Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN PARIWISATA SABOKINGKING

DISUSUN OLEH

DESI MUSDANIATY CANTIK

Kelas : X.1

SMA NEGERI 5 PALEMBANG


2011/2012
SABOKING-KING

Makam Sabokingking, merupakan pemakaman para raja-raja awal


kerajaan Islam Palembang yang telah berusia sekitar 500 tahun.

Seperti makam Pangeran Sido Ing Kenayan dan istrinya Ratu Sinuhun,
Sido Ing Pasaeran atau Jamaluddin Mangkurat I (1630-1652), serta
Pangeran Ki Bodrowongso yang pernah hidup di antara tahun 1622-1635
Masehi. Makam ini terletak di Sei-Buah, Ilir Timur II, Palembang.

Letak makam Pangeran Sido Ing Kenayan dan istrinya Ratu Sinuhun ini
tidak jauh dari dari kompleks pemakaman kakek mertuanya Ki Gede Ing
Suro, di lorong Haji Umar, di 1 Ilir Palembang. Ratu Sinuhun merupakan
cucu Ki Gede Ing Suro.

Di bawah pemerintahan Sido Ing Kenayan, Ratu Sinuhun mampu


melahirkan kitab Undang-undang 'Simbur Cahaya' yang merupakan
hukum adat tertulis dan berlaku di seluruh wilayah Sumatra Selatan saat
itu.

Disekitar makam ini juga terdapat pemakaman umum buat penduduk asli
daerah tersebut. Untuk menuju ke tempat ini dapat mi akses melalui dua
jalan, Jalan Sabokingking dan Jalan Arafuru. Makam Sabokingking ini
merupakan makam tertua para raja atau pangeran di Palembang.

Di makam ini disemayamkan Pangeran Sido Ing Kenayan (1622-1630),


Sido Ing Pasaeran atau Jamaluddin Mangkurat I (1630-1652), Ratu
Sinuhun- penulis kitab Simbur Cahaya- serta imam kubur Al Habib Al
Arif Billah Umar bin Muhammad Al Idrus bin Shahab, serta Panglima
Kiai Kibagus Abdurrachman.

Kompleks Makam Sabokingking ini terdapat di dalam kawasan PT Pusri.


Tokoh yang dimakamkan di kompleks ini antara lain Pangeran Sido Ing
Kenayan (1630-1642 M). Sido Ing Kenayan adalah Raja Palembang yang
menggantikan pamannya, Pangeran Sido Ing Puro (1624-1630 M) dan
kedudukannya kemudian digantikan oleh sepupunya, Pangeran Sido Ing
Pasarean (1642-143 M). Makam ini berdampinngan dengan makam istri
Pangeran Sido Ing Kenayan, yaitu Ratu Sinuhun.

Di samping itu, terdapat pula makam guru agama raja, Habib Muhammad
Imam Alfasah yang berasal dari Arab. Habib Muhammad Nuh Imam
Alfasah sebagai guru Ratu Sinuhun yang menyebarkan agama Islam di
Palembang berasal dari Arab dan Tanah Jawa. Hingga kini, Ratu Sinuhun
diyakini sebagai penulis kitab Simbur Cahaya. Kitab ini sering pula
disebut Undang-undang Simbur Cahaya, yang isinya norma hukum adat.
Ada pula keyakinan, Simbur Cahaya adalah pengesahan hukum adat
(lisan) yang pada masa itu berlaku sudah berlaku pada masyarakat
pedalaman Sumatera Selatan. Simbur Cahaya, pada dasarnya memang
mengatur rakyat di luar Palembang atau dikenal dengan istilah uluan.
Aturan adat ini berlaku hingga ratusan tahun sampai UU No. 5 Tahun
1979 berlaku efektif di Sumatera Selatan. Sebelumnya, Simbur Cahaya
terdiri atas lima bab, ini juga telah membentuk pranata hukum dan
kelembagaan di Sumatera Selatan.

Pangeran Siding Kinayan merupakan suami Ratu Sinuhun. Pangeran


Antasi, adik dari Ratu Sinuhun. Ratu sinuhun merupakan cucu dari Ki
Gede Ing Suro. Sementara Pangeran Siding Kenayan berasal dari Demak.
Jeng Sari (adik perempuan dari Ratu Sinuhun). Anak angkat Ratu
Sinuhun ialah Raden Kencung Mas dan kakaknya Raden Dena. Ratu
Sinuhum, beliau tidak mempunyai keturunan. Menuut Mitos Ratu
Sinuhum dapat memberikan keselamatan, murah rezeki, dan juga bagi
yang tidak mempunyai keturunan akan mendapatkan keturunan.

Dulu daerah di Palembang merupakan tempat daerah yang aman untuk


pelarian. Pada masa Kerajaan Sriwijaya sampai Kerajaan Isam. Keaslian
dari Sabokingking ini adalah diantaranya makam Ratu Sinuhun dan
keluarganya yang terbuat dari kayu Punglen dan ukiran-ukirannya berasal
dari Jawa dan huruf Palawa bahasa Sanskerta namun insannya sudah
terpengaruh dari Islam, kemudian juga gerbang menggunakan kayu
Punglen. Gambarannya dulu merupakan gundukan tanah yang diatasnya
terdapat makam dan atapnya berasal dari ijuk dan genteng, juga
sekelilingnya papan-papan kemudian direnovasi oleh Bapak Wali Kota
(Edi Santana) lebih kurang 3 tahun yang bekerja sama dan menaung
bersama Dinas Pariwisata yang berpusat di Jambi.
Dahulunya daerah Sabokingking ini merupakan beberapa daerah Sungai
Musi yang lebarnya 8m, sehingga kapal-kapal besar, perahu jukung
melewati daerah ini dan berziarah. Para penziarah berasal dari dalam
maupun luar negeri (Korea). Tiap malam Jumat dijadikan tempat untuk
berzikir. Kayu Depo untuk berniat dengan ukuran tubuh.

Anda mungkin juga menyukai