Total 210 100.0 100.0
Change Statistics
Std. Error
R Adjusted of the R Square F
Model R Square R Square Estimate Change Change df1 df2 Sig. F Change
VARIABLE
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta T Sig.
Model Summaryi
Model Summaryd
DATE: 11/6/2014
TIME: 21:41
L I S R E L 8.70
BY