Anda di halaman 1dari 2

Sengatan Kenaikan Harga Listrik

Senin, 16 Januari 2017 03:58 WIB

Memasuki tahun 2017, masyarakat harus menghadapi berbagai persoalan ekonomi yang lebih berat
dibanding tahun sebelumnya. Selain harga beberapa komoditas pangan yang melambung tinggi
beberapa minggu ini, kini kenaikan tarif dasar listrik (TDL) juga menyengat perekonomian rumah tangga,
khususnya golongan daya 900 Volt Ampere (VA) akhirnya menjadi kenyataan.

Selain golongan 900 VA, penyesuaian TDL juga akan menyasar 12 golongan tarif lainnya. Kenaikan TDL
tersebut tentunya akan memiliki dampak cukup besar, baik terhadap perekonomian secara makro
maupun terhadap daya beli dan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah melalui Peraturan Menteri ESDM No 28 Tahun 2016 mengesahkan pencabutan subsidi listrik
bagi pelanggan berdaya 900 VA. Secara spesifik, kebijakan pencabutan subsidi tersebut akan berdampak
pada 18,94 juta rumah tangga pelanggan listrik 900 VA.

Artinya, dari pelanggan 900 VA yang sebelumnya berjumlah 23,04 juta rumah tangga, 82,2 persen (18,94
juta) dari jumlah tersebut tidak akan lagi menerima subsidi listrik atau hanya tersisa 17,8 persen
pelanggan 900 VA yang akan menerima subsidi listrik. Penentuan jumlah rumah tangga pelanggan 900
VA yang dianggap mampu tersebut didasarkan pada riset dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K).

Selain penyesuaian TDL 900 VA, Permen ESDM No 28 Tahun 2016 juga mengatur mekanisme Tarif
Adjustment (TA). Melalui Permen tersebut, PLN dapat menyesuaikan tarif listrik untuk 12 golongan
dalam setiap bulan, dengan mempertimbangkan perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, harga
minyak, dan inflasi bulanan. Artinya tarif listrik untuk 12 golongan dimungkinkan untuk naik, turun, atau
tetap berdasarkan ketiga indikator tersebut.

Kemudian dalam peraturan tersebut, kenaikan TDL golongan 900 VA nonsubsidi tersebut dilakukan
bertahap setiap 2 bulan yakni dari Rp 585/kWh menjadi Rp774/kWh per 1 Januari 2017; Rp 1.023/kWh
per 1 Maret 2017, dan Rp 1.352/kWh per 1 Mei 2017.

Kemudian pada bulan-bulan berikutnya tarif listrik akan disesuaikan berdasarkan harga keekonomian
(harga pasar). Secara nominal, tagihan rekening listrik pelanggan 900 VA nonsubsidi akan meningkat dari
sekitar Rp 74 ribu per bulan menjadi Rp 180 ribu per bulan pada Mei 2017. Artinya, pengeluaran listrik
bagi rumah tangga golongan 900 VA akan meningkat sekitar 143 persen dalam enam bulan mendatang.

Dari sisi pemerintah, penyesuaian TDL 900 VA tersebut akan mengurangi beban subsidi listrik. Selama ini
pemerintah memberi subsidi sekitar Rp 111 ribu per bulan bagi 23 juta pelanggan 900 VA. Dari total
alokasi dana subsidi listrik pada 2016 sebesar Rp 60 triliun, porsi subsidi untuk golongan 900 VA men-
capai 36,43 persen.

Di sisi masyarakat, pencabutan subsidi listrik ini berpotensi menimbulkan kegaduhan di level konsumen
sebab kenaikan listrik ini akan langsung dirasakan secara tiba-tiba oleh 82,2 persen pelanggan 900 VA
tanpa pemberitahuan lebih dahulu.

Dampak Kenaikan TDL


Berikut ini beberapa dampak yang timbul dari pencabutan subsidi dan kenaikan TDL, baik untuk
golongan 900 VA maupun 12 golongan lainnya. Pertama, kenaikan TDL akan menambah tingkat inflasi.
Pada tahun 2015, tarif listrik menyumbang 4,48 persen terhadap total inflasi 2015 sebesar 3,35 persen.
Sedangkan pada tahun 2016, kontribusi tarif listrik terhadap inflasi 3,02 persen turun menjadi 1,99
persen. Dengan kenaikan TDL mencapai 143 persen bagi golongan 900 VA, dorongan kenaikan inflasi
akan lebih besar lagi.

Kedua, apabila penyesuaian TDL juga menyasar pelanggan UMKM, biaya produksi UMKM pun akan
meningkat. Efek lanjutannya, kenaikan biaya produksi UMKM akan ditanggung konsumen. Lebih buruk
lagi, daya saing UMKM akan semakin tertekan dengan produk-produk impor yang harganya relatif lebih
murah.

Ketiga, kenaikan TDL pada 12 golongan lain terutama golongan bisnis dan golongan industri juga akan
menambah beban produksi. Beberapa golongan tersebut antara lain golongan B2 (bisnis menengah di
tegangan rendah, daya 6.600 VA-200 kVA), golongan B3 (bisnis besar di tegangan rendah, daya di atas
200 kVA); golongan I3 (industri menengah di tegangan menengah, daya di atas 200 kVA); golongan I4 (in -
dustri besar di tegangan tinggi, daya 30 MVA ke atas).

Dengan beban kenaikan listrik di tahun ini, target pemerintah untuk mengejar pertumbuhan ekonomi 5,1
persen dan menjaga inflasi di level 4 persen tentu akan semakin berat. Apalagi di tengah upaya
pemerintah mendorong sektor riil dengan segudang paket kebijakan ekonomi justru akan kontradiktif
dengan tambahan beban ekonomi, baik bagi rumah tangga maupun bagi pelaku usaha industri.

Selain itu, ketika daya beli masyarakat makin terkuras dan daya saing industri domestik tertekan, risiko
yang harus dihadapi pemerintah yakni penurunan penerimaan pajak. Efek lanjutannya, pemerintah akan
semakin berat menutup defisit fiskal dan juga membiayai kebutuhan belanja infrastruktur yang terbilang
agresif.

Rekomendasi konkret yang perlu segera dilakukan yakni upaya pemerintah mengevaluasi ulang kebijakan
pencabutan subsidi listrik yang dampaknya dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan sosial masyarakat.
Meskipun kenaikan harga tetap menjadi keniscayaan, dalam realisasinya tetap perlu mempertimbangkan
situasi dan kondisi yang terjadi.

Kementerian ESDM perlu menyiapkan sistem dan perangkat untuk pengaduan masyarakat. Dalam sistem
tersebut perlu juga melibatkan Kementerian Sosial. Sehingga bagi masyarakat pelanggan 900 VA yang
merasa keberatan atas pencabutan subsidi listrik harus bisa diakomodasi dalam sistem pengaduan
tersebut.

Reportase : Abra P. G. Talattov | Peneliti INDEF


Editor : Admin
http://www.harnas.co/2017/01/16/sengatan-kenaikan-harga-listrikio\

Anda mungkin juga menyukai